ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN
LINGKUNGAN
4.1. ANALISIS SOSIAL
4.1.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek sosial yang perlu diperhatikan pada tahap perencanaan pembangunan
Bidang Cipta Karya adalah isu strategis yang berkaitan dengan kemiskinan dan
pengarusutaan gender. Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta
Karya diharapkan sudah dipertimbangkan dalam kajian perencanaan teknis
sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai
dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan
Sustainable Development Goals (SDGs). Diperlukan analisis kebutuhan penanganan
penduduk miskin di Kabupaten Badung melalui identifikasi jumlah penduduk miskin
termasuk mata pencahariannya kondisi lingkungan, kondisi dan status tempat
hunian, permasalahan, serta bentuk penanganan yang sudah dilakukan, sehingga
dapat diketahui rencana kebutuhan penanganan penduduk miskin di Kabupaten
Badung.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Indek Pembangunan Gender (IPG)
Kabupaten Badung yang didukung oleh data lapangan Indek Pembangunan Gender

(IPG) Kabuapten Badung Tahun 2014 diperoleh sebesar 75,47, ini berarti terjadi
peningkatan sebesar 0,17 poin dari tahun 2013, dan 0,31 poin dari nilai IPG Tahun
2012. IPG Kabupaten Badung tahun 2014 pembentukannya dari tiga dimensi, yaitu
bidang pendidikan, bidang kesehatan dan bidang ekonomi. Namun secara
segnifikan yang terbesar memberikan pengaruh terhadap peningkatan nilai IPG
tersebut adalah nilai indeks harapan hidup dan indeks pendidikan yang semakin
meningkat, sedangkan indeks distribusi pendapatan tetap. Kondisi ini hampir
merata ditemukan di enam (6) kecamatan dengan 62 desa dan kelurahan.
Berdasarkan nilai IPG Kabupaten Badung masih ada peluang untuk ditingkatkan
dengan mengelola tiga bidang sebagai pembentuk pilar utama dari perhitungan
nilai IPG dikelola lebih baik, transparan , akuntabel, professional, asas keadilan dan
pemerataan.
Sejalan dengan IPG Kabupaten Badung juga perlu diperhatikan responsivitas
kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah banyak
dirancang kegiatan yang responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood
IV - 1
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019


HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat
(PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural
Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS),
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program
Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya. Terhadap kegiatan tersebut di
Kabupaten Badung perlu mengkaji melalui pemetaan awal untuk mengetahui
bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga
permasalahan yang timbul sebagai pembelajaran di masa datang.
4.1.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran
kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir
terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan
beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian
kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali penduduk yang
terkena dampak.

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat
pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk
menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk
bahan pertimbangan dalam proses pelaksanaan. Konsultasi masyarakat perlu
dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan
pembebasan lahan.
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah
dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di
atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah
adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan,
atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena
dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
Seluruh
proyek
yang
memerlukan
pengadaan
lahan

harus
mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak
tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan,
rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek.
Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan
dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru.
Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang
dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan. Jika ada usulan kegiatan dalam
RPIJM yang memerlukan upaya pengadaan lahan atau permukiman kembali

IV - 2
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

penduduk (resettlement) maka tindak lanjut tahapan pemindahannya perlu

diidentifikasi untuk memastikan pembangunan infrastruktur permukiman yang
berkeadilan.
4.1.3. Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi
manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat
secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan
mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat,
hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut. Satgas Randal Kabupaten Badung sebagai
Tim perumus RPIJM perlu menganalisis potensi kemanfaatan infrastruktur Cipta
Karya yang terbangun berdasarkan sektor dan program/Kegiatan.

4.2. ANALISIS EKONOMI
4.2.1. Aspek Ekonomi pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Analisis ekonomi sangat terkait dengan isu kemiskinan khususnya yang terkait
dengan pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebagai
prasarana lingkungan dalam upaya pengembangan wilayah Kabupaten Badung.
Pemerintah melalui Tim Nasional Pecepatan Penanggulangan Kemiskinan tahun
2015 telah merilis Basis Data Terpadu yang dapat digunakan sebagai Baseline
Perencanaan Program Penanggulangan Kemiskinan. Status kesejahteranan

penduduk di masing-masing kecamatan dibagi menjadi 4 (empat) desil seperti
disajikan pada Tabel IV.1
Tabel IV.1
Jumlah Rumah Tangga dan Individu, menurut Kecamatan dan Status Kesejahteraan
di Kabupaten BADUNG
Nama Kecamatan
Kuta Selatan
Kuta
Kuta Utara
Mengwi
Abiansemal
Petang
Total
Nama Kecamatan
Kuta Selatan
Kuta
Kuta Utara
Mengwi

