BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM af18cfc434 BAB IBAB 1

BAB I
PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Program Investasi Pembangunan merupakan bagian konkrit dari upaya pengembangan
dari suatu daerah dengan pendekatan artifisial/ rekayasa teknik yang berdampak pada
perubahan wujud struktur dan pola ruang. Proses pengelolaan pembangunan yang baik
dan terdesentralisasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 32 tentang
Pemerintahan Daerah dijabarkan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Nasional 2005-2009 (PP No. 7/2005) dalam upaya untuk mewujudkan 3 (tiga) Agenda
Pembangunan Nasional yaitu untuk (1) Menciptakan Indonesia yang Aman dan Damai;
(2) Indonesia yang Adil dan Demokratis; (3) Indonesia yang Sejahtera.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota perlu menyusun Dokumen RPIJM Bidang
PU/Cipta Karya sebagai salah satu justifikasi perencanaan program dan anggaran serta
pembangunan infrastruktur (Infrastructure Development Plan) Bidang PU/Cipta Karya
yang berasal dari berbagai sumber baik APBN, APBD Propinsi maupun APBD
Kabupaten/Kota.


Peran

APBN

dimaksudkan

sebagai

stimulan

kepada

daerah.

Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota diharapkan dapat memberikan kontribusinya (Cost
Sharing/Joint Program) terhadap program-program ataupun kegiatan yang diusulkan
untuk mendapatkan bantuan dana dari APBN (Pemerintah Pusat).
Keterpaduan

program,


kegiatan

dan

anggaran

diharapkan

dapat

mewujudkan

pembangunan Bidang PU/Cipta Karya di daerah yang lebih bermanfaat bagi masyarakat
luas melalui bentuk kerjasama antara pusat dan daerah yang berbasis pada prinsip
pengembangan wilayah dan keberlanjutan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan daerah baik aparatur pelaksana
maupun struktur kelembagaan sangat diperlukan


untuk mendorong terwujudnya

kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur (prasarana
dan
sarana) bidang PU/ Cipta Karya guna mendukung pembangunan permukiman perkotaan
dan perdesaan yang layak huni, berkeadilan sosial, berbudaya, produktif, dan
berkelanjutan,

sebagai

simbiosis

mutualisme

dalam

usaha

pengembangan


kawasan/wilayah.
Dalam proses perencanaan program pembangunan infrastruktur bidang PU/ Cipta Karya
perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi/ berdampak terhadap perkembangan
wilayah secara terpadu diantaranya faktor politik, ekonomi, social, budaya dan

1

lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum telah
berinisiatif untuk mendukung Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dengan memfasilitasi
penyiapan penyusunan perencanaan program dalam bentuk Rencana Program Investasi
Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/ Cipta Karya. Dokumen RPIJM menjadi sebagai
pedoman (guidelines) pembiayaan program pembangunan melalui anggaran dan belanja
yang disepakati bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun
Kabupaten/ Kota. Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya diharapkan Kabupaten/Kota dapat mengoptimalkan
pemanfaatan potensi semua sumber daya yang ada baik sumberdaya fisik maupun
sumberdaya lingkungan untuk mendorong terciptanya stimulasi pertumbuhan ekonomi
dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan tatanan lingkungan yang liveable
Penyusunan


Rencana

Program

Infrastruktur

Bidang

PU/Cipta

Karya

harus

mempertimbangkan kemampuan keuangan/pendanaan dan potensi pengembangan
kelembagaan sebagai instrumen pokok terwujudnya

pelaksanaan pembangunan.

Penyusunan RPIJM juga perlu memperhatikan aspek kelayakan program masing-masing

sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan Rencana Struktur dan Pola Ruang sesuai
dengan Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah.

