J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

www.djpp.depkumham.go.id

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 1951
TENTANG
PERUBAHAN DAN TAMBAHAN UNDANG-UNDANG LALU-LINTAS JALAN
(WEGVERKEERSORDONNANTIE, STAATSBLAD 1933 NO. 86)
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa unt uk menyesuaikan at uran-at uran yang dit et apkan
dengan at au berdasarkan Undang-undang Lalu-lint as Jalan
(Wegverkeersordonnant ie, St aat sblad 1933 No. 68) dengan
Undang-undang Dasar Sement ara Republik Indonesia supaya
at uran-at uran ini dapat t erj amin pelaksanaannya secara
prakt is, perlu diadakan perubahan dan t ambahan dalam
Undang- undang Lalu-Lint as Jalan yang t elah diubah beberapa
kali, t erakhir dengan St aat sblad 1940 No. 72;
pasal 89, 142, dan 143 Undang-undang Dasar Sement ara
Republik Indonesia;

:


di
tje
n

Pe

Mengingat

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da

ng
an

Menimbang :

Dengan perset uj uan : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
Memut uskan
Menet apkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN
UNDANG-UNDANG
LALU-LINTAS
JALAN
(WEGVERKEERSORDONANTIE, STAATSBLAD 1933 No. 86).
Pasal 1.

"Undang-undang Lalu-Lint as Jalan" (St aat sblad 1933 No. 86) sebagaimana
Undang-undang it u t elah diubah dan dit ambah, t erakhir dengan Undang-undang
t anggal 1 Maret 1940 (St aat sblad 1940 No. 72) diubah dan dit ambah lagi sebagai
berikut :

Pasal 1 ayat (1) dibawah 8 harus dibaca :
8. daerah-daerah ot onom : daerah-daerah yang disebut

dalam pasal 131

www.djpp.depkumham.go.id

Undang-undang Dasar Sement ara (Undang- undang No. 7 t ahun 1950, Lembaran
Negara 1950 No. 56).
Pasal 5ayat (2)harus dibaca :
(2)

Seraya mengingat penet apan dalam ayat (1) dan at uran-at uran yang
dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah, maka dengan at au berdasarkan
keput usan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat dit ent ukan unt uk
beberapa j alan kecepat an-kecepat an-maksimum yang berlaku unt uk
semua at au beberapa j enis kendaraan.

ayat (4) harus dibaca :
(4)


Penet apan-penet apan yang disebut dalam ayat (2) dan (3) diumumkan di
Lembaran Propinsi.

Pasal 8ayat (2) harus dibaca :
Nomor dan huruf at as permohonan diberikan kepada pemilik-pemilik at au
pemegang-pemegang kendaraan bermot or oleh Kepala Kepolisian
Keresidenan, di dalam wilayah kekuasaan siapa kendaraan-bermot or it u
biasanya berada.
Jika sesuat u kendaraan-bermot or biasanya berada dalam lebih dari sat u
wilayah-kekuasaan yang disebut t adi, maka sebagai t empat biasa harus
dianggap wilayah-kekuasaan di dalam mana t empat kediaman pimpinan harian
perusahaan it u berada.
di
tje
n

Pe

ra

tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da
ng
an

(2)

Dalam pasal II di bawah b, "daerah-pemerint ahan" harus dibaca : "wilayahkekuasaan".
Dalam pasal 14 ayat (1) dit iadakan anak-kalimat yang berikut :
", at au, j ika ini t idak ada, dengan at uran-at uran at au perat uran perat uran
Kepolisian sepert i disebut dalam pasal 129 Tat a Negara Indonesia".

