BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) a. Pengertian - MUHAMMAD AJI KURNIAWAN BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) a. Pengertian Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang

  disebabkan oleh virus bakteri termasuk nasofaringitis atau commond cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinits, nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis dan bronkiolitis atau pneumonia aspirasi (Nelson, 2002).

  b. Penyebab ISPA

  Infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyakit infeksi saluran nafas, akibat invasi infecting agents yang mengakibatkan reaksi inflamasi saluran nafas yang terlibat. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran nafas.

  Bakteri penyebab ISPA berasal dari genus streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Hemovilus, Bordetella dan corynebacterium. Virus penyebab ISPA adalah golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikomavirus, Mikooplasma, herpesvirus dan lain-lain.

  Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor yang menyebabkan terjadinya ISPA (Depkes RI, 2007) yaitu: 1) Faktor individu

  a) Status gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transporatsi, penyimapanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa, 2004).

  Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan berbagai faktor antara lain umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Masukan zat gizi yang berasal dari makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh karena konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, produktivitas kerja serta daya tubuh terhadap infeksi secara optimal (Moehji, 2004). Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam tubuh, kecenderungan kenaikan prevalensi dan insidensi pada anak dengan status gizi kurang (DepKes RI, 2007).

  b) Umur Infeksi saluran pernapasan atas dapat menyerang semua manusia baik pria maupun wanita pada semua tingkat usia, terutama pada usia kurang dari 5 tahun karena daya tahan tubuh balita lebih rentan dari orang dewasa sehingga mudah menderita ISPA. Umur diduga terkait dengan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga masih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi (Depkes RI, 2009).

  c) Jenis Kelamin Selama masa anak-anak, laki-laki dan perempuan mempunyai kebutuhan energi dan gizi yang hampir sama.

  Kebutuhan gizi untuk usia 10 tahun pertama adalah sama, sehingga diasumsikan kerentanan terhadap masalah gizi dan kunsekuensi kesehatannya akan sama pula. Sesungguhnya, anak perempuan mempunyai keuntungan biologis dan pada lingkungan yang optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,15- 1 kali lebih diatas anak laki-laki dalam hal tingkat kematian (Koblinsky, et al., 2003).

  2) Faktor perilaku

  a) Kelengkapan Imunisasi Sesuai dengan program pemerintah (Departemen

  Kesehatan) tentang Program Pengembangan Imunisasi (FPI), maka anak diharuskan mendapat perlindungan terhadap 7 jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC (BCG), difteria tetanus, batuk rejan, polimielitis, campak dan hepatitis (Depkes RI, 2009).

  b) Pemberian ASI eksklusif ASI adalah komponen yang paling utama bagi ibu dalam memberikan pemeliharaan yang baik terhadap bayinya, untuk memenuhi pertumbuhan dan perkembangan psikososialnya. Zat yang terkandung dalam ASI sangat baik untuk pembentukan antibody menurunkan kemungkinan bayi dan balita karena penyakit infeksi, batuk, pilek dan penyakit alergi (Kartasasmita, 2003).

  c) Pemberian vitamin A Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kelangsungan kesehatannya (Kartasasmita, 2003). 3) Faktor lingkungan tempat tinggal

  Lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan di sekitar yang sangat berpengaruh terhadap terwujudnya status kesehatan meliputi perilaku hidup bersih, tersedinya vetilasi yang baik dalam rumah (Noor, 2008). d) Cara Penularan (Patofisiologi) ISPA Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda yang telah dicemari virus dan bakteri penyebab ISPA

  (hand to hand transmisssion) dan dapat juga ditularkan melalui udara tercemar (air borne disease) pada penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit melalui sekresi berupa saliva atau sputum.

  e) Penatalaksanaan ISPA Menurut Depkes RI (2007), pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting untuk dilakukan bagi penderita

  ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut: 1) Pemeriksaan

  Pemeriksaan artinya memperoleh inforamsi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, inspeksi nafas anak diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya agar selama pemeriksaaan anak tidak menangis karena bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas anak.

  2) Pengobatan Bila batuk dapat diberikan obat batuk tradisional (jeruk nipis dan kecap) atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti dekstrametorfan dan antihistamin. Bila demam berikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

  3) Perawatan di rumah Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.

  a) Mengatasi panas (demam) Untuk mentagsi anak usia 2 bulan samai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres (tidak perlu air es), bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.

  b) Mengatasi batuk Dianjurkan memberikan obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan 3x sehari.