Desil 1*)


Desil 2*)

180
31
221
1.491
1.900
1.367
5.190

90
19
122
717
691
414
2.053

Desil 1*)


Desil 2*)

884
139
1.150
7.423

358
80
568
3.208

Jumlah Rumah Tangga
Desil 3*)

76
11
94
588

553
339
1.661
Jumlah Individu
Desil 3*)

328
55
423
2.646

Desil 4*)

Total

147
34
252
1.334
1.154

476
3.397

493
95
689
4.130
4.298
2.596
12.301

Desil 4*)

Total

579
140
1.185
5.968


2.149
414
3.326
19.245
IV - 3

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Nama Kecamatan
Abiansemal
Petang
Total

Desil 1*)

Desil 2*)

9.050
5.618
24.264

2.886
1.404
8.504

Jumlah Individu
Desil 3*)

2.339
1.031
6.822

Desil 4*)

Total

4.785
1.644
14.301

19.060
9.697
53.891

Sumber : TNP2K tahun 2015
Keterangan:
Desil 1
Desil 2
Desil 3
Desil 4

(Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia)
(Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan diatas 10% - 20% terendah di Indonesia)
(Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan diatas 20% - 30% terendah di Indonesia)
(Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan diatas 30% - 40% terendah di Indonesia) KriKK

Data Kriteria Program Penanggulangan Kemiskinan
1. Jumlah rumah tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut
kelompok umur kepala rumah tangga sebanyak 771 dengan status
kesejahteraan 40% terendah;
2. Jumlah individu, menurut kelompok usia dan jenis kelamin sebanyak 53.890
jiwa dengan status kesejahteraan 40% terendah;
3. Jumlah anak yang bersekolah 11.199 jiwa dan tidak bersekolah 1.266 jiwa
menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah;
4. Jumlah anak yang bersekolah 11.380 jiwa, menurut tingkat pendidikan dan jenis
kelamin dengan status kesejahteraan 40% terendah;
5. Jumlah individu yang menderita cacat 1.304 jiwa menurut kelompok usia dan
jenis kelamin dengan status kesejahteraan 40% terendah;
6. Jumlah individu yang memiliki penyakit kronis 3.022 jiwa menurut kelompok
usia dengan status kesejahteraan 40% terendah;
7. Jumlah individu yang bekerja 4.826 jiwa dan tidak bekerja 4.495 jiwa menurut
kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah;
8. Jumlah individu yang bekerja 29.347 jiwa menurut lapangan pekerjaan dengan
status kesejahteraan 40% terendah;
9. Jumlah kepala rumah tangga yang bekerja 11.153 jiwa menurut lapangan
pekerjaan dengan status kesejahteraan 40% terendah;
10. Jumlah rumah tangga menurut status penguasaan bangunan 11.770 milik
sendiri tempat tinggal yang ditempati dengan status kesejahteraan 40%
terendah;
11. Jumlah rumah tangga menurut sumber air minum 8.039 (sumber terlindungi)
dengan status kesejahteraan 40% terendah;
12. Jumlah rumah tangga menurut sumber penerangan utama 12.260 (Listrik PLN)
dengan status kesejahteraan 40% terendah;
13. Jumlah rumah tangga menurut bahan bakar/energi utama 8.441
(briket/arang/kayu) untuk memasak dengan status kesejahteraan 40% terendah;
14. Jumlah rumah tangga menurut penggunaan fasilitas tempat buang air besar
7.507 (jamban sendiri) dengan status kesejahteraan 40% terendah;
15. Jumlah rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir tinja 10.787
(tangki/SPAL) dengan status kesejahteraan 40% terendah.
Data terpadu sangat membantu perencanaan program penanggulangan kemiskinan
yang sesuai kebutuhan penanganan masyarakat setempat, termasuk pamanfaatan
tenaga lokal dalam pelaksanaan pembangunan fisik.
4.2.2. Aspek Ekonomi pada Pelaksanaan Pembangunan
IV - 4
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Pada Pelaksanaan Pembangunan seharusnya ada upaya untuk secara maksimal
mnggunakan tenaga lokal sehingga secara ekonomi masyarakat setempat
mmperoleh manfaat dari pelaksanaan pembangunan.
4.2.3. Aspek Ekonomi pasca pelaksanaan pembangunan
Pasca pelaksanaan fisik tentu masyarakat lokal sebagai pemanfaat sesuai yang
ditentukan pada tahap perencanaan. Pembangunan infrastruktur permukiman akan
meningkatkan akses penduduk lokal terhadap infrastruktur permukiman berdampak
pada efisiensi waktu, tenaga, dan pikiran yang dapat dialihkan untuk kegiatan yang
lebih produktif

