Makna kesamaan martabat manusia sebagai citra Allah bagi hidup berkomunitas pada Suster Santa Perawan Maria dari Amersfoort - USD Repository

MAKNA KESAMAAN MARTABAT MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH
BAG1 HIDUP BERKOMUNITAS
PARA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DART AMERSFOORT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mernperoleh Gelar Sa~janaPendidikan
Program Studi Ilrnu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh
Cicilia Sumilah
NIM: 9871 14016
NIRM:980051120904220014

PROGRAM STUD1 ILMU PENDIDTKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNI.VERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2003


MAKNA KESAMAAN MARTABAT MANTJSIA
SEBAGAI CITRA ALLAH
BAG1 HIDUP BERKOMUNITAS
PARA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA
DARI AMERSFOORT

Oleh:
Cicilia Sumilah
NIM: 9871 14016
NIRM:980051120904220014

Telah disetujui oleh:

Jw
P

bimbing

Dr. C. ~u&anto,SJ


Tanggal, 30 Agustus 2003

3) Sabda ............................................................................ 35
4) Kemuliaan ...................................................................

36

5) Meterai ....................................................................... 37
3. Citra AUah Dalam Konstitusi SPM ...................................... 38
4 . Penghayatan Citra Allah Dalarn Hidup St. Julie Billiart .......42
B . Pengertian Kesamaan Martabat Manusia .................................. 44
1. Pengertian Martabat Manusia .............................................. 44
2. Kesamaan Martabat Manusia Dalam Kitab Suci ................ 45
3. Kesarnaan Martabat Mmusia Dalam Konstitusi SPM ......... 49
4. Penghayatan Kesamaan Martabat Mmusia Dalam Hidup
Santa Yulie Billiart ............................................................. 50
C. Rangkuman .............................................................................. 53

BAB 111. DINAMIKA PENGHAYATAN K E S W MARTABAT....
MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH DALAM KOMUNITAS

PARA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA ........................ 55
A. Penghayatan Kesamaan Martabat Manusia Sebagai Citra
Allah Dalam Praktek Hidup Sehari-hari Para Suster SPM ....... 55
I . Latar Belakang Masalah ..................................................... 55

2 . Rumusan Masalah ................................................................

58

3. Tujuan Penelitian ................................................................

58

4. Metodologi Penelitian ......................................................... 59
a. Jenis Penelitian ................................................................59
b. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 59

c. Responden ....................................................................... 59
d. Instrumen Penelitian ........................................................ 60
xiv


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Konsili Vatikan 11, Gereja menandaskan pentingnya peranan Tarekat
Religius dalam membagikan kebijaksanaan Allah yang beraneka ragam. Per$ectae
Caritatis menegaskan agar masing-masing Tarekat Religius memelihara dan

mengakui dengan setia semangat para pendiri dan tradisi-tradisi yang sehat
sebagai warisan setiap tarekat (PC, art. 2). Semangat pendiri dan tradisi setiap
tarekat yang tertuang dalam konstitusi merupakan kebijaksanaan dan daya hidup
setiap anggota tarekat. Hal itu merupakan anugerah yang paling berharga dan
diperlukan urnat Allah sepanjang masa.
Kongregasi Suster Santa Perawan Maria dari Amersfoort sebagai salah
satu lembaga hidup bakti tingkat kepausan memiliki kekhasan tersendiri.
Kongregasi ini mewarisi semangat Santa Julie Billiart yang memperjuangkan
perwujudan kesamaan martabat manusia sebagai citra Allah. Santa Julie Billiart
sebagai ibu rohani kongregasi para suster SPM mengalami secara istimewa

kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Penyerahan dirinya kepada Tuhan yang
Mahabaik itu membebaskan hatinya untuk menanggapi tanda-tanda zaman pada
masanya. Semangat hidup Santa Julie Billiart adalah -memperlihatkan kebaikan
Tuhan dengan mengangkat martabat generasi muda yang terlantar, cacat, miskin
material dan spiritual

alubat revolusi Perancis. Keprihatinan yang sama

menggerakkan para pemudi dari Belanda Utara (yang kemudian menamakan diri
"Zuster Van Onze Lieve Vrouw" yang dalarn Bahasa Indonesia disebut
Suster-Suster Santa Perawan Maria. Para suster SPM kemudian mengabdikan

.