1.2. Tujuan
Penyusunan Dokumen RPIJM Bidang PU/Cipta Karya dimaksudkan untuk

sebagai upaya

untuk menyukseskan pembangunan infrastruktur di daerah, Propinsi, Kabupaten/Kota
secara terpadu, efektif dan efisien sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dokumen RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya menjadi suatu panduan utama bagi

para

pelaku pembangunan sehingga dapat memahami kedudukan, peran, dan fungsi
masingmasing sektor usulan sesuai Program dan Kegiatan Dinas Teknis dalam
Urusan Keciptakaryaan. Dengan tersusunnya RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya serta
lampiran

memorandum


Program

Jangka

Menengah

dapat

menjadi

dokumen

Program/Anggaran Kerja antara Pemerintah Pusat, Propinsi, Kabupaten/ Kota yang
kelayakannya dapat dipertanggungjawabkan

1.3. Sasaran
Penyusunan Dokumen RPIJM Bidang PU/ Ciptakarya ditujukan untuk Terencananya
Program/ Kegiatan Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur (Prasarana dan
Sarana) Keciptakaryaan baik untuk Kawasan Perkotaan maupun Perdesaan.


2

1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya ini meliputi seluruh Kegiatan
Infrastruktur (Prasana dan Sarana) Bidang Cipta Karya yang akan dilaksanakan di
Wilayah

Kabupaten

Kepahiang yang

berpedoman

kepada

Dokumen

Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Kepahiang.
Untuk Kabupaten/Kota yang akan melakukan investasi infrastuktur Bidang PU/ Cipta
Karya, kegiatan atau tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan pada hakekatnya
mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan program serta sintesis
program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur
yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas), sehingga mampu meningkatkan kemampuan
manajemen pembangunan daerah dalam Bidang PU/Cipta Karya.
Menyusun proses penyusunan Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah Bidang
PU/Cipta Karya terutama yang dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun
Joint Program) Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung pencapaian
sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam
RPJMN 2004-2009 dan seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang.
Mendorong pembangunan daerah Bidang PU/Cipta Karya terutama di kota-kota yang
mendapatkan prioritas, termasuk kota-kota sedang, dan kota kecil dalam rangka
pemerataan pembangunan dan peningkatan pertumbuhan daerah.
komponen program Menyiapkan kerangka dasar ataupun sistematika RPIJM sebagai
ancar-ancar dan penjelasan/petunjuk spesifik dan setiap tahapan hal-hal yang perlu
dibahas oleh masing-masing aspek


1.5. Keluaran
Keluaran utama adalah dokumen RPIJM Kabupaten Kepahiang Tahun 2012 - 2015,
mencakup

Rambu-rambu, arah kebijakan dan Prioritas Program Pembangunan Bidang

PU/ Cipta Karya, meliputi Rencana Pengembangan/ Pembangunan Kawasan Perkotaan
dan Perdesaan.
Keluaran dari Penyusunan RIPJM Bidang PU/ Cipta Karya pada dasarnya harus
merupakan penjabaran dari Program Provinsi maupun Program Nasional (Program
Prioritas Depertemen PU). Dokumen yang diharapkan menjadi suatu pedoman untuk
investasi harus mencakup semua sektor secara terpadu yang termaktub dalam daftar
prioritas program (kesepakatan program/ anggaran sebagai ringkasan memorandum
program). Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang dapat dibiayai
dengan sharing dana Kabupaten maupun Provinsi adalah: Pembangunan/ Penyediaan

3

perumahan dan permukiman; perbaikan perumahan dan permukiman; penyehatan
lingkungan permukiman (pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan

drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan bangunan dan lingkungan;
pembangunan infrastruktur daerah tertinggal dan terpencil termasuk pembangunan jalan
dan jembatan perdesaan/ perkotaan serta pengendalian banjir.

1.6. Pendekatan Penyusunan Rpijm Kabupaten Kepahiang
Pendekatan penyusunan RPIJM pada hakekatnya perlu mempertimbangkan beberapa hal
antara lain:
1.

Proses Perencanaan yang Partisipatif: Rasa memiliki hasil-hasil pembangunan
merupakan tujuan utama dari setiap perencanaan. Rasa memiliki akan tumbuh dan
berkembang, bila setiap tahap pembangunan dilibatkan masyarakat luas selaku
pemangku kepentingan (stakeholder). Pembangunan Kabupaten Kepahiang yang
dinamis membutuhkan penyediaan fasilitas infrastruktur, dan yang layak, memadai,
terjangkau, adil, serta bagi masyarakat luas. Untuk itu diperlukan perencanaan
program investasi yang partisipatif;

2.

