KAJIAN TEMATIS Al-QUR’AN DAN HADITS TENTANG KEPEMIMPINA

  

J-PAI: Jurnal Pendidikan Agam a Islam p-ISSN 2355-8237

Vol. 3 No. 1 Juli-Desem ber 2016 e-ISSN 2503-300X

KAJIAN TEMATIS Al-QUR’AN DAN HADITS TENTANG

KEPEMIMPINAN

  

Devi Pramitha

  Fakultas Ilmu Tar biyah dan Kegur uan UIN MALIKI Malang e-mail: phe2_90@yahoo.co.id

  

Abstr act: Leader s and leader ship ar e tw o inter r elated pr oblems of

daily life in societ y, or ganization, nat ion and state. The development

level of society, or ganizations and nations and countr ies influenced

by the leader s and leader ship. Islam itself as a r eligion r ahmatan lil

'Alamin also put the issue of leader s and leader ship as one of the

major issues in his teaching. In the Qur 'an and Hadith leader ship

gets a shar e of the discussion is not small, many ver ses of t he Kor an

and the hadiths of the Pr ophet w ho Membincang about leader ship.

In the Islamic concept itself, leader ship can be defined as a concept

of inter action, r elationships, pr ocesses of author ity, influence

activit ies, dir ects and coor dinates both hor izontally and ver tically.

  Keywords: leader ship, al-Qur ’an, hadith

Abstrak: Pemimpin dan kepemimpinan mer upakan dua

per soalan kesehar ian yang saling ber kaitan dalam kehidupan

ber masyarakat, ber or ganisasi, ber bangsa dan ber negar a. Maju

dan mundur nya masyar akat, organisasi maupun bangsa dan

Negara dipengar uhi oleh para pemimpin dan kepemimpinannya.

Islam sendir i sebagai agama r ahmatan lil ‘alamin juga

menempatkan per soalan pemimpin dan kepemimpinan sebagai

salah satu per soalan pokok dalam ajar annya. Dalam al-Qur ’an dan

Hadits kepemimpinan mendapatkan por si bahasan yang tidak

sedikit, banyak ayat-ayat al-Qur ’an maupun hadits-hadits Nabi

yang membincang tentang kepemimpinan. Dalam konsep Islam

sendir i, kepemimpinan dapat diar tikan sebagai sebuah konsep

inter aksi, r elasi, pr oses otor itas, kegiatan mempengar uhi,

mengar ahkan dan mengkoor dinasi baik secar a hor izontal dan

ver tikal.

  Kata-Kata Kunci: kepemimpinan, al-Qur ’an, hadits

Pendahuluan

  Secar a univer sal, manusia adalah makhluk Allah yang memiliki potensi kemakhlukan yang paling bagus, mulia, pandai, dan cer das. Mer eka mendapatkan keper cayaan untuk menjalankan dan mengembankan titah-titah amanat-Nya ser ta memper oleh kasih sayang-Nya yang sempur na (al-Banjar i, 2008: 21) . Hal itu disebabkan kar ena Allah SWT telah menciptkan manusia sebagai

  

mast er piece dar i selur uh ciptaan-Nya. Sampai gelar ahsani t aqwim

  (sebaik-baiknya ciptaan) pun dianuger ahkan kepada manusia, sebagaimana yang ter tulis pada Sur at At-Tin: 4 yang ber bunyi:

  ٍﻢﯾِﻮْﻘَﺗ ِﻦَﺴْﺣَأ ﻲِﻓ َنﺎَﺴْﻧﻹا ﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ْﺪَﻘَﻟ “Telah kami cipt akan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

  Sebagai w ujud dar i ciptaan Allah SWT yang memiliki kesempur naan, manusia hidup di dunia setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jaw ab yang besar . Per t ama, manusia sebagai seor ang

  QS. Adz-Zariyat : 56)

  hamba (‘abdullah) ( yang memili ki kew ajiban untuk memper banyak ibadah kepada Allah sebagai bentuk tanggung jaw ab

  

‘ubudiyah ter hadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, manusia

QS. Al-Baqarah: 30)

  sebagai seor ang pemimpin (khalifat ullah) ( yang memiliki jabatan sebagai pengganti Allah dalam mengur us

  ilahiyah

  selur uh alam. Dalam ar tian, manusia sebagai khalifah di muka bumi memiliki kew ajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan per baikan dan tidak membuat ker usakan, baik untuk dir inya maupun QS. Al-A’raf: 56). untuk makhluk yang lain (

  Pemimpin dan kepemimpinan mer upakan dua per soalan kesehar ian yang saling ber kaitan dalam kehidupan ber masyar akat, ber or ganisasi, ber bangsa dan ber negar a. Maju dan mundur nya masyar akat, or ganisasi maupun bangsa dan Negara dipengar uhi oleh par a pemimpin dan kepemimpinannya. Per soalannya adalah beber apa or ang ber pendapat bahw a kepemimpinan itu tidak dapat dipelajar i . Kar ena menur ut mer eka kepemimpinan itu adalah suatu bakat yang diper oleh sebagai kemampuan istimew a yang dibaw a sejak lahir . Sehingga sebagian or ang mengatakan majunya or ganisasi maupun bangsa dan Negar a dipengar uhi oleh keber untungan seor ang yang memiliki bakat alami kepemimpinan yang luar biasa, sehingga ia memiliki khar isma dan kew ibaw aan sebagai seor ang pemimpin.

  Namun dalam per kembangannya pemikir an ter sebut lambat laun mengalami per geser an par adigma yang mengatakan bahw a kepemimpinan itu ter jadi secar a ilmiah ber samaan dengan per tumbuhan seseor ang. Seor ang ilmuan Fr eder ick W. Taylor pada aw al abad ke-20 menjadi pelopor atas pemikir an ter sebut yang dikemudian har i kepemimpinan ber kembang menjadi satu disiplin ilmu (Kar tini, 1998: 47). Islam sendir i sebagai agama

  r ahmat an lil

  juga menempatkan per soalan pemimpin dan kepemimpinan

  ‘alamin sebagai salah satu per soalan pokok dalam ajar annya. Dalam al-Qur ’an dan Hadits kepemimpinan mendapatkan por si bahasan yang tidak sedikit, banyak ayat-ayat al-Qur ’an maupun hadits-hadits Nabi yang membincang tentang kepemimpinan.

