LATAR BELAKANG REMAJA BERGABUNG DALAM KELOMPOK INDONESIAN MITSUBISHI OWNERS CLUB (IdMOC) YOGYA

  

LATAR BELAKANG REMAJA

BERGABUNG DALAM KELOMPOK

  

INDONESIAN MITSUBISHI OWNERS CLUB (IdMOC)

YOGYA

S k r i p s i

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Progaram Studi Psikologi

  

Disusun oleh :

Yulius Eko Hartanto

NIM : 029114001

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan karya ini untuk

  1. Yesus Kristus yang maha dasyat atas berkat, serta bimbingan-Nya setiap saat

  2. Papa, mama, adik ku yang kucintai selama-lamanya

  3. Saudara-saudara dari keluarga besar ku yang aku cintai

  4. Seseorang yang aku kasihi dan aku sayangi

  5. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja

  6. Teman-teman dan sahabat-sahabatku

HALAMAN MOTTO

  Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai kembali dengan lebih cerdik ( Henry Ford )

  Hidup kita akan menarik dan penuh warna jika ada banyak orang yang mau menjadi warna dan dapat mewarnai kehidupan kita di setiap hari.

  Janganlah merasa diri orang yang paling.....karena di sekitarmu banyak orang yang lebih paling.....dari pada kamu, sebab diatas langit masih ada langit dan perhatikanlah bahwa diatas kesombongan masih ada kesombongan.

  Pada waktu itu engkau akan berkata “Aku mau bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, karena sesungguh pun Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau mengibur aku. Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.” (Yesaya 12, 1-2)

  ABSTRAK

Latar Belakang Remaja Bergabung dalam Kelompok

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

  Yulius Eko Hartanto Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Desain penelitian ini studi diskriptif dan bertujuan untuk mendiskripsikan latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Peneliti tertarik pada hal ini karena remaja ingin selalu diakui keberadaannya dalam kelompok, oleh karena itu banyak alasan yang mendasari remaja bergabung dalam kelompok tersebut. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya merupakan salah satu organisasi yang dinilai sesuai karena memang organisasi ini masih eksis, dan mayoritas anggotanya adalah remaja.

  Subjek dalam penelitian ini adalah remaja sebanyak 7 orang anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya yang dinilai aktif dalam organisasi. Dari segi usia subjek yang dipilih antara umur !9-20 tahun yang termasuk dalam masa remaja akhir. Data yang diperoleh dikumpulkan dengan teknik wawancara non terstruktur, analisis data dengan membuat abstraksi selanjutnya kategorisasi satuan dan pengkodean. Verivikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya adalah mencari informasi tentang mobil seluk beluk mobil Mitsubishi. Selain itu keaktifan anggota juga sangat diperlukan, hal ini dipengaruhi oleh norma-norma kelompok yang sudah disepakati oleh kelompok, salah satunya yaitu setiap anggota diharapkan datang pada setiap pertemuan-pertemuan yang ada.

  

ABSTRACT

Teenagers’ Background to Join

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

  

Yulius Eko Hartanto

Psychology Faculty

Universitas of Sanata Dharma

Yogyakarta

  

2007

  The design of this research was descriptive study and was aimed to describe teenagers conformity behavior in Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Researcher was interested in this case because teenagers need their essence were being acknowledged in the group, that’s why there were many based reasons for teenagers to join the club. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja was one of organization that estimatedly suitable because this group was still exist and the majority of it’s members were teenagers.

  The subjects of this research were seven Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya teenage members who were being estimatedly active in this organization. From the age side subjects who were being selected were between 19 until 20 years old, who were included in late teenage era. Datas that had been obtained were being collected by non-structured interview technique, data analysis by made abstraction then unit categorise and coding. Data verivication was did by intersubjective validity that retest researchers experience with subjects experience by mutual interaction.

  The result of this research showed that teenagers’ background to join Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya was to find details about Mitsubishi car. Besides, the members’ activities also needed, it was influenced by the club’s norm that had been agreed by the members and one of them was each member was expected to present the exist meetings.

  .

KATA PENGANTAR

  Sembah sujudku kepada Bapa, para malaikat, dan para kudus di surga yang maha dasyat atas rahmat, berkat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga pada akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini. Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

  1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, dan Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari S. Psi., M. Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi, atas kesempatan yang telah diberikan selama menjalani proses studi.

  2. Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti D S, S. Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sangat sabar memberikan dorongan, bimbingan, dan saran selama penulisan skripsi ini.

  3. Maria Laksmi Anantasari, S. Psi., M. Si. yang bersedia membimbing pada saat penulisan seminar.

  4. V. Didik Suryo Hantoko, S Psi., M Si. yang bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi pada penulisan skripsi ini.

