be104881 4c8e 426c 8c8d 10311db2b144

(1)

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M. PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, JawaTimur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga, Program KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.

Di bidang kesehatan Program KINERJA mendorong pemerintah daerah memperbaiki dan meningkatkan pelayanan Kesehatan Ibu & Anak (mother and child health) dengan focus pada Persalinan Aman, Menyusu Dini dan ASI eksklusif (atau disingkat PA-IMD-ASI atau Save delivery, immediate breast feeding, exclusive breas tfeeding/SD-IBF-EB). Peningkatan pelayanan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan dapat

menyelenggarakan kegiatannya untuk pencapaian standar pelayanan publik (SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional serta mencapai tujuan-tujuan MDG (Millennium Development Goals).

KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar praktek baik dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) dapat diadopsi dan disebarluaskan ke daerah-daerah lainnya, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya. Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin menerapkan tatakelola yang baik dan penghitungan kebutuhan pemenuhan target standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi/konsultan yang selama ini membantu Program KINERJA.


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB 1 RINGKASAN EKSEKUTIF 3

Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 3

Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 6

Rekomendasi kepada para Calon OMP 6

Rekomendasi kepada para Lembaga Diklat 7

BAB 2 PENDEKATAN KINERJA 8

Pendekatan Umum Proyek KINERJA 8

Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Kesehatan 9

Prinsip dan Tahapan dalam Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM Kesehatan 10

BAB 3 PENGALAMAN KINERJA DALAM PENDAMPINGAN PERENCANAAN SPM BIDANG KESEHATAN

12

Situasi yang Dihadapi di Daerah 12

Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif 13

Proses kerja 15

BAB 4 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 18

Tantangan 18

Keberhasilan Program 19

BAB 5 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 23

Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin masuk Kedalam Program KINERJA 23 Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin untuk Replikasi Pendekatan SPM 24

Rekomendasi untuk Calon Konsultan dan OMP 25


(5)

Tujuan dan Keberhasilan KINERJA

1. Tujuan Umum Program KINERJA

Program Kinerja adalah sebuah program tata kelola pemerintahan yang baik yang difokuskan pada peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik di sektor Pendidikan Dasar (basic education), Kesehatan Ibu & Anak (Mother and Child Health) dan Iklim Usaha yang baik (Business Enabling Environment). Program Kinerja dibiayai oleh donor USAID dan dilaksanakan oleh suatu konsorsium konsultan RTI International sebagai lead-irm dan mitra konsorsiumnya, yaitu The Asia Foundation (TAF), Kemitraan - Partnership, Social Impact (SI), Lembaga Penelitian SMERU dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Jangka waktu pelaksanaan program ini adalah 5 tahun dari tanggal 30 September 2010 sampai 28 Februari 2015.

Program Kinerja bekerja di 20 kabupaten/kota di 4 Propinsi yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Kinerja bekerja dengan Pemerintah Daerah, Provinsidan Pusat serta Organisasi Masyarakat Sipil untuk memperkuat mekanisme partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan membantu pemerintah daerah agar dapat lebih tanggap (responsive) terhadap kebutuhan masyarakat atas tata kelola pelayanan publik yang baik.

Program KINERJA dilakukan melalui pendekatan dua sisi yaitu sisi penyedia layanan (supply) dan sisi pengguna layanan (demand). Kedua sisi tersebut didorong untuk peningkatan aspek-aspek tatakelola yang baik (good governance), Pada sisi penyedia layanan, dalam hal ini SKPD/Dinas, unit layanan serta Pemda (eksekutif dan legislatif) didorong untuk meningkatkan manajemen eisien dan efektif yang berorientasi pada standar pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan publik. Padapendekatan pengguna layanan (demand side) dilakukan dengan meningkatkan kepedulian, keterlibatan dan pengawasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik melalui peran forum multi stakeholder (FMS) atau forum peduli serta jurnalisme warga/media.

Sedangkan pada pendekatan penyedia layanan (supply side) dilakukan dengan meningkatkan kemampuan pemberi layanan untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi dan penerapan praktik yang baikuntuk perbaikan kualitas pelayanan publik yang mengacu kepada pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal yang telah ditetapkan melalui peraturan perundangan pemerintah (untuk sektor Pendidikan dengan Permendikbud No.23 th 2013 tentang SPM Pendidikan Dasar di kab/kota). Ada 27 indikator SPM yang harus dipenuhi sejakdari ketersediaan buku, alat peraga, ruang kelas,

BAB 1


(6)

Program Kinerja mempunyai sasaran:

1. Menciptakan insentif untuk meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah. Insentif tersebut mencakup harapan hasil kinerja yang lebih baik, akibat adanya peningkatan keterlibatan warga dan pertanggungjawaban kepada warga, penghargaan (atau sanksi) atas kinerja yang baik (atau buruk), dan kebanggaan (atau perasaan malu) ketika kinerja pemerintah daerah diumumkan kepada publik. Bantuan teknis menghasilkan insentif yang lebih kuat dengan memberi warga suara yang lebih efektif dalam penyelenggaraan pelayanan publik, mendukung sistem manajemen kinerja pada pemerintah daerah, dan meningkatkan persaingan melalui benchmarking, serta program pemberian penghargaan yang kompetitif.

2. Mendorong pengadopsian penyelenggaraan pelayanan yang inovatif. Program Kinerja menawarkan pilihan intervensi teknis yang tepat sasaran dan dirancang dengan baik di tiga sektor pendidikan, kesehatan dan iklim usaha. Program berfokus pada elemen-elemen penting dari pelayanan di sektor-sektor khusus tersebut, beberapa elemen yang mampu memberikan dampak, bukan melaksanakan terlalu banyak kegiatan yang berlainan.

3. Mereplikasi sistem manajemen yang lebih baik dan mendiseminasinya dengan skala yang lebih luas melalui organisasi-organisasi perantara dan konsultan. Dampak program Kinerja diperluas secara nasional melalui diseminasi-diseminasi.

4. Menerapkan skema evaluasi dampak yang cermat dengan menggunakan kabupaten kontrol yang dipilih secara teliti dan studi mendalam. Evaluasi ini mengukur hasil untuk memberikan informasi tentang intervensi mana saja yang efektif, mengapa dan bagaimana.

2. Lokasi Program KINERJA

KINERJA bekerja di 20 kabupaten/kota di 4 provinsi, yakni:

1. Provinsi Aceh: Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Simeulue, danKota Banda Aceh. 2. Provinsi Jawa Timur: Kabupaten Bondowoso, Jember,Probolinggo dan Tulungagung, dan Kota

Probolinggo,

3. Provinsi Sulawesi Selatan: Kabupaten Barru, Bulukumba, Luwu dan Luwu Utara, danKota Makassar. 4. Provinsi Kalimantan Barat:, Kabupaten Bengkayang, Melawi, Sambas, Sekadau dan Kota Singkawang.

Dari 20 kabupaten/kota mitra Kinerja di atas, Kinerja melaksanakan pendampingan SPM bidang kesehatan di 6 kabupaten/kota pada Round-1 dan 13 kabupaten/kota pada Round-2.


(7)

3. Keberhasilan KINERJA dalam Pendampingan Perencanaan dan

Penganggaran SPM Bidang Kesehatan

Bantuan teknis KINERJA di sektor kesehatan di kabupaten/kota secara umum adalah pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA atau Maternal Neonatal and Child Health/MNCH) dengan fokus pada Persalinan Aman, Menyusu Dini dan ASI eksklusif (PA-IMD-ASI atau Save delivery, immediate breastfeeding, exclusive breastfeeding/SD-IBF-EB).

Keberhasilan KINERJA pada pendampingan perencanaan dan penganggaran SPM bidang kesehatan, antara lain adalah :

• Dari sisi proses, keberhasilan pendampingan ini ditunjukkan dengan antara lain:

a) Terjadi peningkatan jumlah kabupaten/kota yang mampu menyelesaikan perencanaan dan penganggaran SPM kesehatan dalam kurun waktu rata-rata 6 bulan. Proses perencanaan dan penganggaraan ini meliputi pembenahan sistem pendataan untuk perhitungan baseline SPM kesehatan, perhitungan kesenjangan capaian terhadap target SPM, analisis penyebab kesenjangan, identiikasi program dan kegiatan prioritas untuk mengurangi kesenjangan, dan perhitungan kebutuhan biaya untuk program dan kegiatan prioritas tsb dalam rangka pemenuhan target SPM (costing SPM). b) Pemanfaatan hasil perhitungan kebutuhan biaya pemenuhan target SPM dalam perencanaan

dan penganggaran daerah. Dengan kata lain, perencanaan dan penganggaran di kabupaten/kota dampingantelah mulai mengacu pada kebutuhan pemenuhan target SPM.