  Begitu pulan halnya dengan kepemimpinan pendidikan, yang dalam hal ini biasa kita sebut dengan kepala sekolah/ madr asah. Kepala sekolah/ madr asah mer upakan faktor pengger ak, penentu ar ah kebijakan sekolah/ madr asah yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah/ madr asah dan pendidikan pada umumnya. Kepala sekolah/ madr asah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kiner ja. Melihat penting dan str ategisnya posisi kepala sekolah/ madr asah dalam mew ujudkan tujuan sekolah, maka sehar usnya kepala sekolah/ madr asah har us mempunyai nilai kemampuan public r elat ion yang baik dengan segenap w ar ga di sekolah/ madr asah, sehingga tujuan sekolah/ madr asah dan tujuan pendidikan ber hasil dengan optimal. Ibar at nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengar ungi samudr a, kepala sekolah/ madr asah mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah/ madr asah ter sebut.

  Oleh kar ena itu mengetahui konsep kepemimpinan dalam per spektif al-Qur ’an dan Hadits menjadi salah satu tugas yang sangat penting, sehingga penulis mencoba untuk mengkaji istilah/ tema yang ber hubungan dengan kepemimpinan pendidikan, baik yang ada pada ayat-ayat al-Qur ’an maupun hadits-hadist Nabi Muhammad SAW dar i segi ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Ontologi Kepemimpinan

  Menjadi makhluk ciptaan Allah yang paling sempur na membuat manusia memiliki beban ber at yang har us ditanggungnya di muka bumi. Tujuan Allah menciptakan manusia beser ta kesempur naanya tidak lain kar ena manusia pada dasar nya adalah seor ang pemimpin atau yang biasa kita sebut dengan istilah

  

khalifat ullah fil ar dh (w akil Allah SWT di muka bumi), sebagaimana

  fir man Allah dalam al-Qur ’an Sur at al-Baqar ah: 30 yang ber bunyi:

  

             

            

   

  “Dan (ingat lah) ket ika Tuhanmu ber fir man kepada par a

Malaikat , "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi". Mer eka ber kat a,

"Apakah Engkau hendak menjadikan or ang yang mer usak dan

menumpahkan dar ah di sana, sedangkan kami ber t asbih memuji-Mu

dan menyucikan nama-Mu?". Dia ber fir man, “Sungguh, Aku menget ahui

apa yang t idak kamu ket ahui."

  Ayat ter sebut di atas memer intahkan Nabi Muhammad SAW untuk meningat apa yang pernah disampaikan Allah SWT kepada par a Malaikat-Nya. Hal ini seklaigus sebuah isyar at bagi Nabi untuk menyampaikan dan mengingatkan kembali umatnya tentang tugas yang per nah dibebankan kepada manusia pada aw al penciptaannya. Menur ut Muhammad Ali al-Shabuni dalam kitab tafsir nya

  (1999: 48)

  mengatakan bahw a

  Shafwah al-Tafasir : Tafsir li al-Qur ’an al-Kar im

  r encana penciptaan dan pengangkatan seor ang khalifah di muka bumi yang dimaksudkan untuk menggantikan peran Allah dalam melaksanakan hukum-hukum-Nya adalah Nabi Adam a.s dan juga kaum-kaum sesudahnya yang sebagian menggantikan sebagian lainnya dalam kur un w aktu dan gener asi yang ber beda .

  M. Qur aish Shihab (172-173) dalam Tafsir al-Misbah juga menjelaskan makna khalifah sebagai yang menggant ikan atau yang

  

dat ang sesudah siapa yang dat ang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang

  memahami kata khalifah ber ar ti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan mener apkan ketetapan-ketetapan- Nya, tetapi hal ini bukan br er ar ti kar ena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia ber kedudukan sebagai Tuhan, namun lebih kar ena Allah ber maksud menguji manusia dan member inya penghor matan.

  Sehingga dar i ayat diatas ter lihat bahw a Allah memakai istilah

  

khalifah yang sangat er at kaitannya dengan kepemimpinan. Oleh

  kar ena itu, per soalan kepemimpinan sejatinya telah ada sejak penciptaan manusia masih dalam r encana Allah SWT. Ayat ini mengisyar atkan bahw a khalifah (pemimpin) adalah pemegang mandat Allah SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di muka bumi .

  Kar ena manusia ter lahir sebagai maka tugas

  khalifah fil ar dh,

  selanjutnya adalah menggali potensi kepemimpinannya yang ber tujuan member ikan pelayanan ser ta pengabdian yang diniatkan semata-mata kar ena amanah Allah, yaitu dengan car a memainkan per annya sebagai pembaw a r ahmat bagi alam semesta (Tasmar a:

  

163). Oleh kar ena itu kepemimpinan bagi semua manusia bukanlah

  pilihan, melainkan sebagai suatu kehar usan kar ena dengan takdir nya manusia telah diber i amanah sebagai seor ang pemimpin. Seor ang pr esiden menjadi pemimpin bagi r akyatnya, seor ang dir ektur menjadi pemimpin bagi staff dan kar yaw annya, seor ang ketua menjadi pemimpin anggotanya, seor ang gur u menjadi pemimpin bagi mur id- mur idnya, seor ang ayah menjadi pemimpin bagi keluar ganta, bahkan setiap manusia menjadi pemimpin bagi dir inya sendir i.

  Dalam konsep Islam sendir i, kepemimpinan dapat diar tikan sebagai sebuah konsep inter aksi, r elasi, pr oses otor itas, kegiatan mempengar uhi, mengar ahkan dan mengkoor dinasi baik secar a hor izontal dan ver tikal. Yang kemudian dalam teor i manajemen, fungsi pemimpin sebagai per encana dan pengambil keputusan (planning and

  

decision maker ), pengorganisasi (or ganizat ion), kepemimpinan dan

  motivasi (leading and mot ivat ion), pengaw asan (cont r olling), dan lain- lain (Fakih dkk., 2001: 3-4). Dalam al-Qur ’an Sur at Shad: 26 Allah SWT ber fir man:

  

            

               

  

  “(Allah ber fir man), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami

jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka ber ilah keput usan (per kar a)

di ant ar a manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikut i hawa

nafsu, kar ena akan menyesat kan engkau dar i jalan Allah. Sungguh,

or ang-or ang yang sesat dar i jalan Allah akan mendapat azab yang

ber at , kar ena mer eka melupakan har i per hit ungan.”

