BAB II TINJAUAN TEORI - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA MASA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS, NIFAS DAN MASA ANTARA PADA NY S UMUR 35 TAHUN G4P2A1 DI PUSKESMAS KEDUNG BANTENG KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

  1. Kehamilan

  a. Pengertian 1) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40) (Prawirohardjo, 2009;h.213). Kehamilan 40 minggu disebut sebagai kehamilan matur (cukup bulan), dan bila lebih dari 43 minggu disebut sebagai kehamilan post matur. Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu disebut kehamilan premature. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing : a) Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu) b) Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu) c) Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu(. Janin yang dilahirkan dalam trimester terakhir telah viable (dapat hidup) (Wiknjosastro,2008,h:213).

  b. Proses terjadinya kehamilan Peristiwa terjadinya kehamilan yaitu: 1) Pembuahan/fertilisasi: bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih/ spermatozoa pria 2) Pembelahan sel dari hasil pembuahan. 3) Nidasi/implantasi tersebut pada dinding saluran reproduksi. 4) Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal individu baru.

  Kehamilan dipengaruhi berbagai hormone seperti

  estrogen, progesterone, human chorionic gonadotropin (HCG), human somatomammotropin, prolaktin dan sebagainya. HCG

  adalah hormone aktif khusus yang berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.terjadinya perubahan pada anatomi dan fisiologi organ sistem reproduksi serta sistem organ tubuh lainnya yang di pengaruhi oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut (Sukarni, 2013; h.65)

  c. Tanda kehamilan 1) Tanda kemungkinan kehamilan

  a) Amenorhea Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhituangan rumus neegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan

  b) Mual dan muntah Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan c) Ngidam

  Wanita hamil sering menginginkan makanan tersebut

  d) Sinkope Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan e) Payudara tegang

  Pengaruh estrogen dan progesterone dan somatomamotrofi menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama

  f) Sering miksi Desakan Rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sring miksi g) Konstipasi atau obstipasi

  Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

  h) Pigmentasi kulit

  Keluarnya melanohore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi di sekitar pipi (

  kloasma gravidarum), pada dinding perut (strie lividae,

  strie nigra, linea alba makin hitam) dan pada sekitar payudara i) Epulis

  Hipertrofi gusi dapat terjadi disebut epulis dapat terjadi bila hamil j) Varises atau penampakan pebuluh darah vena

  Pengaruh dari estrogen dan progesterone terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi sekitar genetalia eksterna, kaki betis, dan payudara.

  d. Tanda tidak pasti kehamilan 1) Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil.

  Pada pemeriksaan dalam, di jumpai tanda hegar, tanda

  chadwick, tanda pisckacek, kontraksi Braxton hix, dan

  teraba ballottement 2) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagai kemungkinan positif palsu e. Tanda pasti kehamilan

  1) Gerakan janin dalam rahim 2) Terlihat/ teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.

  Denyut jantung janin (DJJ). Di dengar dengan stetoskop leanec, alat kardiotokografi, alat dopler. Di lihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi (Manuaba, 2010; h.107-109).

  f. Masa dalam kehamilan 1) Kehamilan trimester 1

  Pada trimester pertama merupakan penyesuaian terhadap kenyataan bahwa dia sedang mengandung. Beberapa ketidaknyamanan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama diantaranya kelemahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan emosional. Keadaan ini mencerminkan konflik dan depresi yang dialami yang menjadi pengingat tentang kehamilannya (Sukarni, 2013; h.71-72).

  Pada akhir 12 minggu pertama kehamilan jantungnya berdetak, usus-usus lengkap didalam abdomen, genetalia eksterna mempunyai karakteristik laki-laki atau perempuan, anus sudah terbentuk dan muka seperti manusia. Janin dapat menelan, melakukan gerakan pernafasan, kencing, menggerakkan anggota badan, mengedipkan mata, dan mengerutkan dahi. Mulutnya membuka dan menutup. Berat janin sekitar 15-30 gram dan panjang 5-9 cm (Sujiyatini,2010,h:40). 2) Trimester kedua

  Periode kesehatan yang baik karena wanita hamil mulai merasa nyaman dan bebas dari ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Pada trimester kedua dibagi menjadi dua fase yaitu fase praquickening dan Fase pasca-

  

praquickening. Quickening menunjukan kenyataan adanya

  kehidupan yang terpisahyang mendorong wanita dalam menjalankan tugas psikologis utamanya untuk mengembangkan identitas sebagai ibu. Bayi mulai bergerak pada periode ini (Sukarni, 2013; h.74).