Proses Pembangunan yang Transparan: Mekanisme Perencanaan, Pelaksanaan,
Pengawasan, Evaluasi dan Pelaporan dilakukan secara terbuka, informatif dan
berbudaya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
peranserta, pikiran dan jalan keluar yang sangat bermanfaat bagi keberlanjutan
sistem, tatanan dan lingkungan dimana rekayasa pembangunan dilaksanakan.

3. Keterpaduan dan Keberlanjutan: Perencanaan Program Investasi Jangka Menengah
Bidang PU/Cipta Karya mengacu pada prinsip pengembangan wilayah, RUTRW/K,
RPJMN, RPJMD, dan Renstra PU/Cipta Karya, Dinas Terkait, Masterplan Sektor,
Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota, maupun Peraturan Perundangan yang
berlaku, Keterpaduan pelaksanaan, koneksitas yang terkoordinir antar sektor dalam
pelaksanaannya sangat menentukan keberhasilan program. Disamping itu
Implementasi Pelaksanaan/ Investasi dilakukan secara terintegrasi antar sektor
sehingga keberlanjutan sistem dapat diukur dan diprediksi secara teknis baik dari
segi waktu (umur ekonomis), kualitas dan kuantitas yang efisien dan efektif;
4. Kelayakan Teknis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan: Tidak ada pembangunan tanpa
perencanaan, penentuan peringkat/prioritas program dan kegiatan perlu mengacu
pada hasil Feasibility Study, Social and Economic Study, Environmental Impact
Assessment and, Detail Engineering Design. Bagaimanapun faktor- faktor
perencanaan awal seperti tersebut di atas sangat menentukan apakah suatu
Program dan kegiatan layak atau tidak untuk dilaksanakan;
5.

Credit Worthiness and Accountability; Perhitungan kemampuan pembiayaan

4

tergantung pada kemampuan penyediaan dana yang didasarkan pada hasil analisis
keuangan. Demikian pula kemampuan pelaksanaan perlu diperhitungkan hasil
analisis kelembagaannya. Hal ini penting dilakukan untuk melihat sejauhmana suatu
program dapat dilaksanakan secara utuh dan berkesinambungan.
Menyadari begitu pentingnya Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM) dalam mendukung pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya di
Kabupaten Kepahiang, pemerintah daerah perlu mendapatkan perhatian dan asiatensi
juga fasilitasi dari Pemerintah Pusat maupun Provinsi

dalam meningkatkan kapasitas

aparatur untuk menyusun Dokumen RPIJM Kabupaten Kepahiang.
RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kepahiang merupakan dokumen rencana
kerjasama pembangunan infrastruktur (Infrastructure Development Plan/IDP) di
Kabupaten Kepahiangyang bersifat lintas sektor dan lintas program. RPIJM dimaksudkan
bukan untuk menggantikan fungsi RPJMD sebagai dokumen politik sebagaimana
Repelitada pada masa yang lalu, akan tetapi RPIJM merupakan dokumen teknis
kelayakan program (Feasibility Program) untuk rencana pembangunan infrastruktur
bidang PU/Cipta Karya. Sebagai dokumen teknis, RPIJM Kabupaten Kepahiang
dikerjakan secara profesional (oleh ahlinya), namun tetap menekankan proses partisipasi
melalui dialog kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, profesional dan lain-lain
pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kabupaten/Kota dan melalui dialog
investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-pihak yang terkait pada
tahap penyusunan prioritas program/kelayakan program investasi. Dengan demikian,
RPIJM yang bersifat sektoral dan terpadu merupakan Consolidated FS yang dapat
diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah.

1.7. Kedudukan RPIJM
Kedudukan RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya Kabupaten Kepahiang berada di bawah
kebijakan spasial dan kebijakan sektoral segai Rencana Pembangunan Infrastruktur
(Infrastructure Development Plan) di Kabupaten Kepahiang. RPIJM pada hakikatnya
merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD. Kebijakan spasial dalam RPIJM
mengacu pada RTRW

Kabupaten Kepahiang sedangkan kebijakan sektoral/ program

dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD 2009-2013 atau lanjutannya atau
master plan sektor yang ada.
Untuk lebih dipahami, berikut ini disajikan gambar Diagram yang diperlukan sebagai
pedoman penyudunan RPIJM Kabupaten.