Pasal 14 ayat (3) dit iadakan.
Pasal 16 ayat (2) harus dibaca :
ayat (2) Ket erangan-ket erangan mengemudi diberikan oleh Kepala Kepolisian
Keresidenan.
Pasal 25 ayat (3) dit iadakan.
Dalam pasal 25 ayat (4) kat a-kat a " mengenai t ugas j awat an pemeriksaan"
dit ambah dan harus dibaca :

www.djpp.depkumham.go.id

"mengenai susunan dan t ugas j awat an pemeriksaan".
Pasal 25 ayat (5) dit iadakan.
Dalam pasal 27 dit iadakan anak-kalimat yang berikut :
", at au, j ika ini t idak ada, dengan at uran perat uran Kepolisian sepert i disebut
di pasal 129 Tat a Negara Indonesia".
Dalam pasal 30 ayat (1) dit iadakan anak-kalimat :
", at au, j ika ini t idak ada, digubernemen Yogyakart a dan Surakart a dengan
penet apan gubernur dan di t empat dengan penet apan residen".
Pasal 30 ayat (2) harus dibaca :
(2) Penet apan-penet apan yang disebut dalam ayat (1) diumumkan di Lembaran

Propinsi.
Dalam pasal 31 ayat (1) sebagai penggant i "ayat -ayat (2) dan (2a)" harus dibaca:
"ayat (2)".

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an

gun
da
ng
an

Pasal 31 ayat (2) harus dibaca (2) Izin yang disebut dalam ayat pert ama
diberikan :
a.
unt uk t rayek-t rayek dalam kot a oleh at au at as nama Dewan Perwakilan
Rakyat Kot a;
b.
unt uk semua t rayek-t rayek yang lain oleh Ment eri Perhubungan set elah
berunding dengan Gubernur yang bersangkut an.
Pasal 31 ayat -ayat (2a) dan (3) dit iadakan.
Pasal 32 ayat (6) harus dibaca :
(6) Izin yang disebut dalam pasal 31 ayat (1) it u t idak diwaj ibkan unt uk
pengangkut an yang akan dilakukan hanya sekali at au j arang kali saj a.
Dalam
hal
ini

dilarang
mempergunakan
ot obis
unt uk
pengangkut an/ penumpang at aupun menyuruh at au membiarkannya
dipergunakan unt uk it u, j ika t idak mempunyai izin ist imewa dari Inspekt ur
Lalu-lint as dalam wilayah-kekuasaan siapa kendaraan bermot or it u
biasanya berada.
Jika kendaraan bermot or it u biasanya berada dalam lebih dari sat u wilayah
kekuasaan yang disebut t adi, maka izin it u diberikan oleh Inspekt ur Lalu-lint as
dalam wilayah kekuasaan siapa t empat kediaman pimpinan harian perusahaan
it u berada.
Inspekt ur-inspekt ur Lalu-lint as berkuasa memberikan izin unt uk t rayek yang
dimint a seluruhnya, j uga j ika t rayek ini melewat i bat as wilayah-kekuasaan
mereka.
Terhadap penolakan izin, maka dalam wakt u 30 hari sesudah pemberit ahuan
hal ini disampaikan kepada pemohon, dapat dimint a bandingan Gubernur dan

www.djpp.depkumham.go.id


beliaulah yang memberikan izin it u, j ika permint aan-bandingan ini dianggap
beralasan.
Pasal 32 ayat (7) dit iadakan.
Pasal 37ayat (4) harus dibaca.
(4) Terhadap keput usan t ent ang pemberian, penolakan at au pencabut an
sesuat u izin, at aupun t ent ang perubahan at uran j alan at au biaya
pengangkut an yang dit et apkan dengan izin yang disebut dalam pasal 31
ayat (1), orang yang berkepent ingan dapat mint a bandingan dalam wakt u
t iga puluh hari set elah keput usan yang bersangkut an it u diumumkan :
a. kepada Ment eri Perhubungan, j ika keput usan ini diambil oleh at au at as
nama Dewan Perwakilan Rakyat Kot a;
b. kepada Dewan Ment eri, j ika keput usan ini diambil oleh Ment eri
Perhubungan.

ru
nd
an
gun
da
ng

an

Dalam pasal 40 ayat (1) dit iadakan anak-kalimat :
"at aupun Gubernur yang bersangkut an".

