ANALISIS PARTISIPASI DESA TANJUNGSARI DALAM MENGHADAPI UNDANG-UNDANG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG DESA SKRIPSI

  

ANALISIS PARTISIPASI DESA TANJUNGSARI

DALAM MENGHADAPI UNDANG-UNDANG NOMOR

  

06 TAHUN 2014 TENTANG DESA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh: Diky Rizky Fadilah

  NIM. 6661100168

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

HIDUP ADALAH TENTANG

MENCIPTAKAN KEBAHAGIAAN. . .

  Skripsi ini kupersembahkan: Kedua orang tua ku tercinta, adik- adikku, keluarga besarku, calon pendamping hidupku dan teman- teman semua yang selalu mendukung setiap langkah ku.

  

ABSTRAK

  Diky Rizky Fadilah. NIM 6661100168. Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari Dalam Menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.

  Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa merupakan suatu terobosan baru yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat desa yang ada di Indonesia.Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa melibatkan banyak pihak untuk diimplementasikan, sehingga perlu adanya partisipasi yang tinggi dari semua pihak yang terkait.Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.Dalam menganalisis partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa, peneliti menggunakan tinjauan pustaka asas pengaturan desa.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Tanjungsari mempunyai partisipasi yang tinggi dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.Hal ini terlihat dari dukungan dan penilaian yang positif dari Aparatur Pemerintahan Desa dan Masyarakat Desa.Selain itu mereka siap untuk ikut berpartisipasi dengan berbagai tindakan dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran yaitu harus ada peningkatan intensitas pelatihan pengelolaan anggaran dana desa terhadap Pemerintah Desa. Selain itu, Aparatur Pemerintahan Desa Tanjungsari harus lebih aktif turun ke masyarakat desa untuk mengikutsertakan masyarakat desa yang belum berpartisipasi agar ikut berpartisipasi dalam menjalankan Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.

  Kata Kunci: Partisipasi, Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014, Masyarakat Desa Tanjungsari, Pemerintah terkait

  

ABSTRACT

Diky Rizky Fadilah.NIM6661100168.Analysis Participation ofTanjungsari

VillageGovernanceIn The Face ofLaw Number06Year2014About TheVillage.

  

Law Number06Year2014Aboutthe Villageis a new breakthroughaimed atthe

welfare ofrural communitiesin Indonesia. Law Number06Year2014Aboutthe

Villageinvolves manyparties tobe implemented, so thatthe need forhigh

participationofallrelevant parties.This research was conductedinthe village

ofTanjungsari, District Pabuaran, Serang. The purpose ofthis study was

todetermine the participation ofTanjungsari VillageGovernancein the face ofLaw

Number06Year2014About thevillage. The method usedin this researchis

qualitative methodwithdescriptive approach. In analyzingthe participation

ofTanjungsari villagegovernancein the face ofLaw Number06Year2014Aboutthe

Village, researchersusing the literature review principles village setting. These

results indicatethat theTanjungsari Villagehave high participationto faceLaw

Number06Year2014About thevillage. This is evident fromthe positive assessment

of the Tanjungsari Village Government and the Village Community. In addition

they are ready to participate in various actions in the face of Law Number 06

Year 2014. Based uponthe results ofthis study, the researchersadvisethatthere

should bean increase inbudget managementtraining intensitytovillage

governmentfunding. In additionthe Tanjungsari Village Government must be

active down to the villagers to angage rural communities that have not

participated in order to participate in the running or Law Number 06 Year 2014

About the Village .

  

Keywords: Participation, Law Number06 Year2014,TanjungsariVillage

Community, The Relevant Government

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa”.

  Hasil penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil.Maka dengan ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan dan rasa hormat serta terima kasih penulis tujukan kepada:

  1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Mia Dwianna W, M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Rahmawati, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Ipah Ema Jumiati, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Leo Agustino, Ph.Dselaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan yang dilakukan selama ini.

  9. Maulana Yusuf, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat bagi penulis dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan selama ini.

  10. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

  11. Kepala beserta seluruh pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa Provinsi Banten yang telah banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini.