  5. Dosen-dosen psikologi yang berkenan membagikan ilmu psikologi selama menjalani perkuliahan.

  6. Mas Gandung, dan Mbak Nanik yang dengan sabar melayani untuk urusan kesekretariatan. Matur nuwun sanget Mas Gandung, dan Mbak Nanik.

  7. Mas Muji yang selalu mau direpotkan untuk urusan test dan test, “sing sabar yo mas ngadepi mahasiswa-mahasiswa sing cerewet-cerewet iki. Pokoke hidup Beckham, God Bless never die”. Matur nuwun sanget Mas Muji.

  8. Mas Doni yang selalu sabar walaupun buku-bukunya selalu diberantakin mahasiswa. Matur nuwun sanget Mas Doni.

  9. Pak Gie yang selalu semangat dan pantang merasa lelah, matur nuwun sanget atas pelayanannya selama kuliah di psikologi.

  10. Papa, mama, adikku serta semua saudara-saudara dari keluarga besarku yang sangat aku kasihi makasih banyak atas dukungan, dan pengarahannya, serta doanya yang tak terkira. Maaf lulusnya telat lama, tapi aku selalu ingin menjadi anak yang bisa membagakan dan dibanggakan oleh keluarga.

  11. Martinus “she-sex” Karo-karo Sinulingga yang mau aku ganggu untuk bantuin ngerjain abstract. Thank’s berat jasamu tak kan kulupakan sepanjang hayat.

  12. B 8800 PK dan AB 124 NU terima kasih yang tak terkira untuk kalian karena sudah mengenalkan Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja dan seluk beluknya, berkat kalian skripsi ini selesai. Ga ketinggalan juga teman- teman anggota dari Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja, yang telah membantu.

  13. Teman-teman seangkatan 2002, “gak terasa kita dah punya 5 adik angkatan lho...” makasih banyak aku boleh berdinamika bareng ma kalian dan boleh mengenal kalian selama ini.

  14. Cah-cah psikologi dari angkatan berapa aja terima kasih atas kebersamaannya, aku senang kenal kalian semua.

  15. Seseorang yang bernama Agustina Ika Rustyanti. Aku mungkin orang yang paling beruntung bisa mengenal kamu, dan boleh mengukir kenangan bersama kamu. Thank’s for everything my babe, aku sayang kamu.

  16. Cah-cah Tumindak Ngiwo “woi kapan meh do lulus, wis tuo cah”. Thank’s berat, aku boleh parasit di kontrakan Tumindak Ngiwo selama 2 tahun dan kekeluargaan yang terjalin selama ini. Aku ga mungkin lupa ma kalian semua.

  17. Anak-anak kost Tasura 50c makasih berat atas kenangan dan warna-warni kehidupan sehari-hari.

  18. Terima kasih yang tidak terkira buat Bagus’ 05 yang telah meminjamkan recordernya. Sory kalo terlalu lama minjemnya.

  19. Buat teman-teman dan sahabat-sahabatku yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu karena keterbatasan halaman ini, terima kasih karena kalian telah menerimaku dalam diri dan kehidupan kalian.

  DAFTAR ISI Halaman Judul…………………………………………………………………………..

  I Halaman Persetujuan Pembimbing…………………………………............................... ii HalamanPengesahan......................................................................................................... iii Halaman Persembahaan……………………………………………………………….... iv Halaman Motto………………………………………………………………….……… v Pernyataan Keaslian Karya…………………………………………………….……….. vi Abstrak………………………………………………………………………………….. vii Abstrack……………………………………………………………………………….... viii Lembar Persetujuan Publikasi.......................................................................................... ix Kata Pengantar………………………………………………………………………….. x Daftar Isi………………………………………………………………………….……... xii BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .....................................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................

  7 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................

  7 BAB II. DASAR TEORI ..............................................................................................

  8 A. Remaja.......................................................................................................

  8 1. Pengertian remaja..............................................................................

  8 2. Batasan usia remaja..........................................................................

  10 3. Ciri-ciri masa remaja.........................................................................

  11 4. Tugas-tugas perkembangan remaja...................................................

  12

  5. Perkembangan sosial dan perubahan-perubahan sosial serta psikologis pada masa remaja...............................................................................

  14 B. Kelompok..................................................................................................

  17 1. Definisi kelompok..............................................................................

  17 2. Faktor-faktor terjadinya kelompok.....................................................

  17 3. Fungsi kelompok................................................................................

  18 4. Konformitas........................................................................................

  19 a. Definisi konformitas......................................................................

  19 b. Aspek-aspek konformitas...............................................................

  21 c. Tipe-tipe konformitas.....................................................................

  23 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas............................