5

a. Kedudukan RPIJM dalam Rencana Pembangunan Nasional

Gambar 1. 1 Kedudukan RPIJM dalam Rencana Pembangunan Nasional

6

b. Kedudukan RPIJM secara Historis;

Gambar 1. 2 Kedudukan RPIJM secara Historis

c. Diagram Penyusunan RPIJM;

Gambar 1. 3.Diagram Penyusunan RPIJM

7

d. Alur Pikir Kelayakan Program RPIJM

Gambar 1. 4 Alur Pikir Kelayakan Program RPIJM

1.8. Ketentuan-Ketentuan
Sebagai rujukan/ referensi dalam penyusunan RPIJM Bidang PU Cipta Karya, maka ada
beberapa ketentuan yang harus diikuti baik yang bersifat umum maupun yang lebih
teknis.

1.8.1. Ketentuan Umum
Dalam penyusunan RPIJM

Bidang PU/ Cipta Karya Kabupaten Kepahiang, Ketentuan

umum yang menjadi rujukan meliputi peraturan/ perundang-undangan maupun kebijakan
yang berlaku pada saat RPIJM disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan
yang perlu diacu tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

8

1.8.1.1. Peraturan/ Perundang-Undangan
Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi acuan antara lain:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
2. UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang;
3. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. UU No.

33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah usat dan

Pemerintah Daerah
5. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
6. UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air;
7. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan asional;
8. UU No. 38/2004 tentang Jalan;
9. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;
10. UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
11. UU No. 16/1985 tentang Rumah Susun;

1.8.1.2. Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dan Strategi yang menjadi acuan antara lain:
1. Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan
(KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa Pembangunan perkotaan perlu
ditingkatkan dan diselenggarakan ecara berencana dan terpadu
2.

Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional engembangan
(KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum

3.

Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional engembangan
(KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan;

4. Keputusan Presiden No. 7/2004 tentang Jangka Menengah Nasional 2004-2009.

1.8.1.3. Acuan Tambahan
Acuan tambahan dapat dipertimbangkan dan perlu juga dijadikan sebagai acuan
pendekatan dalam penyusunan RPIJM diantaranya adalah kebijakan ataupun arahan dari
pimpinan Departemen PU/Cipta Karya serta kebijakan Pemerintah Kabupaten Kepahiang.

1.8.2. Pola Pikir
Penyusunan RPIJM pada dasarnya diawali oleh Pola Pikir yang cemerlang dari semangat
dan cita-cita perubahan. Suatu kota akan terbentuk melui suatu mimpi dan daya hayal
yang secara konsisten dan bersama-sama dirumuskan dan dijabarkan ke dalam suatu

9

wujud ruang yang tertata dan terkendali. Penyusunan RPIJM untuk tahap perencanaan
pada prinsipnya akan selalu diawali oleh formulasi tujuan dan sasaran pembangunan
perkotaan dan perdesaan yang diinginkan dan mencari upaya bagaimana dapat
mencapai tujuan tersebut dengan melihat kondisi, potensi sumberdaya dan peluang yang
dapat dimanfaatkan dengan maupun tanpa suatu rekayasa teknik.
Lebih jauh, yang perlu ditekankan di dalam cara berpikir dalam penyusunan RPIJM
bagaimana dapat mengenali permasalahan dan tantangan pembangunan perkotaan,
terutama dalam rangka untuk bisa merencanakan dan memprogramkan kegiatan
investasi secara efektif, sehingga diharapkan RPIJM yang disusun adalah dapat
menjawab

tantangan

pembangunan,

namun

masih

dalam

batas-batas

efisiensi

kemampuan penyelenggaraan. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis antara kondisi
saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai dalam waktu mendatang (akhir RPIJM) sesuai
dengan tujuan dan sasaran pembangunan serta kebijakan dan strategi penanganannya
berdasarkan skala prioritas yang ditetapkan.

1.8.2.1. Tujuan Pembangunan Kabupaten Kepahiang
Pada hakekatnya pembangunan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
tempat berusaha dan tempat tinggal baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dalam
lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang
kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang mendukung perkembangan wilayah secara
efektif dan efisien serta memperhatikan keseimbangan dan keterpaduan hubungan
antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala usaha pembangunan
tersebut haruslah dapat menjamin terciptanya:
a. Peningkatan produktifitas Kabupaten Kepahiang(produktifity);
b. Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan (efficiency)
c.

