Makian dalam bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAKIAN DALAM BAHASA MANGGARAI DIALEK COLOL
MANGGARAI TIMUR

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh :
Maria Julmitri Grey Wendardins Ranus
NIM: 154114024

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Januari 2019

i


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Segala sesuatu aku cakap menanggung di dalam Dia yang menguatkan aku”.
(Filipi 4: 13)

Skripsi ini saya persembahkan untuk yang selalu membuat saya
mengerti apa itu perjuangan:
Alm. Bapak Albert Ranus & Mama Yustince Mindjo.


vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas berkat dan rahmat
yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Skripsi yang berjudul “Makian Dalam Bahasa Manggarai
Dialek Colol Manggarai Timur” dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari tidak bisa menyelesaikan skripsi tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah
membantu penulis dalam proses menyusun skripsi.
Pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih terhadap kedua orang tua
tercinta, Alm. Bapak Albert Ranus dan Mama Yustince S. Mindjo, kakak Berry
Ranus, kakak Ekka Layla, keponakan Hector, kakak Jerry Ranus dan adik Wendy
Ranus yang selalu mendukung dan mendoakan penulis sehingga tulisan ini bisa
selesai sesuai waktu yang ditentukan. Kedua, penulis mengucapkan terima kasih

kepada Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum dan Ibu Maria Magdalena Sinta
Wardani, S.S, M. A selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II skripsi yang
selalu memotivasi dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi. Ketiga,
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Peni S. Adji, S.S, M. Hum,
selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Keempat, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
dosen-dosen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yogyakarta, Bapak Drs. Herry Antono, M. Hum (alm) selaku dosen pembimbing
angkatan 2015, Bapak Dr. Ari Subagyo, M. Hum (alm), Bapak Dr. Yoseph Yapi
Taum, M. Hum, Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum, dan Bapak Sony Christian
Sudarsono, S.S, M. A., serta semua dosen pengampu mata kuliah di Program
Studi Sastra Indonesia yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Kelima,
penulis mengucapkan terima kasih terhadap masyarakat desa Colol, Manggarai
Timur, Flores, NTT yang menetap di Yogyakarta yang telah bersedia menjadi
narasumber pengumpulan data dalam skripsi ini.

Keenam, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf
sekretariat Fakultas Sastra dan staf pengurus Biro Administrasi Akademik
Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

yang telah membantu

penulis

melancarkan urusan perkuliahan. Ketujuh, ucapan terima kasih penulis sampaikan
untuk seluruh staf perpustakaan yang telah membantu menyediakan buku-buku
referensi yang penulis perlukan. Kedelapan, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Lucia Erline, Phelvine Immanuela, Amanda, Veronica Larasati,
Maria Navalia Lamudin, Restanti Kristiani, Intan Sebatu, Rio Selamat, Egi besli,
Gery Gunawan, Harty yang sudah mendukung, memotivasi, mendoakan serta
menemani penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Terakhir, ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman mahasiswa di Prodi Sastra
Indonesia, khususnya angkatan 2015 yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis.


viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Ranus, Maria Julmitri Grey Wendardins. 2018. “ Makian dalam Bahasa
Manggarai Dialek Colol Manggarai Timur”. Skripsi. Yogyakarta:
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini membahas makian dalam Bahasa Manggarai dialek
Colol Manggarai Timur dengan fokus masyarakat desa Colol, Kecamatan
Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Tujuan dalam penelitian ini adalah (i) mendeskripsikan
sejarah masyarakat Manggarai, keadaan geografis, penduduk, dan
keadaan bahasa Manggarai, (ii) menjelaskan jenis-jenis makian menurut
referennya dalam bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur, (iii)
menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi makian dalam

bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur.
Jenis penelitian ini dalah penelitian deskriptif. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori semantik dan teori
sosiolinguistik. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode cakap dan metode simak. Metode yang
digunakan pada tahap analisis data adalah metode padan referensial dan
metode padan pragmatis. Metode yang digunakan pada tahap penyajian
hasil analisis data adalah metode formal dan informal.
Dalam penelitian ini, ditemukan sebelas jenis makian dalam bahasa
Manggarai dialek Colol Manggarai Timur. Jenis-jenis makian tersebut,
yaitu: (i) makian yang menunjuk pada binatang, (ii) makian yang
menunjuk pada tubuh binatang, (iii) makian yang menunjuk pada sikap
atau watak jelek manusia, (iv) makian yang menunjuk pada bagian tubuh
manusia, (v) makian yang menunjuk pada makhluk halus, (vi) makian
yang menunjuk pada pekerjaan nista, (vii) makian yang menunjuk pada
benda mati, (viii) makian yang menunjuk pada keadaan tertentu, (ix)
makian yang menunjuk pada hubungan seksual, (x) makian yang
menunjuk pada warna kulit, (xi) makian yang menunjuk pada ukuran
badan. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi penutur bahasa
Manggarai dialek Colol Manggarai Timur menggunakan makian, yaitu

(i) menunjukkan keakraban, (ii) mengungkapkan emosi, (iii) menghina,
dan menciptakan kesetaraan sosial.
Kata kunci: makian, bahasa Manggarai, semantik, sosiolingustik, dialek
Colol Manggarai Timur

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Ranus, Maria Julmitri Grey Wendardins. 2018.”Invective in Manggarai
Language Colol’s Dialect of East Manggarai”. Thesis. Yogyakarta:
Course of Study Indonesian Literature, Faculty of Literature, Sanata
DharmaUniversity