  Ayat ter sebut mengisyar atkan bahw a salah satu tugas dan kew ajiban utama seor ang khalifah adalah menegakkan supr emasi hukum secar a al-Haq. Seor ang pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti haw a nafsu. Kar ena tugas kepemimpinan adalah tugas fi sabilillah dan kedudukannyapun sangat mulia. Sehingga dapat disimpulkan bahw a kepemimpinan dalam per spektif Islam adalah suatu kegiatan atau kemampuan or ang lain untuk mengar ahkan dan memotivasi tingkah laku or ang lain, ser ta ada usaha ker ja sama yang sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur ’an dan Al- Hadits untuk mencapai tujuan yang diinginkan ber sama.

  Ada beber apa ter m yang sudah lazim dipakai dalam khazanah Islam dalam hal kepemimpinan, yaitu: khalifah, ulul amr i, imam dan

  

malik. Khalifah sebagaimana didefinisikan oleh Ibnu Khaldun memiliki

  dua tuntutan kemaslahatan dunia dan akhir at. Dalam satu sisi, pemimpin mer upakan pengganti kepemimpinan yang mendapat mandate dar i langit setelah Rasul tiada. Sedangkan pada sisi yang lain, pemimpin mengatur manusia di bumi yang bar ang tentu r asionalitas pemimpin har us ber jalan dengan kondisi objektif di bumi (Bahar uddin dan Umiar so, 2012: 82) .

  Istilah ulul amr i dapat diartikan sebagai pemilik kekuasaan dan pemilik hak untuk memer intahkan sesuatu. Seseor ang yang memiliki kekuasaan untuk memer intahkan sesuatu ber ar ti yang ber sangkutan memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengendalikan keadaan

  

(Salim, 2004: 231) . Di dalam al-Qur ’an Sur at An-Nisa’: 83

  mengidentifikasi akan eksistensi kepemimpinan yang sangat ter kait dengan kepemimpinan Tuhan dan Rasul-Nya sehingga setelah Nabi w afat maka sebagai r ujukan dalam menghadapi masalah ser ta

  ulil amr i menjadi kew ajiban untuk selalu ditaati.

  Selanjutnya, kata yang ber akar dar i hur uf dan

  imam hamzah

  kedua hur uf ter sebut mempunyai banyak ar ti, diantar anya ialah

  mim,

  pokok, tempat kembali, jama’ah, w aktu dan maksud (Zakar iyya,

  

1989: 21) . Par a ulama mendefinisikan kata imam sebagai setiap or ang

  yang dapat diikuti dan ditampilkan ke depan dalam ber bagai per masalahan. Sedangkan untuk ter m al-Malik ber makna seseor ang yang mempunyai kew enangan untuk memer intahkan sesuatu dan melar ang sesuatu dalam kaitan dengan sebuah pemer intahan

  (Zakar iyya, 1989: 351) .

  Sehingga inti dar i pada ter m-ter m kepemimpinan di atas mengandung per samaan pada r anah menuntun atau memobi lisasi sejumlah manusia untuk mencapai tujuan ber sama yang dir idhai oleh Allah SWT. Ar tinya, ter m-ter m ter sebut ber muar a pada pengabdian manusia ter hadap Sang Pencipta-nya dalam menggapai kebahagiaan dunia dan akhir at. Dalam hal ini, Islam mengar ahkan kepemimpinan pada pr insip-pr insip kepemimpinan Islam, yaitu amanah, adil, syur a (musyaw ar ah), dan amr ma’r uf nahi munkar yang har us diaplikasikan dalam per ilaku kepemimpinan.

  Dalam keter angan yang lain (Rivai dan Ar ifin, 2009: 136) disebutkan salah satu pr insip kepemimpinan Islami adalah: Per t ama, ber pegang teguh amanah sebagaimana ditegaskan dalam Sur at Al-Hajj Ayat 41:

  

           

       “(Yait u) or ang-or ang yang jika Kami ber i kedudukan di bumi,

mer eka melaksanakan shalat , menunaikan zakat , dan menyur uh

ber buat yang makr uf dan mencegah dar i yang mungkar ; dan kepada

Allah-lah kembali segala ur usan”.

  Kedua, melaksanakan amar al-makr uf dan nahyu al-munkar sebagaimana dalam Sur at Ali Imr an ayat 110:

  

          

            

 

  “

  Kamu (umat Islam) adalah umat yang t er baik yang dilahir kan

untuk manusia, (kar ena kamu) menyur uh (ber buat) yang makr uf, dan

mencegah dar i yang mungkar , dan ber iman kepada Allah. Sekir anya Ahli

Kit ab ber iman, t entulah it u lebih baik bagi mer eka. Di ant ar a mer eka

ada yang ber iman, namun kebanyakan mer eka adalah or ang-or ang

fasik”.

  Sehingga ber pijak dar i kedua ayat di atas bahw a pr insip yang har us dipegang oleh seor ang pemimpin dalam pandangan al-Qur ’an adalah pemimpin har us ber pegang teguh pada amanah yang diembannya dan juga senantian ber -

  amar ma’r uf nahi munkar .

Epistemologi Kepemimpinan

  Islam adalah agama sekaligus sebagai sebuah sistem kehidupan

  

(Way of Life), yaitu sistem yang menggabungkan antar a ibadah dan

  siyasah politik), kar ena per anannya dalam kehidupan manusia bukan sekedar untuk member i petunjuk saja, tetapi juga untuk member ikan pengar uh dan mengaplikasikan ajar an-ajar annya dalam semua aspek kehidupan manusia. Seor ang muslim tidak dapat mengatur kehidupannya sesuai dengan atur an Islam kecuali jika ada masyar akat yang menaunginya, pemimpin yang melindunginya sehingga ter jaminlah keamanan dir i dan agamanya. Itulah sebabnya kepemimpinan dalam Islam mer upakan pr insip yang sangat penting dan mendasar bahkan dianggap sebagai kew ajiban.