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

Pasal 40 ayat (4) harus dibaca :
(4) Izin yang disebut dalam ayat pert ama t idak diwaj ibkan unt uk pengangkut an
yang dilakukan sekali at au j arang kali saj a. Dalam hal ini dilarang
mengangkut barang dengan kendaraan-bermot or at aupun menyuruh at au
membiarkan mengangkut nya dengan t ak mempunyai izin ist imewa dari
Inspekt ur Lalu-lint as, dalam wilayah-kekuasaan siapa kendaraan bermot or
it u biasa berada.
Jika kendaraan-bermot or it u biasanya berada dilebih dari sat u wilayahkekuasaan yang disebut t adi, maka izin it u diberikan oleh Inspekt ur Lalu-Lint as
dalam wilayah kekuasaan siapa t empat kediaman pimpinan harian perusahaan
it u berada.
Inspekt ur-inspekt ur Lalu-Lint as berkuasa memberikan izin unt uk t rayek yang
dimint a seluruhnya, j uga j ika t rayek ini meliwat i bat as wilayah-kekuasaan
mereka.
Terhadap penolakan izin, dalam wakt u 30 hari sesudah pemberit ahuan hal ini
disampaikan kepada pemohon, dapat mint a bandingan Gubernur dan beliaulah
yang memberikan izin it u, j ika permint aan-bandingan ini dianggap beral asan.
Pasal 43 ayat (7) harus dibaca :
(7) Terhadap penolakan permohonan izin yang disebut dalam pasal ini, yang
berkepent ingan dapat mint a bandingan Dewan Ment eri, dalam wakt u 30
hari sesudah keput usan yang bersangkut an diumumkan.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 54 ayat (4) di bawah a. dit ambah dan harus dibaca
a. menj alankan segala kebij aksanaan, j ika perlu dengan memakai kekerasan,
supaya t unt ut an-t unt ut an, perint ah- perint ah dan pet unj uk-pet unj uknya
sebagai t ermaksud dalam ayat di muka ini, dit urut ;
Pasal 54 ayat (5) kat a : "di Jawa dan Madura Bupat i dan di t empat lain Kepala
Pemerint ahan set empat " digant i dengan kat a "Kepala Kej aksaan".

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da
ng
an

Pasal 55 ayat (3) harus dibaca :
(3) Jikalau pengemudi sesuat u kendaraan melakukan salah sat u perbuat an
yang t erancam dengan hukuman di dalam at au berdasarkan Undangundang ini, at aupun melanggar salah sat u pasal 359, 360, 406, 409, 410
at au 492 Kit ab Undang-undang Hukum Pidana yang sebagai hukuman
t ambahan melarangnya mengemudikan beberapa j enis kendaraan, dalam
keadaan yang demikian beberapa j enis kendaraan, dalam keadaan yang
sedemikian, sehingga t idak dapat dipert anggungj awabkan unt uk
membicarakannya set erusnya sebagai pengemudi kendaraan yang
semacam it u dij alan, maka oleh Kepala Kej aksaan dapat disit a
ket erangan mengemudi yang t elah diberikan kepadanya at au t andapenerimaan yang disebut kan dalam ayat (2), sampai perbuat an ini diadili
dengan keput usan-hakim yang t ak dapat diubah lagi, at au sampai saat
penet apan bahwa t idak akan diadakan lagi t unt ut an-hukuman. Dalam hal
ini t idak diberikan t anda-penerimaan yang disebut dalam ayat (2) it u.
di
tje
n

Dalam pasal 56 ayat -ayat (1) dan (2) kat a-kat a "Gubernur Jenderal dan/ at au
Kepala-kepala Depart emen" digant i dengan kat a "Ment eri".
Dalam pasal 57 ayat (2) kat a-kat a "Gubernur Jenderal" digant i dengan kat a :
"Presiden".
Pasal II.
Selama dalam pasal I dari Undang-undang ini t idak ada penet apan lain maka
dalam "Undang-undang Lalu-lint as Jalan" sebagai penggant i :
a. "Gubernur Jenderal" ; "Direkt ur Perhubungan dan Perairan" harus dibaca :
"Ment eri Perhubungan";
b. "Direkt ur Pemerint ahan Dalam Negeri" harus dibaca "Ment eri Dalam Negeri";
c. "Regeringsverordening" harus dibaca "Perat uran-Pemerint ah;
d. "Javase Courant " harus dibaca "Berit a Negara".
Pasal III.
Jika di dalam at uran-at uran yang dit et apkan dengan at au berdasarkan at as
"Undang-undang Lalu-Lint as Jalan" disebut :
a. "propinsi", "dewan propinsi", "dewan harian propinsi" (College van

www.djpp.depkumham.go.id

b.

