PENGARUH PERSENTASE KOMBINASI Gracilaria sp. dan Ulva reticulata SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON TROPIS (Haliotis asinina) Repository - UNAIR REPOSITORY

  SKRIPSI PENGARUH PERSENTASE KOMBINASI PERSENTASE KOMBINASI Gracilaria sp. dan sp. dan Ulva reticulata

  SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON TROPIS (Haliotis asinina) GONAD ABALON TROPIS (

  Oleh : DYAH SUNARING FITRI

  SURABAYA– JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

  2014 SKRIPSI PENGARUH PERSENTASE KOMBINASI Gracilaria sp. dan Ulva reticulata

  SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON TROPIS (Haliotis asinina)

  Oleh : DYAH SUNARING FITRI

  NIM : 141011023 Menyetujui,

  Komisi Pembimbing Pembimbing Utama Wahju Tjahjaningsih, Ir.,M.Si NIP. 19580914 198601 2 001

  Pembimbing Serta Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si NIP. 19690621 199703 2 001 SKRIPSI PENGARUH PERSENTASE KOMBINASI Gracilaria sp. dan Ulva reticulata

  SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON TROPIS (Haliotis asinina)

  Oleh : DYAH SUNARING FITRI

  NIM : 141011023 Telah diujikan pada Tanggal : 21 Juli 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., M.P Anggota : Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D

  Agustono, Ir.,M.Kes Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.

  Surabaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan

  Universitas Airlangga Dekan,

  Prof. Dr. Hj. Sri Subekti,drh.DEA NIP. 19520517 197803 2 001

  RINGKASAN DYAH SUNARING FITRI. Pengaruh Persentase Kombinasi Gracilaria sp. dan Ulva reticulata sebagai Pakan Alami terhadap Tingkat Kematangan Gonad Abalon Tropis (Haliotis asinina). Dosen Pembimbing Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si dan Rr Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.

  Pakan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya abalon. Di daerah tropis, Gracilaria sp. dan Ulva sp. melimpah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami budidaya abalon. Ulva sp. dan Gracilaria sp. merupakan kandidat yang baik sebagai pakan alami abalon tropis (Haliotis asinina) dalam pematangan gonad. Persentase kombinasi Gracilaria sp. dan Ulva sp. sangat dianjurkan dalam kematangan gonad abalon tropis (H.asinina) sebanyak 20% dari berat tubuh.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase kombinasi Gracilaria sp. dan Ulva reticulata alami terhadap tingkat kematangan gonad abalon tropis (H.asinina). Penelitian ini dilakukan di UPT Loka Pengembangan dan Konservasi Sumberdaya Manusia Oseanografi (LPKSMO) Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada bulan Maret sampai April 2014. Metode penelitian adalah metode eksperimental yang terdiri dari lima perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah persentase kombinasi pakan alami, yaitu A (G100 :U0), B (G75 : U25), C (G50 : U50), D (G25 : U75) dan E (G0 : U100). Parameter utama yang diamati adalah tingkat kematangan gonad secara visual. Parameter penunjang yang diamati adalah laju konsumsi pakan, berat tubuh, panjang cangkang dan kualitas air. Analisa data menggunakan Analisys of Variance (ANOVA) kemudian diuji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kombinasi pakan berpengaruh (p > 0,05) terhadap tingkat kematangan gonad. Persentase kombinasi Gracilaria sp. dan Ulva reticulata sebagai pakan alami dengan perbandingan masing – masing 50% berpengaruh terhadap tingkat kematangan gonad abalon (H. asinina). Induk abalon hasil tangkapan alam sebaiknya diadaptasikan dulu dalam lingkungan laboratorium minimal satu bulan pemeliharaan untuk menghindari stres dan kematian masal induk abalon (H.asinina). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama (minimal tiga bulan) sehingga diperoleh induk abalon yang siap untuk dipijahkan.

  SUMMARY DYAH SUNARING FITRI. The Effect of Combination Percentage on Gracilaria sp. and Ulva reticulata as Natural Feed toward Gonad Maturation Rate of Tropical Abalone (Haliotis asinina). Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si dan Rr Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. as Academic Advisor.

  Feed is important factor in movement of abalone cultivation. In tropical region, Gracilaria sp. and Ulva sp. is abundant so as it can be explored as natural feed in abalone cultivation. Ulva sp. and Gracilaria sp. is a good candidate as natural feed for gonadal maturation tropical abalone (H. asinina). Combination percentage of Gracilaria sp. and Ulva sp. is recommended in maturing the gonad torpical abalone (H. asinina) as many as 20% from its weight.

  This research is intended to know about the effect of combination precentage on Gracilaria sp and Ulva sp. toward gonad maturation rate of tropical abalone (H. asinina). It is conducted at UPT of Development Place and Oceanography Human Resource Conservation of Pari Island, Kepulauan Seribu, Province of Jakarta on March to April 2014. The method of this research is experimental method consisting of five treatments and four repetitions. The treatment applied is combination percentage of natural feed, which are (G100 :U0), B (G75 : U25), C (G50 : U50), D (G25 : U75) and E (G0 : U100). The main parameter observed is gonad maturation rate in visual. The supporting parameter observed is feed consumption rate, weight of body, length of shell and quality of water. Analysis of data applied analisys of variance (ANOVA), then the data is tested in advanced by using Duncan’s multiple range test.