• Dari sisi hasil, keberhasilan pendampingan ini ditunjukkan dengan antara lain:

a) Diintegrasikannya hasil prioritisasi kegiatan dan kebutuhan anggaran SPM Kesehatan ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah, seperti oleh Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Jember, Kabupaten Singkawang, dan Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Singkawang mengintegrasikan SPM Kesehatan dalam Renstra Dinas Kesehatan dan RPJMD 2013-2018. Berdasarkan hasil perhitungan costing pada Tahun 2013, Kabupaten Jember melalui KUA-PPAS 2014 telah mengalokasikan sedikitnya 79 Milyar untuk kegiatan pencapaian SPM Kesehatan.

b) Kota Makassar menerbitkan Peraturan Walikota tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kota Makassar. Peraturan Walikota ini memuat pasal mengenai target tahunan dan program prioritas untuk memenuhi nilai dan batas waktu pencapaian SPM Kesehatan 2015. Target tahunan dan program prioritas ini telah mengacu pada hasil costing SPM Kesehatan Kota Makassar


(8)

Rekomendasi Kepada Para Pimpinan Daerah

Program Perencanaan dan Penganggaran SPM Kesehatan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan bersama

stakeholder kabupaten/kota dengan dukungan dari KINERJA menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan, sebagaimana disampaikan diatas. Rekomendasi pertama KINERJA kepada pimpinan daerah, khususnya daerah dengan anggaran terbatas dan kesenjangan pelayanan kesehatan yang tinggi, adalah untuk belajar dari pengalaman KINERJA, dari pengalaman itu menghitung kebutuhan pemenuhan SPM Kesehatan dan mengintegrasikan hasilnya dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah dan APBD.Berdasarkan pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi, yakni:

a) Diperlukan komitmen yang kuat dari para pimpinan daerah (Bupati/Walikota, DPRD, Sekda, dan Kepala Dinas Kesehatan) untuk menerapkan SPM bidang Kesehatan,

b) Setiap kebijakan pada pelayanan publik hendaknya berorientasi pada target standar pelayanan minimal sehingga capaiannya dapat diukur dengan jelas,

c) Melibatkan organisasi masyarakat sipil/OMS atau forum-forum multi stakeholder (FMS) dalampenyelengaraan tata kelola pelayanan kesehatan,

d) Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, seperti mendayagunakan Dewan Kota Sehatdan perguruan tinggi setempat.

e) Berkoordinasi dan sinergi antar SKPD dan instansi pemerintah daerah terkait. f) Menetapkan indikator kinerja dan pengukuran keberhasilan program, dan

g) Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA sebagai instrument pendukung perbaikan kinerja pelayanan publik.

Rekomendasi kepada para Calon OMP

Organisasi-organisasi Mitra Pelaksana (OMP) dan konsultan mitra pelaksana KINERJA yang telah banyak membantu pemerintah daerah/Dinas Kesehatan dan forum multi stakeholder dalam pendampingan penerapan Program Perencanaan dan Penganggaran SPM bidang kesehatan, merupakan aset daerah yang berharga. Ada beberapa rekomendasi bagi OMP dan Konsultan dalam upaya melanjutkan perannya, yakni:

a) Mengintegrasikan aspek tata kelola yang baik (good governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan warga masyarakat dan forum-forum multi stakeholder,


(9)

b) Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta,

c) Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang melaksanakan program, dan

d) Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder,

e) Bekerjasama antar OMP dan Perguruan Tinggi setempat untuk lebih meningkatkan kapasitas/kemampuan.

Rekomendasi kepada para Lembaga Diklat

Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan di berbagai tingkat pemerintahan (Diklat Kabupaten/kota, Diklat Provinsi, Diklat Pusat) mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga tersebut memasukkan pendekatan-pendekatan dan praktek-praktek baik KINERJA dalam kurikulum dan pelatihan yang diselenggarakan Diklat yang meliputi:

a) tata kelola (governance) yang melibatkan warga masyarakat sebagai pengguna layanan publik, b) lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan

pemahaman,

c) mengadopsi modul, inovasi dan praktek baik (good practice) yang dikembangkan KINERJA DONOR lain, serta Kementerian Teknis terkait, seperti KemenPAN,

d) Menyelenggarakan pelatihan peningkatan pelayanan public secara berkala, dengan membuka

kesempatan melibatkan narasumber (OMP, Konsultan, Dinas/Instansi) yang sudah menerapkan praktek baik inovasi pelayanan publik.


(10)

BAB 2

PENDEKATAN KINERJA

Pendekatan Umum Proyek KINERJA

KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang kesehatan, pendidikan dasar dan iklim usaha yang baik.

KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.

Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak replikasi, pemerintah daerah di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih berkualitas serta lebih responsif terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara atau pengguna layanan.

Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan warga masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam perencanaan dan penerapan SPM peran legislatif DPRD sangat dominan karena fungsi penganggaran berada di dewan perwakilan rakyat daerah. Peran Bappeda selaku koordinator perencanaan daerah juga sangat penting.

Sebagian besar program KINERJA dilaksanakan melalui organisasi mitra pelaksana (OMP) dan Konsultan (short term/STTA) Kinerja, yang juga menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:

1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui kajian dan analisa, seperti Analisa Anggaran Daerah dan Analisa Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM;

2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipatif;

3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta


(11)

4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan pelayanan publik yang lebih baik.

5. Membentuk Tim Penyusun perencanaan SPM kabupaten/kota yang terdiri dari multi stakeholder untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;

Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:

1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik (demand side);

2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang berstandar;

3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah.

Dengan bekerja disisi penyedia (supply side) dan dan pengguna layanan (demand side), maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Kesehatan

Di sektor kesehatan, KINERJA melaksanakan paket program pada Persalinan Aman, Menyusu Dini dan ASI eksklusif (PA-IMD-ASI yang berorientasi standar pelayanan minimal (SPM). Program PA-IMD-ASI ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program di bidang kesehatan ibu dan anak (KIA) tidak semata-mata dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, Badan Kepegawaian Daerah, Kecamatan, Desa/Kelurahandan DPRD. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program PA-IMD-ASI, keterlibatan antar instansi/lembaga/masyarakat warga sangat penting.


(12)

Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk berperan serta dalam penyelengaraan pelayanan publik sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan

masyarakat, program-program peningkatan dan perbaikan pelayanan publik dapat terlaksanakan secara tranparan, akuntabel dan perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement).

Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor kesehatan ibu dan anak, khususnya PA-IMD-ASI ekslusif, harus dapat berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program PA-IMD-ASI dapat dirasakan dengann baik oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.

• Berorientasi Standar. Dengan mengacu kepada standar pelayanan (service standards: SPM, SOP, SPP, Service Charter, ISO) sesuai regulasi maka kinerja pelayanan dapat diukur lebih baik dan dapat diperbandingkasn secara nasional, regional dan lokal.

Prinsip dan Tahapan dalam Penghitungan Kebutuhan

Pemenuhan SPM Kesehatan

Prinsip-prinsip dalam perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Dengan menerapkan SPM atau standar pelayanan akan mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang berkelanjutan (continuous improvement).

2. Peraturan pemerintah/kementerian terkait SPM dan standar lainnya, dimaksudkan sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan KIA secara merata dan terfokus.

3. Penghitungan SPM menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu ketersediaan data yang baik di Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit menjadi persyaratan utama.

4. Penghitungan SPM berdasarkan pedoman peraturan regulasi Pemerintah yang berlaku dan mengacu kepada kesenjangan (gap) antara capaian saat ini dengan sasaran yang ditetapkan secara nasional/ provinsi, jadi bukan hanya apa yang diinginkan kepala dinas/puskesmas, kelompok warga, atau Bupati/ Walikota saja.

5. Penghitungan SPM dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri dengan membentuk Tim Penyusun SPM yang terdiri dari berbagai unsur: eksekutif, legislatif, masyarakat (tokoh/ahli).


(13)

6. Memuat capaian sasaran SPM sehingga pendanaan/penganggaran bidang Kesehatan lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu kesehatan ibu dan anak yang semakin tinggi.

7. Didasarkan pada regulasi daerah (Surat Keputusan, Peraturan bupati/walikota atau Peraturan daerah). Hal ini diperlukan untuk menjamin penerapan SPM dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.

8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SPM secara periodik diperlukan agar penerapan SPM dapat tepat sasaran dan terus disempurnakan,

9. Pengelolaan setiap masukan dan pengaduan masyarakat secara jujur, agar bisa menjadi sumber perbaikan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat pengguna layanan (customer oriented).

Proses perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM di kabupaten/kota dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Membuat kesepakatan dengan Kepala Daerah dan Kepala Dinas Kesehatan serta Kepala Bappeda untuk disepakatinya kegiatan perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM bidang kesehatan. 2. Membentuk Tim Penyusun SPM yang ditetapkan Kepala Dinas Kesehatan. Tim terdiri unsur- unsur

eksekutif, unsur legislatif, dan unsur masyarakat, antara lain: Bidang-bidang di DinKes (Sungram, Yankes, Kesga), Puskesmas, Bidang SosBud Bappeda, Bagian Keuangan, Bagian Organisasi Setda, Komisi DPRD membidangi kesehatan, Kecamatan, Perwakilan forum masyarakat peduli kesehatan, Forum Kota Sehat, Perwakilan Komite Kesehatan (kabupaten/kecamatan).

3. Menetapkan Fasilitator/Pelatih yang akan mendampingi Tim SPM selama proses penyusunan dan

pengitungan costing SPM.

4. Mengadakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan jika diperlukan melakukan Studi Komparatif penerapan Standar Pelayanan di Kabupaten/kota lainnya.

5. Setelah proses diatas dilalui maka tahap selanjutnya adalah proses yang dilaksanakan oleh Tim Penyusun SPM yang sudah dibentuk, sejak penghitungan SPM, integrasi hasil kedalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah/dinas, pelaksanaan program-kegiatan, dan monitoringdan evaluasi.