  Ada ungkapan yang menyatakan bahw a agama adalah asas sedangkan kekuasaan adalah penjaga, sesuatu yang tidak mempunyai asas akan r untuh dan yang tidak mempunyai penjaga akan hilang. Ungkapan yang masyhur menyebutkan:

  نآﺮـﻘﻟﺎﺑ عﺰـﯾ ﻻﺎـﻣ نﺎﻄـﻠـﺴﻟﺎﺑ عﺰـﯾ ﮫّﻠـﻟا نإ “Sesunggunya Allah mencegah dengan kekuat an penguasa, apa yang t idak dapat dicegah dengan al Qur ’an”.

  Maksudnya bahw a pelanggar an dan penyimpangan yang dilakukan oleh manusia tidak dapat dikontr ol dan diaw asi melainkan dengan kekuasaan, sedangkan al-Qur ’an mer upakan konsep undang- undang yang membutuhkan penetapan hukum dan pener apan

  

(enfor cement of t he law) oleh pihak pemer intah. Oleh sebab itu

  kepemimpinan dalam kehidupan masyar akat mer upakan kebutuhan yang diw ajibkan oleh Islam, kar ena per anan agama dalam kehidupan manusia bukan sebatas member i petunjuk untuk melur uskan aqidah, tetapi juga ber fungsi untuk mengatur kehidupan mer eka sesuai dengan manhaj Allah dan syar iat-Nya.

  Hal ini tidak mungkin dapat terw ujud tanpa adanya kekuasaan yang menjalankan hukum-hukum syar iat dalam kehidupan manusia. Setiap Nabi dan r asul yang diutus oleh Allah S.W.T. kepada ummat manusia telah diber ikan manhaj dan syar iat untuk dilaksanakan dan bukan sekedar dibaca dan dipelajar i saja. Ini ber ar ti bahw a tegaknya kepemimpinan dan pemer intahan ter masuk tugas par a nabi dan r asul dalam r angka memudahkan ter laksananya hukum dan syar iat Allah S.W.T. Allah Subhanahu w a Ta’ala ber fir man:

  ﱢﻖَﺤْﻟﺎِﺑ ِسﺎﱠﻨﻟا َﻦْﯿَﺑ ْﻢُﻜْﺣﺎَﻓ ِضْرَﺄْﻟا ﻲِﻓ ًﺔَﻔﯿِﻠَﺧ َكﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ ﺎﱠﻧِإ ُدوُواَدﺎَﯾ “Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah

(penguasa) di muka bumi, maka ber ilah keput usan (per kar a) di ant ar a manusia dengan adil.” Islam sebagai r isalah ter akhir dan syar iat yang sempur na, tidak mungkin dapat ter w ujud tanpa diser tai dengan tegaknya pr insip- pr insip atau dasar -dasar negar a yang akan mew ujudkan tujuan ajar an Islam ini melalui pelaksanaan undang-undang di kalangan umat manusia. Allah SWT ber fir man:

  ُﮫﱠﻠﻟا َكاَرَأ ﺎَﻤِﺑ ِسﺎﱠﻨﻟا َﻦْﯿَﺑ َﻢُﻜْﺤَﺘِﻟ ﱢﻖَﺤْﻟﺎِﺑ َبﺎَﺘِﻜْﻟا َﻚْﯿَﻟِإ ﺎَﻨْﻟَﺰﻧَأ ﺎﱠﻧِإ “Sesungguhnya Kami t elah menur unkan Kit ab kepadamu (wahai

Muhammad) dengan membawa kebenar an, supaya engkau mengadili di

ant ar a manusia dengan apa yang t elah Allah wahyukan kepadamu”.

  Pemer intahan (gover nment ) dan kepemimpinan bagi suatu umat (masyar akat) sangat penting kar ena mer upakan fitr ah dan tuntutan kehidupan sosial umat manusia. Hal ini telah dipahami oleh Rusulullah s.a.w . bahkan tanpa membatasi pentingnya kepemimpinan pada komunitas yang besar saja tetapi juga dalam komunitas yang kecil. Dar i Abu Hur air ah Rasulullah s.a.w . ber sabda:

  ﻢـھﺪـﺣأ اوﺮـّﻣﺆـﯿﻠـﻓ ﺮـﻔـﺳ ﻰﻓ ﺔﺛﻼﺛ جﺮـﺧ اذإ “Apabila t iga or ang dalam per jalanan maka hendaklah mer eka mengangkat salah seor ang di ant ar a mer eka sebagai pemimpin”.

  Dengan demikian, sangat jelas bahw a kepemimpinan dalam kehidupan ber masyar akat har us ter w ujud. Imam al Maw ar di menyatakan dalam kitabnya al- “Lembaga kepala

  • negar a dan pemer int ahan diadakan sebagai penggant i fungsi kenabian

    dalam menjaga agama dan mengat ur kehidupan dunia. Pengangkat an

    kepala negar a unt uk memimpin umat Islam adalah wajib menur ut ijma’

    (consensus).” Dalam konteks ini menur ut Ibnu Taimiyah, mengatur

  Ahkām al Sultāniyah:

  ur usan umat manusia ter masuk kew ajiban agama yang besar , bahkan tidak mungkin agama dan dunia dapat ditegakkan jika tidak ada pemer intahan. Sesungguhnya kemaslahatan manusia tidak mungkin dicapai kecuali mer eka hidup ber masyar akat, dalam masyar akat itu mer eka saling membutuhkan antar a satu dengan yang lain sehingga membutuhkan seor ang pemimpin.

  Dalam masalah yang sama Ibnu Khaldun menyatakan:

  

“Pengangkat an imam (pemimpin) adalah wajib, kewajiban t er sebut

ber dasar kan ijma’ par a sahabat dan t abi’in. Kar ena ket ika Rasulullah

s.a.w. wafat , par a sahabat beliau seger a membaiat Abu Bakar (r .a.) dan

  

menyer ahkan segala ur usan mer eka kepadanya. Demikian pula pada

set iap zaman set elahnya, umat Islam t idak per nah dibiar kan dalam

ket idakat ur an pada suatu masa. Hal ini t elah menjadi ijma’ yang

menunjukkan wajibnya mengangkat pemimpin”.

Aksiologi Kepemimpinan

  Dalam kehidupan ber masyar akat yang mengenal per adaban, selalu ada suatu komunitas yang di dalamnya har us ter dapat seor ang pemimpin dan or ang-or ang yang dipimpin. Namun, faktanya ser ing kali dalam hal kepemimpinan menimbulkan per masalahan ter sendir i ter utama pada aspek kr iter ia seor ang pemimpin. Per tanyaan yang kemudian ser ing muncul adalah bagaimana mendapatkan seor ang calon pemimpin yang sadar akan posisinya sebagai pemimpin yang memiliki makna bahw a pemimpin itu adalah pelayan bagi or ang-or ang yang dipimpinnya.