  12. Sekretaris Daerah Kabupaten Serang beserta seluruh pegawai yang telah banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini.

  13. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang beserta seluruh pegawai yang telah banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini.

  14. Camat beserta seluruh pegawai Kecamatan Pabuaran yang telah memberikan data dan Saran dalam penelitian ini.

  15. Kepala Desa Tanjungsari dan Sekretaris Desa Tanjungsari yang telah memberikan data dan informasi dalam penelitian ini.

  16. Ketua dan Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Desa Tanjungsari yang telah memberikan data dan informasi dalam penelitian ini.

  17. Masyarakat Desa Tanjungsari yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini.

  18. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, motivasi serta semangat yang tiada terkira.

  19. Keluarga penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta doa yang selalu mengiringi tiap langkah penulis.

  20. Teman-teman Kelas A/Reguler (Unggun, Galih, Ilman, Dindin, Wahyu, Sughron, Akbar, dkk) serta teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

  21. Terima kasih pula kepada seseorang yang telah mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini (Hesti Oktaviawati). Semoga akan terus menjadi penyemangat untuk penulis.

  Akhirnya penulis tak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.Penulis penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan masukan, baik kritik maupun saran dari pembaca yang membangun.

  Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya bagi yang membaca dan semoga skripsi ini dapat membantu para peminat ilmu Administrasi Negara.Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan bagi khalayak yang ingin mengetahui tentang partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.

  Serang, 26 Mei 2015 Penulis

  Diky Rizky Fadilah NIM. 6661100168

  DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

  .............................................................................................. i

  DAFTAR ISI

  ............................................................................................................. v

  DAFTAR TABEL

  .................................................................................................... ix

  DAFTAR GAMBAR

  ................................................................................................ xi

  DAFTAR LAMPIRAN

  ............................................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

  1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ .... 17

  1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 18

  1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 18

  1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 18

  1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 19

  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

  2.1.3.8 Keuangan Desa ................................................................ 38

  3.4 Fenomena yang Diamati.......................................................................... 48

  3.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 47

  3.2 Fokus Penelitian ...................................................................................... 47

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 46

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  2.4 Asumsi Dasar Penelitian .......................................................................... 45

  2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................ 41

  2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 39

  2.1.3.7 Badan Permusyawaratan Desa ......................................... 37

  2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 21

  2.1.3.6 Perangkat Desa ................................................................ 37

  2.1.3.5 Kepala Desa ..................................................................... 32

  2.1.3.4 Pemerintah Desa .............................................................. 31

  2.1.3.3 Pembentukan Desa .......................................................... 29

  2.1.3.2 Asas-asas Pengaturan Desa ............................................. 28

  2.1.3.1 Pengertian Desa ............................................................... 27

  2.1.3 Konsep Desa

  2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik ......................................................... 25

  2.1.1 Konsep Partisipasi ......................................................................... 23

  3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................. 48

  3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................ 49

  4.2.3 Deskripsi Informan Penelitian ..................................................... 77

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... 83

  4.2.3.6 Triangulasi ....................................................................... 82

  4.2.3.5 Penyimpulan Sementara .................................................. 81

  4.2.3.4 Kategorisasi Data ............................................................. 80

  4.2.3.3 Koding Data ..................................................................... 79

  4.2.3.2 Transkip Data .................................................................. 79

  4.2.3.1 Pengumpulan Data Mentah ............................................. 78

  4.2.3 Analisis Data ............................................................................... 78

  4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 75

  3.6 Informan Penelitian ................................................................................. 50

  4.2 Deskripsi Data ......................................................................................... 75

  4.1.3 Gambaran Umum Desa Tanjungsari ........................................... 66

  4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Pabuaran ..................................... 61

  4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Serang .......................................... 60

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 60

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  3.9 Jadual Penelitian ...................................................................................... 58

  3.8 Pengujian Keabsahan Data ...................................................................... 58

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 52

  4.3.1 Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari Dalam Menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa ........................................................... 83

  4.3.1.2 Perencanaan Pemerintahan Desa Tanjungsari ................. 88

  4.3.1.3 Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Tanjungsari ........... 91