(14)

Situasi yang Dihadapi di Daerah

Dari hasil angket kuisioner evaluasi diri penerapan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah kabupaten/kota pada saat lokakarya, banyak daerah kabupaten/kota mitra Kinerja yang belum cukup paham berkaitan dengan SPM bidang kesehatan dan SKPD terkait masih kurang menerapkan SPM bidang kesehatan dalam perencanaan dan penganggaran daerah. Hal ini dipengaruhi oleh antara lain:

(1) Belum tersedianya tim yang khusus/fokus mendampingi kabupaten/kota dalam penerapan SPM bidang kesehatan,

(2) Tim teknis perencanaan di tingkat dinas/puskesmas belum diperkuat dengan pemahaman dan keterampilan perencanaan dan penganggaran berbasis SPM bidang kesehatan,

(3) Dukungan modul praktis penerapan SPM bidang kesehatan dalam siklus pengelolaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan belum cukup tersedia,

(4) Perhatian dan dukungan politik bagi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan berbasis SPM belum cukup memadai (SPM kesehatan belum menjadi acuan Pemda dan DPRD dalam kebijakan anggaran daerah).

Dari hasil mini survey di 5 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011 pada awal mulainya pendampingan SPM Kinerja di Sulsel. Hasil mini survey menunjukkan di 5 kabupaten/kota mitra Kinerja tersebut banyak pelaku yang belum cukup paham dengan standar pelayanan minimal (SPM) dan belum/kurang menerapkan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah.

Dari hasil selama pendampingan analisa dan penghitungan costing SPM Kesehatan yang sudah berlangsung di kabupaten/kota mitra Kinerja, masih banyak daerah kabupaten/kota yang belum memenuhi SPM sesuai target-target nasional yang ditetapkan (target mengacu Peraturan Menteri Kesehatan No. 741/MENKES/PER/

BAB 3

PENGALAMAN KINERJA DALAM

PENDAMPINGAN PERENCANAAN SPM

BIDANG KESEHATAN


(15)

VII/2008 dimana disebutkan target SPM harus dicapai pada tahun 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah belum memprioritaskan pencapaian SPM dalam perencanaan dan anggaran daerahnya.

Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif

Bantuan Teknis KINERJA di kabupaten/kota dalam peningkatan tata kelola pelayanan publik melalui

pendekatan dua sisi, supply dan demand, membutuhkan dukungan dan komitmen seluruh Stakeholder daerah.

1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholder

s

KINERJA memulai pendampingan perencanaan SPM dengan menyelenggarakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman Service standard dan Kesadaran atas SPM kepada para stakeholder daerah termasuk Bupati/Walikota dan DPRD. Selanjutnya memfasilitasi para pejabat daerah kunjungan studi komparatif/ banding penerapan Standar Pelayanan di kabupaten/kota yang mempunyai praktek baik dan inovasi maju di bidang kesehatan ibu dan anak (KIA). Di beberapa kabupaten/kota DPRD dan Wakil Bupati atau Sekretaris Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan serta perwakilan masyarakat terlibat dalam kunjungan studi komparatif tersebut. Sasaran kunjungan studi komparatif antara lain di Kota Probolinggo - JawaTimur dan Kab. Sragen, Kab. Klaten -Jawa Tengah.

Dengan pelaksanaan lokakarya dan studi banding tersebut muncul kesadaran dan pemahaman tentang standar pelayanan, sehingga lebih jelas dipahami para pengambil keputusan di kabupaten/kota. Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten/kota membentuk Tim Penyusun SPM Kesehatan.

2. Pengaturan Pekerjaan

Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist) yang ditempatkan di tiap-tiap kabupaten/kota mitra. Tugas utamanya adalah mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder (MSF), Konsultan (STTA) dan organisasi mitra pelaksana (OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.

Program pendampingan penghitungan kebutuhan pemenuhan (perencanaan costing) SPM dilaksanakan oleh Konsultan KINERJA dan LPSS yang bekerja secara periodik mendampingi Tim penyusun SPM


(16)

melaksanakan tahapan-tahapan perencanaan SPM. Untuk pendampingan tersebut, KINERJA merekrut Konsultan SPM Kesehatan di tiap-tiap Provinsi. Konsultan SPM (STTA/short term technical assistance) telah mendapat pelatihan dari KINERJA dan bekerja sama dengan OMP Kesehatan yang ada di tiap-tiap kabupaten/kota mitra KINERJA.

Secara berkala Spesialis dari kantor pusat National Ofice (NO) Kinerja akan memperkuat pemahaman tentang penerapan SPM di masing-masing kabupaten/kota atau pada event penting Lokakarya integrasi SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah.

LPSS selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatandan Tim Penyusun SPM yang terdiri dari unsur-unsur Kepala Bidang/Seksi Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas mitra, Bappeda, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan, dan lembaga-lembaga non pemerintah.

3. Penyusunan Rencana Kerja

Setelah terbentuk Tim Penyusun SPM, maka Tim bersama Dinas Kesehatan dan LPSS menyusun rencana kerja dan jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahap kegiatan di tingkat puskesmasdan kegiatan di tingkat kabupaten/kota atau Dinas Kesehatan. Jadwal rencana kerja harus sesuai jadwal perencanaan dan penganggaran daerah sehingga pada saat hasil penghitungan SPM selesai bisa langsung diintegrasikan ke dalam perencanaan daerah dan dianggarkan dalam APBD kabupaten/kota.

Tahap-tahap pendampingan perencanaan penghitungan pencapaian target SPM adalah sebagai berikut dibawah, yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran pemerintah daerah:

1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan Studi Komparatif penerapan Standar Pelayanan bidang kesehatan.

2. Review Peraturan di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penerapan SPM serta peraturan perundangan tentang SPM Kesehatan.

3. Identiikasi Status Pencapaian SPM dan Sasaran target SPM.

4. Analisis Kesenjangan Capaian (gap) terhadap Target SPM, Prioritisasi Penyebab Kesenjangan, dan Strategi Penanganan,

5. Penghitungan Kebutuhan Anggaran untuk Mengurangi Kesenjangan Capaian (gap) dan Pelaksanaan Program/Kegiatan

6. Integrasi Target SPM dan Kebutuhan Anggaran Pencapaian Target SPM ke dalam Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan Dinas/SKPD,


(17)

7. Monitoring dan Evaluasi Capaian SPM.

8. Adopsi praktek baik/inovasi dan Replikasi/Perluasan Penerapan SPM ke Sekolah atau instansi/ SKPD lainnya.

Proses Kerja

1. Peran Masing-masing Stakeholder

Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan perencanaan SPM di semua tahapan, namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus, yaitu :

• Konsultan STTA dan/atau oragnisasi mitra pelaksana/OMP berperan melaksanakan lokakarya/ pelatihan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penghitungan kebutuhan (costing) pemenuhan target SPM dan pendampingan dalam penghitungan.

• Tim Penyusun SPM berperan melakukan penghitungan SPM dan menyusun rekomendasi teknis yang disampaikan kepada pengambilan keputusan, serta melaksanakan advokasi untuk pengalokasian anggaran pemenuhan SPM dan integrasi ke dalam dokumen perencanaan daerah.

• Kepala Dinas dan Bupati/Walikota berperan dalam menindaklanjuti rekomendasi teknis dengan mengintegrasikan hasil costing SPM ke dalam dokumen perencanaan dinas/daerah, serta mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan kegiatan prioritas pemenuhan SPM.

• Tim Anggaran dan DPRD berperan dalam menyetujui alokasi dana pemenuhan SPM yang diusulkan sesuai dengan hasil analisis dan penghitungan serta mengawasi pelaksanaan implementasi program SPM daerah.

• Tim SPM bersama MSF atau unsur CSO melaksanakan advokasi kebijakan dan pengawasan penerapan SPM untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan publik secara berkelanjutan. Selain terlibat dalam Tim Penyusun SPM yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan rekomendasi teknis, forum multi stakeholder/MSF berperan dalam pengawasan pelaksanaan

program-kegiatan prioritas pemenuhan SPM di tingkat unit layanan/sekolah dan tingkat kabupaten/kota (SKPD/Dinas). Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian ditindaklanjuti dengan analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.


(18)

2. Pelaksanaan Rencana Kerja

Program Perencanaan SPM dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan Studi Komparatif penerapan Standar Pelayanan bidang kesehatan: Menyelenggarakan lokakarya di kabupaten/kota dengan mengundang semua stakeholder terkait untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran atas pentingnya SPM dan Standar Layanan/service standard. Jika memungkinkan Pejabat daerah melakukan studi komparatif (banding) ke kabupaten/kota yang telah menerapkan SPM dan Standar Layanan secara baik dan berhasil untuk memahami dan mendalami langsung permasalahan penerapan SPM.

2. Review Peraturan di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penerapan SPM serta peraturan perundangan tentang SPM Kesehatan: Tim Penyusun SPM dan Dinas melakukan review peraturan-peraturan terkait SPM untuk mengkaji peraturan-peraturan yang mendukung / menghambat pencapaian pemenuhan SPM dan menentukan target sasaran SPM yang harus dicapai kabupaten/kota.

3. Identiikasi Status Pencapaian SPM dan Sasaran target SPM: Mengidentiikasi capaian masing-masing indikator SPM bidang kesehatan pada tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya, baik di tingkat unit layanan/puskesmas dan tingkat kabupaten/kota (Dinas).