  Beber apa hadits Nabi pun kemudian menjelaskan tentang syar at-syar at mutlak yang har us dimiliki oleh seor ang pemimpin yang betul-betul ber kualitas. Gambar an hadits Nabi tentang kriter ia kepemimpinan antar a lain sebagai ber ikut:

  1. Memiliki Jiw a Kepemimpinan Sebuah hadits yang dir iw ayatkan oleh Ahmad bin dengan tegas menjelaskan

  Hanbal (1419 H./ 1998 M.: 183)

  tentang jiw a kepemimpinan yang har us dimiliki oleh seor ang pemimpin, yaitu:

  اﻮُﻤِﺣْﺮُﺘْﺳا اَذِإ ﺎَﻣ َﻚِﻟَذ ُﻞْﺜِﻣ ْﻢُﻜَﻟَو ﱞﻖَﺣ ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ ْﻢُﮭَﻟَو ٍﺶْﯾَﺮُﻗ ْﻦِﻣ ُﺔﱠﻤِﺋَﻷا ْﻢُﮭْﻨِﻣ َﻚِﻟَذ ْﻞَﻌْﻔَﯾ ْﻢَﻟ ْﻦَﻤَﻓ ،اْﻮﱠﻓَو اوُﺪَھﺎَﻋ اَذِإَو ،اﻮُﻟَﺪَﻋ اﻮُﻤَﻜَﺣ اَذِإَو ،اﻮُﻤِﺣَر َﻦﯿِﻌَﻤْﺟَأ ِسﺎﱠﻨﻟاَو ِﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻟاَو ِﷲا ُﺔَﻨْﻌَﻟ ِﮫْﯿَﻠَﻌَﻓ

  “Par a pemimpin it u adalah dar i suku Qur aisy. Sesungguhnya mer eka mempunyai hak at as kamu dan kamu juga mempunyai hak yang sama at as mer eka, selagi mer eka dimint a mengasihi, maka mer eka akan mengasihi, jika ber janji mer eka akan menepat i (janji it u) dan jika menghukum mer eka ber laku adil. Maka bar ang siapa di ant ar a mer eka yang t idak ber buat hal yang demikian, maka laknat Allah, malaikat dan manusia selur uh at as mer eka”.

  Secar a l ahi r i ah hadi t s di at as memang m engat ak an bahw a kep emi mpi n an har us di pegang or ang-or ang Qur ai sy, bahkan ji ka ada or ang yang m eyaki n i kebol ehan kepemi mpi nan di l uar suk u Qur ai sy, i a t er m asuk or ang yang sesat dan k el uar dar i kelompok yang sel am at . Nam un kem udi an k onsepsi kepemi mpi nan i ni p ada ak hi r nya di kr i t i k habi s ol eh Ibn u Khaldun . M enur ut nya k epemi m pi nan Qur ai sy t i dak ber ar t i har us d ar i suk u Qur ai sy t et api p ada kar akt er i st i k kepemi mpi nan Qur ai sy yang k har i smat i k , t egas dan t angguh. Sehi ngga pok ok p er soalan kep emi mpi n an bukan pada or ang- or ang Qur ai sy, t et api pada si fat dan k ar akt er yang mem ungki nk an seseor ang layak unt uk menj adi pemi mpi n sesuai dengan k ar akt er yang di mi li ki ol eh suk u Qur ai sy pada saat i t u ( al -Qar adaw i , 2000: 24) .

  Suku Qur ai sy sudah di k enal sej ak dulu sebagai or an g yang pali ng m aj u dan sangat der maw an pad a zamannya di bangsa Ar ab. Hal i t u di sebabk an k ar ena mer ek a sudah melakuk an per j al anan yang jauh unt uk ber dagang sehi ngga mer ek a m emi li ki kon eksi yang kuat , begi t u pula d engan penget ahuan t ent ang daer ah-daer ah seki t ar nya, ser t a penguasaan t er had ap admi ni st r asi bi r okr asi pada saat i t u kar ena p ast i mer ek a akan ber i nt er aksi pula dengan r aj a at au pemuka ker aj aan. Sehingga sel ai n k ar akt er yang di sebut k an dal am hadi t s di at as, m er eka j uga unggul dar i suku -suku yang ada saat i t u sep er t i k ecak apan ber afi li asi , m obi li sasi m assa yang bai k , ek onom handal, dan ber budi p eker t i yang sant un .

  2. Pr ofesional Kepemimpinan dan jabatan bukanlah suatu keistimew aan, melainkan suatu tanggung jaw ab yang har us dilaksanakan oleh seor ang pemimpin. Sehingga sekalipun ia seor ang pemimpin tidak boleh ber tindak secar a sew enang-w enang melainkan kew enangan yang ia miliki har us digunakan untuk melayani anggota/ baw ahannya. Kar ena kepemimpinan ter sebut mer upakan amanah maka sebaiknya yang pantas untuk mengembannya adalah or ang yang cakap dibidangnya. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW melar ang or ang yang tidak cakap untuk memangku jabatan kar ena nantinya ia tidak akan mampu mengemban tugas ter sebut dengan semestinya. Sabda Nabi Muhammad SAW (al-Bukhar i, 1987) :

  : ُثﱢﺪَﺤُﯾ ٍﺲِﻠَﺟ ﻰﻓ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﮫﱠﻠﻟ ا ﻰﱠﻠَﺻ ﻲِﺒﱠﻨﻟا ﺎَﻤَﻨْﯿَﺑ َلﺎَﻗ َةَﺮْﯾَﺮُھ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ : ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا ُلﻮُﺳَر ﻰَﻀَﻤَﻓ ؟ُﺔَﻋﺎﱠﺴﻟا ﻰَﺘَﻣ َلﺎَﻘَﻓ ﱞﻲِﺑاَﺮْﻋَأ ُهَءﺎَﺟ ، ﺎًﺜﯾِﺪَﺣ َمْﻮَﻘْﻟا