  4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 95

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 99

  5.2 Saran ...................................................................................................... 100

  DAFTAR PUSTAKA

  ............................................................................................ 101

  LAMPIRAN

  ........................................................................................................... 103

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 1.1 Rekapitulasi Nama-Nama Desa Terbaik Tingkat Provinsi

  Banten 2013 ........................................................................................... 15

Tabel 3.1 Informan Penelitian ................................................................................ 51Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ............................................................................. 54Tabel 3.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 58Tabel 4.1 Letak Geografis Desa/Kelurahan di Kecamatan Pabuaran, 2012 ....................................................................................................... 62Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan

  Pabuaran, 2012 ...................................................................................... 63

Tabel 4.3 Status Perdesaan dan Perkotaan Menurut Desa/Kelurahan diKecamatan Pabuaran, 2012 ................................................................ 63Tabel 4.4 Banyaknya Kampung/Dusun, Rukun Warga (RW), dan

  Rukun Tetagga (RT) Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Pabuaran, 2012 ...................................................................................... 64

Tabel 4.5 Status Pemerintahan dan Ibu Kota Desa/Kelurahan di

  Kecamatan Pabuaran, 2012 ................................................................... 65

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Desa/Kelurahan Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Pabuaran, 2012 ...................... 65Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur .................................................... 67Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ........................................... 68Tabel 4.10 Rekapitulasi Nama-Nama Desa Terbaik Tingkat

  Provinsi Banten 2013 .......................................................................... 73

Tabel 4.11 Daftar Informan.................................................................................... 78Tabel 4.12 Kategorisasi Data ................................................................................. 80

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 1.1 Prasasti Peresmian Kampung Pancasila ........................................... 14Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya

  Irawan ............................................................................................... 57

Gambar 4.1 Piagam Penghargaan Juara 1 Lomba K3 (Kebersihan,

  Ketertiban dan Keindahan) di Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang Tahun 2012 ......................................................... 70

Gambar 4.2 Piagam Penghargaan Juara 1 Lomba Desa Tingkat

  Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang Dalam Rangka Peringatan HUT RI ke 68 Tahun 2013 ............................................. 71

Gambar 4.3 Piagam Penghargaan Lunas PBB Urutan ke 2 Tingkat

  Kecamatan Pabuaran Tahun 2012 .................................................... 72

Gambar 4.4 Prasasti Peresmian Kampung Pancasila ........................................... 74

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 2 Catatan Lapangan Lampiran 3 Pedoman Wawancara Lampiran 4 Transkip Data Lampiran 5 Koding Data Lampiran 6 Member Chek Lampiran 7 Daftar Hadir Bimbingan Skripsi Lampiran 8 Dokumentasi Foto Hasil Penelitian Lampiran 9 Daftar Juara Lomba Desa Tingkat Provinsi Banten 2014 Lampiran 10 RPJMDes Desa Tanjungsari 2015-2019 Lampiran 11 RKPDes Desa Tanjungsari 2015-2016 Lampiran 12 Daftar Riwayat hidup

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bersama orang lain di tengah-tengah masyarakat, dan tidak bisa hidup sendiri. Kehidupan masyarakat memerlukan tatanan, sistem dan landasan atau komitmen dasar yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bersama.Demokrasi merupakan suatu sistem dan tatanan yang dipandang mampu menampung segala permasalahan dan aspirasi yang berkembang di dalam kehidupan bermasyarakat.Kehidupan demokratis memang sangat diperlukan dan memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

  Pada saat ini sistem demokrasi tumbuh dan berkembang sangat pesat di berbagai belahan dunia.Para ahli ketatanegaraan dan tokoh-tokoh politik meyakini bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat.Begitupun dengan negara Indonesia, Indonesia sekarang ini menganut sistem demokrasi. Semua warga negara Indonesia mengharapkan bahwa dengan sistem demokrasi akan memberikan kesempatan yang seluas- luasnya kepada rakyat untuk berpartisipasi atau turut aktif di dalam penyelenggaraan negara. Dengan sistem demokrasi penyelenggaraan kehidupan bernegara Indonesia dapat disesuaikan dengan kondisi dan aspirasi yang berkembang di dalam masyarakat. Demokrasi dipandang memiliki arti yang sangat penting bagi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya di Indonesia.