4. Analisis Kesenjangan Capaian (gap) terhadap Target SPM, Prioritisasi Penyebab Kesenjangan, dan Strategi Penanganan: Menganalisis kesenjangan (gap) masing-masing indikator SPM Kesehatan antara capaian dengan target Nasional yang ditetapkan. Serta mengidentiikasi nilai gap yang terbesar hingga terkecil. Gap yang besar akan prioritas ditangani lebih dahulu. Dilanjutkan menganalisis penyebab terjadinya gap dengan memilih salah satu metode misal “pohon masalah” atau “ishbone”, kemudian menyusun program-kegiatan untuk mengatasi masalah serta membuat prioritas rangking dan strategi penanganannya.

5. Penghitungan Kebutuhan Anggaran untuk Mengurangi Kesenjangan Capaian (gap) dan Pelaksanaan Program/Kegiatan: Setelah ditentukan rangking program-kegiatan dan strateginya maka dilakukan penghitungan kebutuhan biaya untuk melaksanakannya secara bertahap, pada umumnya dalam jangka menengah 3-5 tahun, disesuaikan dengan target SPM yang harus dicapai.

6. Integrasi Target SPM dan Kebutuhan Anggaran Pencapaian Target SPM ke dalam Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan Dinas/SKPD: Melaksanakan lokakarya hasil

penghitungan costing SPM dengan mengundang berbagai pihak (uji publik) dan mengintegrasikan hasil

costing SPM ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran Dinas dan Daerah, seperti: RKA, KUA-PPAS, RENJA, RKPD, RENSTRA DINAS dan RPJMD Kabupaten/kota.

7. Monitoring dan Evaluasi Kemajuan Capaian SPM: Tim Penyusun SPM dan Dinas memantau/


(19)

SPM secara periodik serta melakukan review jika ada rencana yang pelaksanaanya perlu diperbaiki atau ditingkatkan.

8. Adopsi praktek baik/inovasi dan Replikasi/Perluasan Penerapan SPM ke Puskesmas atau instansi/ SKPD lainnya: Kabupaten/kota yang sudah menyelesaikan tahapan penghitungan Costing SPM dapat mengadopsi atau melaksanakan praktek baik guna memaksimalkan pelayanan publik, misalnya: membuat Peraturan Walikota/Bupati tentang penerapan SPM beserta petunjuk teknisnya, memperluas penghitungan costing SPM ke seluruh unit layanan/puskesmas, menerapkan SPM di Dinas/SKPD lain diluar Dinas Kesehatan, menerapkan indikator-indikator SPM sebagai acuan dalam penyusunan Renstra Dinas dan RPJMD Kabupaten/kota, menerapkan Standar Pelayanan Publik/SPP untuk pelaksanaan pelayanan publik sesuai indikator SPM yang ingin dicapai.

3. Proses Perubahan dan Perkembangan Manfaat Dari Cara Kerja

Sekurang-kurangnya ada perubahan-perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program SPM dengan pendekatan KINERJA:

• Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan pembiayaan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) berbasis SPM, ketrampilan penghitungan dan kesenjangan pembiayaan SPM Kesehatan, Staf/Pejabat Puskesmas dan Dinas Kesehatan yang turut langsung melakukan penghitungan SPM akan lebih menjiwai peningkatan pelayanan publik berbasis standar. • Peningkatan keterlibatan elemen masyarakat dalam penyelenggaraan program SPM. Forum-forum

multi stakeholder di Kabupaten/Kotamitra Kinerja telah menunjukkan keterlibatan dan berperan secara signiikan dalam setiap tahapan program.

• Peningkatan kemampuan pengalokasian anggaran sektor kesehatan dalam melaksanakan program-kegiatannya untuk mencapai target SPM.

• Munculnya kebijakan-kebijakan daerah (Peraturan Walikota) untuk penerapan pelayanan kesehatan yang berbasis SPM.


(20)

BAB 4

MENGATASI TANTANGAN

DAN MENCAPAI SUKSES

Tantangan

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program Perencanaan SPM bidang Kesehatan, yakni antara lain:

• Meskipun sebagian besar staf/pejabat Dinas Kesehatan memahami dan mengerti SPM Kesehatan, namun masih banyak pejabat kabupaten/kota yang belum memahami pentingnya penerapan SPM dalam pelayanan publik, termasuk unsur DPRD dan Bupati/Walikota dan Wakilnya,

• Hampir di sebagian besar kabupaten/kota perihal manajemen data cukup bermasalah/tidak lengkap dan tidak tersimpan baik, kadang validitasnya diragukan. Sehingga pada saat melaksanakan

identiikasi capaian SPM kesulitan dalam penyediaan data yang diperlukan sehingga dibutuhkan waktu panjang untuk mengumpulkan dan klariikasi data. Hal ini terjadi baik di tingkat Puskesmas maupun tingkat Dinas dan Kabupaten/kota.

• Proses akhir penghitungan SPM dan hasil costing SPM-nya terlambat sehingga tidak sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah. Akibatnya hasil costing SPM terlambat diintegrasikan ke dalam dokumen penganggaran daerah, hal ini berdampak tidak/kurang tersedia alokasi anggaran untuk pemenuhan target SPM.

• Keterbatasan anggaran daerah yang tersedia dan kebutuhan sektor lain yang dipandang lebih prioritas menyebabkan pemenuhan SPM Kesehatan belum terpenuhi dan rencana program-kegiatan pemenuhan SPM yang sudah disusun tidak dapat segera dilaksanakan.

• Keterbatasan waktu dan Kapasitas para pegawai yang menangani program SPM yang masih kurang sehingga proses penghitungan, penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam perencanaan dan penganggaran menjadi lambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui lokakarya dan pendampingan yang intensif.

• Kapasitas personil sebagian Konsultan dan/atau organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi

stakeholder belum seperti yang diharapkan. Tantangan ini diatasi melalui dukungan bimbingan teknis oleh kantor pusat National Ofice KINERJA.


(21)

• Pergantian pejabat pemerintah daerah yang menyebabkan perubahan komitmen dari pejabat baru. Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.

Keberhasilan Program

1. Contoh Keberhasilan Program SPM Kesehatan di Kabupaten Makassar

Program SPM Kesehatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dapat dijadikan contoh keberhasilan Program Penghitungan (Costing) Kebutuhan Pemenuhan Target SPM Kesehatan. Kotaini menghadapi masalah kesenjangan capaian SPM terhadap target SPM Kesehatan.

a) Upaya Mengatasi Kesenjangan Capaian SPM bidang Kesehatan

Dalam rangka mengatasi kesenjangan capaian SPM bidang kesehatan, Pemerintah Kota Makassar (Dinas dan Puskesmas) bekerja sama dengan forum multi stakeholder kesehatan Kota Makassar dan Konsultan STTA Kinerja melakukan penghitungan kesenjangan capaian untuk setiap indikator SPM bidang Kesehatan. Perhitungan dilakukan melalui serangkaian workshop yang melibatkan tidak hanya 3 puskesmas mitra Kinerja (pilot) tetapi juga 20 puskesmas lainnya di Kota Makasar. Hasil perhitungan/ costing SPM kemudian diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaaan dan penganggaran daerah (Renja, RKA, Renstra, RPJMD Kota Makassar).

Pembuatan Peraturan Walikota tentang Penerapan SPM di Kota Makasar, melalui serangkaian diskusi dan advokasi intensif antara SKPD/dinas pemerintah, Bagian Hukum Setda dan wakil forum multi stakeholder beserta wakil-wakil seluruh puskesmas. Perwali tersebut telah disahkan pada akhir Desember 2013 dan meresmikan kebijakan pemerintah daerah untuk menjamin penyediaan pelayanan kesehatan yang berbasis SPM yang didukung tidak hanya oleh Dinas Kesehatan tetapi juga oleh SKPD terkait lainnya seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda. Implementasi peraturan walikota ini selanjutnya akan dipantau oleh forum multi-stakeholder dan diterjemahkan implementasinya pada setiap puskesmas di Kota Makasar (46 puskemas).


(22)

b) Pendekatan KINERJA

Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (supply: Dinas/SKPD dan unit layananan/puskesmas) dan sisi pengguna layanan (masyarakat yang diwakili forum multi stakeholder kesehatan). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat pemerintah daerah dalam hal:

• Meningkatkan perhatian pada dampak kesenjangan SPM kesehatan di puskesmas-puskesmas untuk peningkatan kualitas layanan kesehatan.

• Meningkatkan kemampuan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM kesehatan dalam rangka secara bertahap memenuhi standar pelayanannya.

• Secara efektif menerapkan kebijakan program dan anggaran pemenuhan SPM kesehatan dalam siklus perencanaan Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kota.

Disisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat sehingga mereka:

• Memahami hak-hak mereka terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.

• Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan daerah yang mempengaruhi masyarakat.

• Melakukan peran pengawasan dan advokasi pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan program dan anggaran pemenuhan SPM secara transparan, akutabel, partisipatif.

Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah.

c) Strategi Program

1). Penguatan organisasi masyarakat sipil

Pemerintah Kota Makassar membuka ruang organisasi masyarakat sipil dengan melibatkan mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Selain itu, instansi pemerintah dan masyarakat sipil bekerjasama bersama-sama, berdialog-diskusi mencari solusi terbaik.


(23)

2). Pembentukan dan penguatan forum multi-stakeholder (MSF)

Pemerintah setempat juga diakui dan didukung oleh Forum Multi Stakeholder Kesehatan dengan melibatkan anggota masyarakat, para profesional bidang kesehatan, anggota dewan kesehatan kota dan wartawan. Forum ini melakukan kampanye advokasi khusus pada kebijakan penerapan SPM Kesehatan.