This research is disscuses Invective in Manggarai Language
Colol’s Dialect of East Manggarai focusing on people at Colol village,
Poco Ranaka’s Sub-district, Manggarai’s District, Nusa Tenggara Timur.
The purposes of this research are (i) describe the history Manggarai’s
people, geographical condition, people and Manggarai Language’s

condition, (ii) explain the variety of invective according to the referent in
the Manggarai’s Language Colol’s dialect of East Manggarai, (iii) explain
the factors of that affect the invective in Manggarai’s Language Colol’s
dialect of East Manggarai.
This type of research was descriptive with semantic and
sosiolinguistic approach. Data collection methods that used in this research
are speaking and listening method. Phase referral and pragmatic reference
methods were used for the data analysis. The method that used in
presentation’s stage of data’s analyzing results are formal and informal
method.
In this reasearch, are founded eleven kinds of invective in
Manggarai’s Language Colol’s dialect of East Manggarai. The kinds of the
invective are : (i) the invective that refers to animals, (ii) the invective that
refers to animals’s body, (iii) the invective that refers to human’s attitude
or bad characters of human, (iv) the invective that refers to human’s body,
(v) the invective that refers to spirits or outsiders. (vi) the invective that
refers to humiliated job, (vii) the invective that refers to things or
inanimate objects, (viii) the invective that refers to the certain condition,
(ix) the invective that refers to sexual things (x) the invective that refers to
skin’s colour, (xi) the invective that refers to weight. There are four factors

that affect the speaker of Manggarai’s Language Colol’s Dialect of East
Manggarai in using the invective, namely (i) showing the intimates, (ii)
express the feelings, (iii) insulting, and create the social equality.
Keywords : invective, Manggarai’s Language, semantic, sociolinguistic,
Colol’s dialect of East Manggarai

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
MAKIAN DALAM BAHASA MANGGARAI DIALEK COLOL ................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................................... x
ABSTRACT ....................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM ...................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1

Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3

Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4

1.4

Manfaat Hasil Penelitian .................................................................................. 5

1.5


Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 6

1.6

Landasan Teori ................................................................................................. 9

1.6.1

Pengertian Makian.................................................................................. 10

1.6.2

Semantik dan Teori tentang referennya ............................................... 11

1.6.3

Faktor munculnya penggunaan pengungkapan kata makian ........... 13

1.7

Metode Penelitian............................................................................................ 15

1.7.1

Metode Pengumpulan Data .................................................................... 15

1.7.2

Metode Analisis Data .............................................................................. 16

1.7.3

Metode Penyajian Hasil Analisis Data .................................................. 17

1.8

Sistematika Penyajian..................................................................................... 18

BAB II SEJARAH MASYARAKAT MANGGARAI,KEADAAN
GEOGRAFIS,PENDUDUK DAN KEADAAN BAHASA ............................. 19
2.1

Sejarah Masyarakat Manggarai .................................................................... 19

2.2

Letak Geografis ............................................................................................... 28

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.3

Penduduk ......................................................................................................... 31

2.3.1

Jumlah Penduduk ................................................................................... 31

2.3.2

Agama ...................................................................................................... 32

2.3.3

Keadaan Budaya dan Tradisi ................................................................ 32

2.4 Keadaan Bahasa .................................................................................................... 36
BAB III JENIS KATA MAKIAN DALAM BAHASA MANGGARAI DIALEK
COLOL MANGGARAI TIMUR...................................................................... 40
3.1

Pengantar ......................................................................................................... 40

3.2

Makian yang Menunjuk pada Binatang ....................................................... 40

3.3

Makian yang menunjuk pada Bagian Tubuh Binatang .............................. 42

3.4

Makian yang Menunjuk pada Sifat atau Watak Jelek Manusia ................ 44

3.5

Makian yang Menunjuk pada Bagian Tubuh Manusia .............................. 45

3.6

Makian yang Menunjuk pada Mahkluk Halus ............................................ 46

3.7

Makian yang Menunjuk pada Tindakan Nista ............................................ 47

3.8

Makian yang Menunjuk pada Benda Mati................................................... 48

3.9

Makian yang Menunjuk pada Keadaan Tertentu ....................................... 49

3.10

Makian yang Menunjuk pada Hubungan Seksual ...................................... 50

3.11

Makian yang Menunjuk pada Warna Kulit ................................................. 51

3.12

Makian yang Menunjuk pada Ukuran Badan ............................................. 52

BAB IV FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL YANG MEMENGARUHI
PENGGUNAAN KATA MAKIAN DALAM BAHASA MANGGARAI
DIALEK MANGGARAI TIMUR ................................................................... 55
4.1

Pengantar ......................................................................................................... 55

4.2

Keakraban ....................................................................................................... 56

4.2.1

Menunjukkan keakraban dalam keluarga ........................................... 59

4.2.2

Menunjukkan Keakraban antar Teman............................................... 61

4.3

Mengungkapkan Emosi .................................................................................. 56

4.4

Menghina ......................................................................................................... 62

4.5

Menciptakan Kesetaraan Sosial .................................................................... 64

BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 67
5.1

Kesimpulan ...................................................................................................... 67

5.2

Saran ................................................................................................................ 68

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 70
LAMPIRAN..................................................................................................................... 73

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

2.1 Unsur Bahasa yang Mempunyai Kesamaan Antara Suku Manggarai dengan
Goa/Makasar/Bugis ........................................................................................

24

2.2 Luas Daerah Kabupaten Manggarai Timur Berdasarkan Kecamatan ...........

26

2.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten Manggarai Timur .......................................