  Pada trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kandungan hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya (Ummi, 2010; h.68).

  3) Trimester ketiga Sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Trimester merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam menantikan kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama terfokus pada bayi (Sukarni, 2013; h.74).

  Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu dengan bayinya. Kadang kadang ibu merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu.

  Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu ibu juga merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.

  Pada trimester ini ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Ummi, 2010;h.69).

  g. Perubahan fisiologis kehamilan Kehamilan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan baik anatomis maupun fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologi yang terjadi pada masa kehamilan diantaranya: 1.) Uterus

  Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi miosit baru masih terbatas. Pada awal kehamilan penebalan uterus dipengaruhi oleh hormone estrogen dan progesterone.Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu penebalan uterus lebih di pengaruhi oleh desakan dari hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2009; h.175-176). 2.) Servik uteri

  Selama kehamilan, servik akan mengalami perubahan karena hormone estrogen dan progresteron. Akibat kadar estrogen meningkat dan adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah maka konsistensi servik menjadi lunak yang disebut tanda goodell (Kusmyati, 2010 h.55-56).

  3.) Ovarium Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatum, korpus luteum graviditatis berdiameter kira- kira 3 cm yang akan mengecil setelah plasenta terbentuk. Korpus luteum ini mengeluarkan hormone estrogen dan progresteron (Kusmiyati, 2010; h.56)

  4.) Vagina dan perineum Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit, otot-otot perineum dan vulva. Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat dan hipertrofi sel otot polos (Prawirohardjo, 2009; h.178). 5.) Sistem integument/kulit

  Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna kemerahann, kusam, dan kadang-kadang akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.

  Estrogen dan progresteron memiliki peran dalam melanogenesis dan bisa disebut sebagai faktor pendorong (Prawirohardjo, 2009; h.179). 6.) Payudara/mammae

  Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone somatomamotropin, estrogen, dan progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi system saluran sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada mammae. Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu keenam kehamilan (Kusmiyati, 2010; h.56-57).

  7.) Sirkulasi darah/kardiovaskular Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke 6 sampai minggu ke 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 sampai minggu ke 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut.

  Peningkatan volume plasma berkisar antara 40-45 % dipengaruhi oleh aksi progresteron dan estrogen pada ginjal yang didinisiasi oleh jalur renin-angiostensin dan aldosterone. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit. Eritropin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl atau bisa juga mencapai dibawah 11 g/dl. Pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl merupakan hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi zat besi dari pada dengan hipovolemia. Kebutuhan zat besi selama kehamilan kurang lebih 1.000 mg atau rata-rata 6 sampai 7 mg/hari (Prawirohardjo, 2009;h.182-184).

  8.) Traktus digestivus/pencernaan Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke esophagus bagian bawah. Terjadi penurunan produksi asam lambung dan sering terjadi nausea serta mual muntah karena pengaruh HCG, tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehinggan motilitas trakrus digestivus menjadi berkurang (Kusmiyati, 2010; h.59-60). 9.) Traktus urinarius/ perkemihan

  Pada bulan pertama kehamilan kandun kemih akan tertekan sehingga sering timbul rasa ingin kencing. Pada kehamilan normal, fungsi ginjal akan mengalami banyak perubahan. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan. Fungsi ginjal berubah karena adanya homon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan (Kusmiyati, 2010; h.59). h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan 1) Faktor fisik a) Status kesehatan/penyakit (kusmiyati,2009,h:80).

  Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan atau penyakit yang dialami ibu hamil : (1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan.

  Termasuk dalam klasifikasi ini adalah Hyperemesis gravidarum, preeklamsia/eklamsia, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau selaput janin, perdarahan antepartum, gemelli (kusmiyati,2009,h:80). (2) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan. Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini dapat memperberat serta mempengaruhi kehamilan atau penyakit ini dapat diperberat oleh karena kehamilan. Contoh yang termasuk dalam kategori ini adalah : (a) Penyakit atau kelainan alat kandungan; varises vulva, kelainan bawaan, edema vulva, hematoma vulva, peradangan, gonorea, trikomonisiasis vaginalis, kandidiasis, amoebiasis, DM, bartholinitis, kista bartholini, kondilomata akuminata, fistula vagina, kista vagina, kelainan bawaan uterus, kelainan letak uterus, prolapsus uteri, tumor uteri, mioma uteri, karsinoma servik, karsinoma korpus uteri dan lain-lain.

