Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Religiusitas dengan Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental T1 802007090 BAB V
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Koefisien korelasi antara religiusitas dan resiliensi pada ibu yang
memiliki anak retardasi mental adalah sebesar sebesar 0,831 dengan
sig. 0.000 (p < 0.05) yang berarti hipotesis diterima. Ini berarti ada
hubungan positif yang signifikansi antara religiusitas dan resiliensi
pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Makin tinggi religiusitas
maka makin tinggi juga resiliensinya.
2.
Besarnya sumbangan efektif yang diberikan religiusitas terhadap
resiliensi adalah 69,05%. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor
lain di luar religiusitas yang memengaruhi resiliensi, misalnya faktor
kognitif individu, faktor dukungan keluarga dan faktor komunitas
(everall, 2006).
3.
Religiusitas subjek sebesar 70% ada pada kategori sangat tinggi dan
resiiensi subjek sebesar 53,3% berada pada kategori sangat tinggi.
B. Saran – saran
1. Bagi Ibu
Disarankan
bagi
ibu
untuk
senantiasa
mempertahankan/lebih
meningkatkan religiusitas dan resiliensi agar terus dapat mengasuh dan
mendidik anaknya yang mengalami retardasi mental. Sehingga proses
perkembangan anak di masa depan akan lebih baik. Bentuk pertahanan
74
75
religiusitas ini dapat dilakukan dengan tetap setia dan patuh pada ajaran
dan ajaran agama, rajin mengikuti kegiatan keagamaan dan menerapkan
nilai religiusitas bukan hanya untuk diri sendiri namun untuk lingkungan
keluarga dan masyarakat umum lainya.
2. Bagi SLBN 1 Bantul, Yogyakarta
Mengadakan kegiatan penyuluhan rutin di SLB tentang anak retardasi
mental, sehingga semakin dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
ibu tentang bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak yang
mengalami retardasi mental. Penyuluhan rutin ini dapat berupa kegiatan
agama seperti contoh dakwah agama. Agar religiusitas yang dimiliki para
ibu akan semakin berkembang dengan baik guna mencapai resiliensi
mereka untuk menjaga anak mereka.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih jauh
mengenai hubungan religiusitas dan resiliensi pada ibu yang memiliki
anak retardasi mental harus, sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan
metode penelitian kualitatif agar dapat lebih memperdalam data yang
sudah diperoleh dari metode kuantitatif dan karena religiusitas dan
resiliensi akan lebih baik jika dikaji melalui metode kualitatif. Dan
peneliti selanjutnya dapat mengambil data tidak hanya di sekolah tetapi
dapat dilakukan di rumah subjek.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Koefisien korelasi antara religiusitas dan resiliensi pada ibu yang
memiliki anak retardasi mental adalah sebesar sebesar 0,831 dengan
sig. 0.000 (p < 0.05) yang berarti hipotesis diterima. Ini berarti ada
hubungan positif yang signifikansi antara religiusitas dan resiliensi
pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Makin tinggi religiusitas
maka makin tinggi juga resiliensinya.
2.
Besarnya sumbangan efektif yang diberikan religiusitas terhadap
resiliensi adalah 69,05%. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor
lain di luar religiusitas yang memengaruhi resiliensi, misalnya faktor
kognitif individu, faktor dukungan keluarga dan faktor komunitas
(everall, 2006).
3.
Religiusitas subjek sebesar 70% ada pada kategori sangat tinggi dan
resiiensi subjek sebesar 53,3% berada pada kategori sangat tinggi.
B. Saran – saran
1. Bagi Ibu
Disarankan
bagi
ibu
untuk
senantiasa
mempertahankan/lebih
meningkatkan religiusitas dan resiliensi agar terus dapat mengasuh dan
mendidik anaknya yang mengalami retardasi mental. Sehingga proses
perkembangan anak di masa depan akan lebih baik. Bentuk pertahanan
74
75
religiusitas ini dapat dilakukan dengan tetap setia dan patuh pada ajaran
dan ajaran agama, rajin mengikuti kegiatan keagamaan dan menerapkan
nilai religiusitas bukan hanya untuk diri sendiri namun untuk lingkungan
keluarga dan masyarakat umum lainya.
2. Bagi SLBN 1 Bantul, Yogyakarta
Mengadakan kegiatan penyuluhan rutin di SLB tentang anak retardasi
mental, sehingga semakin dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
ibu tentang bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak yang
mengalami retardasi mental. Penyuluhan rutin ini dapat berupa kegiatan
agama seperti contoh dakwah agama. Agar religiusitas yang dimiliki para
ibu akan semakin berkembang dengan baik guna mencapai resiliensi
mereka untuk menjaga anak mereka.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih jauh
mengenai hubungan religiusitas dan resiliensi pada ibu yang memiliki
anak retardasi mental harus, sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan
metode penelitian kualitatif agar dapat lebih memperdalam data yang
sudah diperoleh dari metode kuantitatif dan karena religiusitas dan
resiliensi akan lebih baik jika dikaji melalui metode kualitatif. Dan
peneliti selanjutnya dapat mengambil data tidak hanya di sekolah tetapi
dapat dilakukan di rumah subjek.