29

2.4 Jumlah Penganut Agama di Kabupaten Manggarai Timur ............................

30

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM

2.1 Gambar Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Manggarai Timur .........

28

2.2 Gambar Pembagian Dialek di Indonesia Provinsi Nusa Tenggara ..........

34

3.1 Diagram Tingkat Kekerasan Makian dalam Bahasa Manggarai Dialek
Colol Manggarai Timur ………………………………………………….

xvi

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Objek penelitian ini adalah makian yang terdapat di daerah Manggarai
khususnya yang berada di daerah Colol Kabupaten Manggarai Timur. Bahasa
Manggarai adalah bahasa yang digunakan masyarakat Manggarai untuk
berkomunikasi sehari-hari. Ketika bertemu dengan sesama, masyarakat Manggarai
tidak segan untuk saling menyapa atau menanyakan kabar tanpa membedakan
status sosial, usia, maupun hubungan keakraban. Orang yang lebih muda tidak
harus menyapa terlebih dahulu orang yang lebih tua karena budaya saling sapa
dalam masyarakat Manggarai lebih kepada siapa yang melihat duluan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono 2008: 863) maki
adalah mengeluarkan kata-kata (ucapan) keji (kotor, kasar, dan sebagainya)
sebagai pelampiasan kemarahan atau rasa jengkel dan sebagainya. Sementara,
kata makian adalah kata keji yang diucapkan karena marah dan sebagainya.
Makian mempunyai arti yang tidak jauh berbeda dengan kata umpatan, yaitu
'perkataan yang keji-keji atau kotor yang diucapkan karena marah, jengkel atau
kecewa'.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

Menurut Baryadi (1983: 37) bahasa merupakan salah satu lembaga
kemasyarakatan, yang sama dengan masyarakat yang lain, seperti perkawinan,
pewarisan harta peninggalan dan sebagainya. Sebagai alat komunikasi, Bahasa
Manggarai

digunakan

oleh

penuturnya

untuk

berinteraksi.

Masyarakat

mempunyai kebiasaan, watak, dan cara hidup yang berbeda-beda, yang tidak
disadari telah mempengaruhi pemilihan perbendaharaan kata. Dalam berinteraksi,
penutur kadang-kadang melibatkan emosi secara verbal maupun nonverbal. Emosi
tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor baik faktor dari dalam dirinya
maupun faktor dari luar dirinya yaitu lingkungan sekitar. Kadang emosi tersebut
diungkapkan secara verbal dengan cara yang berlebihan dalam bentuk sebuah
makian atau dalam bahasa Manggarai disebut tida.
Memaki sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan marah, jengkel, dan
untuk menunjukkan keakraban rupanya dapat pula menjadi cermin dari nilai-nilai
yang berkembang di masyarakat itu, tetapi sekaligus juga menggambarkan
seberapa jauh penutur bahasa tertentu telah mengeksploitir bahasanya untuk
mengungkapkan perasaan yang dalam (Sunaryono, 1983: 6 dikutip oleh Baryadi
1983: 38). Setiap bahasa memiliki kata makian tersendiri yang berbeda dengan
kata makian yang ada dalam bahasa lain. Dalam penelitian ini dibicarakan katakata makian dalam bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai timur.
Berikut ini contoh kata makian dalam bahasa Manggarai dialek Colol
Manggarai Timur yang sering digunakan dalam komunikasi sehari-sehari:
(1) Acu ceing kole ata emi barang daku?
anjing siapa lagi orang ambil barang saya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

“Anjing siapa yang mengambil barang saya?”
(2) Haer keta nggolo dandang ranga hitu a
Sama seperti pantat dandang muka itu a
“Mukamu seperti pantat dandang”
Pada contoh (1) terdapat kata makian yaitu acu yang berarti anjing.
Makian acu (anjing) termasuk dalam jenis makian yang menunjuk pada binatang.
Pada contoh (1) kata makian tersebut digunakan adalah untuk mengungkapkan
kemarahan atau emosi.
Pada contoh (2) terdapat kata makian nggolo yang berarti pantat. Makian
ini termasuk dalam jenis makian yang menunjuk pada bagian tubuh manusia. Pada
contoh (2) kata makian tersebut digunakan dalam konteks bercanda ( apabila telah
akrab) dan konteks menyindir.
Berdasarkan contoh kata makian (1) dan (2) di atas, ada tiga masalah yang
akan dijawab dari penelitian ini. Pertama, sejarah masyarakat Manggarai, keadaan
geografis, penduduk dan keadaan bahasa Manggarai. Kedua, apa saja jenis makian
dalam bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur. Ketiga, apa saja faktorfaktor situasional yang memengaruhi penutur bahasa Manggarai dialek Colol
Manggarai Timur dalam menggunakan kata makian.
Peneliti memilih topik makian dalam bahasa Manggarai dialek Colol
Manggarai Timur karena fenomena budaya masyarakat yang khas atau unik di
daerah Manggarai khususnya daerah Manggarai Timur. Dikatakan unik karena
kata makian ini digunakan untuk memuji, bahkan untuk mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

keakraban atau kedekatan dengan seseorang, topik mengenai makian dalam
bahasa Manggarai belum pernah diteliti, dan peneliti sendiri merupakan penutur
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur.

1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
a. Bagaimana sejarah masyarakat Manggarai, keadaan geografis,
penduduk, dan keadaan bahasa Manggarai?
b. Apa saja jenis-jenis makian menurut referennya dalam bahasa
Manggarai dialek Colol Manggarai Timur?
c. Faktor-faktor situasional apa saja yang mempengaruhi makian dalam
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan makian dalam
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur. Tujuan tersebut dapat dirinci
sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan sejarah masyarakat Manggarai, keadaan geografis,
penduduk, dan keadaan bahasa Manggarai.
b. Menjelaskan jenis-jenis makian menurut referennya dalam bahasa
Manggarai dialek Colol Manggarai Timur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

c. Menjelaskan faktor-faktor situasional apa saja yang mempengaruhi
makian dalam bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi mengenai jenis-jenis makian bahasa
Manggarai dialek Colol Manggarai Timur berdasarkan referennya, dan deskripsi
faktor-faktor situasional yang mempengaruhi penutur bahasa Manggarai dialek
Colol Manggarai Timur dalam menggunakan makian. Hasil penelitian ini
memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis dalam
semantik adalah untuk memahami referen atau objek yang digunakan dalam
makian bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur. Selain itu hasil
penelitian ini juga memberikan sumbangan teoretis dalam ilmu sosiolinguistik
yaitu, untuk mempelajari hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor
kemasyarakatan.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya sekaligus untuk memahami kekhasan budaya komunikasi
dan pola relasi masyarakat penutur bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai
Timur. Kekhasan tersebut lebih banyak digunakan untuk mengungkapkan emosi
kepada mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