3). Pembentukan Tim SPM

Pemerintah Kota Makassar membentuk Tim SPM yang melibatkan beberapa SKPD terkait, termasuk Dinas Kesehatan, para Kepala Puskesmas,Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Bagian Hukum, dan Forum Multi Stakeholder Kota untuk menghitung, menganalisis, dan memveriikasi data-data untuk setiap indikator SPM Kesehatan dan untuk menyusun Peraturan Walikota tentang penerapan SPM Kesehatan.

4). Advokasi kebijakan oleh Tim SPM

Dinas KesehatanKota Makassar bekerjasama dengan forum multi-stakeholder (MSF) melakukan expose hasil costing dan rancangan Peraturan Walikota tentang Penerapan SPM bidang Kesehatan melalui diskusi-diskusi dan lokakarya dengan seluruh kepala Puskesmas, bagian hukum, dan DPRD Kota.

5). Pemantauan dan evaluasi implementasi costing dan Perwali oleh MSF

Menyusul penerbitan Peraturan Walikota tentang penerapan SPM Kesehatan, forum

multi-stakeholder, Dewan Kota Sehat dan jurnalisme warga (JW) memantau pelaksanaan hasil costing dan Perwali tentang penerapan SPM Kesehatan.

d) Hasil-hasil Penerapan SPM Kesehatan di Kota Makassar

Hasil nyata perkembangan pencapaian SPM Kesehatan Kota Makassar yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif, meliputi:

1) Semakin meningkatnya inisiatif Pemda dalam penerapan SPM, yang ditunjukkan dengan disahkannya Peraturan Walikota tentang Penerapan SPM Kota Makassar.

2) Program hasil costing telah digunakan dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan Dinas Kesehatan.

3) Seluruh puskesmas telah dilibatkan dalam lokakarya perhitungan SPM sehingga meningkat pemahamannya tentang SPM Bidang Kesehatan.


(24)

4) Perencanaan berbasis SPM dan hasil-hasil perhitungan SPM telah diterapkan dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah, seperti: Renja, Renstra SKPD, RPJMD Kota Makassar.

2. Program Pengungkit

Program SPM yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah telah menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan implementasi program dan anggaran pemenuhan SPM Kesehatan, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam setiap proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya. Keterlibatan masyarakat seperti ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang dimandatkan oleh peraturan perundangan.

Keberhasilan Program SPM ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya di sektor kesehatan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya. Masih banyak urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan ini apabila pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk secara bersama-sama melaksanakannya.


(25)

BAB 5

REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

Program KINERJA untuk SPM Kesehatan bekerja di sedikit daerah, dari ratusan daerah kabupaten/kota di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA berharap daerah-daerah lain dapat melihat manfaat bagi pemerintah daerah dan masyarakat dari penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM, dan bersedia mereplikasi dan mengadopsi pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program peningkatan pelayanan publik sektor kesehatan. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.

Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin Masuk ke

dalam Program KINERJA

Bagi daerah kabupaten/kota yang berminat menerapkan program Perencanaan SPM Kesehatan dengan pendekatan tatakelola (governance) dua sisi supply dan demand yang dikembangkan KINERJA, makaakan lebih mudah memahami jika sebelumnya mengadakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas pentingnya SPM danakan lebih baik lagi jika para pejabat pengambil keputusan bisa melakukan studi komparatif kunjungan ke salahsatu kabupaten/kota KINERJA yang telah menerapkan SPM dengan baik. Sehingga dapat melihat secara nyata penerapan SPM bidang kesehatan.

Dalam melaksanaan program pendekatan yang dikembangkan oleh KINERJA, pemerintah daerah diharapkan memanfaatkan Konsultan atau OMP yang telah dibina oleh KINERJA karena mereka yang mengetahui dan menguasai pendekatan yang dikembangkan oleh KINERJA.


(26)

Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin Untuk

Replikasi Pendekatan SPM

Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program SPM.

a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan untuk melaksanakan program SPM. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan, petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan penganggaran daerah.

b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola perencanaan

SPM. Oleh karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaannya.

d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru. Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru, melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada. Namun untuk menunjang keberhasilan perlu ada “champion-champion” (pelaku yang mendorong dengan kuat) baik dari lingkungan Pemda atau Non-Pemda/masyarakat/MSF.

e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program SPM memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda dan Bagian Keuangan. Selain itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan pada setiap program dan anggaran.

f. Menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan. g. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA. Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan, dan acuan pelaksanaan program.


(27)

Rekomendasi Untuk Calon Konsultan dan OMP

Rekomendasi untuk para calon Konsultan atau OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program SPM adalah:

a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder.

b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta.

c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang melaksanakan program.

d. Menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi untuk Lembaga Penyedia Pelatihan

Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat) di berbagai tingkatan pemerintahan mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.

b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil

pelatihan.

c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.


(28)

CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN

Bagi pembaca yang mau membaca komentar pihak lain tentang upaya KINERJA untuk memenuhi SPM Kesehatan, silahkan membaca Lampiran A tentang praktek baik, testimoni, dan bahan promosi.

Bagi pembaca yang mau mempelajari lebih dalam tentang Uraian Substansi, silahkan membaca Lampiran B.

Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C (Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training). Bahan lengkap dapat dibaca dalam CD yang terlampir.

Lampiran D, E, F, G, H, I adalah,Deinisi Operasional & Formula Penghitungan Indikator SPM, Formulir dan

Tally-sheet untuk Pengumpulan Data SPM, Templet Penyusunan Laporan SPM, Daftar Pustaka, Bahan dalam CD (compact disc), serta Daftar Singkatan/Istilah.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Praktek baik,Testimoni, dan Bahan Promosi 31

LAMPIRAN B Uraian Substansi 33

Latar Belakang 33

MODUL I Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan

35

Tujuan Pembelajaran 35

Pendahuluan 36

Standar Layanan Bidang Kesehatan 37

Pentingnya Costing SPM 42

Praktek-praktek Tata Kelola 43

Contoh Bahan Presentasi 44

MODUL 2 Mengidentiikasi Tingkat Pencapaian SPM 53

Tujuan Pembelajaran 53

Identiikasi Capaian SPM Per-Indikator 54


(29)

Formulir dan Tally-Sheet Relevan 68

Teknik Pengumpulan Data (Data Collecting) 69

Metode Pengolahan Data 71

Penyimpulan Hasil Pengumpulan Data 76

Mengetahui Data Capaian Kinerja SPM Terkini 77

Contoh Bahan Presentasi di CD 78

MODUL 3 Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional 99

Tujuan Pembelajaran 99

Target SPM Nasional Normatif 100

Gap pencapaian daerah vs SPM 103

Teknik Identiikasi Faktor Kesenjangan 106

Identiikasi Faktor Utama Penyebab Kesenjangan 111

Contoh Bahan Presentasi 111

MODUL 4 Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk Memenuhi Gap 121

Tujuan Pembelajaran 121

Pendahuluan 122

Faktor Sukses Pendukung Pencapaian Pemenuhan SPM 123

Kebijakan dan Peraturan Daerah yang Mendukung Pencapaian SPM 124 Kebijakan Program dan Budgeting Pendukung Pencapaian SPM 126

Teknis Identiikasi Program dan Kegiatan 126

Teknik Prioritisasi Kegiatan Pemenuhan SPM 129

Kegiatan Rutin dan Terobosan Pemenuhan SPM 133

Kategorisasi Kegiatan Rutin dan Kegiatan Akselerasi SPM 142

Kegiatan dan Sumber Pembiayaan 143

Rekomendasi Praktek Governance 145

Contoh Presentasi di CD 145

MODUL 5 Costing dan Pembiayaan Kegiatan Pemenuhan SPM 163

Tujuan Pembelajaran 163

Pendahuluan 164

Kegiatan SPM dan Sumber Pembiayaan 164

Penyepakatan Unit Cost Daerah 165


(30)

Costing Aktivitas, Indikator dan Layanan 175

Total Pembiayaan SPM 175

Skenario Pemenuhan Pembiayaan SPM Tahun Jamak 176

Contoh Presentasi di CD 177

MODUL 6 Integrasi Hasil Costing & Pembiayaan SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran

186

Tujuan Pembelajaran 186

Pendahuluan 187

Integrasi dalam RPJMD 187

Integrasi dalam Perencanaan Tahunan Daerah (RKPD, KUA – PPAS) 194

Integrasi dalam RENSTRA 205

Integrasi dalam RENJA dan RKA 209

Contoh Presentasi di CD 217

MODUL 7 Teknik Monitoring dan Evaluasi serta Laporan Kinerja SPM 227

Tujuan Pembelajaran 227

Pendahuluan 227

Catatan untuk Pelajaran 234

MODUL 8 Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Pelayanan 241

Tujuan Pembelajaran 241

Pendahuluan 241

Indikasi Praktek Baik (Good Practices) Penerapan SPM 242

Good Practice dan Kinerja Pelayanan 244

Teknik Praktis Scale-Up 246

LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 254

Latar Belakang 254

MODUL I Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan

257

Peserta yang Diundang 257

Program Fasilitasi 257


(31)