  24 C. Pertanyaan Penelitian................................................................................

  27 1. Pertanyaan utama................................................................................

  27 2. Sub pertanyaan....................................................................................

  28 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................................

  29 A. Jenis Penelitian..........................................................................................

  29 B. Variabel Penelitian....................................................................................

  29 C. Subjek Penelitian.......................................................................................

  30 D. Metode Pengumpulan Data.......................................................................

  31 E. Analisa Data..............................................................................................

  32 F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data........................................................

  33 BAB IV. PERSIAPAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN……...…….

  34 A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian................................................

  34

  34 1. Sejarah................................................................................................

  37 2. Persiapan penelitian............................................................................

  B. Pelaksanaan Wawancara...........................................................................

  39 1. Wawancara...........................................................................................

  39 C. Deskripsi Subjek........................................................................................

  40 1. Subjek I: Al..........................................................................................

  40 2. Subjek II: To........................................................................................

  40 3. Subjek III: Ra......................................................................................

  41 4. Subjek IV: Tm.....................................................................................

  42 5. Subjek V: Ne........................................................................................

  43 6. Subjek VI: On......................................................................................

  44 7. Subjek VII: Ma....................................................................................

  45 D. Analisis Data..............................................................................................

  46

  1. Latar belakang menjadi anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.................................................................................

  46

  2. Pandangan tentang kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)Yogya..................................................................................

  49

  3. Relasi dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya....................................................................................................

  50

  4. Perilaku dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya...................................................................................

  53 E. Pembahasan................................................................................................

  56

  BAB V. PENUTUP………............................................................................................

  62 A. Kesimpulan.................................................................................................

  62 B. Saran............................................................................................................

  62 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..

  64 LAMPIRAN………….………………………………………………………………....

  67

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh “badai” dan tekanan, hal

  ini dikarenakan masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa. Masa remaja belum bisa dikatakan sebagai masa dewasa, dan juga bukan masa anak-anak. Individu pada masa remaja sudah tidak mau lagi disebut dan diperlakukan sama dengan anak-anak, karena secara fisik fungsi fisiologis mereka sudah sama dengan manusia dewasa yang ditandai dengan ciri utamanya yaitu sudah matangnya fungsi reproduksi. Remaja juga tidak bisa dimasukkan dalam perkembangan manusia dewasa, karena remaja belum matang dalam hal emosional dan belum mampu mandiri secara sosial (Hartini, 1999). Kondisi yang tidak pasti ini, yaitu kondisi di mana remaja berada dalam posisi antara tahap perkembangan anak dengan tahap perkembangan dewasa, menimbulkan kecemasan dan ketegangan tersendiri dalam dunia remaja. Mereka berusaha mencari identitas dirinya untuk menegaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat yang sesuai dengan tuntutan masyarakat tersebut.

  Tugas perkembangan remaja dapat dikatakan tahap perkembangan yang terpenting karena berhubungan dengan penyesuaian sosial ditengah masyarakat. Hal ini berhubungan dengan penyesuaian dengan perilaku sosial, maupun nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial. Remaja mulai dituntut untuk bisa mencapai pula sosialisasi dewasa, sehingga remaja harus membuat banyak penyesuaian baru dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyangkut hubungan atau relasi dengan orang banyak secara otomatis.

  Remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya, salah satunya melalui bentuk sosialisasi dan menjalin relasi. Ini terjadi ketika dalam perkembangan sosialnya, remaja melakukan dua macam gerak yaitu gerak memisahkan diri dari orang tua dan bergerak menuju teman-temannya.

  Dinamika keseharian dalam kehidupan remaja ini, nantinya membentuk hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi hubungan yang kurang harmonis (Monks, 2001).

  Berdasarkan tugas-tugas perkembangan, tahap ini disebut sebagai tahap memperoleh kebebasan emosional, dan diikuti dengan tahap perkembangan berikutnya yaitu kemampuan bergaul. Pada kedua tahap ini akan muncul suatu gerakan dimana remaja akan cenderung melepaskan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebayanya (Monks, 2001). Mereka, dalam hal ini orang tua dan remaja sama-sama berusaha untuk mencapai kebebasan dan mereka juga memiliki kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tersebut sesuai dengan usia dan jenis kelamin mereka (Monks, 2001), bahkan remaja akan mengorbankan hubungan emosi dengan orang tuanya untuk memperoleh kebebasan tersebut (Monks, 2001).