1.5 Tinjauan Pustaka
Purnama (2008) meneliti tentang makian dalam bahasa Melayu
Palembang: studi tentang bentuk, referen, dan konteks sosiokulturalnya. Menurut
Purnama, makian lazim digunakan oleh penutur sebagai sarana pengungkapan
emosi, di mana makian tersebut terdapat dalam bahasa sehari-hari. Makian dalam
bahasa Melayu Palembang digolongkan menjadi tiga, yakni berdasarkan bentuk,
referen, dan konteks sosiokultural.
Bentuk makian dalam bahasa Melayu Palembang dibagi menjadi tiga,
yaitu makian berbentuk kata, makian berbentuk frasa, dan makian berbentuk
klausa. Makian yang berbentuk kata seperti kampang ‘anak haram’, burit ‘pantat’,
bengak ‘bodoh’, pilat ‘kotoran pada kelamin pria’, tai ‘hasil sisa metabolisme’.
Makian yang berbentuk frasa dalam bahasa Melayu Palembang dibentuk dengan
dua cara, yaitu dasar + (makian), dan woi + (makian). Terdapat keunikan dalam
makian bentuk frasa ini, yaitu adanya pemakaian suku atau etnis tertentu yang
sering digunakan oleh masyarakat untuk memaki. Hal itu disebabkan
ketidakterimaan masyarakat Palembang terhadap suku atau etnis tersebut. Etnis
atau suku yang dimaksud adalah Cina, Batak, dan Jawa. Pada makian berbentuk
klausa, makian dibentuk dengan menambahkan pronomia di belakang makian.
Berdasarkan referennya, makian dalam bahasa Melayu Palembang dibagi
menjadi sembilan, yaitu makian yang memiliki referen keadaan, makian yang
memiliki referen sifat, makian yang memiliki referen etnis, makian yang memiliki
referen binatang, makian yang memiliki referen makhluk halus, makian yang
memiliki referen benda, makian yang memiliki referen bagian tubuh, makian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

memiliki referen aktifitas, dan makian yang memiliki referen profesi. Referen
keadaan yang dimaksud adalah keadaan mental, keadaan yang tidak sesuai dengan
norma agama dan adat, dan keadaan yang berhubungan dengan hal-hal buruk.
Makian yang memiliki referen sifat menunjuk pada sifat buruk yang
dimiliki mitra tutur. Makian yang memiliki referen etnis biasanya dikaitkan
dengan sifat etnis tertentu berdasarkan pandangan masyarakat Palembang.
Misalnya, sifat etnis Batak yang rakus, sifat etnis Cina yang pelit, dan etnis Jawa
yang suka bergaya. Referen binatang yang sering digunakan untuk memaki ialah
binatang yang dipandang tidak baik, misalnya buayo ‘buaya’, beruk ‘kera besar
berekor pendek dan kecil’, babi dan anjing. Makian yang memiliki referen
makhluk halus yang sering digunakan oleh masyarakat Palembang untuk memaki
adalah belis dan taun, kedua makhluk halus ini dianggap sebagai musuh umat
beragama. Makian yang memiliki referen berupa bagian tubuh misalnya
masyarakat Palembang sering menggunakan organ seksual untuk memaki, seperti
kontol, peler, pepek, memek, tempek, puki, dan jembut. Makian yang memiliki
referen aktifitas seksual yang sering digunakan untuk memaki yaitu kacok,
ngentot, dan ngancit. Makian yang memiliki referen profesi yang sering
digunakan yaitu lonte dan lonte lanang (gigolo).
Pengkajian konteks sosiokultural makian bahasa Melayu Palembang mencakup
agama, adat, kondisi sosial, dan status sosial.
Puspitasi (2010) dalam tugas akhirnya meneliti tentang Makian dalam
Bahsa Indonesia (Suatu Kajian Bentuk dan referensi pada Komik). Dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa penggunaan kata makian tidak hanya digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

pada saat marah, tetapi juga digunakan pada situasi santai atau akrab. Selain itu,
kata makian memiliki tujuan untuk menghina, meremehkan, mengungkapkan
kekecewaan, keheranan,, dan simbol keakraban. Bentuk-bentuk makian yang
ditemukan dalam pada komik yang diteliti adalah makian berbentuk kata yang
dibagi menjadi dua, yaitu makian bentuk dasar yang berwujud kata-kata
monomorfemik dan makian bentuk kata jadian atau tuturan atau berbentuk
polimorfemik yang kemudian dibedakan menjadi dua jenis yaitu makian berafiks
dan makian bentuk majemuk, makian berbentuk frasa, dan makian berbentuk
klausa. Pada bentuk referensi, kata makian dalam komik berupa referen benda,
referen binatang, referen berupa kekerabatan, referen berupa makhluk
halus,referen berupa organ tubuh, referen berupa aktivitas, referen berupa profesi,
dan referen berupa keadaan.
Wuwur (2013) dalam tugas akhirnya meneliti jenis-jenis umpatan dalam
tutur berbahasa Indonesia di masyarakat Sumba Barat berdasarkan referennya dan
maksud umpatan tersebut berdasarkan konteks kehidupan masyarakat Sumba
Barat. Wuwur menemukan empat jenis umpatan berdasarkan referennya yaitu
jenis umpatan yang memiliki referen berupa manusia, hewan, tumbuhan, dan
benda mati. Jika dikaitkan dengan konteks kehidupan masyarakat Sumba Barat,
terdapat empat maksud yang terkandung di dalam umpatan-umpatan tersebut,
yaitu umpatan yang bermaksud bercanda, menyindir, marah, dan menghina.
Karwayu (2017) dalam tugas akhirnya meneliti tentang jenis-jenis kata
makian dalam bahasa Sikka dialek Lela Sikka. Karwayu menemukan 13 jenis
makian dalam bahasa Sikka dialek Lela Sikka, yaitu : (i) makian yang menunjuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