  (b) Penyakit kardiovaskuler misalnya penyakit jantung, hipertensi, stenosis aorta, mitral isufisiensi, jantung rematik, endokarditis. (c) Penyakit darah misal anemia dalam kehamilan, leukimia, penyakit hodgkin, hemostasis dan kelainan pembekuan darah. (d) Penakit saluran nafas misalnya influensa, bronkitis, pneumonia, asam bronkiale, TB paru

  (kusmiyati,2009,h:82). (e) Penyakit traktus digestivus misalnya

  ptialismus,

karies, gingivitis, pirosis, hernia

diafragmatikagastritis, ileus, valvulusta, hernia,

appendiksitis, kolitis, megakolon, tumor usus,

  hemorroid, dan lain-lain. (f) Penyakit hepar dan pankreas misalnya hepatitis, ruptur hepar, sirosis hepatis, ikterus, atrofi hepar, penyakit pankreas, dan lain-lain. (g) Penyakit ginjal dan saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih, bakteriuria, sistitis, pielonefritis,

  

glomerulonefritis, sindroma nefrotik, batu ginjal,

gagal ginjal, tbc ginjal, dan lain-lan.

  (h) Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kalainan kelenjar gondok, dan anak ginjal, kelainan hipofisis dan lain-lain. (i) Penyakit saraf misalnya korea grafidarum, epilepsia, perdarahan intrakranial, tumor otak, poliomielitis, sklerosis multipleks, miastenia gravis, otosklerotis, dan lain-lain.

  (j) Penyakit menular misalnya IMS ( penyakit akibat hubungan seksual ), AIDS, kondilomata akuminata, thypus, kolera, tetanus, erisipeles, difteri, lepra, TORCH, morbili, campak, parotitis, variola, malaria, dan lain-lain (Kusmiyati,2009,h:82).

  b) Gizi Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Huungan antara gizi ibu hamil dan kesejahteraan janin merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Keterbatasan gizi selama hamil sering berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu seperti ibu hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk pula persiapan fisik untuk persalinan.

  Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :

  (1) Asam folat Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada maa pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun beresiko. Asam folat juga berguna untuk membantu produksi sel darah merah, sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan plasenta. (2) Energi

  Diit pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada susunan gizi sembang energi dan juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurukan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

  (3) Protein Pembentukkan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutuhkan protein sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.

  (Kusmiyati,2009,h:82) (4) Zat besi (Fe)

  Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk memangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama hamil. Dasar pemberian zat besi adalah adanya perubahan volume darah atau hydraemia (peningkatan sel darah merah 20-30% sedangkan peningkatan plasma darah 50%). Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena mengandung tanin atau pitat yang menghambat penyerapan zat besi.

  (5) Kalsium Untuk pembentukkan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.

  (6) Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual (IMS) dan dinegara dengan musim dingin yang panjang. (7) Pemberian yodium pada daerah dengan endemik kretinisme.

  (8) Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc, Magnesium, dan minyak ikan selama hamil.

  c) Gaya hidup (1) Kebiasaan minum jamu.

  Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil karena efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR partus prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatorum, kematian janin dalam kandungan dan malformasi organ janin.

  (2) Mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu.

  Perlu dikaji ada beberapa mitos tertentu yang membahayakan kehamilan dan ada yangmendukung terhadap pemeliharaan kesehatan selama hamil. (3) Aktivitas seksual

  Nasehat atau pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan aktivitas seksual ibu selama hamil sangat jarang diberikan selama antenatal care. Seringkali pemberian pendidikan kesehatan mengenai seksual selama hamil sangat minim diberikan, bahkan kadang informasi diberikan secara tidak jelas, implisit, dengan bahasa kias serta menimbulkan salah pengertian (Kusmiyati,2009,h:83).

