BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 40b9ba6bf9 BAB IBAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN RPIJM Kabupaten Barito Selatan Tahun 2017-2021 Tahun Anggaran 2016

1.1 Latar Belakang

  Untuk dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju, adil, dan makmur seperti yang dicita-citakan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, diperlukan penyelenggaraan pembangunan nasional yang mantap, termasuk penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya/Permukiman. Peran pembangunan Bidang Cipta Karya khususnya dalam peningkatan sosial ekonomi masyarakat Indonesia antara lain dengan (i) mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, (ii) mewujudkan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, serta (iii) pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi yang diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

  Penyelenggaraan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan amanat Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, merupakan tanggung jawab bersama, antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah Kabupaten/Kota, yang diselenggarakan bersama dengan masyarakat dan dunia usaha. Pemerintah Pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan, dan pengawasan, sedangkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki peran yang lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Dengan dengan kerjasama berbagai stakeholders pembangunan Bidang Cipta Karya, diharapkan 3 (tiga) strategic goals Kementerian Pekerjaan Umum dapat tercapai, yaitu (i) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, (ii) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta (iii) meningkatkan kualitas lingkungan.

  Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi berupa Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.

  1.2 Maksud dan Tujuan

  Maksud disusunnya RPIJM Bidang Cipta Karya adalah untuk mewujudkan kemandirian kabupaten/kota dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, baik di perkotaan maupun perdesaan. Adapun tujuan dari disusunnya RPIJM Bidang Cipta Karya adalah sebagai dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup multi sektor, multi sumber pendanaan, dan multi stakeholders.

  1.3 Kedudukan Dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, dan dunia usaha dengan mengacu pada rencana tata ruang dan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten kota, untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

  RPIJM Bidang Cipta Karya disusun dengan mengintegrasikan berbagai dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun sebagai dokumen teknis operasional pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya sesuai dengan dokumen rencana yang ada, dengan perkuatan pada rencana investasi sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas Daerah. Gambar 1.1 memaparkan kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada sistem perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

  Pada Gambar 1.1 dapat di lihat bahwa RPIJM Bidang Cipta Karya,selain mengacu pada Rencana Strategis Cipta Karya, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang

  Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan.

Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM pada Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya

  

1.3.1. Keterkaitan RPIJM dengan Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya

Kabupaten/kota

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) adalah rencana dan program pembangunan infrastruktur tahunan dalam periode tiga hingga lima tahun, yang mensinkronkan kegiatan pembangunan infrastruktur, baik yang dilaksanakan dan dibiayai pemerintah, pemerintah daerah, maupun oleh masyarakat/dunia usaha. Khusus untuk Bidang Cipta Karya, rencana dan program pembangunan infrastruktur yang terdapat pada RPIJM dioperasionalkan melalui RPIJM Bidang Cipta Karya, untuk selanjutnya dilaksanakan pembangunannya oleh seluruh pelaku pembangunan Bidang Cipta Karya. Gambar 1.2 memaparkan Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM Bidang Pekerjaan Umum dan dokumen perencanaan pembangunan di daerah (Kabupaten/Kota).

Gambar 1.2 Sinergi Dokumen Perencanaan Program Bidang Bidang Cipta Karya

  Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dilaksanakan secara bersama (concurrent) antara pemerintah daerah dan pusat untuk mewujudkan gerakan nasional 100-0-100. Dalam mendukung perwujudan permukiman yang layak huni, perlu sinergitas RPJMN, Renstra Bidang Cipta Karya dan RPJMD sehingga tercipta keterpaduan pembangunan yang sesuai dengan tujuan amanat pembangunan nasional. Sedangkan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah diharapkan menyusun Rencana Aksi Daerah Gerakan 100-0-100 dan RPIJM Bidang Cipta Karya.

  Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa arah kebijakan, rencana dan indikasi program terkait khusus untuk Bidang Cipta Karya yang tercantum pada Perda RTRWK, Perda Perbup/Perwali RPJMD, RPI2- JM Bidang PU, dan Perda Bangunan Gedung merupakan acuan dasar integrasi rencana pembangunan permukiman. Integrasi rencana pembangunan permukiman berisikan arahan kebijakan pengembangan permukiman di kabupaten/kota tersebut, untuk selanjutnya diterjemahkan pada rencana induk masing-masing sektor, seperti Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  Khusus untuk Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK), yaitu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan, rencana pembangunan infrastruktur permukiman dapat dikembangkan lebih rinci melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK). RTBL KSK berisikan rencana aksi program strategis dalam penanganan kegiatan permukiman dan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan, dalam hal ini di KSK berdasarkan RTRW Kabupaten/Kota.

  Seluruh dokumen perencanaan yang ada selanjutnya dioperasionalkan melalui RPIJM Bidang Cipta Karya, memuat rencana investasi yang melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dunia usaha, masyarakat, dan bantuan pembiayaan pembangunan lainnya. Seluruh rencana investasi, yang disusun dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial, kelembagaan, serta kapasitas keuangan daerah, kemudian disusun dalam matriks program lima tahunan dan untuk selanjutnya dibagi dalam rencana tahunan.

1.3.2. Prinsip Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

  Pengembangan Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah:

1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk rencana investasi yang disusun.

  

2. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan sistem penyediaan

  air minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase, peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan gedung.