pada binatang, (ii) makian yang menunjuk pada bagian tubuh binatang, (iii)
makian yang menunjuk pada bagian tubuh manusia, (iv) makian yang menunjuk
tumbuhan, (v) makian yang menunjuk pada mahluk halus, (vi) makian yang
menunjuk pada mahluk halus, (vii) makian yang menunjuk pada kotoran hewan,
(viii) makian yang menunjuk pada benda mati, (ix) makian yang menunjuk pada
keadaan tertentu, (x) makian yang menunjuk pada sifat atau watak jelek manusia,
(xi) makian yang menunjuk pada hubungan seksualitas, (xii) makian yang
menunjuk pada warna kulit, (xiii) makian yang menunjuk pada ukuran badan.
Dalam penelitian tersebut juga terdapat empat faktor situsional yang
mempengaruhi penutur bahasa Sikka dialek Lela Sikka menggunakan makian,
yaitu:

menunjukkan

keakraban,

mengungkapkan

emosi,

menghina,

dan

menciptakan kesetaraan sosial.
Berdasarkan beberapa penelitian mengenai makian seperti yang telah
disebutkan di atas belum pernah ada yang meneliti mengenai makian dalam
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur.

1.6 Landasan Teori
Berdasarkan topik penelitian ini akan dipaparkan teori-teori tentang (a)
pengertian makian, (b)

semantik dan teori tentang makna, (c) faktor-faktor

situasional yang mempengaruhi munculnya penggunaan pengungkapan kata
makian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

1.6.1 Pengertian Makian
Kata makian merupakan ungkapan yang dilihat sebagai saluran dari emosi
dan sikap penutur yang menggunakan kata-kata tabu dalam cara yang nonteknis
dan bersifat emotif.
Baryadi (1983: 38) menyebutkan bahwa kata makian termasuk di dalam
kata-kata afektif, karena kata makian mengandung nilai rasa tertentu dari penutur
yaitu rasa marah, atau jengkel. Ciri-ciri kata afektif adalah sebagai berikut.
Pertama selalu berkaitan dengan “segala sesuatu” yang pada dasarnya telah
mengandung afek (rasa). Kedua, berkaitan dengan pendengar yang secara
emosional rentan atau merangsang perasaannya terhadap kata tertentu yang
digunakan dalam setting yang tidak selaras dengan kelayakan penggunaan kata
itu. Ketiga, berkaitan dengan pembicara yang dalam kondisi kejiwaan tertentu
harus melampiaskan, menumpahkan atau menyalurkan gejolak perasaannya lewat
kata-kata. Seperti yang telah dikatakan

sebelumnya bahwa kata makian

digunakan pada saat pembicaraan dalam kondisi kejiwaan sedang tegang, jengkel
atau marah. Selain perasaan marah, tegang atau jengkel seorang dapat pula
memaki pada saat sedang menyesal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono 2008: 863) maki adalah
mengeluarkan kata-kata (ucapan) keji (kotor, kasar, dan sebagainya) sebagai
pelampiasan kemarahan atau rasa jengkel dan sebagainya. Sementara, kata makian
adalah kata keji yang diucapkan karena marah dan sebagainya. Makian
mempunyai arti yang tidak jauh berbeda dengan kata umpatan, yaitu 'perkataan
yang keji-keji atau kotor yang diucapkan karena marah, jengkel atau kecewa'.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
makian merupakan kata-kata khas atau unik, cercaan dan ejekan yang diucapkan
oleh penutur untuk mengungkapkan emosi kepada mitra tutur, diri sendiri atau
memaki sebuah objek.

1.6.2 Semantik dan Teori tentang referennya
Semantik memiliki arti tanda atau lambang. Semantik menelaah
lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna
yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.
Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya, dan
perubahannya (Tarigan, 1986: 18). Dalam kacamata semantik, ada tiga elemen
bahasa, yaitu bentuk, makna, dan referen. Bentuk-bentuk kebahasaan memiliki
hubungan dengan makna yang dinyatakan. Hubungan antara bentuk dan makna
bersifat arbitrer dan konvensional. Sifat arbitrer mengandung pengertian tidak ada
hubungan kausal, logis, alamiah, ataupun historis, dan sebagainya antara bentuk
dan makna. Sedangkan sifat konvensional menyarankan bahwa hubungan antara
bentuk dan kebahasaan dan maknanya terwujud atas dasar konvensi atau
kesepakatan bersama (Wijana dan Rohmadi, 2011: 4).
Bentuk kebahasaan memiliki hubungan dengan konsep dalam pikiran
manusia yang disebut dengan makna (sense), dan konsep ini lazimnya
berhubungan dengan sesuatu atau hal yang ada di luar bahasa yang disebut referen
(Wijana dan Rohmadi, 2011: 4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

Referen tidak selalu sesuai dengan simbol, karena konsep sebuah referen
dapat dipahami jika sesuai dengan rujukan. Simbol (kata, rangkaian kata, gambar
gerak, isyarat dan semua representasi gambar maupun bunyi imitatif)
mengarahkan secara langsung, mengorganisasi, merekam, dan mengomunikasikan
pemikiran atau referensi tersebut. Simbol-simbol yang telah diproses di dalam
pemikiran atau referensi tersebut kemudian dikomunikasikan lagi dengan fakta
dan kejadian. Fakta dan kejadian inilah yang disebut referen (Wijana, 2004: 4)
Referen adalah objek atau hal yang ditunjuk peristiwa, fakta dalam dunia
pengalaman manusia (Djajasudarma, 1993: 24). Referen merupakan salah satu
bagian dari segitiga semiotik, selain simbol dan rujukan (Richards, 1923: 14).
Referen tidak selalu sesuai dengan simbol, karena konsep sebuah referen dapat
dipahami jika sesuai dengan rujukan. Pemikiran atau referensi sangat dipengaruhi
oleh bahasa dan simbol (Martinet, 2010: 78).