  (4) Pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. (5) Exercise atau senam hamil

  Gunanya untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal, dan mempersiapkan pernafasan, aktifitas otot dan panggul untuk menghadapi proses persalinan (Kusmiyati,2009,h;83). i. Tanda bahaya kehamilan Dalam masa kehamilan terdapat beberapa tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Tanda bahaya tersebut meliputi: 1) Perdarahan pada kehamilan muda

  Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda biasanya terjadi pada usia kehamilan sebelum 24 minggu. Perdarahan tersebut bisa disebabkan oleh:

  a) Implantation bleeding. Perdarahan saat trophoblas melekat pada endometrium, biasanya terjadi saat implantasi 8 sampai 12 hari setelah fertilisasi.

  b) Abortion. 15% terjadi pada abortus spontan sebelum usia kehamilan 12 minggu dan sering terjadi pada primigravida c) Hydatidiform molae. Akibat dari degenerasi chorionic vili pada awal kehamilan. Embrio mati dan di reabsorbsi/ mola terjadi di dekat fetus.

  d) Ectopic pregnancy. Ovum dan sperma yang berfertilisasi kemudian berimplantasi diluar dari uteri cavity.

  e) Cervical lesion. Lesi di cervik

  f) Vaginitis. Infeksi pada vagina (Sumarni, 2011; h.190)

  2) Hipertensi gravidarum Merupakan keadaan dengan tekanan darah sisitoloik dan diastolic lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg (Prawirohardjo, 2009; h.535).

  3) Perdarahan pada kehamilan lanjut Biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu.

  Perdarahan pada kehamilan lanjut dibagi menjadi 2 yaitu plasenta previa dan abrupsio plasenta (Sumarni, 2011; h.190).

  4) Sakit kepala yang hebat Sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat disertai dengan pandangan kabur merupakan gejala preeklamsia (Sumarni, 2011; h.192). 5) Nyeri perut bagian bawah

  Nyeri perut yang bersifat menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berhubungan dengan apendiciti, kehamilan ekopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantung empedu, uterus yang irritable, ISK atau abrupsio plasenta (Sumarni, 2011; h.191). 6) Gerakan janin tidak terasa

  Secara normal ibu merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 atau ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur gerakan janin melemah. Gerakan bayi sangat terasa pada saat ibu istirahat, makan, minum dan berbaring. Biasanya bayi bergerak paling sedikit 3X dalam periode 3 jam (Sumarni, 2011; h.193). 7) Pandangan kabur

  Pengaruh hormonal bisa mengacaukan pandangan pada ibu hamil. Gangguan visual yang dapat mengancam jiwa adalah beersifat mendadak, dan berbayang/ double vision (Sumarni, 2011; h.192).

  8) Bengkak wajah dan jari-jari tangan Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan tanda- tanda anemia, gagal jantung dan pre eklamsi (Sumarni, 2011; h.192). j. Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai

  Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan adalah : (Prawihardjo,2009,h:284).

  1) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan 2) Disuria 3) Menggigil atau demam 4) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya 5) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya k. Komplikasi pada kehamilan.

  1) Komplikasi kehamilan muda

  a) Hiperemesis gravidarum

  b) Keguguran kandungan

  c) Kehamilan ektopik 2) Komplikasi kehamilan trimester tiga

  a) Persalinan prematuritas

  b) Kehamilan ganda

  c) Kehamilan dengan perdarahan

  d) Perdarahan plasenta previa e) Perdarahan solusio plasenta

  f) Kehamilan dengan ketuban pecah dini

  g) Kehamilan lewat waktu persalinan

  h) Kehamilan dengan preeklamsia dan eklamsia l. Asuhan Antenatal

  Asuhan antenatal adalah upaya prefentif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

  Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu: 1) Membangun rasa saling percaya antara klien dengan petugas kesehatan 2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayiyang dikandungnya 3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya 4) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi 5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi 6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. m. Jadwal kunjungan Asuhan Antenatal

  Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah KI,K2,K3 Dan K4. Hal ini berarti minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.

  Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia (Prawihardjo,2009,hal:279). 1) Asuhan kehamilan kunjungan awal

  Kunjungan awal harus seawal mungkin yang meliputi:

  a) Anamnesis

  b) Pemeriksaan fisik

  c) Pemeriksaan laboratorium d) Pemeriksaan tambahna lain untuk memperoleh data (parameter) dasar

  e) Memberikan support psikis untuk menstabilkan emosi ibu hamil 2) Asuhan kehamilan kunjungan ulang

  Asuhan pada kunjungan merupakan setiap kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai memasuki masa persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan yaitu: a) Mendeteksi komplikasi-komplikasi

  b) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan c) Pemeriksaan fisik umum (Kusmiyati, 2010; h.136-141).