  Teman akan menjadi lebih penting artinya dan lebih menonjol konformis atau searah dengan teman-temannya (Azwar, 1995), dan pengaruh dari teman terhadap masa remaja sangat kuat. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya jumlah penurunan waktu untuk berinteraksi antara remaja dengan orang tua dan menunjukkan adanya peningkatan waktu untuk berhubungan dengan teman-temannya (Monks, 2001). Keterlibatan remaja pada teman- temannya akan memungkinkan untuk mendapatkan lebih banyak informasi serta melakukan evaluasi dan perbandingan diri dengan kelompok.

  Biasanya budaya teman sebaya atau peer culture sangat berpengaruh sehingga nilai-nilai kelompok sebaya jadi sangat mempengaruhi (HIDUP, 1999). Pada akhirnya dalam perkembangan kehidupan sosial remaja tersebut, remaja cenderung tidak mau berbeda dengan teman-teman dalam kelompoknya. Remaja selalu ingin sama dengan apa yang dilakukan oleh anggota kelompok yang lain, seperti dalam hal penampilan, minat, prestasi, berpacaran, dan masih banyak lagi. Kesamaan untuk cenderung mengikuti kelompok ini dilakukan agar mereka tidak dianggap rendah sehingga dapat diterima dan diakui oleh kelompoknya (Zulkifli, 2002).

  Sisi lain dari remaja adalah perkembangan sosial remaja itu sendiri. Hal ini terlihat dari seringnya remaja berada di luar rumah bersama dengan teman-temannya dalam satu kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga, sehingga hal ini menimbulkan sebuah konformitas kelompok. Dalam perkembangan sosial remaja, salah satu bentuk remaja. Walgito (1993) mengemukakan bahwa kepercayaan diri terbentuk dari interaksi individu dengan lingkungan, yang mana di lingkungan tersebut remaja mempunyai kesempatan mengenal dirinya melalui pembelajaran- pembelajaran sosial dengan melalui relasi dengan orang-orang di sekitarnya.

  Menurut Palmer (Mappiare, 1982), keinginan remaja untuk diterima dalam kelompok tersebut akan mengakibatkan remaja bersikap konform terhadap kelompok termasuk dalam hal nilai yang meliputi aturan dan norma, kebiasaan, minat, dan budaya teman kelompoknya. Pusat perhatian individu dalam kelompok sebenarnya bukan pada kebutuhan-kebutuhannya sendiri, tetapi lebih kepada usaha individu tersebut supaya diakui keberadaannya di dalam kelompok. Oleh karena itu apa yang dibutuhkan kelompok pun akan diidentifikasikan ke dalam diri individu dalam kelompok-kelompok dengan kohesi yang kuat atau tingkat konformitas tinggi dan berkembanglah suatu iklim kelompok dan norma-norma kelompok tertentu. Norma-norma atau dengan kata lain moral kelompok tadi dapat berbeda sekali dengan moral yang dibawa remaja dari keluarga meskipun sejak kecil diajarkan oleh orang tuanya (Monks, dkk, 2001)

  Seorang remaja sudah merasa konform dengan kelompok sebayanya, ketika remaja tersebut sudah mampu menyesuaikan diri dalam kelompok dan pengaruh kelompok semakin kuat terhadap kegiatan anggotanya. Pada akhirnya akan timbul perasaan saling memiliki, sehingga kepercayaan antar anggotapun terjalin dengan baik serta didalamnya ada perasaan tanggung kelompok yang sangat kuat dan dapat membuat batas antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lain.

  Kelompok-kelompok remaja sangat bermacam-macam dari nama maupun dari asal-asul terbentuknya kelompok-kelompok tersebut. Sebagai contoh, ada kelompok yang terbentuk karena mempunyai hobi yang sama, ada juga karena merasa senasib sepenanggungan karena sering dihukum di sekolah dan akhirnya membentuk kelompok sendiri yang disitu terdiri dari para siswa yang selalu bermasalah, dan masih banyak lagi yang lain. Salah satunya kelompok yang terbentuk dari kesamaan hobi adalah para remaja yang bergabung dalam sebuah klub yang bernama Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC). Klub mobil ini mempunyai banyak anggota, yang didalamnya para pecinta dan fanatik pada merk mobil Mitsubishi dari berbagai jenis.

  Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC) merupakan salah satu club yang mengumpulkan pecinta mobil mitsubishi dari segala jenis di seluruh Indonesia. Awal mula terbentuk Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC) Yogya sendiri dari kesamaan penyuka mobil merk Mitsubishi, yang berkomunikasi melalui media internet melalui chating. Pada akhirnya para penyuka mobil Mitsubishi ini berkumpul dan langsung membentuk Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC) Yogya dengan seizin Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC) pusat di Jakarta. Visi dan misi yang dijalankan di Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC) antara lain mengumpulkan informasi dan inspirasi-inspirasi tentang Mitsubishi, dan menyalurkan hobi antar sesama penyuka mobil Mitsubishi. Selain itu bertukar pikiran tentang spare part dan kebutuhan-kebutuhan mobil merk Mitsubishi.