  Salah satu hal yang paling berkaitan dengan demokrasi adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.Apakah kebijakan yang dibuat sesuai dengan jalan demokrasi atau tidak, pro rakyat atau tidak. Dengan adanya suatu kebijakan yang pro rakyat maka demokrasi akan berjalan dengan semestinya. Tetapi perlu diingat bahwa keberhasilan dalam suatu implementasi kebijakan tidak hanya dilihat dari kebijakannya saja, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan.

  Agar suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik maka diperlukanlah pembangunan basis yang kuat demi tujuan demokrasi, kita juga harus memperhatikan beberapa hal di antaranya adalah partisipasi rakyat, keadilan, dan pemerataan pembangunan sekaligus memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal yang berbeda-beda.Untuk kepentingan tersebutlah pemerintah bersama lembaga legislatif mengesahkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Unsur penting dalam undang-undang ini adalah bahwa pemimpin di daerah (gubernur, bupati, walikota) harus lebih bertanggungjawab kepada rakyat di daerah.Selain itu, pemerintah daerah mendapat otonomi yang lebih luas dalam membiayai pembangunan daerah berdasarkan prioritas anggaran mereka sendiri. Dengan demikian diharapkan akan lebih terbuka ruang bagi aparat di daerah untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan pembangunan berdasarkan kesesuaian

  Munculnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bukanlah finalisasi dari proses besar demokratisasi suatu otonomi, melainkan langkah awal dari proses demokrasi yang besar. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengakui adanya otonomi yang dimiliki desa ataupun dengan sebutan lain, dikatakan demikian mengingat bahwa ujung tombak pelaksanaan pemberdayaan rakyat berada pada tingkat desa, karena hakikat otonomi daerah selain demokratisasi dan desentralisasi, juga mengandung misi pemberdayaan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

  Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa desa atau sebutan lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Bab 1, Pasal 1, menegaskan bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan rumusan tersebut, pemerintahan daerah perundang-undangan sebelumnya, karena pengakuan otonomi yang dimiliki oleh desa sangatlah jelas.

  Secara historis, desa merupakan cikal-bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara dan bangsa ini terbentuk.Struktur sejenis desa, masyarakat adat dan sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukan dengan tingkat keragaman yang tinggi. Ini mengandung makna bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai dengan kewenangan asli maupun yang diberikan, yang menyangkut peranan pemerintah desa sebagai penyelenggara pelayanan publik di desa dan sebagai pendamping dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang melibatkan masyarakat di tingkat desa. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, pemerintah desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam mendukung proses pelaksanaan pembangunan di setiap desa adalah adanya kepastian keuangan untuk pembiayaannya.

  Pemerintah pada tahun 2013 telah mengesahkan Rancangan Undang- undang mengenai Desa menjadi Undang-Undang nomor 06 tahun 2014 tentang Desa. Undang-undang (UU) tentang desa yang telah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia(DPR RI) menjadi Undang-undang (UU) Desa, ini tapi juga dimulai di desa.Melalui UU Desa, setiap desa memiliki hak mengatur rumah tangganya sendiri dengan tidak meninggalkan asal-usul serta kearifan lokal (local wisdom) setempat. Bukan sebaliknya, semua kewenangan rumah tangga desa ada dalam urusan pemerintahan sebagaipengatur negara.

  Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa terdiri dari 16 BAB dan 122 Pasal. Isi Undang-Undang Desa tersebut adalah:

  1. BAB I : Ketentuan Umum, Pasal 1-4

  2. BAB II : Kedudukan dan Jenis Desa, Pasal 5-6

  3. BAB III : Penataan Desa, Pasal 7-17

  4. BAB IV : Kewenangan Desa, Pasal 18-22

  5. BAB V : Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pasal 23-66

  6. BAB VI : Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat Desa,

  Pasal 67-68

  7. BAB VII : Peraturan Desa, Pasal 69-70

  8. BAB VIII : Keuangan Desa dan Aset Desa, Pasal 71-77

  9. BAB IX : Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Pasal 78-86

  10. BAB X : Badan Usaha Milik Desa, Pasal 87-90

  11. BAB XI : Kerjasama Desa, Pasal 91-93

  12. BAB XII : Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, Pasal 94-95

  13. BAB XIII : Ketentuan Khusus Desa Adat, Pasal 96-111

  15. BAB XV : Ketentuan Peralihan, Pasal 116-118

  16. BAB XVI : Ketentuan Penutup, Pasal 119-122 Ada beberapa poin penting yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 06