  3) Kebijakan program dalam ANC (ante natal care) Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga ibu hamil yang datang memperoleh pelayanan yang komprehensif dengan harapan ANC dengan standar

  14T dapat meningkatkan pelayanan kehamilan dan menurunkan angka kematian ibu (Sumarni, 2011; h.19).

  Langkah-langkah dalam memberikan pelayanan ANC diantaranya: a) Timbang berat badan dan tinggi badan

  Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk mendeteksi adanya resiko apabila pengukuran > 145 cm. Pengukuran berat badan dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan berat badan. Kenaikan BB normal ibu hamil 6,8 sampai 16 kg (Sumarni, 2011;h.20).

  b) Tekanan darah Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah normal berkisar sistole/diastole 110/80 sampai 120/80 mmHg (Sumarni, 2009; h.20).

  c) Pengukuran TFU Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuannya kehamilan secara

Mc Donald (sumarni,2009,h:20-21)

  Tinggu fundus uteri Umur kehamilan dalam Cm Minggu 12 cm

  12 16 cm 16 20 cm 20 24 cm 24 28 cm 28 32 cm 32 36 cm 36 40 cm

  40

  d) pemberian tablet tambah darah Tujuan pemberian tablet Fe yaitu untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa hamil kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. Tanpa pemberian zat besi yang cukup ibu dapat mengalami anemia dan dapat menyebabkan kelahiran premature, mudah sakit, bayi mengalami berat bdan lahir rendah dan perdarahan pasca persalinan.

  Cara pemberiannya yaitu satu tablet per hari sesudah makan selama masa kehamilan dan nifas. Jika ibu dengan kadar Hb kurang dari 8 gr% maka dosisnya 1-2 x 100 mg/hari selama dua bulan sampai dengan melahirkan (Sumarni, 2011; h.21).

  e) Pemberian imunisasi tetanus toxoid Pemberian TT bertujuan untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum (Sumarni, 2011; h.21-22).

  f) Pemeriksaan Hb Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama dan menjelang persalinan yang bertujuan untuk mendeteksi dini anemia pada ibu hamil (Sumarni, 2011; h.22).

  g) Pemeriksaan protein urin Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil yang mengarah ke pre eklamsi (Sumarni, 2011; h.23).

  h) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya treponema pallidum atau penyakit menular seksual seperti sifilis (Sumarni, 2011; h.23). i) Pemeriksaan urin reduksi

  Dilakukan pemeriksaan urin reduksi hanya pada ibu dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga (Sumarni, 2011; h.23). j) Perawatan payudara

  Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang ditujukan pada ibu hamil. Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada kehamilan 6 bulan. Senam payudara dan pijat tekan payudara bertujuan untuk merangsang pembentukan air susu ibu (Sumarni, 2011; h.23-24). k) Senam ibu hamil

  Bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah persalinan, mencegah sembelit dan membantu tidur supaya lebih nyenyak (Sumarni, 2011; h.24). l) Pemberian obat malaria

  Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil di daerah endemic malaria, ibu hamil pendatang dari daerah malaria, ibu hamil dengan gejala panas tinggi disertai menggigil dan hasil darah yang positif (Sumarni, 2011; h.25). m) Pemberian kapsul minyak beryodium

  Diberikan pada kasus gangguan kekurangan yodium didaerah endemis (Sukarni, 2011; h.25). n) Temu wicara/konsling

  Bertujuan untuk membantu ibu menerima kehamilannya sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dan membantu ibu untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan (Sumarni, 2011; h.26).

  2. Persalinan

  a. pengertian 1) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Sukarni, 2013). 2) Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney,2008,h:672).

  b. Etiologi Etiologi dari persalinan adalah (Manuaba,2010,h:168).

  1) Teori keregangan 2) Teori penurunan progesteron 3) Teori oksitosin internal 4) Teori prostaglandin

  5) Teori hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis

  c. tanda mulainya persalinan 1) terjadinya his persalinan

  His persalinan memiliki cirri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan servik, makin beraktivitas kekuantannya makin bertambah

  2) pengeluaran lendir dengan darah Dengan adanya his persalinan maka akan terjadi perubahan pada servik yang menimbulkan pendataran dan pembukaan.