mendasar bagi kepribadian mmusia. Kepribadian manusia hanya
terjadi dalam hubungan yang hidup dan mendalam dengan
Penciptanya. Hughes menggambarkan kedalaman relasi antara tiga
pribadi Allah Tri 'Tunggal dengan istilah relasi AKU-ENGKAU.
Hubungan AKU-ENGKAU dalam kesatuan Trinitas menjadi dasar
dan sumber bagi


m ~ u s i a dalam menjalin relasi dengan

Penciptanya. Hubungan itu juga menjadi sumber bagi kepribadian
manusia. Hubungan personal aku-ENGKAU antara manusia
dengan Sang Pencipta dipenuhi dalam dan melalui Putera, gambar
kepribadian Allah yang sempurna. Sebagai seorang pribadi yang
berakar dari relasi aku-ENGKAU dengan Penciptanya rnanusia
juga membentuk relasi aku-engkau dengan sesamanya.
Manusia sebagai pria dan wanita, dengan kemampuannya
untuk berbuah dan berkembang biak (lih. Kej 1:27) dimaksudkan
untuk menjadi makhluk komunal yang menikmati -persahabatan
personal dengan sesamanya. Sebab pada dasarnya manusia
tergantung pada kehadiran pribadi manusia lain demi penvujudan
dirinya sebagai seorang pribadi. Ia juga membutuhkan kehadiran
pribadi lain untuk mengungkapkan kepribadiannya. Maka terpisah
dengan manusia lain, ia berhenti menjadi seorang pribadi.
Karl Barth, seperti dikutip oleh Hughes (1989: 10)'
berpendapat bahwa kata 'pria'
tama


menunjuk

hubungan

dan 'wanita' bukan pertama-

seksual

melainkan

menunjuk

hubungan antar pribadi, sebab ketika gambar Allah diperbaharui

mencerminkan keindahan Allah itu meyakinkan kita bahwa Sang
Pencipta bukan hanya seorang penyusun tetapi juga sumber dari
segala yang indah.
Namun


kreativitas manusia tidak

kreativitas Allah. Allah

identik

dengan

menciptakan dari yang belurn ada

menjadi ada (creatio ex nihilo). Dengan meterai gambar Allah
yang melekat pada dirinya, manusia
membaharui

berperan serta

dalam

ciptaan terus menerus. Puncak kreativitas yang


diberikan Allah kepada manusia adalah keikutsertaannya dalam
penciptaan manusia baru (lih. Kej 4: 1).
Meterai kreativitas Allah atas manusia ditegaskan dalam
Kejadian 2:15. Di situ manusia diberi kepercayaan untuk
mengusahakan dan memelihara Taman Eden. Taman Eden
dilukiskan sebagai tempat seju.k, untuk berlindung dari sinar
matahari, dimana manusia dapat menimba kelcuatan baru. S e l m a
manusia tinggal dalam hubungan erat dengan Allah ia tidak mati
atau sengsara (Bergant dan Karris, 2001: 37). Teiapi manusia tidak
hanya menempati tempat itu. Ia diberi kepercayaan untuk
mengusahakan dan memelihara tarnan itu.

d) Ikut Dalam Kebebasan Allah
Dengan diciptakan dalam gambar Allah dan diterima dalam
persahabatan dengan-Nya, manusia dianugerahi kebebasan dengan
kemampuan untuk memilih (lih. Kej 2: 17). Kebebasan yang diberikan
kepada manusia adalah kebebasan sejati yaitu kebebasan untuk
terlibat, sesuai dengan maksud ia diciptakan. Penyimpangan dari

.


membangun komunitas yang mengikuti hukum proses (komunitas formatif)
yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan setiap pribadi.
Visi hidup berkomunitas di atas, mewujud dalam misi dengan hidup
berdasarkan citra Allah yang setia pada perjanjian. Kualitas hidup yang mau
dibangun adalah kualitas kecitraan, artinya manusia yang mempunyai
kredibilitas karena setia. Sebagaimana Maria menjadi tanda kesetiaan Allah
dalam mewujudkan perjanjian itu, demikian pula SPM mau menjadi tanda
kesetiaan Allah dalam membangun hidup bersama. Maka pilihan utama
adalah memperjuangkan kesetiaan dalam komunitas.
Untuk menjadi tanda kehadiran yang membawa kehidupan dalam
membangun komunitas, ada 5 nilai keutarnaan yang ingin dihayati oleh
para suster SPM. Keutamaan pertama, adalah mewujudkan komunitas baru
dengan menjadi bebas seperti Yesus yang berlaku adil dan berbelaskasih.