  Tahun 2014 tentang Desa.Pertama,dengan disahkannya Undang-Undang Desa maka tiap desa akan mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat melalui APBN lebih kurang Rp. 1 Miliar per tahun. Hal tersebut dijelaskan pada Pasal 72 Ayat 1, mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf b. disebutkan “alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”.selain itu dalam Pasal 72 Ayat 1 Huruf d, disebutkan "alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota". Selanjutnya dalam Pasal 72 Ayat 4, disebutkan "Alokasi danaDesa sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 Huruf d paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus".

  Kedua, menyangkut penghasilan tetap kepala desa. Menurut Pasal 66 “Kepala Desa dan Perangkat Desa memperoleh gaji dan penghasilan tetap setiap bulan.” Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa bersumber dari dana perimbangan dalam APBN yang diterima oleh kabupaten/kota ditetapkan oleh APBD. Selain penghasilan tetap yang dimaksud, Kepala Desa dan Perangkat Desa juga memperoleh jaminan kesehatan dan penerimaan lainya yang sah.

  Ketiga, dengan Undang-Undang Desa ini, masa jabatan Kepala Desa adalah enam tahun dan dapat menjabat paling banyak tiga kali masa jabatan dengan masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa, mereka bisa menjabat paling banyak tiga kali masa jabatan, baik secara berturut turut maupun tidak berturut- turut. Hal Ini berbeda dengan Undang-Undang yang berlaku sebelumnya yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004, Kepala Desa dan BPD hanya bisa menjabat paling banyak dua kali masa jabatan.

  Selain tiga hal yang telah peneliti paparkan, dalam UU Desa tersebut akan ada pembagian kewenangan tambahan dari pemerintah daerah yang merupakan kewenangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan yang merupakan pendapatan desa yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 72 UU Desa ayat (5) “Dalam rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan kepadaPerangkat Desa yang ditunjuk”.

  Kemudian, poin penting terakhir dalam Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa adalah peran BPD.Menurut pasal 55 UU, Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:

  a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;

  b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

  Disini ada penambahan fungsi BPD yaitu pada huruf c yaitu melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Hal ini berbeda dengan Undang-Undang Nomor

  32 Tahun 2004, dalam pasal 209 disebutkan Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan

  Titik krusial dalam poin penting yang telah peneliti paparkan, terdapat pada keuangan desa. UU Desa ini mengatur tentang alokasi dana dari pemerintah pusat, desa juga dimungkinkan mendapat kucuran dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi, Kabupaten/Kota. UU ini juga mengharuskan membentuk semacam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tingkat desa, yakni BPD.Badan di tingkat desa ini berperan untuk turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Dan, pemerintah kota serta pemerintah kabupaten akan melakukan pendampingan, termasuk penyusunan budgeting. Sementara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ikut aktif mengawasi penggunaan danatersebut.

  Pada tahun 2014 ini Undang-undang Desa mulai diimplementasikan untuk seluruh desa di semua Provinsi di Indonesia.Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang menyatakan siap melaksanakan amanat Undang-undang Desa ini.Dalam mengimplementasikannya dibutuhkan partisipasi masyarakat yang tinggi agar undang-undang tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan.

  Dalam konteks pembangunan dan pemerintahan desa, partisipasi masyarakat terbentang dari proses pembuatan keputusan sehingga evaluasi. Proses ini tidak semata didominasi oleh elite-elite desa (Pamong Desa, BPD, Pengurus RT maupun Pemuka Masyarakat), melainkan juga melibatkan unsur-unsur lain seperti perempuan, pemuda, kaum tani, buruh dan sebagainya. Dari sisi proses, keterlibatan masyarakat biasa bukan dalam konteks mendukung kebijakan desa atau sekedar menerima sosialisasi kebijakan desa, melainkan ikut menentukan kebijakan desa sejak awal.