PEMIKIRAN ATAU REFERENSI (reference)

SIMBOL

REFEREN (referent)

Simbol (kata, rangkaian kata, gambar, gerak, isyarat, dan semua
representasi gambar maupun bunyi imitatif) mengarah secara langsung,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

mengorganisasi, merekam, dan mengomunikasikan pemikiran atau referensi
tersebut. Simbol-simbol yang telah diproses di dalam pemikiran atau referensi
tersebut kemudian dikomunikasikan lagi dengan fakta dan kejadian. Fakta dan
kejadian inilah yang kemudian disebut referen.
Simbol dalam segitiga semiotik berfungsi untuk menggantikan referen,
karena simbol melakukan pentahbisan atau investitura. Ketika seseorang
memahami apa yang dikatakan, maka suatu simbol akan membuat kita melakukan
suatu tindakan referensi, dan sekaligus membuat kita mengambil suatu sikap yang
sesuai dengan lingkungan yang mirip atau mendekati tindakan dan sikap lokutor.
Selain menggantikan referean, simbol juga memiliki satu relasi tidak langsung.
Misalnya, kata “anjing” tidak memiliki hubungan lain dengan “beberapa objek
umum tertentu yang terdapat di jalanan” kecuali berkaitan dengan fakta yang
sering kita gunakan ketika merujuk pada suatu binatang (Martinet, 2010: 79).

1.6.3 Faktor Munculnya Penggunaan Makian
Dilihat dari faktor psikologi, menurut Watson (dalam Dirgagunarsa 1978:
81), emosi timbul sebagai akibat adanya perubahan-perubahan dari mekanisme
tubuh secara keseluruhan, terutama pada alat-alat dalam dan kelenjar-kelanjar.
Emosi adalah suatu bentuk dari perilaku tersirat (implicit behavior), di mana
terjadi perubahan-perubahan pada alat-alat dalam (visceral) yang tersembunyi
(tidak dirasakan) yang mengakibatkan perubahan-perubahan lebih lanjut pada
denyut nadi pernapasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

Mandler (dalam Hardy dan Heyes 1985: 160) menjelaskan emosi terjadi
pada saat sesuatu yang tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan di
dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Seseorang dapat memperlihatkan
perubahan emosi secara ekstrem, misalnya bergembira atau bergairah pada suatu
saat, dan mengalami depresi atau marah pada saat berikutnya, sesuai dengan
perubahan situasi.
Selain faktor psikologi, pemakaian ungkapan emosi negatif juga
dipengaruhi oleh faktor sosial. Dilihat faktor sosial, pemakaian ungkapan emosi
negatif yang diungkapkan melalui bahasa tersebut dapat dikaji melalui kajian
sosiolinguistik. Menurut Sumarsono (2004: 61), sosiolinguistik tidak hanya
mengkaji hubungan bahasa di dalam masyarakat, tetapi juga mengkaji hubungan
antara gejala-gejala bahasa (fonem, kata, morfem, frase, klausa, kalimat) dan
gejala-gejala sosial (umur, jenis kelamin, kelas sosial, tempat tinggal pendidikan,
pekerjaan, sikap, dan sebagainya).
Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya
ditentukan

oleh

faktor-faktor

linguistik

tetapi

juga

oleh

faktor-faktor

nonlinguistik, antara lain adalah faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang
memengaruhi pemakaian bahasa misalnya status sosial, tingkat pendidikan, umur,
tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Selain itu, pemakaian bahasa
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu siapa berbicara, dengan
bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana dan mengenai masalah apa (Fishman
dalam Suwito 1991: 3).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

Faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian ungkapan emosi negatif
yaitu faktor psikologi dan faktor sosial yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
ekonomi, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya.

1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan
data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Tahap tersebut
kemudian diuraikan sebagai berikut.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah makian dalam bahasa Manggarai dialek Colol
Manggarai Timur. makian tersebut terdapat dalam data berupa tuturan bahasa
Manggarai dialek Manggarai Timur.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode cakap dan metode simak.
Metode cakap atau percakapan atau percakapan karena memang berupa
percakapan dan terjadi kontak antara peneliti selaku peneliti, penutur selaku
narasumber (Sudaryanto, 2015:208). Metode cakap diterapkan melalui teknik
dasar yang disebut “teknik pancing”, yaitu dengan “memancing” narasumber agar
berbicara.
Metode berikutnya adalah metode simak. Metode simak adalah metode
yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menyimak penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

bahasa (Sudaryanto, 2015: 203). Metode simak diterapkan dengan teknik simak
libat cakap atau observasi berpartisipasi dan teknik simak bebas libat cakap atau
observasi tidak berpartisipasi. Teknik simak libat cakap merupakan kegiatan
pengguna bahasa dengan berpartisipasi sambil menyimak, atau si peneliti terlibat
langsung dalam dialog. Teknik simak bebas libat cakap dilakukan dengan tidak
berpartisipasi dalam percakapan atau dialog. Peneliti tidak bertindak sebagai
pembicara yang berhadapan dengan mitra-bicara atau sebgai pendengar
(Sudaryanto, 2015: 204).
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengamati dan
meneliti makian-makian yang sering digunakan oleh mahasiswa atau Masyarakat
yang berdomisili di Yogyakarta yang berasal dari daerah Manggarai khususnya
daerah Manggarai timur dalam percakapan sehari-hari.