Gedeput eerden) dan "gubernur", maka dimaksudkan pula dengan it u
bert urut -t urut :
"Daerah Ist imewa Yogyakart a", sebagaimana dimaksudkan dalam Undangundang nomor 3 dan 19 t ahun 1950 dari Republik Indonesia (Negara-Bagian
dahulu), sert a badan-badan pemerint ahan daerah it u yang bersamaan;
"st adsgemeent e" dan "gemeent e", maka dengan it u dimaksudkan kot a-kot a
sepert i yang dimaksudkan di dalam pasal-pasal 121 dan 123 Tat a Negara
Indonesia sert a "kot a-besar" dan "kot a-kecil" sepert i yang dimaksudkan
dalam Undang-undang No. 22 t ahun 1948 dari Republik Indonesia (NegaraBagian dahulu).

Pasal IV.
Pengumuman di Lembaran-lembaran Propinsi at au Lembaran-lembaran Kot a
yang diharuskan menurut at au berdasarkan "Undang-undang Lalu-lint as Jalan"
it u, di t empat -t empat yang belum ada penerbit an Lembaran-lembaran
demikian, dilakukan di dalam "Berit a Negara".
ru
nd
an
gun
da
ng
an

Pasal V.

di
tje
n

Pasal VI.

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

Di mana dalam at au berdasar Undang-undang ini ada ket ent uan ket ent uan yang
mengakui hak ut ama berdasarkan hak sej arah, maka ket ent uan ket ent uan it u
dit iadakan.

Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal 1 Juli 1951.
Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat an dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 30 Juni 1951.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEKARNO
MENTERI PERHUBUNGAN
DJUANDA
Diundangkan
pada t anggal 9 Juli 1951.
MENTERI KEHAKIMAN a. i. ,
M. A PELLAUPESSY

www.djpp.depkumham.go.id

PENJELASAN UNDANG UNDANG NO 7 TAHUN 1950
TENTANG
PERUBAHAN DAN TAMBAHAN UNDANG-UNDANG LALU-LINTAS JALAN
(WEGVERKEERSORDONNANTIE, STAATSBLAD 1933 NO. 86)
PENJELASAN UMUM.

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da
ng
an

Undang-undang Lalu-lint as Jalan, yang berlaku pada 27 Desember 1949, masih
t et ap berlaku sesudah penyerahan kedaulat an menurut pasal 192 "Undangundang Dasar Republik Indonesia Serikat , pun sesudah penj elmaan NegaraKesat uan pada 17 Agust us 1950 t et ap berl aku menurut pasal 142 "Undangundang Dasar Sement ara".
Undang-undang Lalu-lint as Jalan t ersebut yang bersif at modern dan yang t elah
t ernyat a berguna diprakt ek, unt uk beberapa wakt u t et ap dapat berlaku dengan
syah, dipandang dari sudut hukum madi (mat erieel recht ). Pemerint ah t idak
dapat menyangkal, bahwa peninj auan kembali at uran-at uran mengenai
ekonomi Lalu-lint as Jalan yang t erdapat di dalam perundang-undangan ini
sangat perlu unt uk menyesuaikannya dengan pendirian-pendirian Umum
Pemerint ah yang mengenai polit ik lalu-lint as dan ekonomi pengangkut an,
t et api perobahan yang demikian belum lagi dapat dikemukakan, oleh karena
masalah koordinasi-pengangkut an yang serba sulit it u memerlukan penyelidikan
yang saksama yang akan memakan j angka wakt u yang agak
lama. Tet api perat uran-perat uran yang bersangkut an dengan Undang undang
yang berlaku sekarang mempunyai banyak kelonggaran (elast icit eit ), sehingga
ket ika melaksanakannya Pemerint ah t idak t erikat kepada polit ik Pemerint ah
dahulu, dan dapat mewuj udkan pendirian-pendiriannya sement ara mengenai
hal it u. Sudah t ent u hal ini akan dilakukan secara sangat berhat i-hat i, selama
Pemerint ah belum menent ukan pendiriannya sampai garis-garis kecil mengenai
polit ik yang akan dij alankan. Dapat dikat akan, bahwa sebagai t uj uan yang
t erut ama sewakt u menj alankan at uran-at uran t ent ang pengangkut an, ialah
pembangunan alat -pengangkut an nasional yang dibent uk dari perusahaanperusahaan pengangkut an yang sebagian besar bersif at kebangsaan.
Pemerint ah t elah senant iasa berusaha ke arah ini. Pada at uran-at uran
penyelenggaraan Undang-undang Lalu-lint as Jalan yang j uga akan mendapat
peninj auan dan perbaikan-sement ara, akan segera pula dimasukkan at uranat uran unt uk memperpesat kan penj elmaan t uj uan ini.
Selain dari it u unt uk sement ara Pemerint ah berpendapat t idak akan
mengadakan perubahan Undang-undang Lalu-lint as Jal an yang prinsipieel,
sebelum lembaga-lembaga-negara sudah kokoh dan alat -pemerint ahan sampai
ke seluruh cabang-cabangnya t elah mengembangkan usahanya seluas-luasnya,
sehingga dapat dij alankan polit ik-lalu-lint as yang baru dengan berhasil baik.
Organisasi j awat an-j awat an yang diberi t ugas unt uk menj alankan dan