  c) Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya. d) Pemberian minuman Berikan munuman/cairan (air putih, air buah) lebih banyak dari biasanya karena banyak minum bisa membantu mengencerkan dahak. Kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

  e) Lain-lain Pada anak dengan kondisi demam tidak dianjurkan untuk mengenakan pakaian atau selimut yang teralalu tebal dan rapat. Jika pilek, bersihkan hidung dengan kain bersih dan tissue, kemudian ajarkan anak untuk tidak menggunakan barang milik orang lain, terutama peralatan makan dan minum, sapu tangan, serbet, handuk. Ajarkan anak untuk menutup mulut dengan tissue saat batuk atau bersin. Jaga kebersihan rumah terutama kamar mandi dan dapur. Untuk penderita ISPA yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2-3 hari anak dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

  f) Pencegahan ISPA Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga keadaan gizi agar anak tetap baik, imunisasi dasar lengkap, menjaga kebersihan, mencegah anak untuk berhubungan dengan anak penderita ISPA, membiasakan mencuci tangan teratur menggunakan air dan sabun terutama setelah kontak dengan penderita ISPA, dan upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/rumah (Depkes RI, 2007).

  g) Komplikasi ISPA Menurut Wong & Whaley (2005), penyakit ISPA apabila tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti: 1) Bronchitis 2) Bronco pneumonia 3) Kematian

  Konsultasikan ke dokter jika: 1) Bayi < 3 bulan 2) Deman > 72 jam 3) Batuk > 1 minggu atau batuk hebat dmuntah-muntah 4) Rewel dan letargi (kesadaran menurun) 5) Sesak napas atau tampak kebiruan sekitar bibir dan mulut 6) Jarang buang air kecil atau tidak mau minum 7) Dahak ada darahnya 2.

   Sikap (attitude) a. Pengertian

  Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isue (Azwar, 2005).

  Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

b. Komponen sikap

  Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar, 2005): 1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

  2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh- pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen sikap afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. 3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang dan berisi tendesi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

c. Tingkatan sikap

  Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2003): 1) Menerima (receiving)

  Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan situmulus yang diberikan (objek).

  2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

  3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dan sebagainya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggungjawab (responsible)

  Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menajdi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

  Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain (Notoatmodjo, 2003): 1) Pengalaman pribadi

  Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

  Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.

  3) Pengaruh kebudayaan Tanda disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu- individu masyarakat asuhannya.

  4) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainn nya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap masyarakat. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

  Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

  6) Faktor emosional Kadangkalan, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).

e. Sikap pencegahan ISPA

  Keadaan fisik sekitar manusia berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak terhadap lingkungan- lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimia) melalui udara, kelembaban, air dan pencemaran udara. Berkaitan dengan ISPA adalah termasuk air

  borne disease karena salah satu penularannya melalui udara yang

  tercemar dan masuk kedalam tubuh melalui sarluran pernapasan, maka udara secara epidemologi mempunyai peranan penting yang besar pada transmisi penyakit infeksi saluran pernapasan.

  Perkembangan timbulnya penyakit menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah sejak lama sudah diperkirakan pengaruh lingkungan terhadap terjadinya penyakit. Apabila dilihat dari segi ilmu lingkungan, penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya (Soemirat, 2007).

  Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu induk semang (host), agen penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Ketiga faktor tersebut akan berinteraksi dan menimbulkan hasil positif maupun negatif. Hasil interaksi akan menimbulkan keadaan sehat sedangkan interaksi yang negatif akan memberikan keadaan sakit.

  Kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi oleh asap dalam ruangan yang bersumber dari perokok, penggunaan bahan bakar kayu atau arang atau asap atau asap dan debu kendaraan. Disamping itu ditentukan oleh ventilasi, kepadatan penghuni, suhu ruangan, kelembaban, penerangan alami, jenis lantai, dinding, asap, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah, ketersediaan air bersih dan debu (polutan).

f. Pengukuran sikap

  Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau dialaminya. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah: Pernyataan positif dan skoring Pernyataan negatif dan skoring Sangat Setuju : SS 4 Sangat Setuju : SS 1 Setuju : S 3 Setuju : S 2 Tidak Setuju : TS 2 Tidak Setuju : TS 3 Sangat Tidak Setuju : STS 1 Sangat Tidak Setuju : STS 4 3.

   Pengetahuan (knowledge) a. Pengertian

  Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

b. Tingkatan Pengetahuan

  Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior ).

  Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni : 1) Tahu (know)

  Didefinisikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application)

  Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)

  4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation)

  Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Faktot-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : 1) Tingkat Pendidikan

  Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan diperoleh dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang pada pola hidup terutama dalam memotivasi. Sikap berperan aktif dalam pekembangan kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang lebih mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pendidikan yang dimiliki. 2) Paparan media masa atau informasi

  Melalui berbagai media cetak maupun elektronik berbagai inforamsi dapat diterima oleh masyarakat. Sehingga seseorang yang lebih terpapar media massa (televisi, radio, majalah, pamflet dan lain-lain) akan memeproleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi, Paparan media ini berarti mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.

  3) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. 4) Ekonomi

  Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan termasuk kebutuhan sekunder.