  Partisipasi masyarakat desa, misalnya, bisa dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam merumuskan kebijakan pembangunan (rencana strategis desa, program pembangunan dan APBDES, dan lain-lain), antara lain melalui forum RT, Musbangdus, Musbangdes maupun Rembuk Desa. Forum-forum itu juga bisa digunakan bagi pemerintah desa untuk mengelola akuntabilitas dan transparansi, sementara bagi masyarakat bisa digunakan untuk voice, akses dan kontrol terhadap pemerintah desa.

  Secara substantif, partisipasi masyarakat mencakup tiga hal. Pertama, voice (suara): setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk menyampaikan suaranya dalam proses pembangunan. Pemerintah, sebaliknya mengakomodasi setiap suara yang berkembang dalam masyarakat yang kemudian dijadikan sebagai basis perencanaan pembangunan.Kedua, akses, yakni setiap warga mempunyai kesempatan untuk mengakses atau mempengaruhi perencanaan pembangunan desa dan akses terhadap sumber daya lokal.Ketiga, kontrol, yakni setiap warga atau elemen-elemen masyarakat mempunyai kesempatan dan hak untuk melakukan pengawasan (kontrol) terhadap lingkungan kehidupan dan pelaksanaan pembangunan.

  Sejak diberlakukannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, masyarakat menaruh harapan yang besar terhadap implementasi otonomi daerah. Tak terkecuali masyarakat ditingkat desa, pemerintahan di desa. Sebab, masyarakat desa sangat sadar keberadaan institusi- institusi demokrasi desa selama ini berada dalam kondisi yang tidak kondusif dalam mendorong menegakkan demokrasi pada level akar rumput (masyarakat pedesaan).

  Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi sering kali ditentukan secara masif yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan keputusan.Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai tahap perencanaan pengambilan keputusan.

  Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada

  Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat Community Devlopment sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya.Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru. Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan di mana peran pemerintah dan di mana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergi.

  Partisipasi masyarakat dalam otonomi desa berupa subtansi nyata dari kemampuan masyarakat setempat untuk mengakses potensi sumber daya yang ada di lingkungannya.Sehingga potensi sumber daya yang sangat melimpah ruah itu bisa dijadikan nilai tambahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa- desa bersangkutan.Maka bantuan pemerintah daerah berupa financial (keuangan), program pembangunan, dan pelimpahan kewenangan merupakan syarat yang perlu dipenuhi.Meskipun hasil harus terbatas pada beberapa hal yang dianggap penting bagi percepatan pembangunan kemandirian desa.

  Kenyataan partisipasi masyarakat desa yang dianggap kunci keberhasilan pembangunan otonomi daerah justru hanya merupakan partisipasi manipulatif.Artinya masyarakat desa tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk melibatkan diri dalam pembangunan di desanya. Bahkan banyak objek pembangunan pedesaan yang masih dilakukan secara sepihak dari atas (Top- Down). Sehingga sasaran pembangunan tidak sesuai dengan aspirasi dan harapan masyarakat setempat.

  Tentang tujuan Otonomi Desa, baik undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 telah menjelaskan salah satu tujuan dari implementasi otonomi desa tersebut adalah: ” Otonomi Desa dapat menjadi wahana yang baik bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, melalui implementasi otonomi desa, diharapkan prakarsa dari pembangunan tumbuh dan berkembang dari aspirasi masyarakat desa, sehingga masyarakat desa akan memiliki Sense of Belonging dari setiap derap dan hasil pembangunan di desanya”

  Partisipasi Masyarakat adalah suatu hal yang sangat penting dalam pemerintahan demokratis, terutama dalam praktek pemerintahan daerah.Secara umum partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan terus menerus dan aktif dalam pembuatan keputusan yang dapat mempengaruhi kepentingan umum.Partisipasi Masyarakat memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif terhadap pembangunan kehidupan bersama-sama warga desa.Partisipasi pada intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai ”pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

  Dalam penelitian mengenai analisis partisipasi desa dalam menghadapi Undang-undang Desa ini, peneliti mengambil lokus penelitian di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang.Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang peneliti mengambil lokus penelitian di Desa Tanjungsari.Pertama, peneliti tertarik mengambil lokus penelitian di Desa Tanjungsari karena desa tersebut memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh desa lain di Provinsi Banten, yaitu desa Tanjungsari diberikan penghargaan sebagai Kampung Pancasila.