1.7.2 Metode Analisis Data
Metode untuk menganalisis data pada penelitian adalah metode padan.
Menurut (Sudaryanto, 1993) metode padan atau metode identitas atau metode
analisis data yang digunakan untuk menentukan identitas objek penelitian dengan
alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa
(langue) yang diteliti. Metode padan yang digunakan untuk menganalisis data ini
adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan
refensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa yakni
untuk menjawab rumusan masalah (a) apa saja jenis makian menurut referennya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

dalam bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur sedangkan metode padan
pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya berupa lawan atau mitra
bicara

yakni untuk menjawab rumusan masalah (b) apa saja faktor-faktor

situasional yang mempengaruhi penutur bahasa Manggarai dialek Colol
Manggarai Timur menggunakan makian.
(3) Ela pande apam hau nitu?
babi buat apa kau di situ?
‘Babi apa yang lakukan di situ?’
(4) Oe puki molor koe ba weki hitu!
oe alat kelamin perempuan benar sedikit bawa diri itu!
‘Alat kelamin perempuan yang benar pembawaan dirimu!’
Contoh pada tuturan (3) dan (4) merupakan penerapan pada kata makian
yang digunakan pada tuturan (3) menunjuk pada binatang, sedangkan pada tuturan
(4) menunjuk kepada bagian tubuh manusia. Faktor yang mempengaruhi penutur
menggunakan makian pada tuturan (3) adalah faktor keakraban, sedangkan pada
tuturan (4) adalah faktor emosi.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan
dua metode, yaitu metode informal dan metode formal. Metode penyajian formal
adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal sebagai tanda dan lambanglambang. Tanda dan lambang-lambang tersebut berupa rumus, bagan, diagram,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

tabel, dan gambar, sedangkan metode penyajian informal adalah perumusan
dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya
(Sudaryanto, 2015 : 241).

1.8 Sistematika Penyajian
Laporan penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab 1 berisi pendahuluan.
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,
dan sistematika penulisan. Bab II memaparkan deskripsi keadaan bahasa
Manggarai. Bab III berisi uraian tentang jenis makian menurut referennya. Bab
IV berupa faktor-faktor situasional yang mempengaruhi penggunaan kata makian
dalam bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur. bab V berisi penutup
yang mencakup kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

BAB II

SEJARAH MASYARAKAT MANGGARAI, KEADAAN
GEOGRAFIS, PENDUDUK, DAN KEADAAN BAHASA
MANGGARAI.

2.1 Sejarah Masyarakat Manggarai
Terdapat dua sumber yang bisa ditelusuri untuk menemukan sejarah
Manggarai yang otentik, yakni sumber lisan dan sumber tertulis berdasarkan
kajian-kajian para peneliti yang mencoba merekonstruksi kembali sejarah
Manggarai yang ternyata memiliki pluralitas dalam asal usul keturunannya (Deki,
2011:29). sumber lisan memiliki keterbatasan karena sering terkait dengan
mitologi yang sudah bercampur dengan pelbagai unsur sastra, khususnya dengan
maksud didaktis.
Dilihat dari sisi mitologi ada banyak kisah yang tersebar luas. Namun
umumnya menurut orang Manggarai secara mitologi, dunia ini pada mulanya
kosong dan tidak memiliki apa-apa sehingga disebut tana lino. Tana berarti tanah
atau bumi dan lino berarti kosong. Tana lino berarti tanah atau bumi yang kosong.
Kehidupan, menurut masyarakat Manggarai berasal dari perkawinan Ame/ Ema
Eta ( Ayah di atas atau langit) dan Ine/ Ende Wa (harafiah: ibu di bawah atau
bumi) sebagaimana nyata dalam pelbagai mitologi (Raho, 2003: 3).
Selain itu, ada sumber-sumber tertulis yang cukup membantu, khususnya
arsip-arsip kerajaan Manggarai, Bima, dan Belanda seperti yang ditelusuri oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

W. P. H. Coolhaas, Verheijen dan Dami N. Toda. Sumber tertulis ini juga
memiliki keterbatasan karena tidak semua unsur penting dari sejarah orang
Manggarai telah termuat dalam kajian-kajian itu.
Terdapat begitu banyak asal usul nama Manggarai dari perspektif
historis. Berbagai usaha mengkaji etimologi nama tempat maupun penelusuran
historis berdasarkan peristiwa yang terjadi pada saat itu telah dibuat. Sekurangkurangnya ada tiga tokoh yang coba membuat penelusuran nama Manggarai
dalam sejarah modern.
Usaha pertama dibuat oleh Van Bekkum sebagaimana dikutip oleh Jilis
Verheijen, seorang misionaris dan pakar budaya yang banyak membuat penelitian
tentang Manggarai dan kebudayaannya, khususnya tentang Wujud Tertinggi,
bahasa, flora dan fauna Manggarai. Menurut Van Bekkum yang mengutip
pernyataan orang Bima, “Manggarai” adalah gabungan dari kata mangga yang
berarti sauh dan rai yang berarti lari, berpautan dengan satu peristiwa terdahulu.
Selanjutnya, Verheijen mengacu pada Van Bekkum yang mengadopsi kisah lisan
di Cibal tentang kisah tokoh yang bernama Mangga-Maci. Konon putra sulung
Nunisa itu diutus Bima untuk menaklukkan Manggarai bersama tiga saudaranya
yang bernama Nanga-Lere, Tulus-Kuru dan Jena-ili-Woha. Mereka memberi
nama Manggarai kepada Nuca Lale (Toda, 1999: 68-69).
Orang kedua yang mencoba membuat telaahan tentang hal yang sama
adalah Doroteus Hemo (Toda, 1999: 68-69). Menurut Hemo, konon pada waktu
perahu Mangga-Maci bersaudara sedang membongkar sauh dan mendarat, tibatiba pasukan Cibal menyerang, memotong sauh hingga perahu-perahu itu hanyut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