  َلﺎَﻗَو ،َلﺎَﻗ ﺎَﻣ َهِﺮَﻜَﻓ َلﺎَﻗ ﺎَﻣ َﻊِﻤَﺳ ِمْﻮَﻘْﻟا ُﺾْﻌَﺑ َلﺎَﻘَﻓ ،ُثﱢﺪَﺤُﯾ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﮫﱠﻠﻟا : : ِﻦَﻋ ُﻞِﺋﺎﱠﺴﻟا َﻦْﯾَأ َلﺎَﻗ ،ُﮫَﺜﯾِﺪَﺣ ﻰَﻀَﻗ اَذِإ ﻰﱠﺘَﺣ ْﻊَﻤْﺴَﯾ ْﻢَﻟ ْﻞَﺑ ْﻢُﮭُﻀ ْﻌَﺑ : : ِﺮِﻈَﺘْﻧﺎَﻓ ُﺔَﻧﺎَﻣَﻷا ِﺖَﻌﱢﯿُﺿ اَذِﺈَﻓ َلﺎَﻗ ، ِﷲا َلﻮُﺳَر ﺎَﯾ اَذ ﺎَﻧَأ ﺎَھ َلﺎَﻗ ؟ِﺔَﻋﺎﱠﺴﻟا

  : : ِﺮِﻈَﺘْﻧﺎَﻓ ِﮫِﻠْھَأ ِﺮْﯿَﻏ ﻰَﻟِإ َﺮ ْﻣَﻷا َﺪﱢﺳُو اَذِإ َلﺎَﻗ ؟ﺎَﮭُﺘَﻋﺎَﺿِإ َﻒْﯿَﻛ َلﺎَﻗ ،َﺔَﻋﺎﱠﺴﻟا .

  َﺔَﻋﺎﱠﺴﻟا “Dar i Abu Hur air ah ber kat a, ket ika Rasulullah sedang member ikan pengajian dalam suat u majelis, dat anglah seor ang pedalaman ser aya ber t anya “Kapan har i kiamat ?” akan t et api Rasulullah t et ap melanjutkan pengajiannya, sebagian hadir in ber kat a bahwa Rasulullah mendengar per t anyaannya akan t et api t idak suka. Sebagian yang lain ber kat a bahwa Rasulullah t idak mendengar nya. Set elah Rasulullah selesai pengajian, beliau ber t anya “Mana or ang yang ber t anya t ent ang har i kiamat ?” Saya wahai Rasulullah, lalu beliau menjawab “Jika amanah sudah disia- siakan, maka t unggulah har i kiamat ”, or ang t er sebut ber t anya lagi “Bagaimana menyia-nyiakan amanah” Rasulullah menjawab “Apabila suat u ur usan diser ahkan kepada or ang yang bukan ahlinya, maka t unggulah Kiamat ."

  Untuk mengungkap kandungan hadis di atas, maka per lu mengkaji apa yang dimaksud dengan , dan . Abd

  ﺮﻣﻷا ﮫﻠھأ ﺮﯿﻏ ﺔﻋﺎﺴﻟا

  Rauf dalam kitab syar ahnya menjelask an bahw a yang dimaksud dengan ﺮﻣﻷا adalah segala sesuatu yang ter kait dengan agama seper ti pemer intahan, kehakiman, fatw a dan pengajar an ser ta yang lain-lain (al-Manaw i, 1994: 578) . Sementar a yang dimaksud dengan ﮫﻠھأ ﺮﯿﻏ adalah or ang-or ang yang fasik, penyelew eng dan bukan ketur unan baik-baik (tidak punya pengar uh dalam masyar akat) (al-Manaw i, 1988:

  264) . Sedangkan ﺔﻋﺎﺴﻟا bukannya diar tikan sebagai har i kiamat,

  akan tetapi itu bisa jadi mer upakan per umpamaan t entang sebuah kehancur an, kecar ut-mar utan, kebodohan yang mer ajalela, kelemahan Islam, ketidakmampuan or ang-or ang yang pr ofessional dan kompoten untuk menegakkan kebenar an dan mer ealisasikannnya dalam kehidupan dunia, laksana har i kiamat yang dahsyat . Sedangkan m enur ut

  (al-Manaw i, 1994: 578)

  Musht hafa al-Gulayai ni had i s di at as

  ( t .t .,: 35) ,

  mengi syar at k an bahw a ji ka ur usan di ser ahk an pada bukan ahli nya, m ak a t unggul ah saat k egagal an d an k er usakannya.

  Dar i pen jel asan t eks di at as m ak a dapat penuli s t ar i k kesi mpul an bahw a dal am hadi t s i ni ji ka suat u peker j aan , jabat an , t er l ebi h lagi ur usan agama di ser ahk an kepad a or ang yang t i dak am anah dan t i d ak ber t anggung jaw ab maka akan t er j adi kek acauan , ket i dakadi lan bahk an k ehancur an . Sehi ngga hadi t s di at as m enek ank an pada ni l ai pr ofesi onali sm e yang har us di mi li ki oleh seor ang p emi mpi n .

  3. Mampu Melaksanakan Tugas Menjadi seor ang pemimpin har us selalu ber sedia melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dan juga tugas yang diembankan kepadanya kapanpun dan bagaimanapun kondisinya. Sehingga menjadi seor ang pemimpin dituntut har us memiliki kesehatan jasmani dan r ohani, seper ti yang dijelaskan pada hadits Nabi di baw ah ini (al-Hajjaj, 2001: 6) :

  ﻰَﻠَﻋ ِهِﺪَﯿِﺑ َبَﺮَﻀَﻓ َلﺎَﻗ ﻲِﻨْﻠِﻤْﻌَﺘْﺴَﺗ َﻻَأ ﷲا َلْﻮُﺳَر ﺎَﯾ ُﺖْﻠُﻗ َلﺎَﻗ ﱟرَذ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ ٌيْﺰِﺧ ِﺔَﻣﺎَﯿِﻘْﻟا َمْﻮَﯾ ﺎَﮭﱠﻧِإَو ٌﺔَﻧﺎَﻣَأ ﺎَﮭﱠﻧِإَو ُﻒْﯿِﻌَﺿ َﻚﱠﻧِإ ﱟرَذ ﺎَﺑَأ َﯾﺎ َلﺎَﻗ ﱠﻢُﺛ ﻲِﺒِﻜْﻨَﻣ .