  

3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah,

  sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, sedangkan dana swasta dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate

  Social Responsibility (CSR). Masyarakat dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat, antara lain dalam bentuk barang dan jasa.

  

4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan masyarakat, pemerintah, dan swasta

  sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya maupun pada saat pelaksanaan program.

  

5. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah

(kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up).

  Dengan 5 (lima) prinsip dasar tersebut, diharapkan kemandirian daerah dapat terwujud, sehingga pembangunan yang efektif dan efisien dapat tercapai. RPIJM Bidang Cipta Karya bersifat dinamis dan dapat dikaji.(review) setiap tahunnya dalam rangka penyesuaian dengan arahan pembangunan yang ada sesuai dengan kebutuhan daerah.

1.3.3. Landasan Hukum

  Arahan Penyusunan RPIJM bertitik tolak pada Arahan Kebijakan peraturan perundangan yang mengarah pada Setiap Kabupaten/Kota Wajib Menyusun Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang mengacu terhadap referensi hukum, yakni:

  • Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah • Perpres No. 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019
  • Permen PUPR No. 13/RPT/M/2015 tentang Rencana Strategis (Renstra)

  Kementerian Pekerjaan Umum Dalam Penyusunan RPIJM Kabupaten Barito Selatan mengacu dan berpedoman pada Peraturan dan Undang-Undang yang telah disusun sebelumnya yakni:

A. Undang-Undang :

   Undang-Undang Nomor 5 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah  UU No. 02 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

   Undang-undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;  Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;  Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

  Pengelolaan Lingkungan Hidup;  Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;  Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;  Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal;  Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;  Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air;  Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

   Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;  Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;  Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;  Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

   Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara  Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesi (PP RI)

   PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

   PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah  PP No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah;  PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;  PP No. 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan;  PP No. 07 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;  PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;  PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;  PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

  Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

   PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;  PP No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah;  PP No. 5 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;  PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM;

   PP No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang Bangunan Gedung);

   PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;  PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Penerapan Sistem Penyediaan Air Minum.

  C. Peraturan Presiden (Perpres)

   Perpres No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;  Perpres No. 05 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014;  Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;  Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-

  2025;  Perpres No. 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Perpres No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;  Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI);  Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

  D. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU)

   Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

   Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga  Permen PU No. 14/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian PU yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;  Permen PU No. 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014;  Permen PU No. 12/PRT/M/2010 tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan Pengembangan SPAM;  Permen PU No. 15/PRT/M/2010 tentang Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur;  Permen PU No. 16/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;  Permen PU No. 01/PRT/M/2009 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan;  Permen PU No. 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang Wajib Dilengkapi Dengan UKL dan UPL;  Permen PU No. 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP- SPALP);  Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Permen PU No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan SPAM;  Permen PU No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM);

   Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);  Permen PU No. 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP Kota).

  E. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH)

   Permen LH No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL;

   Permen LH No. 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS;  Permen LH No. 13 Tahun 2010 tentang UKL – UPL dan SPPLH;  Permen LH No. 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.

  F. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)

   Permendagri No. 57 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Perkotaan;  Permendagri No. 33 Tahun 2008 tentang Pedoman Hubungan Kerja Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;  Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;  Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.

  G. Peraturan Kementerian Lainnya

   Peraturan Menteri Bappenas No 3 Tahun 2012 tentang Panduan Umum Pelaksanaan KPS dalam Pembangunan Infrastruktur;  Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

  Persyaratan Kualitas Air Minum;

   Keputusan Menteri PAN Nomor: KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

1.4 MUATAN DOKUMEN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

  Secara substansi muatan RPIJM Bidang Cipta Karya terdiri dari 8 (delapan) bab yaitu:

  Bab 1. Pendahuluan Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang,maksud dan tujuan RPIJM Bidang Cipta Karya, serta Muatan RPIJM Bidang Cipta Karya. Bab 2. Profil Kabupaten/Kota Bagian ini membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah, demografi dan urbanisasi, serta isu strategis Kabupaten/Kota. Untuk RPIJM ini akan membahas mengenai profil Kabupaten Barito Selatan.

  Bab 3. Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Bagian ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini. Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan spasial, bagian ini juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan kawasan khusus, antara lain dalam rangka pengembangan MP3EI dan KEK (jika kabupaten/kota tersebut termasuk dalam KPI MP3EI dan/atau kawasan pengembangan KEK).

  Bab 4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi eksisting lingkungan, analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti

  Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL

  • – UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

  Bab 5. Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten/Kota, profil investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten/Kota.

  Bab 6. Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten/Kota Bab ini berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan Cipta Karya di daerah yang fokus kepada aspek keorganisasian, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia. Dari ketiga aspek tersebut dijelaskan kondisi eksisting, analisis permasalahan dan rencana pengembangannya.

  Bab 7. Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Bagian ini membahas mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya untuk masing-masing sektor, yaitu sektor Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengembangan SPAM, dan Pengembangan PLP. Pada setiap sektor dijelaskan kondisi eksisting, analisis kebutuhan, serta usulan kebutuhan program dan pendanaan masing-masing sektor.

  Bab 8. Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Pada bab ini berisi mengenai matriks rangkuman program investasi RPIJM Kabupaten/Kota dan matriks keterpaduan program pada kawasan prioritas Kabupaten/Kota.