  Menurut penuturan Gunawan (Camat Pabuaran) dalam wawancara peneliti pada 28 Oktober 2014 mengenai sebutan Kampung Pancasila terhadap Desa Tanjungsari, beliau mengatakan bahwa:

  “Desa Tanjungsari mempunyai sebutan Kampung Pancasila, mengapa disebut Kampung Pancasila? Karena masyarakat Desa Tanjungsari sangat berbudaya, dan di sana ada tokoh masyarakat yang pernah menjadi ketua MPR tertua yakni H. Mahmud pada zaman Orde Baru dan pernah jadi camat pertama di sini, dan diproklamirkan oleh Kodim 0602/Serang untuk dijadikan Kampung Pancasila.” Penuturan dari Gunawan tersebut selaku Camat Pabuaran dipertegas oleh adanya sebuah prasasti yang dibuat oleh Kodim 0602/Serang dengan ditandatangani oleh Bupati Kabupaten Serang, Drs. H.A Taufik Nuriman, MM. MBA, pada 03 Oktober 2011.Prasasti tersebut menyatakan bahwa Desa Tanjungsari mendapat sebutan Kampung Pancasila.

  Prasasti ini merupakan prasasti satu-satunya yang hanya diberikan kepada Desa Tanjungsari.Sebelumnya, bahkan sampai sekarang tidak ada lagi kampung pancasila yang lain, hanya ada satu kampung pancasila di Banten, yakni di Desa Tanjungsari.Hal ini merupakan hal yang sangat membanggakan, karena gelar sebagai kampung pancasila tidak mudah didapat, apalagi sampai disahkan oleh Bupati. Tapi di sisi lain, gelar atau sebutan ini merupakan suatu amanah yang sangat besar kepada Desa Tanjungsari agar isi dan makna dari pancasila dapat diterapkan di Desa Tanjungsari, (lihat Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Prasasti Peresmian Kampung Pancasila

  Sumber: Monografi Ekspose Lomba Desa, Desa Tanjungsari Kecamatan Pabuaran

  Selain itu, peneliti tertarik mengambil lokus penelitian di Desa Tanjungsari dikarenakan, pada perlombaan desa terbaik se-Provinsi Banten yang diadakan oleh BPPMD Provinsi Banten pada tahun 2014, Desa Tanjung sari mendapatkan prestasi sebagai Desa Terbaik ke 3 se-Provinsi Banten, (lihat Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Rekapitulasi Nama-Nama Desa Terbaik Tingkat Provinsi Banten 2013

  No Nama Desa Kecamatan Kabupaten/Kota Juara Desa

  1

  2

  3

  1 Desa Pagedangan Kecamatan Kabupaten Pagedangan Tangerang

  2 Desa Sawarna Timur Kecamatan Kabupaten Lebak Bayah

  3 Desa Tanjungsari Kecamatan Kabupaten Serang Pabuaran

  Sumber : BPPMD Provinsi Banten (2014) Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, masih ditemukan berbagai permasalahan mengenai partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi

  Undang-undang Desa ini.Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui bersama, dan sangat perlu adanya pembahasan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

  Peneliti menilai sosialisasi Undang-undang Desa kurang begitu menjelaskan mengenai isi dan tujuannya.Selama ini, yang begitu digembor- gemborkan dan menjadi isu sentral hanyalah terkait pemberian anggaran dari pusat sekitar Rp. 1 Miliar rupiah per desa kepada seluruh desa di Indonesia.Di karena dapat menjadi stimulanbagi peningkatan pembangunan perdesaan. Tetapi di sisi lain, peneliti mengkhawatirkan sosialisasi undang-undang yang belum begitu maksimal dapat menyebabkan kurangnya pemahaman aparatur desa dan warga desa dalam mengimplementasikan Undang-undang Desa yang baru ini.