Pasukan Bima pun terperanjat dan berteriak manga-rai (sauh berlari). Sejak
peristiwa itulah Manggarai mendapat namanya sampai sekarang ini.
Orang ketiga, Dami N. Toda juga melakukan studi yang sama. Menurut
Toda, asal usul nama Manggarai dari Freijss maupun Wilhelmus Van Bekkum
yang kemudian diikuti oleh Verheijen maupun Hemo tetap saja berisi kisah
kekeliruan yang telah berdampak politis tatkala dihubungkan dengan istilah ata
raja dengan semiotic souveniritas Raja Bima atas Manggarai dan diakui oleh
pemerintah colonial Belanda. Menurut Toda, kata Manggarai sebenarnya berasal
dari sebutan Manga dan Raja. Kata Manggarai “manga” berarti “ada” tetapi kata
“raja” sama sekali tidak bersinonim dengan kata “raja” dalam bahasa MelayuIndonesia. Dalam Bahasa Manggarai, kata raja berarti sebab musabab, masalah,
biasa, manusiawi nyata (sebagai lawan kata: yang bersifat seberang sana, asing)
(Toda, 1999: 68-69).
Lebih lanjut, Toda membuat perluasan arti dari manga raja. Pasangan
kata manga raja berarti: “ada (memiliki) sebab musabab” hanyalah sebuah frase
yang bila dihidupkan akan menjadi kalimat harus memperoleh proses morfologis,
misalnya manga rajan “ada sebab musabab, alasan, manga rajag “ada sebab
musabab alasanku”. Ata raja dalam bahasa Manggarai tidak dimaksudkan dengan
terjemahan “ada raja” seperti yang dibuat oleh Freijss, melainkan berarti ada
orang, manusia biasa yang memiliki raga. Kata ini berlawanan dengan sebutan ata
pele sina yang berarti orang (manusia) dari dunia seberang, manusia roh, mahluk
halus (Toda, 1999: 68-69). Jika istilah ini yang dipakai dalam pemahaman tentang
asal-usul kata Manggarai maka pengakuan akan souveniritas Bima dan Belanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

atas Manggarai merupakan sebuah pencaplokan atas suatu bangsa tertentu. Sebab,
Manggarai sebagai suku bangsa tertentu akan memiliki identitas, sistem
pemerintahan, budaya dan semua unsur yang mencirikan mereka sebagai suatu
suku bangsa yang berdaulat. Kata Manggarai lebih merupakan pengakuan
sekaligus pemakluman bahwa “kami ada” dan karena itu kami memiliki otonomi
atas diri dan kehidupan kami sendiri.
Peristiwa pada abad ke-18 tidak memiliki kecocokan historis dengan
peristiwa kedatangan Mangga-Maci. Kedatangan formal ekspedisi Bima menuju
pelabuhan Adak Todo (Kerajaan Todo) di pantai selatan Manggarai yang bernama
Nanga Ramut pada 6 November 1716 melayani permintaan bantua Todo ke Bima
(Toda, 1999:68-69).
Meskipun

ada

ketidaksamaan

pemahaman

dalam

mengartikan

Manggarai, sebenarnya “Manggarai” sebelum abad ke-18 disebut dengan nama
Nuca Lale. Nuca berarti pulau dan Lale adalah nama pohon kerbang (artocarpus
eastica) yang memiliki warna kekuning-kuningan. Menurut pengakuan para
petani, pohon Lale merupakan lambang kesuburan.
Penelitian Dr. Verhoeven memberikan petunjuk tentang adanya
kehidupan pada zaman purba di Manggarai. Tempat hidup manusia purba antara
lain ditemukan di Labuan Bajo, sedangkan alat-alat batu yang pada umumnya
berbentuk mikrolit (flake and blade) ditemukan di Golo Bekkum, Liang Momer
dan Liang Panas. Pada tahun 1951 tim yang sama membuat penggalian di
beberapa situs antara lain Liang Momer dan Liang Panas. Pada tempat itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

ditemukan tulang belulang manusia manusia purba yang ditetapkan sebagai
manusia Protonegrito (Hemo, 1990: 25).
Pada masa sekarang bekas perkampungan atau tempat tinggal manusia
serupa oleh para ahli prehistori disebut abris sous roches (tempat-tempat
perlindungan di bawah karang). Tempat-tempat ini merupakan gua-gua atau
karang-karang dengan himpunan tanah pada dasarnya, yang mengandung bekasbekas alat-alat batu, tulang dan kerang dari zaman lampau. Tempat semacam ini
banyak ditemukan di Flores Barat dan Irian (Koentjaraningrat, 2002: 5).
Selain itu, hingga saat ini kajian tentang historitas Orang Manggarai
masih berlanjut. Meskipun demikian studi-studi kritis yang menelusuri sumbersumber sejarah berusaha meluruskan sejarah yang di disorientasikan. Ada satu
kesalahan dalam pelajaran sejarah yang menyatakan seakan-akan orang-orang
Manggarai berasal dari satu suku dan satu nenek moyang. Penelitian-penelitian
ilmiah atas temuan-temuan fosil serta kontak yang tetap dengan pihak luar melalui
perdagangan menunjukkan dengan tegas bahwa orang-orang Manggarai berasal
dari suku dan keturunan yang berbeda. Dami N. Toda dalam hasil studinya
menyebutkan keturunan-keturunan itu yakni asal keturunan Sumba, Mandosawu,
Pong Welak, imigran Sulawesi Selatan dan Bima, keturunan Melayu-Malaka,
Melayu-Minangkabau, dan Tanah Dena (Toda, 1999: 246).
Keturunan-keturunan yang beranekaragam ini kemudian tersebar di
seluruh Manggarai. Keturunan Wangsa Kuleng (Mandosawu) mengasalkan nenek
moyang mereka dari Turki, dan dari kepandaian yang mereka miliki, jelas bahwa
mereka bukan berasal dari kebudayaan batu melainkan keturunan manusia yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

sudah mengenal kepandaian menyepuh logam. Maka amat mungkin orang-orang
Turki ini adalah pedagang-pedagang yang terdampar dan menetap di Manggarai
pada abad ke-16. Wangsa Kuleng inilah yang mengasalkan adak (kerajaan yang
membawahi kedaluan) Cibal dan adak Lamba Leda dan keturunannya tersebar di
Riwu, Sita, Ruteng, Ngkaer, Desu, Kolang-Torok.
Keturunan Sumba membuat adak Bajo yang berpusat di Tangge dan
membawahi sejumlah wilayah Selatan Barat Daya dan Barat gelarang-gelarang
adak da nada beberapa kedaluan seperti Dalu Kolang, Lo’ok Won