  ﺎَﮭْﯿِﻓ ِﮫْﯿَﻠَﻋ يِﺬﱠﻟا ىﱠدَأَو ﺎَﮭﱢﻘَﺤِﺑ ﺎَھَﺬَﺧَأ ْﻦَﻣ ﺎﱠﻟِإ ٌﺔَﻣاَﺪَﻧَو Dar i Abu Zar , “Saya ber kat a kepada Rasulullah, wahai Rasulullah t idakkah engkau mengangkat ku menjadi pejabat , lalu

  Rasulullah menepuk pundaknya ser aya ber kat a “wahai Abu Zar r , sesungguhnya engkau lemah, sedangkan jabat an it u adalah amanah dan mer upakan kehinaan ser t a penyelasan pada har i kiamat nant i kecuali bagi or ang yang mendapat kannya dengan hak ser t a melaksanakannya dengan baik dan benar ”.

  Untuk mendapatkan makna yang baik penulis menganggap per lu menjebar kan kosa kata dalam hadis ini, kata ter sebut

  ﻒﯿﻌﺿ

  yang dalam kamus bahasa Indonesia yang ber ar ti lemah, sedangkan dalam bahasa Ar ab member ikan ar ti kata ini mer upakan law an dar i kuat, sedangkan menur ut ulama Bashr a bahw a ar ti dar i lafazd ter sebut bisa digunakan dalam ar ti lemah secar a fisik maupun lemah secar a mental/ kecer dasan

  (al-Misr i, t.t.: 203) .

  Al-Naw aw i ber kata ketika mengomentar i

  (1392 H.: 210)

  hadis Abu Zar r : “Hadis ini mer upakan pokok yang agung untuk menjauhi kepemimpinan ter lebih lagi bagi seseor ang yang lemah untuk menunaikan tugas-tugas kepemimpinan ter sebut. Adapun kehinaan dan penyesalan akan diper oleh bagi or ang yang menjadi pemimpin sementar a ia tidak pantas dengan kedudukan ter sebut atau ia mungkin pantas namun tidak ber laku adil dalam menjalankan tugasnya. Maka Allah menghinakannya pada har i kiamat, membuka kejelekannya dan ia akan menyesal atas kesia- siaan yang dilakukannya.

  Dar i penjelasan hadits di atas, maka dapat disimpulkan bahw a ketika seseor ang ingin mengajukan dir i untuk menjadi seor ang pemimpin itu bukanlah sesuatu yang ter cela jika tidak dibar engi dengan kelayakan dir i menjadi pemimpin. Begitupun jika seseor ang diangkat menjadi pemimpin kar ena dukungan atau per mintaan umat, memenuhi syar at dan mampu menjalankan tugas dengan amanah maka yang seper ti ini juga tidaklah ter cela.

  4. Sesuai dengan Aspir asi Rakyat Suatu kepemimpinan Negar a akan ter laksana ketika ada ikatan antar a r akyat dan pemimpinnya, biasanya yang mew akili r akyat adalah anggota Dew an Per w akilan Rakyat baik di tatar an pusat, pr ovinsi maupun daer ah. Aspir asi dar i r akyat dalam pr oses kepemimpinan sangat dibutuhkan kar ena dalam setiap pengambilan keputusan maupun menentukan per atur an har us melibatkan banyak komponen, salah satunya adalah r akyat itu sendiri. Sehingga nantinya akan ter jalin suasana yang har monis antar a pemimpin dan r akyatnya kar ena sali ng memahami kew ajiban dan hak masing-masing, seper ti yang tergambar dalam hadist Nabi di baw ah ini (al-Hajjaj, 2001: 1481) :

  : : ُرﺎَﯿِﺧ َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﷲا ِلْﻮُﺳَر ْﻦ َﻋ ٍﻚِﻟﺎَﻣ ِﻦْﺑ ٍفْﻮَﻋ ْﻦَﻋ ُراَﺮِﺷَو ْﻢِﮭْﯿَﻠَﻋ َنْﻮﱡﻠَﺼُﺗَو ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ َنْﻮﱡﻠَﺼُﯾَو ْﻢُﻜَﻧْﻮﱡﺒِﺤُﯾَو ْﻢُﮭَﻧْﻮﱡﺒِﺤُﺗ َﻦْﯾِﺬﱠﻟا ْﻢُﻜِﺘﱠﻤِﺋَأ َلْﻮُﺳَر ﺎَﯾ َﻞْﯿِﻗ ْﻢُﻜَﻧْﻮُﻨِﻌْﻠُﯾَو ْﻢُﮭَﻧ ْﻮُﻨِﻌْﻠُﺗَو ْﻢُﻜَﻧْﻮُﻀِﻐْﺒُﯾَو ْﻢُﮭَﻧْﻮُﻀِﻐْﺒُﺗ َﻦْﯾِﺬﱠﻟا ْﻢُﻜِﺘﱠﻤِﺋَأ

  : ْﻦِﻣ ْﻢُﺘْﯾَأَر اَذِإَو َةَﻼﱠﺼﻟا ُﻢُﻜْﯿِﻓ اْﻮُﻣﺎَﻗَأ ﺎَﻣ ﺎَﻟ َلﺎَﻘَﻓ ؟ِﻒْﯿﱠﺴﻟﺎِﺑ ْﻢُھُﺬِﺑﺎَﻨُﻧ َﻼَﻓَأ ِﷲا .

  ٍﺔَﻋﺎَﻃ ْﻦِﻣ اًﺪَﯾ اْﻮُﻋِﺰْﻨَﺗ َﻻَو ُﮫَﻠَﻤَﻋ اْﻮُھَﺮْﻛﺎَﻓ ُﮫَﻧْﻮُھِﺮْﻜُﺗ ﺎًﺌْﯿَﺷ ْﻢُﻜِﺗﺎَﻟُو “Dar i ‘Auf ibn Malik, dar i Rasul saw. Ber sabda “sebaik-baik pemimpin kalian adalah or ang yang mencint ai kalian begit u pula sebaliknya dan mer eka selalu mendoakan kalian dan kalian juga selalu mendoakan mer eka, dan sejela-jeleknya pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mer eka juga membenci kalian dan kalian melaknat mer eka begit u pula sebaliknya, Rasul dit anya: apakah mer eka boleh diper engi? Rasul menjawab t idak selama masih menger jakan shalat dan jika kalian melihat pada dir i mer eka sesuat u yang t idak disukai maka bencilah peker jaannya dan membangkang/ t idak pat uh”. Hadis di atas menuntut adanya keser asian atau ker jasama yang baik antar a pemimpin dan yang dipimpin, semua itu dapat ter w ujud dengan diangkatnya pemimpin yang dapat diter ima oleh masyar akat kar ena pemimpin mer upakan r epr esentase dar i suar a r akyat sehingga tidak ber lebihan bila sebuah kalimat yang ser ing digunakan dalam menggambar kan keagungan aspir asi r akyat ter sebut dengan ungkapan “suar a r akyat adalah suar a Tuhan” w alaupun ungkapan ini masih per lu dir enungkan ulang.