MODUL 2 Mengidentiikasi Tingkat Pencapaian SPM 260

Peserta yang Diundang 260

Persiapan peserta 260

Fasilitasi 261

MODUL 3 Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional 264

Peserta yang Diundang dan Tujuan Modul 264

Persiapan Peserta 264

Fasilitasi 265

MODUL 4 Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk Memenuhi Gap 268

Peserta yang Diundang 265

Persiapan untuk Training 268

Fasilitasi 269

MODUL 5 Costing dan Pembiayaan Kegiatan Pemenuhan SPM 273

Peserta yang Diundang dan Tujuan 273

Fasilitasi 273

MODUL 6 Integrasi Hasil Costing & Pembiayaan SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran

277

Peserta yang Diundang 277

Persiapan untuk Training 277

MODUL 7 Teknik Monitoring dan Evaluasi serta Laporan Kinerja SPM 281

Peserta yang Diundang 281

Persiapan 281

Fasilitasi 282

MODUL 8 Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Pelayanan 284

Peserta yang Diundang 284

Persiapan 284


(32)

LAMPIRAN D Deinisi operasional dan formula perhitungan indikator SPM

dan penjelasannya 287

LAMPIRAN E Formulir dan tally-sheet yang relevan untuk pengumpulan data SPM 305

LAMPIRAN F Templet Penyusunan Laporan Penerapan dan Pencapaian SPM 307 Templet Penyusunan Laporan Umum Tahunan Penerapan dan

Pencapaian SPM 307

Kuesioner Kuantitatif Monitoring Pencapaian SPM 310

Evaluasi Penyelenggaraan SPM 322

LAMPIRAN G Daftar Pustaka 325

LAMPIRAN H Bahan di dalam CD 326


(33)

Lampiran A

Testimoni, Laporan Media

dan Bahan Promosi

Testimoni, Januari – Maret 2014;

“Dengan adanya SPM ini, akan membuat layanan (kesehatan) lebih efektif dan eisien. Harapan­

nya adalah masyarakat yang dilayani lebih puas.”

H. Binakir, SKM

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah

"Untuk program Kinerja yang dilakukan di puskesmas Simpang Tiga itu banyak, terutama membantu dalam hal pembentukan pelayananya itu tentang SOP standar pelayanan operasional, kemudian SPM. Itu banyak sekali manfaat yang diberikan kepada kita. Dengan adanya Kinerja, masukan, arahan dari mereka itu, sehingga kita bisa memaksimalkan membuat SOP alur, SPM seperti apa sehingga bisa kita laksanakan sesuai dengan yang diharapkan oleh dinas itu sendiri."

Risnawati

Kepala Puskesmas Simpang Tiga Bukit, Bener Meriah, Aceh

"Beberapa kegiatan yang difasilitasi oleh USAID-Kinerja yang pernah kita ikuti yang pertama itu adalah pendampingan SPM, Standar Pelayanan Minimal. Jadi ini merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat sekali yang saya rasakan di dinas kesehatan karena terus terang saja sebelum itu


(34)

kita belum pernah mendapatkan masukan tentang bagaimana membuat costing pada SPM. Jadi itu sangat membantu sekali sehingga teman-teman sudah kita arahkan untuk perencanaan ke depan, itu tetap mengacu kepada SPM yang ada. Karena kita sudah dilatih, diberikan masukan-masukan oleh dan difasilitasi oleh USAID-Kinerja."

Ahmad Kismed

Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang, Kalimantan Barat

“Dengan terbentuknya Forum Peduli Kesehatan, kami bisa menyampaikan program-program kepada Dinas Kesehatan. Dan keluhan-keluhan masyarakat bisa disampaikan di Dinas Kesehatan.”

Muhammad Ichsan,

Ketua Forum Peduli Kesehatan (Forum Multi-Stakeholder)

Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi Disediakan dalam bentuk ile di CD terlampir.


(35)

Lampiran B

Uraian Substansi

Latar Belakang

Uraian substansi Perencanaan dan Penganggaran Pemenuhan SPM di Bidang Kesehatan untuk

Kabupaten/Kota ini disusun sebagai sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan program KINERJA-USAID di daerah yang terbukti sukses dalam perencanaan peningkatan mutu

kesehatan.

Dalam pelaksanaan program KINERJA-USAID, bagian dari bahan ini juga dipakai

dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan proses pembentukan tim, serta perencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM di program kesehatan,

Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses sebagai bahan dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan (lihat juga buku seri

lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF),

media (lihat juga buku seri lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF).

Dalam lampiran ini dibahas konsep dasar service standard, langkah-langkah dalam penyusunan rencana pencapaian SPM kesehatan, yang terdiri dari identiikasi tingkat pencapaian mutu pelayanan, analisis kesenjangan, strategi untuk memenuhi kesenjangan, prioritisasi kegiatan intervensi, serta costing

dan pembiayaan pemenuhan SPM. Disamping itu, sebagai jaminan bahwa rencana pencapaian yang telah disusun tersebut akan dapat terlaksana dengan baik, dalam modul ini juga akan dibahas tentang pengintegrasian hasil costing dan pembiayaan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan SKPD. Sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari seluruh pelaksanaan kegiataan dalam rangka pencapaian SPM ini adalah pembahasan tentang teknik monitoring dan evaluasi, serta pelaporan kinerja pencapaian SPM. Pada bagian terakhir dari modul akan dibahas tentang pelaksanaan good governance

atau praktek yang baik dalam penerapan SPM kesehatan.

Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 9 topik, sebagaimana diuraikan berikut ini:


(36)

LAMPIRAN B -

Uraian Substansi

1. Modul 1: Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan, yang membahas standar pelayanan bidang kesehatan, SPM kesehatan, serta pentingnya SPM dan perencanaan pemenuhan SPM kesehatan, dan pentingnya costing sebagai dasar perencanaan. 2. Modul 2: Mengidentiikasi Tingkat Pencapaian SPM, yang membahas identiikasi capaian SPM

per-indikator, data yang relevan, formulir dan tally-sheet KINERJA, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data, penyimpulan hasil pengumpulan data dan mengetahui data capaian kinerja SPM terkini 3. Modul 3: Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional, yang membahas target SPM nasional normatif,

capaian eksisting SPM daerah, gap SPM nasional vs lokal/daerah, teknis identiikasi faktor kesenjangan serta identiikasi faktor utama penyebab kesenjangan.

4. Modul 4: Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk Memenuhi Gap, yang membahas faktor sukses pendukung pencapaian pemenuhan SPM, teknis identiikasi program dan kegiatan, kebijakan dan peraturan daerah,program dan budgeting yang mendukung pencapaian SPM, teknis prioritisasi kegiatan penentuan SPMdan akselerasi SPM, serta rekomendasi praktek governance.

5. Modul 5: Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM, yang membahas kegiatan SPM dan sumber pembiayaan, prinsip costing, penyepakatan unit cost daerah, costing aktivitas, costing indikator, costing

layanan, dan penghitungan total pembiayaan SPM, serta skenario pemenuhan pembiayaan SPM tahun jamak.

6. Modul 6: Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan SKPD, yang membahas integrasinya dalam dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD), perencanaan tahunan daerah (RKPD, KUA – PPAS), perencanaan lima tahunan SKPD (renstra), perencanaan tahunan SKPD (Renja dan RKA), serta sosialisasi kepada masyarakat.

7. Modul 7: Teknik Monitoring dan Evaluasi Serta Laporan Kinerja SPM yang membahas langkah monev dan pelaporan.

8. Modul 8: Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Layanan, yang membahas praktek baik (Good Practices) dalam penerapan SPM, dan


(37)

Modul 1

Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan

dalam Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan

Tujuan Pembelajaran

Memahami konsep standar layanan (services standard atau SS) dan SPM bidang kesehatan dan memahami keterkaitan services standard dan SPM dengan paket program KINERJA.

 Tiga program KINERJA di bidang pendidikan dan relevansi SPM.

 Pendekatan tata kelola yang baik (governance) program KINERJA.

 Peran masyarakat dan peran penyedia layanan dalam proses perencanaan pemenuhan SPM.


(38)

LAMPIRAN B -

Uraian Substansi

Pendahuluan

Kajian tentang standar pelayanan (service standard) di Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir ini semakin mengemuka, sejalan dengan adanya peraturan perundangan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM). Konsep SPM muncul sebagai bentuk tindak lanjut yang diambil oleh pemerintah pusat terhadap undang-undang tentang pemerintah daerah yang mengatur adanya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Beberapa peraturan yang terkait dengan SPM diantaranya adalah:

1. UU 32/ 2004 tentang Pemerintah Daerah

2. PP 38/ 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

3. PP 65/ 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM 4. PP 20/ 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah

5. PP 6/ 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah 6. Surat Edaran Mendagri No. 1006/676/SJ perihal Percepatan Penerapan SPM.

Dalam UU 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan tentang adanya beberapa jenis

kewenangan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Hal ini dipertegas lagi dalam PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Untuk menjamin bahwa pemerintah daerah melaksanakan beberapa urusan wajibnya dengan baik, maka dibuatlah aturan tentang SPM, yaitu PP 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM.

SPM mengatur tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.Sampai dengan tahun 2013 pemerintah pusat telah menetapkan 13 SPM. Masing-masing kementrian terkait dharapkan segera menindaklanjuti dalam bentuk petunjuk teknis pelaksanaannya.