Pembangunan

yang

berkelanjutan

melalui

pendekatan

yang

berwawasan

lingkungan (sustainable environment);
d. Pembangunan yang berkeadilan sosial (social just);
e. Pembangunan yang mendukung kelestarian budaya kota (culture vibrant);
f.

Pembangunan yang mendukung terciptanya jati diri kota

(city sense or

image);
g. Pembangunan yang

didukung

oleh

partisipasi

politik

masyarakat

kota

(political parcipatory).

10

1.8.2.2. Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Kepahiang
Adapun sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Kepahiang adalah sebagai berikut:
a. Terselenggaranya pengelolaan pembangunan yang lebih efektif dan
efisien dalam pemanfaatan sumberdaya alam Kabupaten Kepahiangyang mengacu
pada Rencana Tata Ruang wilayah yang berkualitas termasuk pengelolaan
admainistrasi pertanahan yang lebih tertib dan adil serta ditunjang oleh kelembagaan
pemerintah yang lebih siap melaksanakan otonomi daerah;
b. Makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha
dalam pelaksanaan pembangunan Perkotaan dan Perdesaan, baik melalui organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun pengusaha perorangan;
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kepahiangyang ditujukan untuk
meningkatnya pendapatan per-kapita dan kualitas hidup penduduk yang semakin
merata;
d. Berkurangnya jumlah penduduk miskin;
e. Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu lingkungan.

1.8.2.3. Sistematika
Sistem berpikir di dalam proses penyusunan RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya pada
dasarnya mengacu kepada diagram

alir

proses perencanaan dan penyusunan

sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.5.

11

Gambar 1. 5 Diagram Alir Proses Perencanaan dan Penyusunan RPIJM

1.8.3. Kajian Teknis
Kajian Teknis dalam proses penyusunan RPIJM bidang PU/Cipta Karya terutama dalam
hal melakukan analisis permasalahan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang
ada dalam rangka untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan perkotaan, pada
prinsipnya dapat dilakukan dengan penyederhanaan sesuai dengan norma yang berlaku
di dalam setiap proses pengambilan keputusan, yaitu dalam bentuk input/output proses.
Dalam hal ini; i) Output adalah situasi ataupun kondisi yang dituju, ii) Input adalah kondisi
saat ini (sumberdaya, potensi dan sumberdana) dan iii) Proses adalah upaya bagaimana
mencapai situasi ataupun kondisi yang dituju tersebut, dengan melihat kekuatan/potensi
(Strenght), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity), serta Ancaman/Resiko yang

12

harus ditanggung (Threat). Hal ini secara teknis dikenal dengan analisis SWOT.
Pendekatan berpikir tersebut hendaknya dilakukan secara holistik, berdimensi spasial
maupun sektoral, sebagaimana pula ditekankan dalam Strategi Pembangunan Perkotaan
dalam KSNP Pengembangan Perkotaan, bahwa pembangunan infrastruktur bidang
PU/Cipta Karya menyangkut fungsi perumahan/permukiman secara kontekstual, tidak
hanya mencakup pemenuhan atau penyediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan
yang diperlukan saja. Akan tetapi, menyangkut pengendalian fungsi kawasan perkotaan
agar secara sinergi dapat meningkatkan produktivitas ekonomi perkotaan ataupun
wilayah, serta peningkatan efisiensi pelayanan dan penggunaan sumber daya sesuai
dengan tujuan dan sasaran pembangunannya. Dalam hal ini, pendekatan tersebut harus
dituangkan di dalam Rencana Pembangunan ataupun Skenario Pengembangan dan
Pembangunan Perkotaan sebagai payung untuk pengkajian lebih lanjut (mendalam)
dalam hal ini: Kajian Teknis/Sektoral, Kajian masalah lingkungan (AMDAL), Kajian
Finansial, dan Kajian Kapasitas Kelembagaan.
Adapun kegiatan yang dapat diusulkan dalam rangka pengendalian fungsi kawasan
tersebut diantaranya adalah:
a. Penyusunan Rencana/ Strategi Pembangunan Kawasan;
b. Perbaikan permukiman kumuh (transmigrasi dan nelayan);
c.