  Dalam hadis ini pula ter lihat Nabi memposisikan pemimpin sebagai or ang yang mulia sehingga dilar ang untuk dicaci, laknat dan membunuhnya, akan tetapi Rasul tidak melar ang ummatnya agar ditetap kr itis.

  5. Musyaw ar ah Pemilihan dan pengangkatan seor ang pemimpin hendaknya mer upakan hasil musyaw ar ah/ kesepakatan mayor itas masyar akat. Dalam kepemimpinan, musyaw ar ah itu sendiri biasanya disebut demokr asi yang ar tinya melibatkan suar a masyar akat agar dapat ber par tisipasi dalam pemilihan seor ang pemimpin atau dengan sistem keter w akilan, dan lain sebagainya.

  Rasulullah tidak per nah menentukan mekanisme pengangkatan seor ang pemimpin secar a eksplisit, namun gambar an tentang musyaw ar ah banyak ter dapat di dalam ayat-ayat al-Qur ’an dan hadits, sebagaimana hadits di baw ah ini (al-Hajjaj, 2001: 1454) :

  : َكاَﺰَﺟ اْﻮُﻟﺎَﻗَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ اْﻮَﻨْﺛَﺄَﻓ َﺐْﯿِﺻُأ َﻦْﯿِﺣ ﻲِﺑَأ ُتْﺮَﻀَﺣ َلﺎَﻗ َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑا ِﻦَﻋ ﺎﯿَﺣ ْﻢُﻛ َﺮْﻣَأ ُﻞﱠﻤَﺤَﺗَأ َلﺎَﻘَﻓ ْﻒِﻠْﺨَﺘْﺳإ اْﻮُﻟﺎَﻗ ٌﺐِھاَرَو ٌﺐِﻏاَر َلﺎَﻘَﻓ اًﺮْﯿَﺧ ُﷲا ْﺪَﻘَﻓ ُﻒِﻠْﺨَﺘْﺳَأ ْنِﺈَﻓ ﻲِﻟ ﺎَﻟَو ﱠﻲَﻠَﻋ ﺎَﻟ ُفﺎَﻔَﻜْﻟا ﺎَﮭْﻨِﻣ ﻲﱠﻈَﺣ ْنَأ ُتْدَدَﻮَﻟ ؟ﺎًﺘﱢﯿَﻣَو َﻮُھ ْﻦَﻣ ْﻢُﻜَﻛَﺮَﺗ ْﺪَﻘَﻓ ْﻢُﻜُﻛُﺮْﺗَأ ْنِإَو ٍﺮْﻜَﺑ ﺎَﺑَأ ﻲِﻨْﻌَﯾ ﻲﱢﻨِﻣ ٌﺮْﯿَﺧ َﻮُھ ْﻦَﻣ َﻒَﻠْﺨَﺘْﺳا : ( ) ُﮫﱠﻧَأ ُﺖْﻓَﺮَﻌَﻓ ﷲا ُﺪْﺒَﻋ َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﷲا َلْﻮُﺳَر ﻲﱢﻨِﻣ ٌﺮْﯿَﺧ .

  ٍﻒِﻠْﺨَﺘْﺴُﻣ َﺮْﯿَﻏ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﷲا ُلْﻮُﺳَر َﺮَﻛَذ َﻦْﯿِﺣ “Dar i Ibn ‘Umar ber kat a: saya ber ada ber sama ayahku ket ika dia t er luka, kemudian or ang ber dat angan ser aya ber kat a

  “semoga Allah membalas kebaikanmu”, ‘Umar ber kat a “sama- sama”, lalu or ang yang hadir ber kat a “angkat lah calon penggant imu”, maka dia ber kat a “apakah saya har us menanggung ur usanmu dunia akhir at ? Saya t idak ingin keputusanku mer ugikan bagiku dan t idak pula menguntungkanku, maka jika saya mengangkat penggant i maka or ang yang lebih mulia dar i saya t elah melakukannya (Abu Bakar ) dan jika saya t idak melakukannya

  at au mendiamkannya maka sungguh it u t elah dilakukan oleh or ang yang lebih mulia dar iku yakni Rasulullah”, Ibn ‘Umar ber kat a: maka sejak saat it u saya menget ahui bahwa Rasulullah t idak akan menent ukan penggant inya”.

  Pada hadits di atas pada pr insipnya menggambar kan suasana pasca ditikamnya khalifah ‘Umar ibn al-Khattab, pada saat itu or ang yang datang menjenguk meminta ‘Umar ber w asiat untuk menunjuk penggantinya pasca keper giannya nanti, akan tetapi ‘Umar menolak kar ena menur utnya Rasululllah tidak melakukan penunjukan secar a langsung akan tetapi membiar kan masyar akat yang menentukannya. Dengan demikian, dapat dipahami bahw a ‘Umar menginginkan pemilihan dan pengangkatan khalifah bar u dengan car a musyaw ar ah.

Kesimpulan

  Ber dasar kan latar belakang, r umusan masalah, dan pembahasan di atas, maka dapat ditar ik kesimpulan sebagai ber ikut:

  1. Kepemimpinan dalam per spektif al-Qur ’an telah ada sejak penciptaan manusia masih dalam r encana Allah SWT. Sehingga manusia yang di ciptakan di muka bumi sejatinya adalah seor ang pemimpin atau yang biasa disebut dengan khalifaht ullah fil ar d yaitu pemegang mandat Allah SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di muka bumi . Sehingga salah satu tugas dan kew ajiban utama seor ang khalifah dalam per spektif al-Qur ’an adalah menegakkan supr emasi hukum secar a

  al-Haq.