  Pembukaan menyebabkan kapiler pembuluh darah pecah 3) pengeluaran cairan

  Sebagian besar ketuban akan pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. (Manuaba, 2010; h.173)

  d. Tahapan persalinan 1) Kala I

  Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Pada primigravida, pembukaan 1cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam (Sukarni, 2013; h. 214-215)

  2) Kala II Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Secara umum ada beberapa hal yang dapt terjadi pada persalinan kala dua yaitu:

  a) His menjadi lebih kuat dan sering

  b) Timbul tenaga untuk meneran

  c) Perubahan dalam dasar panggul

  d) Lahirnya fetus (Sukarni, 2013; h.218) (1) Tanda dan gejala pada persalinan kala dua meliputi:

  (a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi (b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum/vagina (c) Perineum terlihat menonjol (d) Vulva vagina, spingter ani membuka (e) Meningkatnya pengeluaran lendir darah

  (Sukarni, 2013; h.220) 3) Kala III

  Kala tiga merupakan kala pelepasan plasenta yang di tandai dengan beberapa hal diantaranya a) Adanya his uri

  b) Adanya pelepasan plasenta (1) Uterus berbentuk globular (2) Perdarahan yang tiba-tiba (3) Tali pusat bertambah panjang

  (4) Fundus uteri naik

  c) Terjadi perdarahan patologi apabila lebih dari 500cc

  d) Sebab-sebab pelepasan plasenta (1) Terjadinya pengecilan Rahim yang tiba-tiba akibat retraksi dan kontraksi otot-otot Rahim (2) Plasenta lepas dari dasarnya (Sukarni, 2010; h.233)

  4) Kala IV Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling kritis bagi pasien dan bayinya .pada fase ini tubuh ibu akan melakukan adaptasi setelah persalinan agar kondisi tubuhnya stabil, sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan di luar uterus (Sulistyawati, 2010; h.177).

  Selama 2 jam pasca persalinan : Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan pendarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV.

  Jika ada temuan yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian lebih sering (Nurasiah,2012,h:180) e. Mekanisme persalinan normal

  Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun ubun kecil terletak di kiri depan, ± 23% di kanan depan, ± 11% di kanan belakang, dan ± 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan disebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rektum. (Prawirohardjo 2010;h.310) His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk kedalam rongga panggul (Prawirohardjo 2010;h.311) Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his yang berulang ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun ubun kecil di bawah simfisis, dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan (Prawirohardjo 2010;h.312) Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut turut tampak dahi, muka dan akhirnya dagu.

  Sesudah kepala lahir terjadi putaran paksi luar (Prawirohardjo 2010;h.313)

  Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya. Apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang, selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu baru diikuti bahu belakang (Prawirohardjo 2010;h.314)

  f. Prosedur asuhan persalinan normal : 1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II (ibu merasa ada dorongan untuk meneran, tekanan pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan spinger ani membuka)

  2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial 3) Memakai celemek plastik, melepaskan dan menyimpan perhiasan yang di pakai 4) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkan 5) Pakai sarung tangan steril (untuk periksa dalam) 6) Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (hindari terjadinya kontaminasi alat) 7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kasa/kapas yang dibasahi air DTT 8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

  9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik

  10) Periksa DJJ setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus (DJJ normal 120-160 x/menit) 11) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik 12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran) 13) Lakukan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran (bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif, dukung dan beri semangat, bantu untuk mengambil posisi yang nyaman, anjurkan untuk istirahat bila tidak ada kontraksi, berikan minum, menilai DJJ setiap kontraksi selesai)

  14) Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu beluma ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

  15) Letakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm 16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu 17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

  18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan 19) Setelah tampak kepala bayi 5-6 cm di vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, tangan lain menahan kepala bayi, anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal

  20) Periksa, kemungkinan ada lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

  21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan 22) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

  23) Setelah kedua bahu lahir, tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah, gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas

  24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki, pegang kedua mata kaki

  25) Penilaian segera bayi baru lahir (apakah bayi menangis kuat, bernafas tanpa kesulitan, dan bergerak aktif)

  26) Sambil menilai bayi, letakkan diatas perut ibu dan selimuti bayi (jika bayi tidak menagis, nafas megap-megap lanjutkan ke langkah resusitasi bayi)

  27) Keringkan tubuh bayi, tutupi kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat 28) Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

  29) Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik 30) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

  IU secara IM di 1/3 pada atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan) 31) Jepit tali pusat dengan klem kira0kira 3 cm dari pusat bayi.

  Mendorong isi tali pusat kearah distal dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama 32) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem tersebut.

  Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril. Lepaskan klem dalam wadah yang telah di sediakan 33) Lakukan kontak kulit bayi dengan ibunya dengan menaruh bayi diatas dada ibu untuk merangsang inisiasi menyusui dini 34) Selimuti bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering

  35) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 36) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

  37) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang- atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi presedur diatas.

  38) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso kranial).

  Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm di depan vulva dan lahirkan plasenta (jika tali pusat tidak lahir setelah 15 menit beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM, lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh, minta keluarga untuk menyiapkan rujukan, ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya, segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir, jika terjadi perdarahan lakukan manual plasenta)

  39) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan (jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DDTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian yang tertinggal)

  40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga 15 detik (fundus teraba keras)

  41) Periksa kelengkapan plasenta 42) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum 43) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam 44) Biarkan bayi diatas perut ibu 45) Menimbang berat badan dan memberikan obat tetes mata pada bayi 46) Memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi 47) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam 48) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi 49) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

  50) Memeriksa nadi dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit selama jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

  51) Memeriksa respirasi dan temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pasca persalinan 52) Tempatkan semua peralatan habis pakai dalam larutan klorin

  0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi 53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai 54) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering 55) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

  Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dam makanan yang diinginkan 56) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% 57) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dalam posisi terbalik selama 10 menit 58) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

  g. Komplikasi dalam persalinan Komplikasi yang terjadi pada masa persalinan meliputi 1) Ketuban pecah dini (KPD)

  Merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda- tanda persalinan. Factor predisposisi yang menimbulkan terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya infeksi genetalia, servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, dan disproporsi sefalo pelvik. Apabila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan induksi persalinan (Sukarni, 2013; h.251-253).

  2) Infeksi intrapartum Merupakan infeksi yang terjadi dalam persalinan atau bisa terjadi sebelum persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi karena distosia bahu, pemeriksaan dalam lebih dari dua kali, keadaan umum lemah, ketuban pecah dini, servisitis dan vaginitis. Penatalaksanaan pada perdarahan intrapartum yaitu dengan memberikan antibiotic sesuai penyebab. Dapat diberikan ampisilin 4x500 mg. persalinan diusahakan pervaginam (Sukarni, 2013; h.248-249).

  3) Atonia uteri Merupakan kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan. Uteroplasenta selama kehamilan berkisar antara 500-800 ml/menit, jika uterus tidak berkontraksi selama beberapa menit maka akan menyebabkan kehilangan darah yang banyak.

  Atonia uteri dapat di atasi dengan melakukan massase dan kompresi bimanual untuk menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan (Sukarni, 2013; h.243-244). 4) Anemia

  Merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi rendah. Hal ini dapat menyebabkan masa lah kesehatankarena sel darah merah yang mengandung hemoglobin tidak mampu memehuhi kebutuhan dalam tubuh (Proverawati, 2011;h.1-2).

  Ibu yang menderita anemia tidak mampu mentoleransi kehilangan darah pada saat persalinan karena itu bisa beakibat fatal. Anemia juga bisa meningkatkan resiko penyembuhan luka tidak segera (Prawirohardjo, 2009; h.55).

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA MASA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS, NIFAS DAN MASA ANTARA PADA Ny. D UMUR 38 TAHUN G5P2 A2 DI PUSKESMAS KEDUNG BANTENG KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 13

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN MASA ANTARA PADA NY I UMUR 25 TAHUN G3P1A1 UMUR KEHAMILAN 37 MINGGU 6 HARI DI PUSKESMAS WANGON II BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN MASA ANTARA PADA NY I UMUR 25 TAHUN G3P1A1 UMUR KEHAMILAN 37 MINGGU 6 HARI DI PUSKESMAS WANGON II BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 64

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY. S GIP0A0 DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY. I GIP0A0 DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY. I GIP0A0 DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 50

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY S UMUR 26 TAHUN G3P2A0 DI PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS FISIOLOGIS DAN MASA ANTARA (KONTRASEPSI IUD) PADA NY S UMUR 26 TAHUN G2P1A0 DI KABUPATEN BANYUMAS

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS FISIOLOGIS DAN MASA ANTARA (KONTRASEPSI IUD) PADA NY S UMUR 26 TAHUN G2P1A0 DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 91

BAB I PENDAHULUAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA MASA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS, NIFAS DAN MASA ANTARA PADA NY S UMUR 35 TAHUN G4P2A1 DI PUSKESMAS KEDUNG BANTENG KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 8