www.djpp.depkumham.go.id

mengawasi pelaksanaan Undang-undang Lal u-lint as ini, t elah disusun dengan
sungguh-sungguh. Tet api pendidikan pegawai-pegawai ahli, walaupun unt uk
sement ara wakt u t idak sesempurna yang dikehendaki, sudah t ent u
menghendaki wakt u j uga.
Berdasarkan pert imbangan-pert imbangan yang disebut t adi maka perubahan
yang diusulkan sekarang hanya bersif at hukum-zahari (f ormeel recht ) saj a.
Tet api perubahan-perubahan ini sangat perlu unt uk menj amin pelaksanaan
Undang-undang Lalu-lint as Jalan secara prakt is. Menurut Undang-undang it u
masih ada badan-badan pemerint ahan yang diberikan kekuasaan-eksekut ip,
yang sekarang t idak ada lagi, sepert i "Gubernur Jenderal", "Residen", "Asist enresiden", "Kepala Pemerint ahan set empat " dan "Magist rat ". Walaupun seringkali
t elah nyat a, kepada penj abat -penj abat mana dalam suasana baru ini harus
diberikan kekuasaan-kekuasaan yang ada pada badan-badan pemerint ahan t adi,
t et api masih perlu hal ini diperkuat dengan Undang-undang, j uga mengenai
beberapa hal , yang t idak segera dapat dinyat akan badan mana yang ada
sekarang ini harus menerima kekuasaan it u.
ru
nd
an
gun
da
ng
an

Penunj ukkan badan-badan-eksekut ip bersif at sement ara dalam beberapa hal,
dan harus dianggap sebagai t indakan-peralihan.

ra
tu
ra
n

Pe

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.

di
tje
n

Pe

Pasal 1.
Ayat (1) sub 8. Dari def inisi "daerah-daerah ot onoom" (Openbare
gemenschappen) harus dit iadakan penunj ukan ke "Tat a-Negara
Indonesia" yang dahulu, yang ant ara lain j uga menyebut "daerah-daerah
golongan" (groepsgemeenschappen) yang sekarang t idak ada lagi. Lihat
j uga pasal III.
Pasal 5.
Ayat (2). Dari penet apan ini harus dibuang sebagai badan pemerint ahan
eksekut ip gubernur-gubernur Gubernemen Yogyakart a dan Surakart a,
dan residen-residen.
Ayat (4). Penet apan yang ada sekarang mengharuskan pengumuman
keput usan-keput usan
mengenai
penet apan
kecepat an-kecepat an
maksimum di Lembaran Propinsi, at au Berit a Negara. Jika Lembaranlembaran Propinsi sudah dikeluarkan di mana-mana, maka t idak perlu
lagi dilakukan pengumuman di Berit a Negara. Lihat selanj ut nya pasal II
sub d dan pasal IV.
Pasal 8 ayat (2), 11 sub b dan 16 ayat (2).
Tanda nomor dan ket erangan-mengemudi dikeluarkan oleh para residen.