4.3. ANALISIS LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan
RPIJM Bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat
perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan LingkunganUpaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di
segala bidang.
3. Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019:
Arah Kebijakan umum dibidang lingkungan hidup : meningkatkan Kualitas
Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penannganan Perubahan Iklim.
Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan
perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kualitas lingkungan,
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, penegakan hukum
lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan
pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis:

IV - 5
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat
diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang
tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

4.3.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian
pembangunan infrastruktur.

aspek

lingkungan

dalam

perencanaan

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena
RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program.
Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan,
rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan
pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan
rencana/program dalam RPI2-JM Bidang Cipta Karya, seperti pada Tabel IV.2
sebagai berikut.
Tabel IV.2
Penapisan KLHS usulan program/kegiatan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten
Badung 2017 – 2021
No

1

2
3

Kriteria Penapisan

Perubahan Iklim

Kerusakan, kemerosotan,
dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati
Peningkatan intensitas dan

Penilaian
Uraian Pertimbangan
Usulan kegiatan RPIJM merupakan suatu upaya untuk
mengantisipasi dampak perubahan iklim, seperti
kegiatan penyediaan air minum sebagai upaya
memberikan pelayanan air minum pada daerah sulit air
bersi;, kemudian kegiatan penyediaan drainase sebagi
upaya mengurangi dampak meluasnya genangan akibat
curah hujan yang tinggi
Usulan kegiatan RPIJM tidak bersinggungan dengan
kawasan lindungyang berkaaitan dengan lingkungan
hayati
Usulan kegiatan RPIJM khususnya sektor

Kesimpulan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

IV - 6
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan
dan lahan

4

5

6

7

Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya
alam
Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau
lahan
Peningkatan jumlah
penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan
penghidupan kelompok
masyarakat.
Peningkatan resiko terhadap
kesehatan dan keselamatan
manusia

pengembangan permukiman salah satu kegiatannya
bertujuan sebagai mitigasi bencana seperti pembuatan
dinding penahan tanah pada kawasan longsor dan
pembuatan jalur evakuasi bencana.
Usulan kegiatan RPIJM justru berupaya menjaga
kualitas dan kelimpahan sumber daya air baku, melalui
kegiatan penyediaan drainase berbasis konservasi air
tanah serta penyediaan IPAL komunal untuk menjaga
kualitas air tanah dari pencemaran air limbah domestik.
Usulan kegiatan RPIJM tidak menyebabkan alih fungsi
kawasan hutan atau lahan produktif
Usulan kegiatan RPIJM justru sebagai upaya
penanggulangan kemiskinan melalui program-program
peningkatan swadaya masyarakat seperti kegiatan
PNPM dan kegiatan-kegiatan penyediaan infrastruktur
dasar pada kawasan kumuh dan masyarakat miskin.
Usulan kegiatan RPIJM justru berupaya meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman menjadi lebih layak
huni bagi masyarakat

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Semua parameter dari kriteria penapisan kesimpulannya tidak signifikan
atau tidak berdampak penting. Tim Satgas RPIJM Kabupaten Badung dapat
menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan
ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan
lampiran dalam dokumen RPIJM.
Sebagai bahan pertimbangan adalah Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Kabupaten Badung yang disusun pada tahun 2015 dalam rangka
penyusunan RPJMD Semesta Berencana Kabupaten Badung Tahun 2016 – 2021.
Ada 13 Program Prioritas yang dikaji beserta kegiatannya yang terkait dengan isu
pembangunan berkelanjutan, meliputi :
1. Peningkatan peran kawasan Perkotaan Kuta sebagai PKN dalam lingkup
metropolitan Sarbagita; dengan kegiatan yang terkait isu pembangunan
berkelanjutan:
a. .Pembangunan jalan
b. Pembangunan pusat perdagangan dan jasa
c. Pembangunan drainase
d. Pembangunan sarana/prasarana pengelolaan limbah dan sampah
2. Percepatan pengembangan PKWp mencakup Kawasan Perkotaan Mangupura;
dengan kegiatan yang terkait isu pembangunan berkelanjutan:
a. Pembangunan jalan
b. Pembangunan pusat perdagangan dan jasa