  Anggota-anggota dalam Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya mayoritas adalah remaja. Kegiatan-kegiatan pada klub ini sangat bermacam-macam antara lain kumpul bersama yang terus diadakan setiap minggunya, bertukar informasi tentang Mitsubishi, dan bakti sosial. Selain itu acara tahunan yang selalu dilaksanakan oleh Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) adalah acara memperingati hari ulang tahun Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC), antara lain menyelenggarakan kontes modification mobil dan kejuaraan rally nasional. Hubungan yang tercipta dalam klub ini sangat dekat seperti layaknya saudara, dan saling bisa membantu satu sama lain.

  Berdasarkan teori-teori yang telah terurai diatas dan berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, peneliti terdorong untuk mengetahui apakah yang menjadi latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah terurai di atas, maka rumusan masalah dalam penilitian ini adalah “Apakah yang menjadi latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya?”

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang apakah yang mendasari remaja untuk bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi perkembangan menyangkut tahapan perkembangan remaja.

  2. Manfaat praktis Bagi remaja, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau wacana yang berhubungan dengan kehidupan remaja dalam berperilaku sehari-hari.

BAB II DASAR TEORI A. Remaja

  1. Pengertian remaja Remaja ditinjau dari sudut kematangan fisik adalah suatu tahap perkembangan dimana organ-organ manusia mencapai kematangan dan dapat berfungsi menuju sempurna (Sarwono, 1989). Hal lain yang berhubungan dengan pandangan sosial ekonomi remaja, diungkapkan oleh Maugman (Sarwono, 1989) mendefinisikan ini sebagai masa peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

  Agustiani (2006) menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa yang dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki keunikan sendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak- kanak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara masa anak- anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau bersifat fisiologis juga bersifat psikologis, dan pada masa remaja mengalami perubahan yang sangat besar dalam aspek-aspek tersebut.

  Hartini (1999) mengungkapkan bahwa masa remaja atau masa proses pertumbuhannya terutama fisik, telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan, dimana kita sulit untuk memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tetapi tidak juga sebagai orang dewasa. Mereka tidak mau dan tidak dapat dikatakan atau diperlakukan sebagai kanak-kanak, sementara itu mereka belum mencapai kematangan yang penuh dan tidak dapat dimasukkan dalam kategori orang dewasa. Kata lain dari periode ini merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak atau childhood ke masa dewasa atau adulthood. Secara negatif periode ini disebut juga periode “serba tidak” atau the “un” stage, yaitu unbalanced yang berarti tidak atau belum seimbang, unstable yang berarti tidak atau belum stabil, dan

  

unpredictable yang berarti tidak dapat diramalkan. Pada periode ini terjadi

  perubahan-perubahan yang sangat berarti dalam segi-segi phisiologis, emosional, sosial, dan intelektual.

  Menurut E.H. Erickson, remaja merupakan masa dimana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Secara hakiki, remaja tetap aman walaupun telah mengalami berbagai macam perubahan (Gunarsa dan Gunarsa, 1986).

  Remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan dimana manusia mengalami perkembangan psikologis, selain perkembangan fisik yang ditandai dengan perkembangan organ-organ, dan juga berkembangannya

  2. Batasan usia untuk remaja Para psikolog menyetujui bahwa masa remaja dimulai dari masa puber (Pettijohn, 1992). Masa puber pria dimulai kira-kira pada usia 12 tahun sedangkan pada wanita dimulai pada usia kira-kira 11 tahun. Masa puber tersebut ditandai terjadinya perubahan fisik diantaranya, yakni pada wanita terjadi menstruasi pertama, sedangkan pada anak laki-laki mengalami perubahan suara menjadi lebih besar dari pada wanita dan selain itu terjadinya mimpi basah. Hal ini tidak berarti ketika masa remaja berakhir, kemjudian masa dewasa mulai, tetapi biasanya masa dewasa mulai kira-kira usia 18 sampai dengan 21 tahun. Pada kenyataannya, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa yaitu dari sifat yang tergantung menjadi sifat yang mandiri.

  Batasan usia remaja menurut WHO (Sarwono, 1989) adalah antara usia 10 sampai 20 tahun dengan pembagian usia 10 sampai 14 tahun sebagai masa remaja awal, sedangkan masa remaja akhir 15 sampai dengan 20 tahun. Batasan usia tersebut hampir sama seperti yang dikemukakan dalam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menetapkan usia 15 sampai 24 tahun sebagai usia pemuda dan di Indonesia batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda yaitu antara 14 sampai 24 tahun (Sarwono, 1989).