www.djpp.depkumham.go.id

Diprakt ek kewaj iban ini selalu dit ugaskan dan diserahkan seluruhnya kepada
Polisi Umum. Bagaimana j uga kedudukan Pamong Praj a t erhadap Polisi akan
diat ur kelak, t idak ada keberat an, j ika segera dit et apkan dengan Undangundang kekuasaan polisi dal am melaksanakan Undang-undang Lalu-lint as
mengenai soal ini, sebab pengawasan lalu-lint as sebenarya adalah bagian yang
pent ing dari t ugas-polisi dan dengan sendirinya hal ini harus set erusnya
dipercayakan kepada Jawat an Polisi Umum.
Ol eh karena organisasi Polisi Umum sambil menunggu diadakan pembagianket at a-negaraan yang past i (pembagian propinsi dalam kabupat en-kabupat en)masih berdasarkan pembagian-pemerint ahan dalam keresidenan, maka sebagai
akibat nya yang t ak dapat dielakkan lagi, ial ah, bahwa buat sement ara wakt u,
pengluaran t anda-nomor dan ket erangan-mengemudi harus t et ap dilakukan
secara keresidenan demi keresidenan.

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da
ng
an

Pasal 14.
Ayat (1). At uran-at uran dan perat uran-perat uran Polisi yang disebut
dalam pasal 129 Tat a-Negara Indonesia t idak ada lagi pada susunan baru
ini.
Ayat (3). Menurut penet apan ini Gubernur Jenderal dapat sement ara
membat alkan at uran mengenai kewaj iban memberi -nomor pada
kendaraan-kendaraan t ak bermot or unt uk daerah-daerah yang
mempunyai lalu-lint as-kendaraan yang belum luas. Kekuasaan ini t idak
dipergunakan lagi pada t ahun-t ahun t erakhir sebelum perang.
Pasal 25.
Ayat -ayat (3) dan (4). Dalam ayat (3) pemeriksaan-kendaraan-mot or
diserahkan kepada, selain dari Jawat an-Pemeriksaan-Propinsi, j uga
kepada Jawat an Pemeriksaan Daerah, daerah golongan dan keresidenan,
sert a j uga kepada Jawat an Pemeriksaan Daerah Perkebunan.
Unt uk sement ara j awat an-j awat an pemeriksaan it u sekarang diat ur dari
pusat dengan perat uran pemerint ah. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan
ayat (4).
Ayat (5). Menurut penet apan ini Gubernur Jenderal mempunyai
kekuasaan membebaskan kewaj iban pemeriksaan kendaraan mot or unt uk
daerah-daerah yang mempunyai lalu lint as kendaraan mot or yang belum
luas.
Ol eh karena hal demikian dianggap bert ent angan dengan keamanan,
maka penet apan ini sudah lama sebelum perang t idak dij alankan lagi.
Pasal 27.
Lihat penj elasan at as pasal 14 ayat (1).

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 30.
Ayat (1). Lihat penj elasan at as pasal 5 ayat (2).
Ayat (2). Lihat penj elasan at as pasal 5 ayat (4).

ru
nd
an
gun
da
ng
an

Pasal 31.
Ayat -ayat (1), (2) dan (2a). Ol eh karena Pemerint ah pemerint ah Propinsi
belum semua t ersusun, dan inspeksi-inspeksi yang akan diberbant ukan
kepada Pemerint ah it u belum semua berj alan, maka kekuasaan (hak)
unt uk memberikan izin unt uk dines ot obis umum t et ap dipegang Ment eri
Perhubungan : hal ini adalah t indakan peral ihan. Lagi pula sekarang ini
pembangunan soal ot obis ini sangat perlu diurus dari pusat , sebab
perkara
ini
menghendaki
keahlian
khusus
dan
sewakt u
mempert imbangkan permint aan izin ini harus diadakan ukuran-ukuran
umum. Selanj ut nya sewakt u membangun al at pengangkut an ot obis it u
harus dipergunakan dasar-dasar koordinasi dan ekonomi lalu-lint as yang
t ert ent u, yang belum lagi dikerj akan sampai garis-garis kecil, sehingga
belum dapat diumumkan; dan berhubung dengan it ulah maka kekuasaan
unt uk memberikan izin ot obis t ersebut t idak segera dapat diserahkan
kepada Pemerint ah-pemerint ah daerah.