Peremajaan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan, baik yang bernilai komersial
maupun tidak;

d. Pembangunan daerah perdesaan dan daerah terpencil serta daerah tertinggal;
e. Penataan Bangunan dan Lingkungan.
f.

Penanganan Drainase;

g. Dukungan terhadap Pembangunan Kawasan Siap Bangun (Kasiba)

1.8.3.1. Pendekatan Terhadap Kondisi yang Diinginkan
Kondisi yang diinginkan pada hakekatnya adalah merupakan tujuan dan sasaran program
dalam upaya Pengembangan/

Pembangunan Kawasan baik

Perkotaan maupun

perdesaan. Hasil tinjauan terhadap hal ini, skenarionya harus dijabarkan dan disepakati
oleh

pihak-pihak

terkait,

serta

perlu

diupayakan

untuk

ditetapkan

bilamana

memungkinkan. Skenario tersebut harus dimuat di dalam Rencana Pembangunan
Perkotaan (Urban Development Plan). Dalam penjabarannya, skenario tersebut pada
hakekatnya harus disusun berdasarkan Kebijakan dan Strategi Pembangunan yang
berlaku, baik yang bersifat Nasional maupun yang bersifat Regional Daerah dan Lokal.
Hal ini berarti bahwa didalam suatu Rencana Pembangunan Perkotaan maupun
Perdesaan

paling

tidak

harus

mengandung:

i)

Formulasi

Arah dan

Kebijakan

Pembangunan Perkotaan, ii) Penetapan Arah Pengembangan dan Pembangunan baik

13

yang menyangkut Pembangunan Kawasan

(Development Needs), maupun yang

menyangkut Kebutuhan Prasarana dan Sarana Dasar (Basic Needs)

1.8.3.1.1. Formulasi Arah dan Kebijakan Pembangunan
Formulasi

arah dan kebijakan pembangunan kabupaten Nasional maupun Provinsi harus

dilakukan secara holistik, hal ini dapat dijabarkan bahwa Visi dan Misi Pembangunan
dapat menjamin kesinambungan pembangunan itu sendiri. Dalam hal tertentu dapat
dilakukan penanganan secara khusus dalam suatu kebijakan dan strategi yang
dikembangkan (Mixed Strategy). Sedangkan untuk hal-hal yang sifatnya lokal (kurang
memberi dampak secara Nasional), maka dapat mengikuti Kebijakan dan Strategi
Pembangunan Daerah yang tidak bertentangan dengan kebijakan dan strategi Nasional
maupun Provinsi.
Kebijakan dan strategi yang digunakan dalam hal ini, pada prinsipnya mengacu pada
ketentuan umum di atas. Selanjutnya, beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan
dalam formulasi masukan kebijakan ini antara lain:
a. Skenario Ekonomi Makro;
b. Indikasi Kawasan Andalan dan Sektor Unggulan;
c.

Sistem

Perkotaan;

Rencana

Tata

Ruang;

Kondisi

Eksisting

dan

Dinamika

Perkembangan Kota.

1.8.3.1.2. Skenario Pengembangan Kabupaten Kepahiang
Melihat peran dan fungsinya pengembangan Kabupaten, kebutuhan Pemabangunan
Kabupaten Kepahiangdapat dibedakan dalam bentuk:
a.

Kebutuhan untuk kepentingan pertumbuhan dan pengembangan kawasan/ wilayah
(development needs); dan

b. Kebutuhan untuk memenuhi pelayanan prasarana dan sarana dasar (basic), baik
pelayanan kepada masyarakat/ community)

maupun pelayanan sistem perkotaan

(basic service/ city wide).
Penentuan development needs didasarkan pada konsep pengembangan sektor yang
menjadi unggulan setempat. Dengan demikian dapat dikenali pelayanan infrastruktur apa
yang terutama dibutuhkan dan pelayanan prasarana dan sarana (PS) apa yang
sebenarnya hanya dibutuhkan sebagai penunjang dalam rangka pengembangan kawasan
tersebut agae tumbuh dan berfungsi baik.
Prioritas kebutuhan suatu kawasan sangat tergantung pada situasi dan kondisi setempat,
bahkan mungkin ada yang hanya memerlukan penataan lingkungan saja. Dengan
demikian pemenuhan development needs akan lebih kepada Tailor Mode dan menurut

14

efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Sedangkan penentuan Basic Needs, pada dasarnya
perlu melihat pada kebutuhan dasar masyarakat yang biasanya relatif tidak berubah.
Penentuan Basic Service (City Wide) yang selalu berkembang. Kebijakan ini harus
disesuaikan dengan kebijakan yang ada sehingga selalu berkembang secara dinamis
sesuai dengan kondisi yang ada.