  Monks (2001) mengemukakan bahwa masa remaja secara global berlangsung antara umur 12 sampai dengan umur 21 tahun dengan pembagian sebagai berikut: a. 12 sampai umur 15 tahun, termasuk sebagai remaja awal.

  b. 15 sampai dengan umur 18 tahun, termasuk sebagai remaja pertengahan.

  c. 18 sampai dengan umur 21 tahun, termasuk masa remaja akhir.

  Dari berbagai pendapat dan teori dari berbagai hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa anak- anak ke masa dewasa, dengan segala perubahan-perubahan fisik yang dialaminya. Oleh karena itu dari batasan-batasan yang telah terurai di atas, peneliti membatasi penelitian ini dengan mengambil remaja berusia 18 sampai dengan 21 tahun. Diasumsikan sudah berada pada tahap remaja akhir sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut pada umumnya berstatus mahasiswa tingkat awal. Selain itu, jika ditinjau dari latar belakang penelitian pada usia tersebut sudah mempunyai hak untuk memperoleh dan mempergunakan SIM A sebagai syarat atau legalisasi yang harus ditaati oleh pengendara mobil.

  3. Ciri-ciri masa remaja Clarke-Stewart dan Friedman (1987), Ingersol (1989) dalam

  Agustiani (2006) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju dewasa. Pada masa ini

  Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduksi. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yan baru sebagai orang dewasa.

  Selain perubahan dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja, remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai dengan orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luat dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain (Agustiani, 2006).

  4. Tugas-tugas perkembangan remaja Penyesuaian-penyesuaian ini menyangkut apa yang diharapkan masyarakat terhadap remaja. Oleh Havinghurst (Agustiani, 2006) disebut sebagai tugas perkembangan. meliputi : a. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin.

  b. Mencapai maskulinitas dan feminitas dari peran sosial.

  c. Mampu menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

  d. Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

  e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

  f. Mempersiapkan karir ekonomi.

  g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

  h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan berperilaku dan mengembangkan ideologi.

  Secara umum masa remaja dikatakan sebagai periode peralihan, perubahan, tetapi merupakan masa yang penting karena pada masa remaja individu mengalami perkembangan baik fisik dan mental secara pesat. Perbedaan masa kanak-kanak dan remaja yang cukup besar menjadikan masa remaja menjadi masa yang bermasalah dan menimbulkan ketakutan.

  Proses perkembangan yang belum optimal menjadikan individu menjadi tidak realistik dalam memandang kehidupan dan pada ambang masa dewasa ini individu masih dalam proses pencarian identitas.

  5. Perkembangan Sosial dan Perubahan-perubahan Sosial serta Psikologis Pada Masa Remaja

  Salah satu hal yang baru dan sulit bagi remaja adalah penyesuaian sosial, karena lingkungan pergaulan remaja semakin luas dan beragam, nilai-nilai sosial yang baru, pengelompokan sosial yang baru dan lain-lain. Hal itu menjadi sulit karena remaja masih sangat dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya. Menurut Cole dan Hall (1967), kelompok teman sebaya mempunyai peran yang sangat penting bagi remaja. Satu hal yang seharusnya diingat adalah bahwa remaja baik laki-laki maupun perempuan mengalami ketidakpastian karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri mereka berlangsung dengan sangat cepat. Maka salah satu fungsi dari kelompok teman sebaya adalah untuk mempertahankan diri dari ketidakpastian tersebut, karena dengan bergabung dalam kelompok teman sebaya mereka akan terasa lebih aman. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mempunyai kesempatan untuk mencapai status dari kebaikan diri mereka sendiri, bukan dari keluarga mereka. Kelompok teman sebaya juga memberikan kesempatan untuk membangun kualitas- kualitas yang dibutuhkan dalam kehidupan masa dewasa.

  Pada bagian lain, Cole dan Hall (1967) juga mengemukakan bahwa salah satu fenomena yang menarik yang terjadi dalam kehidupan sosial remaja adalah adanya remaja yang populer dan tidak populer yang mengindikasikan adanya penerimaan dan penolakan terhadap remaja. temannya, banyak disebut-sebut dalam berbagai situasi, tidak termasuk dalam daftar anak yang tidak disukai, mudah mendapatkan partner dalam beberapa kelompok yang diikuti, sering menjadi pusat dalam kelompok dan dipilih oleh teman-temannya untuk mendapat berbagai posisi kehormatan. Remaja yang tidak populer adalah kebalikan dari mereka yang populer. Dalam hal ini penampilan dan sikap yang dimiliki remaja akan menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan penerimaan sosial.