  Sahroni (Sekretaris Desa Tanjungsari) berkomentar mengenai kurangnya sosialisasi Undang-undang Desa ini. Dalam wawancara peneliti pada 28 Oktober 2014, Sahroni mengatakan bahwa:

  “Kalau setingkat kecamatan sudah, setingkat desa untuk orang desanya sudah, Kepala Desanya sudah, saya sudah. Tapi kalau kita ke masyarakatnya belum, tapi maksudnya secara khusus sosialisasi belum, tapi di desa kan kental dengan kegiatan, misalnya kegiatan pengajian, kita sudah sampaikan tapi bukan secara khusus. Mengingat desa ini dalam rangka pelaksanaan Undang-undang no 06 tahun 2014, desa akan mendapatkan dana 10 % dari pusat”. Kedua, ada perbedaan pandangan dari masyarakat dalam menilai Undang- undang tersebut.Ada yang menginginkan agar Undang-undang tersebut segera direalisasikan, namun aja juga yang berpandangan bahwa Undang-undang ini mengkhawatirkan, apalagi jika dilihat dari kesiapan SDM di Desa Tanjungsari.

  Abdullah (Ketua BPD Tanjungsari) berkomentar mengenai dukungannya terhadap Undang-undang Desa ini. Dalam wawancara peneliti terhadap pak Abdullah, beliau mengatakan bahwa:

  “Sangat mendukung, karena kebijakan pemerintah dengan adanya Undang-undang itu kita mengharapkan ketercapaian semua pembangunan di desa.Bukan untuk masyarakatnya saja, tapi untuk pembangunannya juga mudah-mudahan tercapai”. Di sisi lain, Abunyamin (LPM Desa Tanjungsari) berkomentar mengenai kekhawatirannya terhadap Undang-undang Desa ini. Dalam wawancara peneliti, beliau mengatakan bahwa:

  “Ya mudah-mudahan dengan kucuran dana ini, dengan undang- undang desa ini bisa mengurangi pengangguran di desa, dan bisa mengurangi urbanisasi-urbanisasi di perkotaan, sehingga orang tidak bertumpuk di perkotaan. Kalaupun dana ini benar-benar turun ke desa, Kepala Desa berkewajiban untuk merekrut masyarakatnya, membuka lapangan pekerjaan, menggali potensi di desa. Intinya saya sangat setuju adanya kue pusat yang diturunkan ke desa, Cuma saya khawatirnya jika Kepala Desa ini nyeleweng, nanti Kepala Desa saya ini ditangkap KPK. Saya khawatir nanti KPK ini bermain di akar rumput, di desa. Orang kampung bilang “sing bisa, kudu bisa, pabisa-bisa”, artinya dana sekian yang diturunkan itu tidak menutup kemungkinan untuk bocor. Sementara mereka harus mengondisikan dana itu secara tepat sasaran”.

  Dari latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa.

Dokumen yang terkait

PERGESERAN FUNGSI CAMAT PASCA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

1 24 36

KAJIAN YURIDIS PERIODE JABATAN KEPALA DESA DI INDONESIA (PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)

0 6 23

KEBIJAKAN KEPALA DESA DALAM MELAKSANAKAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DESA SUMBERGONDO KABUPATEN BANYUWANGI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

1 6 114

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 4 17

PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA (STUDI KASUS KABUPATEN SERANG)

0 0 17

PENGELOLAAN KEUANGAN DI DESA PESISIR BERDASARKAN ASAS PARTISIPASI DALAM UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA SEBAGAI UPAYA AKUNTABILITAS PUBLIK DI KABUPATEN GRESIK

0 0 18

I. Latar Belakang - PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 1 7

PRINSIP PEMERINTAHAN DESA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 0 26

ANALISIS TERHADAP KERJASAMA DESA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI PERDESAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH JO. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA - repo unpas

0 0 45

KEWENANGAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DESA (Telaah Atas Ketatanegaraan Islam)

0 0 106