1.8.3.2. Pendekatan Terhadap Kondisi Yang Ada
Dalam meninjau kondisi yang ada (saat ini), perlu memperhatikan hal-hal seperti:
a. Kondisi Alam Kota

(Geografis) ataupun karakteristik kawasan perkotaan yang

dianalisis;
b. Keadaan sistem pelayanan prasarana yang ada;
c. Situasi dan Kemampuan Pembiayaan, dan
d. Keadaan Kelembagaan Terkait.

1.8.3.2.1. Kondisi Kabupaten Kepahiang
Tinjauan terhadap Kondisi Fisik Kabupaten Kepahiang yang ada selama ini perlu
mengenali juga klasifikasi kota atas dasar letak geografisnya: . Kota dataran tinggi; dimana
hal tersebut secara cepat akan mencerminkan permasalahan utama pelayanan PS
dasar ke-PU-an. Gambaran Permasalahan,

tuntutan dan persoalan infrastrukur yang

diperoleh antara jenis Kabupaten yang satu

dengan yang lainya semuanya aman

1.8.3.2.2. Sistem Pelayanan Infrastruktur
Adapun tinjauan yang dilakukan terhadap sistem pelayanan infrastruktur bidang PU/ Cipta
Karya yanga ada, perlu melihat:
a. Tingkat Efisiensi Sistem Pelayanan (% fungsi);
b. Efektifitas

sistem pelayanan yang ada.

Apabila sistem yang ada dinilai kurang efektif, maka perlu dipelajari lebih jauh, apakah
sistem yang ada dapat diperbaiki dan terus digunakan, atau harus diganti bilamana
memang sulit diupayakan perbaikan atau menjadi investasi yang sangat mahal
dibandingkan bila diganti sistem yang baru, dalam rangka memenuhi target pelayanan
yang ditetapkan sesuai rencana Pembangunan Perkotaannya.

15

1.8.3.2.3. Tinjauan Pengaturan Keuangan
Tinjauan masalah keuangan pada prinsipnya adalah untuk melihat kemampuan
pendanaan

untuk

mengelola

sistem

yang

ada

serta

meninjau

kemungkinan

perkembangan pada masa yang akan datang terutama untuk mengantisipasi pembiayaan
yang menjadi shring cost Kabupaten Kepahiang untuk mendapatkan bantuan/ hibah
APBN dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

1.8.3.2.4. Tujuan Pengaturan Kelembagaan
Tinjauan masalah kelembagaan pada prinsipnya adalah untuk melihat sejauhmana
kemampuan

kelembagaan

yang

ada

dalam

mengelola

sistem

serta

meninjau

kemungkinan perkembangan pada masa yang akan datang terutama dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan

1.8.3.3.

Pendekatan Program Investasi Untuk Mendukung Perwujudan
Kondisi Yang Diinginkan

Pendekatan pemrograman investasi untuk mendukung perwujudan kondisi yang
diinginkan pada prinsipnya adalah melakukan justifikasi suatu investasi atas dasar prinsip
Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Singkronisasi Program (KIS), pada
skala prioritas tertentu, dengan melakukan:
a. Assessment terhadap kebutuhan;
b. Assessment terhadap kemampuan atau kapasitas (supply);

c. Penetapan spesifikasi dan justikasi Program Investasi berdasarka Skala Prioritas
1.8.3.3.1. Demand Assesment
Assessment mengenai hal ini pada prinsipnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
di dalam melakukan analisis terhadap kondisi yang diinginkan. Jumlah kebutuhan yang
diperlukan sangat tergantung kepada bagaimana penilaian dan kelayakan program
dihitung.