  Penerimaan dan popularitas secara sosial akan didapatkan oleh remaja yang ramah dan baik hati, kooperatif, tidak egois, remaja yang biasanya ceria, tenang, simpatik, bertanggung jawab, setia, jujur, mempunyai cita-cita yang tinggi, mempunyai rasa humor yang baik, matang dan mempunyai ketrampilan sosial yang memadai. Remaja yang tidak mempunyai hal-hal tersebut akan sulit diterima secara sosial dan menjadi tidak populer. Moonks (2001) mengemukakan fenomena yang kehidupan sosial serupa dan menyebut dengan sindroma penerimaan (acceptance syndrome) dan sindroma penolakan sosial (alienated syndrome ).

  Perubahan sosial terjadi karena pergaulan remaja semakin luas dan beragam serta nilai-nilai sosial yang baru. Kelompok teman sebaya menjadi kelompok sosial yang penting bagi remaja karena banyak memberi rasa aman dan kesempatan untuk mengembangkan berbagai dalam kelompok teman sebaya remaja dituntut untuk mempunyai kompetensi interpersonal dan sosial. Remaja, baik laki-laki ataupun perempuan mengalami perubahan fisik yang secara pesat. Hampir semua organ tubuh remaja, baik organ dalam maupun organ luar telah tumbuh dan berkembang serta berfungsi seperti orang dewasa, misalnya pertumbuhan tinggi dan berat badan, fungsi jantung, paru-paru dan lain- lain hampir sempurna.

  Perubahan psikologis lebih diakibatkan karena perubahan fisik dan sosial yang sangat hebat. Pada masa remaja individu sudah mencari identitas diri yang paling sesuai dengan dirinya. Dalam rangka mencari identitas diri ini, remaja harus menentukan idola yang harus ia tiru secara sempurna dan ideal. Pada masa remaja, individu diharapkan mampu mengintegrasi dirinya dalam kehidupan dewasa, sehingga pada masa ini biasanya muncul pertanyaan “Siapa saya?”, “Akan menjadi apa saya nanti?”, walaupun masyarakat dapat membantu tetapi masyarakat mewajibkan remaja mampu menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan tersebut. Maka ketika remaja mengalami kekaburan dalam hal ini dan masyarakat kurang berfungsi remaja akan mengalami kebingungan peran dan akhirnya akan terbentuk identitas yang kabur atau bahkan negatif.

B. Kelompok

  1. Definisi Kelompok Hamalik (1995) mengungkapkan bahwa perkembangan kearah masa remaja diiringi dengan bertambahnya minat-minat terhadap personal

  appearance atau penampilan diri. Peer group serta kegiatan-kegiatan

  kelompok sosial lainnya yang anggota-anggotanya terdiri atas jenis kelamin yang sama maupun berlainan. Proses perkembangan sebelumnya, di samping faktor-faktor lainnya, ikut menentukan sampai sejauh manakah sukses yang seseorang dalam menyesuaikan dirinya dalam kegiatan sosial.

  Dalam hubungan ini Conradi (Hamalik, 1995) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan ini sangat penting kepada para remaja diberikan kesempatan untuk melakukan partisipasi sosial dalam setiap taraf kehidupan yang beraneka ragam itu.

  Kelompok atau crowd ialah kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Anggota-anggota kelompok bertemu karena kepentingan atau minat mereka yang sama dalam berbagai kegiatan, bukan karena mereka saling tertarik (Santrock, 1998).

  2. Faktor-faktor terjadinya kelompok Dalam perkembangan sosialnya remaja cenderung memisahkan diri dari orang tuanya dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya (Monks, dkk, 2001). Hal ini disebabkan karena pada masa remaja mulai muncul keinginan untuk mandiri sehingga membuat dilihat dua macam pergerakan, yaitu gerak memisahkan diri dari orang tua dan gerak menuju teman sebaya. Dua macam gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda (Monks, 2001).

  Pada awal masa remaja kebutuhan akan bimbingan dan dukungan orang tua akan bergeser pada teman sebaya (Fuligni, dkk, 2001). Remaja menghabiskan waktunya tiga kali lebih banyak untuk berinteraksi dengan kelompoknya daripada berinteraksi dengan orang dewasa (Fuhrman, 1990). Maka tidak dapat dipungkiri bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan remaja.

  Remaja menjadi lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya juga dikarenakan remaja merasa bahwa hubungan dengan kelompok teman sebaya mampu memenuhi sejumlah kebutuhan seperti perasaan aman, ikut memiliki, dan kesempatan membangun status. Remaja merasa lebih dimengerti oleh kelompok teman sebaya karena mereka merasa “senasib sepenanggungan”.