IV - 7
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

c. Pembangunan drainase
d. Pembangunan sarana/prasarana pengelolaan limbah dan sampah
3. Mendorong pengembangan PKLp Jimbaran, Kedonganan, Benoa, dan Tanjung
Benoa; dengan kegiatan yang terkait isu pembangunan berkelanjutan:
a. Pembangunan jalan
b. Pembangunan pusat perdagangan dan jasa
c. Pembangunan drainase
d. Pembangunan sarana/prasarana pengelolaan limbah dan sampah
4. Mendorong pengembangan Agropolitan Petang; dengan kegiatan yang terkait
isu pembangunan berkelanjutan:
a. pembangunan terminal
b. Pembangunan Pasar
5. Pembangunan Jalan bebas hambatan; dengan kegiatan yang terkait isu
pembangunan berkelanjutan:
a. Pengambangan kawasan
6. Pengembangan dan pembangunan terminal; dengan kegiatan yang terkait isu
pembangunan berkelanjutan:
a. Pembangunan jalan
b. pengembangan kawasan
7. Penataan DAS Tukad Ayung, Tukad Mati dan Tukad Penet; dengan kegiatan
yang terkait isu pembangunan berkelanjutan:
a. Pengembangan kawasan
8. Pengembangan pengelolaan limbah domestic terpadu; dengan kegiatan yang
terkait isu pembangunan berkelanjutan:
a. pengembangan pelayanan sanitasi perkotaan
9. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa; dengan kegiatan yang terkait
isu pembangunan berkelanjutan:
a. perluasan permukiman
b. pembangunan jalan
10. Pengembangan kawasan pariwisata;
pembangunan berkelanjutan:

dengan

kegiatan

yang

terkait

isu

a. Pembangunan jalan
b. pembangunan akomodasi wisata
IV - 8
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

11. Pengembangan kawasan pertanian modern; dengan kegiatan yang terkait isu
pembangunan berkelanjutan:
a. pembangunan jalan
b. pengembangan pasar
12. Pengembangan kawasan industri;
pembangunan berkelanjutan:
a.

dengan

kegiatan

yang

terkait

isu

terkait

isu

pengembangan pemkiman

b. pembangunan jalan
13. Pengembangan kawasan perikanan;
pembangunan berkelanjutan:

dengan

kegiatan

yang

a. .pengembangan pasar ikan
Rekomendasi berdasarkan kajian KLHS terhadap Program Prioritas RPJMD
Semesta Berencana Kabupaten Badung Tahun 2016 – 2021, meliputi :
1. Pengembangan infrastruktur Kuta sebagai bagian dari metropolitan Sarbagita
mempertimbangkan ruang, mutu kelayakan, kapasitas dan budaya.
2. Pengembangan konsep kota taman yang mengintegrasikan system sawah dan
DAS serta menjaga nilai social kemasysarakatan yang telah tumbuh.
3. Integrasi pertanian ramah lingkungan serta adaptasi terhadap perubahan iklim
kedalam pengembangan kawasan agropolitan Petang.
4. Pembangunan jalan bebas hambatan/ TOL; Kuta-Canggu-Tanah Lot. MengwiBatuan- Purnama dengan tidak mengganggu kawasan /lahan pertanian
produktif maupun kawasan lindung
5. Penetapan kawasan industri khusus dengan kajian daya tampung dan daya
dukung serta luas yang dibatasi berdasarkan kepentingan lingkungan dan
kehidupan sosial-masyarakat setempat
6. Pengembangan kawasan perikanan terbatas dengan fasilitas pendukung
termasuk pengolahan limbah dan sampah serta pengendalian kerusakan
lingkungan pesisir.
Dari 13 program prioritas yang dikaji, 6 (enam) program prioritas yang diberi
rekomendasi peyempurnaan, sedangkan yang lainnya tidak memiliki dampak
penting terhadap pembangunan berkelajutan. Dari 6 (enam) yang diberi
rekomendasi penyempurnaan 4 (empat) diantaranya terkait dengan program Bidang
Cipta Karya, sedang 2 (dua) program prioritas yaitu pengembangan jalan bebas
hambatan/TOL, dan penetapan kawasan industri tidak terkait dengan program
Bidang Cipta Karya.