Keutamaan ke dua, adalah menjadi saudari satu sama lain yang ditandai
dengan kebebasan, saling mengembangkan kepribadian, menciptakan suasana
yang mengrasankan, setiap kali berdamai satu sama lain. Keutamaan ke tiga,
adalah komunitas yang berpusat pada ekaristi. Keutamaan ke empat,
komunitas yang memperhatikan yang miskin, dan keutamaan ke Lima, adalah

komunitas yang memperhatikan ekologi (Konst. SPM, 1984: 26-33).
Keutamaan di atas dijabarkan dalam penvujudan-penvujudan yang
mengatur hidup para suster. Para suster SPM mau membangun komunitas
yang bercirikan hidup d a l m persekutuan sebagai keluarga religius yang
memiliki peraturan: menciptakan keseimbangan antara hidup bersama dan
prive sehingga sabda dapat ditangkap dan keheningan menjadi subur,
komunitas yang saling mengembangkan (pribadi menunjang persekutuan
dan persekutuan menunjang pribadi), hidup sehat yang lne~nbukaruang

.

pendapat mayoritas dari responden (56,1%). Sikap syukur ini antara lain
dipupuk dengan berdoa dan meditasi secara teratur (28,8% V.32).
Hubungan pribadi dengan Tuhan (IV.13) dilihat sebagai prioritas utama
dalam hidup responden (skor 42; 63,6%). Relasi dengan Tuhan penting
dalam hidup manusia citra Allah, namun relasi dengan sesama tidak kalah
penting (hubungan persaudaraan yang erat dan saling membangun
menduduki skor 40; 60,6% prioritas I1 setelah mampu membangun relasi
dengan Tuhan dalam IV.13). Bahwa ada kaitan yang

erat

antara

pandangan responden terhadap martabat pribadinya sendiri (penyebab
utarna orang mampu menghargai sesamanya karena merasa diri berharga di
mata Tuhan 759% dalam tabel N.
15 serta memandang kekhususan dan
keunikan sebagai anugerah 19,6% IV.15) dengan kemampuan berelasi
dengan sesama (jawaban responden atas pertanyaan "Penyebab seseorang
sulit menghargai sesamanya" dalam IV.14

karena kurang menghargai

martabatnya sendiri muncul sebagai yang mayoritas 59,1% serta
pengalaman traumatis yang belum tersembuhkan 15,2%) menunjukkan
bahwa rasa berharga sebagai seorang pribadi serta pengalaman traumatis
yang belum tersembuhkan mewarnai relasi seseorang dengan sesamanya..
Martabat citra Allah sebagai makhluk yang berpribadi menjadi penuh dan
utuh hanya dalam relasi dengan Sang Pencipta d m sesarnanya serta rasa
berharga sebagai seorang pribadi serta terbebasnya seseorang dari luka masa
lalu. Sampai pada titik ini penulis menyimpulkan bahwa unsur 'relasi'
dengan Tuhan dan sesama merupakan ha1 yang penting dalam pandangan
responden mengenai kecitraan, relasi itu sangat diwarnai oleh pengalaman

Lampiran 5: Laporan Pelaksanaan Katekese

a. Pelaksanaan Katekese
Hari/tanggal

: Sabtu, 25 Oktober 2003-10-31

Waktu

: Pk. 18.00 - 19.15 WIB

Tempat

: Komunitas Suster SPM

Jalan Mliwis no. 4 - Demangan Baru, Yogyakarta
Tema

: Mengampuni Saudari Yang Jatuh Dalam Dosa

Peserta

: 10 Suster dari Komunitas Mliwis

1 Suster dari Komunitas Banjarmasin

b. Proses Katekese
1. Pertanyaan pendalaman teks biblis dan pengalaman hidup
= Bagaimana sikap masyarakat terhadap Iwan yang baru saja
dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan ?
Sikap itu berakibat apa bag Iwan ?

Jawaban peserta

-

Meskipun sudah bertobat cap-cap negatif itu masih tetap melakat

pada Iwan.
- Kenyataannya sulit menerima kembali orang-orang yang pernah jatuh
dan pengampunan itu memang sulit.
- Pertobatan si Iwan belum narnpak dalam cergam itu.
- Ada niat dari Iwan untuk kembali ketengah masyarakat.
- Sikap-sikap itu secara tidak langsung "membunuh" Iwan.
- Bagaimana sikap bapa ketdca melihat anaknya yang hilang telah

-

pulang kembali ?
Sikap itu berakibat apa b a g si anak ?

- Kasih Bapa yang begitu besar tidak lagi mengingat kesalahan si anak
di rnasa lalu.
- Bapa yang sungguh-sungguh mengampuni anaknya yang durhaka.