Di dalam penjelasan atas PP 65/ 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, disebutkan bahwa tujuan dari penetapan kebijakan tentang SPM ini dimaksudkan untuk:

1. Menjamin hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dari Pemerintahan Daerah dengan mutu tertentu.

2. Menjadi alat untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan dasar, sehingga SPM dapat menjadi dasar menentukan kebutuhan pembiayaan daerah.


(39)

3. Menjadi landasan dalam menentukan perimbangan keuangan dan/atau bantuan lain yang lebih adil dan transparan.

4. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran kinerja berbasis manajemen kinerja. SPM dapat dijadikan dasar dalam alokasi anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur. SPM dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintahan Daerah terhadap masyarakat. Sebaliknya, masyarakat dapat mengukur sejauhmana Pemerintahan Daerah dapat memenuhi kewajibannya dalam menyediakan pelayanan publik.

5. Memperjelas tugas pokok Pemerintahan Daerah dan mendorong terwujudnya checks and balances yang efektif.

6. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Dengan memperhatikan kronologis lahirnya SPM di Indonesia serta dengan mencermati berbagai peraturan terkait, dapat disimpukan bahwa SPM memegang peranan yang sangat penting, karena menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di daerah. Oleh karena itulah masing-masing daerah harus paham betul konsep SPM ini sehingga mampu menciptakan strategi yang jitu dalam mencapainya.

Hal inilah yang melatarbelakangi KINERJA mengangkat kajian tentang service standard ini sebagai salah satu bidang garapan prioritas. KINERJA berupaya meningkatkan penyediaan pelayanan oleh pemerintah daerah di tiga bidang kritis, yaitu pendidikan, kesehatan dan iklim usaha yang baik. Program ini mencakup kendala-kendala sisi penawaran maupun permintaan dalam meningkatkan penyediaan pelayanan dan berupaya memperkuat mekanisme akuntabilitas.

Standar Layanan Bidang Kesehatan

1. Latar belakang

Bidang kesehatan merupakan salah satu bidang yang menjadi prioritas pembangunan di Indonesia. Pada banyak kabupaten/kota, kesehatan selalu menduduki 3 sektor teratas yang dianggap penting, disamping sektor pendidikan dan perekonomian. Pentingnya sektor kesehatan sehingga selalu menjadi sektor prioritas dalam pembangunan daerah diantaranya dilandasi oleh pemikiran sebagai berikut:


(40)

LAMPIRAN B -

Uraian Substansi

Bidang garapan sektor kesehatan sangat luas, yaitu meliputi seluruh fase kehidupan manusia, mulai dari sebelum dilakukannya pembuahan hingga akhir kehidupan manusia, masa kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi, balita, anak-anak, remaja, masa usia subur, dewasa, dan lansia.

Standar Layanan bidang kesehatan memiliki peran strategis sebagai alat kendali mutu yang utama. Standar layanan tidak hanya berbicara tentang sasaran dalam pengadaan layanan, tetapi juga mencakup hal-hal berikut ini:

1. Gambaran jenis pelayanan yang harus diberikan.

2. Janji layanan atau prinsip kualitas yang harus dipenuhi dalam proses pelayanan. 3. Target yang jelas untuk setiap jenis pelayanan.

4. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelayanan sesuai standar.

5. Adanya kesempatan bagi masyarakat utuk mengajukan komplain atau usulan jika standar pelayanan yang telah ditetapkan tidak berhasil dipenuhi.

Standar Layanan bidang kesehatan di Indonesia diimplementasikan dalam bentuk ketetapan tentang SPM bidang kesehatan.

2. SPM Kesehatan

Pengertian SPM berdasarkan PP 65/2005 pasal 1 ayat (6), SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diterima oleh setiap warga secara minimal. Pengertian SPM tersebut diacu dalam Permendagri 6/2007.Untuk tiap jenis pelayanan, harus jelas tolok ukurnya yang disebut dengan indikator SPM. Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang memberikan petunjuk/indikasi terhadap adanya perubahan atau penyimpangan terhadap nilai yang telah ditetapkan.

Lahirnya konsep SPM kesehatan di Indonesia sejalan dengan perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia dari pola sentralisasi ke arah desentralisasi. Standar Pelayanan Minimal adalah salah satu instrumen

Pemerintah untuk mengendalikan desentralisasi dan otonomi daerah agar pelayanan dasar diperhatikan serta diprioritaskan oleh pemerintah daerah.SPM disusun untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.

Dengan adanya SPM ini, pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya dapat dengan jelas memahami program dan jenis pelayanan kesehatan dasar minimal serta indikator kinerja masing-masing kegiatan, beserta target


(41)

dan waktu pencapaiannya. Implikasi lebih jauh dari adanya SPM adalah adanya tuntutan profesionalisme dan akuntabilitas pemerintah daerah agar menyusun langkah strategis, selaras dengan ketentuan dalam SPM. SPM memudahkan penyusunan Rencana Strategis Nasional dan Daerah (Renstranas dan Renstrada), dengan adanya ukuran-ukuran kuantitatif dan kualitatif.

Dengan adanya SPM bidang kesehatan diharapkan pelayanan kesehatan yang menjadi kebutuhan utama masyarakat dapat dipenuhi pada tingkat yang ditetapkan sebagai yang paling minimal secara nasional. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan antar daerah, dan lebih lanjut diharapkan dapat memelihara dan menjaga keutuhan negara Republik Indonesia. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam memberikan dan mengurus kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.

Dalam Permenkes 741/2008 disebutkan bahwa SPM untuk bidang kesehatan terdiri dari 4 jenis pelayanan, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan dasar. 2. Pelayanan kesehatan rujukan.

3. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulanggan kejadian luar biasa. 4. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

Masing-masing pelayanan tersebut diterjemahkan ke dalam indikator khusus, yang secara total teridiri dari 18 indikator. Rincian SPM kesehatan selengkapnya adalah sebagai berikut:

Jenis Pelayanan dan Indikator SPM Kesehatan

Jenis Pelayanan Indikator SPM

Pelayanan kesehatan dasar 1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

4. Cakupan pelayanan nifas

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 6. Cakupan kunjungan bayi

7. Cakupan Desa/Kelurahan UCI 8. Cakupan pelayanan anak balita

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 -24 bulan gakin


(42)

LAMPIRAN B -

Uraian Substansi

Jenis Pelayanan Indikator SPM

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) & setingkat

12. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif

13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit*) 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Pelayahan Kesehatan

rujukan

1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan

sarana kesehatan (Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota Penyelidikan epidemiologi

dan penanggulangan kejadian luar biasa

Cakupan Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Cakupan Desa Siaga Aktif

Keterangan:

Khusus untuk indikator Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit, diperinci lagi menjadi 5 indikator, yaitu: a. Cakupan penemuan penderita Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun

b. Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita c. Cakupan Penemuan pasien baru TB BTA Positif d. Cakupan Penderita DBD yang ditangani e. Cakupan Penemuan penderita diare

Sebagai penjabaran dari Permenkes 741/MENKES/PER/VII2008 ini kementerian Kesehatan telah menerbitkan pula petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota yang tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan No. 828/MENKES/SK/IX/2008. Di dalam KMK No. 828 tahun 2008 tersebut dijelaskan tentang pengertian, deinisi operasional, cara perhitungan atau rumus, sumber data, rujukan, target, langkah kegiatan, serta SDM yang dibutuhkan demi terselenggaranya SPM kesehatan.

Meskipun telah ditetapkan Permenkes 741/MENKES/PER/VII2008 dan KMK. No. 828/MENKES/SK/IX/2008, tetapi pemerintah sendiri menyadari bahwa Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan ini bersifat dinamis, artinya jenis pelayanan beserta indikator kinerjanya perlu terus dikembangkan melalui konsensus nasional. Disamping itu, pemerintah pusat juga masih memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai kebutuhan, karakteristik, dan potensi daerah, diluar pelayanan wajib minimal tersebut.


(43)

Bupati/Walikota menyampai kan laporan teknis tahunan kinerja penerapan pencapaian SPM kesehatan kepada Menteri Kesehatan. Berdasarkan laporan teknis tersebut, Menteri Kesehatan, Gubernur dan Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM kesehatan di wilayahnya masing-masing.

3. Pentingnya SPM dan Perencanaan Pemenuhan SPM

Standar pelayanan minimal merupakan janji dari satuan kerja dalam menyediakan pelayanan wajib kepada masyarakat yang dilayani. SPM memberikan informasi indikator kinerja dan nilai yang terukur secara kualitas dan kuantitas Pentingnya SPM diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tolok ukur kinerja pelayanan dasar kepada masyarakat yang secara minimal harus disediakan oleh daerah dalam penyelenggaraan urusan wajib.

2. Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal

3. Faktor penentu serta karakteristik dari jenis pelayanan dasar, indikator dan nilai, batas waktu pencapaian, dan pengorganisasian penyelenggaraan pelayanan dasar dimaksud

4. Prestasi kuantitatif dan kualitatif menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi, berupa masukan, proses, keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan

Adapun manfaat langsung dari adanya SPM ini adalah:

1. Hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dari Pemerintah Daerah menjadi lebih terjamin dengan mutu tertentu

2. Sebagai landasan untuk menentukan perimbangan keuangan yang lebih merata dan transparan 3. Menentukan total anggaran yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan dasar.

4. Mempermudah terselenggaranya sistem manajemen penganggaran berbasis kinerja

Hal tersebut sejalan dengan konsep yang diusung oleh undang-undang pelayanan publik No. 25 tahun 2009. Di dalam UU No. 25 tahun 2009 disebutkan bahwa ‘Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik’.