  3. Fungsi kelompok Hubungan dengan kelompok merupakan hal yang penting dalam kehidupan remaja karena kelompok sebaya mempunyai fungsi-fungsi yang penting bagi remaja. Fungsi kelompok sebaya menurut Fuhrman (1990) adalah: a. Mewujudkan suasana belajar

  Disini mereka belajar mengenai apa yang diharapkan oleh identitas unik dengan membandingkan terhadap kelompok membandingkan nilai-nilai dan keyakinan dengan orang lain.

  b. Memberi dukungan psikologis Hawari (1991) menyatakan bahwa bentuk pengaruh teman sebaya dapat dilihat dari konformitas terhadap kelompok sebagai akibat adanya tekanan kelompok, kelekatan terhadap kelompok, dan keinginan untuk meniru apa yang dilakukan oleh sebagian besar anggota kelompok.

  4. Konformitas

  a. Definisi konformitas Menurut Klopt (1985), konformitas merupakan tindakan yang sesuai dengan norma kelompok, dan dapat dikatakan menjadi harmonis dan sepakat dengan para anggota kelompok tersebut. Senada dengan pendapat tersebut, Bhrem dan Kassin (1996) mengatakan bahwa konformitas merupakan suatu tendensi manusia untuk mengubah persepsi, opini, atau perilaku dengan cara konsisten dengan norma kelompok. Furhman (1990) berpendapat bahwa konformitas adalah kecenderungan untuk menerima dan melakukan standar norma yang dimiliki kelompok, sedangkan menurut Baron dan Byrne (1997) konformitas merupakan suatu penyesuaian terhadap kelompok sosial karena ada tuntutan dari kelompok sosial tersebut untuk menyesuaikan meskipun biasanya tuntutan tersebut tidak terbuka.

  Konformitas merupakan salah satu akibat pengaruh sosial yang terjadi ketika penilaian, opini maupun sikap seseorang berubah karena dihadapkan penilaian, opini, sikap seseorang, atau kelompok lain (Kimmel dan Weiner, 1995). Berbicara tentang konformitas, Kimmel dan Weiner (1995) juga mengungkapkan pendapatnya dengan mengatakan bahwa konformitas adalah mengerjakan apa yang dikerjakan orang-orang di sekitar atau apa yang orang-orang harap dan inginkan untuk mendapat kesan dapat diterima. Perilaku konformitas itu sendiri adalah kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku.

  Selain itu perilaku konformitas juga dapat dikatakan sebagai ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya (Chaplin, 1981).

  Kiesler dan Kiesler mengungkapkan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau keyakinan ke arah kelompok sebagai akibat dari tekanan atau tuntutan kelompok, baik itu tuntutan nyata maupun tuntutan yang dibayangkan (Rakhmat, 1996). Seorang individu akan menampilkan konformitas karena mereka menggunakan informasi yang mereka terima dari orang lain, mereka percaya orang lain, juga karena takut menjadi orang yang menyimpang.

  Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah segala tindakan yang dilakukan oleh individu standar kelompok agar individu tersebut dapat diterima dalam kelompok tersebut.

  b. Aspek-aspek konformitas Menurut Cole and Hall (1967) aspek konformitas adalah:

  1. Penyamanan perilaku dengan perilaku kelompok Individu mengubah perilaku sebelumnya agar sama dengan perilaku kelompok dengan mengambil standar kelompok.

  2. Perilaku standar kelompok (tekanan kelompok) Perilaku standar kelompok adalah perilaku yang sesuai dengan tuntutan dalam kelompok ketika mengetahui informasi dan atau norma yang berasal dari kelompok tersebut. Tuntutan ini dapat menjadi tekanan yang sifatnya imajiner atau nyata bagi individu.

  Dikatakan imajiner apabila tekanan dari kelompok sebenarnya merupakan interpretasi dari aturan-aturan tak tertulis yang berlaku dalam kelompok.

  Deutch dan Gerard (dalam Myers, 1999) mengemukakan bahwa pada dasarnya konformitas terdiri atas dua aspek yaitu aspek normatif dan aspek informasional.

  1. Aspek Normatif Aspek ini mendorong individu untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok sebagai keinginan untuk memenuhi harapan kelompok dan mendapat penerimaan. Individu merasa tidak nyaman jika berbeda dengan kelompok sehingga berusaha untuk tetap membina hubungan yang menyenangkan.

  2. Aspek Informasional Aspek ini mendorong individu menyesuaikan diri dengan norma kelompok sebagai akibat dari penerimaan bukti-bukti realitas yang ditawarkan kelompok. Biasanya individu-individu memiliki informasi yang kurang jelas terhadap suatu objek atau informasinya cukup tetapi ingin membuktikan kebenaran sehingga menjadi terpengaruh oleh cara penyelesaian yang dilakukan kelompok.