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

Pasal 32.
Ayat (6). Izin sekali-sekali (incident eel) unt uk menj alankan ot obis umum
menurut at uran-at uran yang ada sekarang, diberikan oleh asist enresiden, at au Kepala Pemerint ah set empat . Diprakt ek t ernyat a,
pembesar-pembesar pemerint ah ini t idak mempunyai pemandangan yang
cukup dalam perkara ini. Kekuasaan ini diserahkan kepada pegawaipegawai Pamong Praj a, sebab belum perang hanya di Jawa dan Madura
saj a diadakan Inspeksi Lalu-lint as. Ol eh karena sekarang ini di t iap-t iap
Propinsi diadakan at au akan diadakan inspeksi lalu-lint as, maka dengan
sendirinya j awat an yang ahli ini dit ugaskan unt uk melaksanakan at uran
it u.
Ayat (7). Lihat penj elasan at as pasal 14 ayat (3).
Pasal 37.
Ayat (4). Terhadap keput usan-keput usan Direkt ur Perhubungan dan
Pengairan, diberi kesempat an unt uk memint a perbandingan kepada
Gubernur Jenderal. Walaupun Ment eri Perhubungan sekarang berlainan
pert anggungj awabnya kepada Parlemen dari pada Direkt ur Perhubungan
dan Perairan yang dahulu mengenai pimpinannya dalam soal lalu-lint as,
t et api buat sement ara masih dianggap perlu diadakan inst ansi yang lebih
t inggi kepada siapa orang dapat memint a perbandingan mengenai
keput usan-keput usannya; dalam suasana yang baru sekarang Dewan
Ment eri yang dianggap t epat unt uk memberikan put usan dalam
perbandingan it u.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 40.
Ayat (1). Dengan Gubernur dimaksudkan di sini Gubernur gubernur
Sumat era, Kalimant an dan Timur Besar dahul u.
Ayat (4). Lihat penj elasan at as pasal 32 ayat (6).
Pasal 43.
Ayat (7). Lihat penj elasan at as pasal 37 ayat (4).

ru
nd
an
gun
da
ng
an

Pasal 54.
Ayat (4) di bawah a. Meskipun sudah selayaknya, masih dianggap perlu
supaya dit et apkan, bahwa pegawai kepolisian sebelum memakai
kekerasan, menj alankan segala kebij aksanaan dalam menunt ut supaya
perint ah dan pet unj uknya dit urut .
Ayat (5). Penet apan ini mengat ur pengawalan kendaraan yang t elah
dipakai sewakt u melakukan pelanggaran. Dengan sendirinya kekuasaan
(hak) unt uk mengeluarkan perint ah yang demikian harus diberikan
kepada Parket .

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

Pasal 55.
Ayat (3). At uran ini dahulu memberikan kekuasaan kepada Jaksa Umum
dan kepada Asist en-residen, Kepala Pemerint ahan set empat dan
Magist rat menyit a ket erangan-ket erangan mengemudi kepunyaan
seorang pengemudi kendaraan yang bermuat sesuat u pelanggaran lalulint as dalam keadaan yang sedemikian, sehingga t ak dapat
dipert anggung j awabkan unt uk membolehkannya lagi berada di j alan
sebagai pengemudi kendaraan yang serupa it u. Juga kekuasaan ini
semat a-mat a harus berada pada pegawai penunt ut , yait u Parket .
Pasal 56.
Ayat -ayat (1) dan (2). Pasal ini menguraikan pembent ukan Panit ya Lalulint as dan menyebut kan pembesar-pembesar yang akan diberikan
nasehat -nasehat oleh Panit ya ini.
Pasal 57.
Ayat (2). At uran ini menerangkan bahwa Gubernur Jenderal berkuasa
dalam hal-hal ist imewa memberikan kel onggaran (dispensasi) dari
at uran-at uran yang dit et apkan dengan at au berdasarkan Undang-undang
Lalu-lint as Jalan. Kekuasaan yang maha pent ing ini harus berada di
t angan Kepala Negara.
Pasal II.
sub a. Hanya dalam sat u hal, yakni, dalam hal yang disebut di pasal 57 ayat (2)