1.8.3.3.2. Supply Assessment
Assessment mengenai hal ini pada prinsipnya merupakan bagin yang tidak terpisahkan di
dalam melakukan analisis terhadap kondisi masyarakat dan lingkungan yang ada. Selain itu
perlu dilihat kemungkinan adanya potensi, peluang serta kecenderungan pertumbuhan
ekonomi dan kemampuan keuangan. Dalam hal ini hendaknya tidak dibatasi hanya pada
kemampuan pemerintah saja, namun juga hendaknya melihat potensi pasar, swasta dan
masyarakat serta pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam pembangunan.

16

1.8.3.3.3. Spesifikasi dan justifikasi Investasi
Dalam hal ini perlu membandingkan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi saat
ini, sehingga akan terihat suatu gap atau kesenjangan yang memerlukan dukungan atau
dorongan dalam bentuk apapun. Dalam konteks pembangunan kota terpadu maka
dukungan atau dorongan yang akan diprogramkan untuk mewujudkan kondisi yang
diinginkan tersebut adalah justru menyangkut permasalahan yang sangat mendasar
terutama berkaitan dengan penyediaan Infrastruktur Bidang PU/ Cipta Karya serta
menyangkut permasalahan yang berkaitan dengan pengendalian fungsi kawasan.
Mengingat kemampuan pemerintah dalam mewujudkan hal ini sangat terbatas, maka
dalam melakukan analisis demand dan supply perlu melihat kemungkinan kemitraan
dengan badan usaha, swasta dan masyarakat ataupun aktor pembangunan lainnya
termasuk pendayagunaan sumber daya baik dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu
informasi ataupun rencana pembangunan yang akan dilakukan oleh pihak-pihak terkait
sangat diperlukan dan seyogyanya dapat diperoleh.
Untuk mengurang kesenjangan tersebut, biasanya diperlukan suatu investasi yang
terprogram secara efektif dan efisien. Tepat sasaran, tepat cara, tepat lokasi, tepat waktu
dan tepat fungsi.

Gambar 1. 6 Kerangka Pencapaian Pembangunan Infrastruktur
Program investasi yang diusulkan pada prinsipnya harus justified dan rekomendasinya
dapat memuat beberapa alternatif dan mengungkapkannya secara jelas:
a. Lokasi;
b. Besaran, kuantitas, harga satuan dan biayanya;
c. Sumber dana;

17

d. Skala prioritas;
e. Keterpaduan rencana dan sinkronisasi Program, secara fungsional, baik dari segi
fisik maupun non fisik antar kegiatan, antar komponen dan dari segi pendanaan.
Paling tidak, dalam pemrograman investasi ini, tahun pertama harus betul-betul akurat
sehingga tidak mengalami kesulitan dalam appraisalnya (terutama untuk kegiatan yang
akan diusulkan pendanaannya melalui APBN), dapat segera diprogramkan tahun
pertamanya dan dianggarkan.
Dari segi pendanaan, program investasi yang diusulkan tersebut dapat melibatkan atau
memerlukan sumber dana, baik dari:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Provinsi; dan
c. Pemerintah Kabupaten;
d. Badan Usaha, Swasta atau Masyarakat.
Program investasi yang didanai/ dengan bantuan pemerintah pusat dibagi dalam 3 (tiga)
jenis bantuan program:
a. Bantuan Program strategi/ Khusus, dimaksudkan untuk membangkitkan pertumbuhan
ekonomi daerah yang mempunyai fungsi khusus, baik ditinjau secara nasional
maupun regional;
b. Bantuan Program Biasa, misalnya untuk pemerataan, adanya bencana alam;
c. Bantuan Program stimulan, dimaksudkan untuk menstimulasi atau memancing
Pemerintah Kabupaten dan masyarakat bertanggungjawab terhadap pembangunan
kotanya.
Bilamana diperlukan, untuk mengembangkan kemitraan dengan swasta, maka dapat
diusulkan kegiatan untuk mengkaji lebih lanjut kemungkinan dan follow up yang lebih jelas
mengenai peran serta swasta ini. Demikian pula untuk kegiatan yang berkaitan dengan
pengemmbangan teknologi, rekayasa dan rancang bangun bilamana diperlukan harus
dikaji lebih dalam untuk meningkatkan efisiensi maupun efektifitas program. Untuk
kegiatan-kegiatan yang memerlukan AMDAL, maka perlu dikonsolidasikan dalam laporan
yang terpisah.

18