IV - 9
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Materi rekomendasi
terhadap program 1 (pertama) dan 2 (kedua);
Pengembangan infrastruktur Kuta sebagai bagian dari metropolitan Sarbagita
mempertimbangkan ruang, mutu kelayakan, kapasitas
dan budaya, dan
Pengembangan konsep kota taman (Mangupura) yang mengintegrasikan sistem
sawah dan DAS serta menjaga nilai social kemasysarakatan yang telah tumbuh
merupakan bagian dari kegiatan sektor PBL. Materi rekomendasi terhadap prgram 3
(ketiga); Integrasi pertanian ramah lingkungan serta adaptasi terhadap perubahan
iklim kedalam pengembangan kawasan agropolitan Petang merupakan bagian dari
kegiatan Sektor Bangkim dengan menggabungkan konsep penanganan
permukiman perdesaan potensial dengan konsep penanganan permukiman
khusus.Sedangkan materi rekomendasi program 6 (keenam); Pengembangan
kawasan perikanan terbatas dengan fasilitas pendukung termasuk pengolahan
limbah dan sampah serta pengendalian kerusakan lingkungan pesisir merupakan
bagian dari kegiatan semua sektor (Bangkim, PBL, PSPAM, dan PSPLP). Dari uraian
ini dapat disimpulkan bahwa program –program pembangunan Bidang Cipta Karya
merupakan pendukung pembangunan berkelanjutan.

4.3.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan Wajib AMDAL sebagimana tercantum dalam Tabel IV.2: Penapisan
Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Tabel IV.3 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan
A

B

Persampahan
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan
sistem Control landfill/sanitary landfill:
˗ Luas kawasan TPA, atau
˗ Kapasitas Total
b. TPA di daerah pasang surut:
˗ Luas Landfill, atau
˗ Kapasitas Total
c. Pembangunan transfer station: Kapasitas
d. Pemb. Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
Kapasitas
e. Pengolahan dengan insinerator: Kapasitas
f. Composting Plant: Kapasitas
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
Kapasitas
Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas
b. Kota besar, luas

Skala/Besaran

≥ 10 ha
≥ 100.000 ton
Semua
kapasita/besaran
≥ 500 ton/hari
≥ 500 ton/hari
Semua kapasitas
≥ 500 ton/hari
≥ 500 ton/hari
≥ 25 ha
≥ 50 ha

IV - 10
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

No Jenis Kegiatan

C

D

E

c. Kota sedang dan kecil, luas
d. keperluan settlement transmigrasi
Air Limbah Domestik
a. Pembangunan
IPLT,
termasuk
fasilitas
penunjang:
˗ Luas, atau
˗ Kapasitasnya
b. Pemb. IPAL limbah domestik, termasuk fas
penunjangnya:
˗ Luas, atau
˗ Kapasitasnya
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
˗ Luas layanan, atau
˗ Debit air Limbah
Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau
sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang:
b. Kota sedang, panjang:
a. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan;
Luas layanan
b. Pembangunan jaringan transmisi; Panjang

Skala/Besaran
≥ 100 ha
≥ 2.000 ha

≥ 2 ha
≥ 11 m3/hari
≥ 3 ha
≥ 2,4 ton/hari
≥ 500 ha
≥ 16.000 m3/hari
≥ 5 km
≥ 10 km
≥ 500 ha
≥ 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi
dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan
kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam Tabel IV.3
Tabel IV.3 : Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
(i).
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk
instalasi penunjang:
• Luas kawasan < 10 Ha; atau
• Kapasitas total < 10.000 ton
(ii).
TPA daerah pasang surut
• Luas landfill < 5 Ha; atau
• Kapasitas total < 5.000 ton
a. Persampahan
(iii).
Pembangunan Transfer Station
• Kapasitas < 1.000 ton/hari
Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah
(iv).
Terpadu
• Kapasitas < 500 ton
(v).
Pembangunan Incenerator
• Kapasitas < 500 ton/hari
(vi).
Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos

IV - 11
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
• Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
(i).
Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
• Luas < 2 ha
• Atau kapasitas < 11 m3/hari
(ii).
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
b. Air
Limbah
• Luas < 3 ha
Domestik
/
• Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
Permukiman
Pembangunan sistem perpipaan air limbah
(iii).
(sewerage/off-site
sanitation
system)
diperkotaan/permukiman
• Luas < 500 ha
• Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
c. Drainase
(i).
Pembangunan saluran primer dan sekunder
Permukiman
• Panjang < 5 km
Perkotaan
Pembangunan
kolam
retensi/polder
di
(ii).
area/kawasan pemukiman
• Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
(i).
Pembangunan jaringan distribusi:
• luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha
(ii).
Pembangunan jaringan pipa transmisi
• Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d 50 lps s.d. < 100 lps
(v).
Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
• Pelayanan masy. oleh penyelenggara SPAM : 2,5
lps - < 50 lps
• Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
(i).
Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah
tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran,
perdagangan,
perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
e. Pembangunan
Gedung
m2 s.d. 10.000 m2;
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan

IV - 12
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2;
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri.
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
(ii).
Pembangunan bangunan gedung di bawah
tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana
umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran,
perdagangan,
perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2;
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri.
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
(iii).
Pembangunan bangunan gedung di bawah atau
di atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran,
perdagangan,
perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2;
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2;

IV - 13
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri.
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
(i). Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS,
TNI/POLRI, buruh/pekerja;
• Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
• Luas kawasan: < 10 ha
(ii). Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai
pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota
f. Pengembangan
Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas
kawasan
batas PPLB di perbatasan);
permukiman baru
• Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
• Luas kawasan: < 10 ha
(iii). Pengembangan kawasan permukiman baru dengan
pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/
Lingkungan Siap Bangun)
• Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
• Luas kawasan: < 10 ha
(i). Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan
pendekatan pemenuhan kebutuhandasar (basic
need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan
penduduk;
• Luas kawasan: < 10 ha
(ii). Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil,
g. Peningkatan
kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
Kualitas
Permukiman
• Luas kawasan: < 10 ha
(iv). Pengembangan
kawasan
perdesaan
untuk
meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan
agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan
desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
• Luas kawasan: < 10 ha
(i). Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh
berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan
dengan pendekatan peremajaan kota (urban
h. Penanganan
renewal), disertai dengan pemindahan penduduk,
Kawasan Kumuh
dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan
Perkotaan
bangunan rumah susun
• Luas kawasan: < 5 ha

Sumber :Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen

IV - 14
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Kesanggupan

4.3.3. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Identifikasi dan pengelompokan Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang
Cipta Karya yang bersumber dari program-program RPIJM dikaji dan diakitkan
dengan isu pembangunan berkelanjutan. Proses identifikasi dan pengelompokan isu
pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Badung disajikan pada Tabel IV.4

Tabel IV.4 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

NO

PENGELOMPOKAN ISU-ISU
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
BIDANG CIPTA KARYA

PENJELASAN SINGKAT

(1)

(2)

(3)

4.1 Sosial
1.

Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit

Kawasan kumuh, tidak memiliki
fasilitas buang air besar; dan
sumber air minum yang tidak
telindungi di Kecamtan/Desa....

4.2 Ekonomi
1.

Kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan lingkungan

Pencemaran air laut berkaitan
dengan menurunnya hasil
tanggkapan ikan bagi masyarakat
pesisir.

2.

Perkembangan ekonomi lokal dari
pembangunan infrastruktur
permukiman

Pembangunan infrastruktur
permukiman akan meningkatkan
akses penduduk lokal terhadap
infrastruktur permukiman
berdampak pada efisiensi waktu,
tenaga, dan pikiran yang dapat
dialihkan untuk kegiatan yang
lebih produktif

4.3 Lingkungan
1.

Kecukupan air baku untuk air minum

Kecamatan.memiliki sumber air
baku dari sungai yang sudah
tercemar

2.

Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi
maksimal

Di Kecamatanbanyak septictank
yang bocor.

IV - 15
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

NO

PENGELOMPOKAN ISU-ISU
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
BIDANG CIPTA KARYA

PENJELASAN SINGKAT

(1)

(2)

(3)

3.

Dampak kumuh terhadap kualitas
lingkungan

Degradasi lingkungan (penurunan
kualitas lingkungan) di
Kecamatan... akibat dari adanya
kawasan kumuh

4.

Dampak perubahan iklim terhadap
kawasan permukiman dan upaya
mitigasi dan adaptasi yang telah
dilakukan

Upaya mitigasi dilakukan dengan
pengelolaan sampah yang benar.
Sedangkan upaya adaptasi antara
lain dilakukan dengan memper
banyak RTH, dan pembuatan
sumur resapan pada kawasan
permukiman

IV - 16
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Badung 2015 -2019

HASIL REVIEW TAHUN 2017