www.djpp.depkumham.go.id

kekuasaan Gubernur-Jenderal dahulu berpindah kepada Presiden. Jika diselidiki
lebih lanj ut maka t ernyat a, bahwa segal a kekuasaan-kekuasaan GubernurJenderal yang lain adalah mengenai soal-soal yang diselenggarakan dengan
pert anggung-j awaban Ment eri, oleh sebab it u kekuasaan-kekuasaan ini harus
diserahkan kepada Ment eri Perhubungan.
Segala kekuasaan-kekuasaan Direkt ur Perhubungan dan Perairan yang dahulu
dengan sendirinya berpindah ke Ment eri Perhubungan.
sub b, c dan d. At uran-at uran ini t ak perlu dij elaskan lagi. Lihat selanj ut nya
pasal IV.
Pasal III.

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da
ng
an

sub a. Menurut Undang-undang Republik Indonesia (Negara Bagian dahulu) No. 3
dan 19 t ahun 1950 mengenai pembent ukan Daerah Ist imewa Yogyakart a,
Daerah ini sederaj at dengan propinsi sebagai daerah ot onoom.
Unt uk menghindarkan perlunya mengubah puluhan pasal, yang menyebut kan
propinsi at au badan-badannya, maka sesuai dengan Undang-undang yang
t ermaksud, di sini dit et apkan, bahwa t ent ang pelaksanaan perundang-undangan
lalu-lint as j alan, Daerah Ist imewa Yogyakart a mempunyai hak-hak yang
bersamaan dengan Pemerint ah Propinsi.
sub b. Baik daerah-daerah kot a di daerah-daerah R. I. S. yang dahulu, maupun
kot a-besar dan kot a-kecil di daerah R. I. (Negara Bagian dahulu) harus diberikan
t ugas pada pelaksanaan perundang-undangan lalu-lint as j alan.
Pasal IV.

Selama lembaran-lembaran propinsi dan kot a belum dit erbit kan, perat uranperat uran dan keput usan-keput usan daerah-ot onoom, yang melaksanakan
perundang-undangan lalu-lint as j alan harus diumumkan dengan cara lain.
Berit a Negara ialah penerbit an yang selayaknya unt uk ini.
Pasal V.
Dalam Undang-undang Lalu-lint as Jalan adal ah beberapa j enis perat uran yang
memperkenankan hak ut ama kepada pengusaha-pengusaha pengangkut an
umum unt uk memperoleh izin pengangkut an penumpang dan barang dan yang
wakt u berlakunya izinnya t elah lampau (lihat lah pasal-pasal 32 ayat 5 dan 41
ayat (5) Undang-undang Lal u-lint as Jalan).
Hasrat ini yang t erang, unt uk mempert ahankan sesuat u yang t elah berada, at au
dengan kat a lain : unt uk melindungi hak sej arah (hist orisch recht ), merint angi
pembina peralat an pengangkut an yang nasional, maka t idak sesuai lagi dengan
perimbangan-perimbangan yang t elah diubah.

www.djpp.depkumham.go.id

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da
ng
an

Berhubung dengan it u, maka Undang-undang Lalu-lint as Jalan perlu dit ambah
dengan suat u pasal umum unt uk menyampingkan pengakuan hak sej arah it u
dan demikianlah inst ansi yang berhak memberikan izin-izin dapat bert indak
dengan bebas unt uk memperkenankan izin-izin pengangkut an penumpang dan
barang kepada pengusaha-pengusaha, yang dalam suasana dewasa ini
selayaknya harus diberikan izin it u.