  5) Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial, memenuhi kebutuhan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan.

  6) Pengalaman Pengalaman seorang individu suatu hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan. Misalnya: saling mengikuti kegiatan yang mendidik seperti seminar. Organisasi dapat memperluas jangkauan pengalaman karena berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

4. Pendidikan Kesehatan a. Definisi Pendidikan Kesehatan

  Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang dierencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain), output (melakukan sesuatu yang diharapkan atau perilaku (Notoatmodjo, 2005).

  Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri maunisa) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain : sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

  Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek baik individu, kelompok masyarakan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan kesehatan umum dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang diinginkan.

b. Metode Pendidikan Kesehatan

  Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan keseahtan kepada masyarakat dan kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapakan dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui proses belajar mengajar dengan metode satu arah atau dua arah. Metode dua arah lebih banyak memberikan keuntungan karena intensitas kegiatan antara pihak yang belajar dan pengajar adalah seimbang, yaitu ada komunikasi timbal balik antara keduanya. Metode satu arah diantaranya adalah ceramah, siaran, pemutaran film, poster, leaflet. Metode dua arah yang sering dipergunakan dalam pendidikan kesehatan diantaranya adalah diskusi, seminar, demonstrasi, studi kasus dan belajar berdasarkan masalah (Notoatmodjo, 2010).

  Suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku dipengaruhi oleh banyaknya faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya dan alat-alat bantu/peraga. Agar dicapai hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.

  Metode pendidikan individual (perorangan). Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk: a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

  b) Wawancara Metode pendidikan kelompok. Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

  a) Kelompok besar (1) Ceramah; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (2) Seminar: hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggapp penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

  b) Kelompok kecil (1) Diskusi kelompok; dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta. (2) Curah pendapat (brain storming ); merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan. Tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi. (3) Bola salju (snow balling); tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasan yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

  (4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group ): kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya. (5) Memainkan peranan (role play): beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memankan peranana tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan.

  Sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam menjalankan tugas.

  (6) Permainan simulasi (simulation game); merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah) dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lain berperan sebagai nara sumber. Metode pendidikan massa pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa.

c. Media Pendidikan kesehatan.

  Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3: cetak, elektronik, media papan (billboard). 1) Media cetak

  a) Booklet: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar b) Leaflet: melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa digambar/tulisan atau keduanya c) Flyer (selebaran): seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

  d) Flip chart (lembar balik): pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

  e) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. f) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan- pesan/informasi kesehatan, yang bisanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum g) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

  2) Media elektronik

  a) Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, spot, quiz atau cerdas cermat

  b) Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll c) Video Compct Disc (VCD)

  d) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan e) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan

  3) Media papan Media papan (bill board) yang dipasang id tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi- informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo, 2003) h) Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Pengetahuan tentang ISPA Merujuk pada pengertian pendidikan kesehatan menurut yang dimaksud

  Presidents Committee on Health Education

  dengan pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan yang mampu memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tadi agar mereka menjadi lebih sehat dengan cara menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang mengganggu kesehatan serta membentuk kebiasaan hidup yang bermanfaat bagi kesehatan.Hasil penelitian Imelda (2009) tenteng efektivitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler di rumah sakit umum Zainal Abidin Banda Aceh menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada pengetahuan ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler sebelum dan setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan klien maupun keluarga klien. i) Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Sikap

  Pendidikan kesehatan adalah behaviaroal jangka panjang sebagai suatu proses perubahan perilaku pada diri seseorang. Dalam waktu yang pendek (intermediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu program yang membawa perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Sikap individu biasanya akan berubah setelah mendapatkan informasi, demikian juga diharapkan pada masyarakat yang telah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ISPA. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Yurika (2009) tentang efektivitas pendidikan terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam pemantauan perkembangan balita di Kelurahan Sukarman Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh bahwa ada peningkatan yang signifikan dan sikap positif. Hasil penelitian Imelda (2009) tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap serta keterampilan ibu dalam memantau perkembangan balita sebelum dilakukan intervensi yaitu dari 31,3% menjadi 62,5%.

B. Kerangka Teori

  3. Faktor lingkungan

  Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit ISPA

  Pendidikan Kesehatan

  

Pengetahuan

dan sikap

masyarakat

Pencegahan penyakit ISPA

  2. Ceramah

  1. Diskusi kelompok

  Pendidikan Kesehatan: Metode:

Gambar 2.1. Kerangka Teori

  Sumber: Notoatmodjo (2007) dan DepKes RI (2007) C.

  1. Faktor individu

  Penyebab ISPA:

  Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang upaya pencegahan penyakit ISPA di Dusun Kedungjati Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang ISPA.

   Hipotesis

Gambar 2.2. Kerangka Konsep D.

   Kerangka Konsep

  2. Faktor perilaku