Undang-undang ini dilahirkan dengan makssud untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan azas-azas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk


(44)

LAMPIRAN B -

Uraian Substansi

penyelenggaraan pelayanan publik. Untuk itulah setiap penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun dan menetapkan standar pelayanan.

Untuk pelayanan bidang kesehatan, karena merupakan salah satu kewenangan wajib, jenis dan target standar pelayanan minimal diatur secara tersentral oleh pemerintah pusat, yaitu melalui Permenkes 741/ MENKES/PER/VII2008 dan KMK. No. 828/MENKES/SK/IX/2008. SPM bidang kesehatan disusun sebagai alat Pemerintah dan Pemerintahan Daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat secara merata. Pencapaian SPM bidang kesehatan akan menjadi unsur penilaian kinerja atau LPJ Kepala Daerah sehingga lebih akurat, terukur, transparan dan akuntabel.

Penyusunan rencana pemenuhan SPM bidang kesehatan merupakan proses penting untuk menjamin terselenggaranya pelayanan wajib bidang kesehatan yang merupakan hak dasar masyarakat. Rencana pemenuhan SPM ini menjadi salah satu acuan pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintah daerah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam permendagri 54/2010 pasal 11 ayat 1 huruf c yang menyebutkan bahwa program kegiatan alokasi dana, sumber pendanaan dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD disusun berdasarkan urusan wajib yang mengacu pada SPM sesuai dengan kondisi daerah dan masyarakat atau urusan yang menjadi tanggung jawab SKPD. Ayat 6 juga menegaskan kembali bahwa perumusan capaian kinerja setiap program dan kegiatan harus berpedoman pada rencana pencapaian SPM berdasarkan ketentuan perundang-undangan disesuaikan dengan kemampuan daerah.

Pentingnya

Costing

SPM

Untuk memenuhi target SPM kesehatan yang telah ditetapkan, dibutuhkan sejumlah sumber daya untuk menjalankan berbagai kegiatan intervensi yang akan dilakukan. Dalam Permenkes 741/MENKES/PER/ VII2008 Pasal 11 ayat (2) disebutkan bahwa pendanaan yang berakitan dengan penerapan, pencapaian kinerja/target, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan subsistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas, merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dan dibebankan pada APBD. SPM yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk itulah daerah harus mempunyai hitungan yang pasti mengenai besaran biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan suatu jenis pelayanan tertentu. Selain itu, dengan diketahuinya seluruh kebutuhan biaya untuk tercapainya indikator SPM, maka akan dapat ditetapkan juga berapa kebutuhan biaya yang


(45)

ditanggung/dibebankan kepada setiap jenis sumber biaya, jika terdapat sumber-sumber biaya yang berbeda-beda. Disinilah pentingnya dilakukan costing SPM.

Perhitungan kebutuhan biaya ini didasarkan pada hasil perhitungan riil atas kegiatan yang telah dilakukan, sesuai dengan standar biaya yang berlaku di masing-masing daerah. Dengan adanya costing SPM akan dapat ditentukan Standard Spending Assesment (SSA) atau SAB (Standar Analisis Biaya), yaitu perhitungan biaya untuk suatu pelayanan, dan perhitungan kebutuhan agregat minimum pembiayaan Daerah. Disamping itu juga menjadi landasan dalam menentukan anggaran suatu pelayanan publik, perimbangan keuangan dan anggaran berbasis kinerja. Hal ini penting juga sebagai dasar pertimbangan dalam mengalokasikan dana bagi fasilitas kesehatan dengan mempertimbangkan kondisi geograis. Secara umum manfaatnya adalah memberikan informasi bagi pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence based policy decision) dalam bidang pembiayaan kesehatan baik di tingkat nasional maupun daerah.

Melalui costing SPM akan dapat diketahui model pembiayaan normatif (pembakuan biaya) pada tingkat kabupaten untuk memperhitungkan biaya SPM yang realistis dan dinamis. Hasil perhitungan biaya SPM akan menentukan total anggaran yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan dasar. Hal ini akan menjadi landasan untuk menentukan perimbangan keuangan yang lebih merata dan transparan.

Praktek-praktek Tata Kelola

Tata-pemerintahan yang baik (good governance) kini menjadi salah satu kata kunci dalam wacana untuk membenahi sistem administrasi publik. Good corporate governance merupakan konsep untuk meningkatkan transparasi dan akuntabilitas yang saat ini dianjurkan dipergunakan pada lembaga usaha. Diharapkan dengan penggunaan corporate governance akan ada sistem manajemen yang meningkatkan eisensi. Pengertian

eisiensi ini yaitu bagaimana cara meningkatkan hasil semaksimal mungkin.

Komponen penting konsep Good governance dalam sistem kesehatan melibatkan beberapa unsur, yaitu: (1) pemerintah; (2) masyarakat; dan (3) kelompok pelaku usaha. Hubungan antara ketiga komponen ini perlu dirinci agar terjadi tata aturan yang baik dalam sistem. Beberapa hal yang menunjukkan adanya keterlibatan ketiga unsur tersebut dalam pencapaian SPM diantaranya adalah:


(46)

LAMPIRAN B -

Uraian Substansi

SPM, yang menunjukkan keterlibatan aktif ke dua unsur tersebut.

3. Adanya mekanisme kontrol dari masyarakat dan pelaku usaha terhadap upaya pemerintah menyelenggarakan SPM kesehatan.

4. Adanya pertanggungjawaban yang jelas dari pemerintah mengenai kinerjanya.

Dari unsur pemerintah sendiri, good governance dapat dilihat dari adanya integrasi kegiatan pada semua level pemerintah. Pemerintah daerah dan pemerintah pusat sebagai penanggungjawab utama terselenggaranya SPM kesehatan menunjukkan komitmen yang tinggi dalam bentuk dukungan kebijakan dan sumber daya.

Hal ini tercermin dari adanya integrasi perencanaan dan pembiayaan SPM kesehatan ke dalam perencanaan dan pembiayaan pemerintah daerah (RPJMD dan renstra SKPD).

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD yang terlampir:


(47)

a) Presentasi modul 1.1 ‘SERVICE STANDARD BIDANG KESEHATAN’.

Lihat materi presentasi pada folder modul-1 : Presentasi 1.1 SPM Kesehatan


(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

LAMPIRAN B -

Uraian Substansi

b) Presentasi modul 1.2 ‘Pentingnya costing SPM’


(53)

(54)

LAMPIRAN B -

Uraian Substansi

c) Presentasi modul 1.3 ‘Praktek governance dalam standar pelayanan publik bidang

kesehatan’.

Lihat materi presentasi pada folder modul-1: Presentasi 1.3 Praktek governance dalam standar pelayanan publik bidang kesehatan’.


(55)

Modul 2

Mengidentiikasi Tingkat Pencapaian SPM

Tujuan Pembelajaran

Uraian substansi modul ini mengidentiikasi tingkat pencapaian SPM di daerahnya: 1. capaian SPM per-indikator

2. data relevan untuk mengidentiikasi capaian indikator SPM 3. teknik pengumpulan data (data collecting)

4. pengolahan data


(1)

325

www.kinerja.or.id Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Bullivant, J., Burgess, R., Corbet-Nolan, A., Godfrey, K., 2010, Good Governance Handbook, From the Good Governance Institute and Healthcare Quality Improvement Partnership, www.good-governance.org.uk

Kementerian Kesehatan RI, Kepmenkes No. 828 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

Kementerian Kesehatan RI, Permenkes No. 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 06.Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM

Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang

Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal

Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Savedoff, WD., 2011, Governance in The Health Sector – A Strategy for Measuring Determinants and Performance, The World Bank Human Development Network, http://econ.worldbank.org.

The World Bank, 2002, Monitoring and Evaluation: Some Tools, Methods & Approaches, Washington, D.C.,

www.worldbank.org/html/oed

Undang-undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

LAMPIRAN G


(2)

326

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN H -

Bahan di dalam CD

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

LAMPIRAN H


(3)

327

www.kinerja.or.id Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

LAMPIRAN I

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

APBN Anggaran Pendapatan Belanja Nasional APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Banggar Badan Anggaran

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BPK Badan Pemeriksa Keuangan

BPKAD Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah BUMN Badan Usaha Milik Negara

CSR Corporate Social Responsibility DAK Dana Alokasi Khusus

DPKAD Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DUDI Dunia Usaha dan Dunia Industri

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPA Dokumen Pelaksanaan Anggaran IKK Indeks Kemahalan Konstruksi KBM Kegiatan Belajar Mengajar KCD Kantor Cabang Dinas KUA Kebijakan Umum Anggaran LK Lembar Kerja

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MSF Multi Stakeholder Forum PAD Pendapatan Asli Daerah PAS Pendapatan Asli Sekolah PNS Pegawai Negeri Sipil PP Peraturan Pemerintah

PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi PTT Pegawai Tidak Tetap


(4)

328

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN H -

Daftar Singkatan/Istilah

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Renstra Rencana Strategi

Renstrada Rencana Strategi Daerah RKA Rencana Kerja dan Anggaran

RKAS Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SPM Standar Pelayanan Minimal TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah ToF Training of Facilitator

ToT Training of Trainer UUD Undang-undang Dasar UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas


(5)

(6)

USAID - KINERJA

Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46

Jakarta, 10210

Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832 Email: info@kinerja.or.id www.kinerja.or.id