  The result of research shows that combination percentage of feed is significantly (p > 0,05) toward gonad maturation rate. Percentage combination Gracilaria sp. and Ulva reticulata as a ratio of their natural food - respectively 50% effect on abalone gonad maturity level. Natural abalone catches should be adapted in a laboratory environment at least once a month maintenance to avoid stress and stem mass mortality of abalone (H.asinina). Further research needs to be done with a longer time (at least three months) in order to obtain stem abalone are ready for spawning.

  KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga Skripsi tentang Pengaruh

  Persentase Kombinasi Gracilaria sp. dan Ulva reticulata sebagai Pakan Alami terhadap Tingkat Kematangan Gonad Abalon Tropis (Haliotis asinina) dapat penulis selesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di UPT Lembaga Pengembangan dan Konservasi Sumberdaya Manusia Oseanografi (LPKSMO) Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

  Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.

  Surabaya, Juli 2014 Penulis UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh. DEA., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  2. Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si selaku Dosen Pembimbing utama dan Rr.

  Juni Triastuti, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing serta yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sejak penyusunan usulan hingga selesainya Skripsi.

  3. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., M.P, Moch. Amin Alamsjah., Ir. M.Si.,Ph.D., dan Agustono, Ir. M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan masukan dan saran atas perbaikan laporan Skripsi.

  4. Agustono, Ir., M. Kes selaku Dosen Pembimbing akademik yang senantiasa memberi nasehat dan pengarahan selama masa perkuliahan.

  5. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Kependidikan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  6. Kedua orangtua dan keluarga besar atas doa yang selalu terlantun dan nasehat bijak yang menjadi penguat dalam studi.

  7. Latifah Kurniawati dan angkatan Piranha 2010 yang banyak membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

  8. Teman-teman BLM FPK UA 2013 yang telah memberi dukungan selama penyusunan Skripsi.

  DAFTAR ISI Halaman

  RINGKASAN iv

  SUMMARY v

  KATA PENGANTAR vi

  UCAPAN TERIMA KASIH vii DAFTAR ISI viii

  DAFTAR TABEL xi

  DAFTAR GAMBAR xii

  DAFTAR LAMPIRAN xii

  I PENDAHULUAN

  1

  1.1 Latar Belakang

  1

  1.2 Rumusan Masalah

  3

  1.3 Tujuan

  3

  1.4 Manfaat

  3 II TINJAUAN PUSTAKA

  4

  2.1 Klasifikasi dan Morfologi Abalon Tropis (Haliotis asinina)

  4

  2.2 Habitat dan Penyebaran

  6

  2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan Abalon

  7

  2.4 Biologi Reproduksi Abalon

  8

  2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

  8

  2.6 Proses Biologi Kematangan Gonad

  10

  2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Gonad

  11 2.8 Klasifikasi dan Morfologi Gracilaria sp.

  14

  2.9 Kandungan Nutrisi 15 2.10 Klasifikasi dan Morfologi Ulva sp.

  15

  2.11 Kandungan Nutrisi

  16 III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

  18

  3.1 Kerangka Konsepetual

  18

  3.2 Hipotesis

  20 IV METODOLOGI PENELITIAN

  22

  4.1 Tempat dan Waktu

  22

  4.2 Materi Penelitian

  22

  4.2.1 Peralatan Penelitian

  22

  4.2.2 Bahan Penelitian

  22

  4.3 Metode Penelitian

  22

  4.3.1 Rancangan Penelitian

  22

  4.3.2 Pelaksanaan Penelitian

  23

  4.4 Parameter Penelitian

  26

  4.5 Analisa Data

  27 V HASIL DAN PEMBAHASAN

  29

  5.1 Hasil

  29

  5.2 Pembahasan

  39 VI KESIMPULAN DAN SARAN

  45

  6.1 Kesimpulan

  45

  6.2 Saran

  45 DAFTAR PUSTAKA

  46 LAMPIRAN

  51 DAFTAR TABEL Tabel Halaman

  1. Laju Konsumsi Pakan Induk Abalon Selama Satu Bulan

  34

  2. Selisih Rata-Rata Berat Tubuh Induk Abalon Pada Minggu Kedua

  dan Keempat

  35

  3. Rata-Rata Pertambahan Berat Tubuh Induk Selama Satu Bulan

  36

  4. Persentase Shell Length Induk Abalon Selama Satu Bulan

  37 (Awal Penelitian Sampai Akhir Penelitian) DAFTAR GAMBAR

  Gambar Halaman

  1. Abalon (Haliotis asinina)

  4

  2. Anatomi Abalon (Haliotis sp.)

  6

  3. Sifat Hidup Abalon Menempel Pada Substrat Batu

  7

  4. Siklus Hidup Abalon

  8

  5. Perkembangan Gonad Abalon Tropis

  10

  6. Tingkat Kematangan Gonad Berdasarkan Warna

  12 7. Gracilaria sp.

  16

  8. Ulva reticulata

  18

  9. Kerangka Konseptual Penelitian

  21

  10. Diagram Alir Penelitian 28

  11. Persentase TKG Induk Jantan Semua Perlakuan Pada Minggu Kedua 29

  12. Persentase TKG Induk Jantan Semua Perlakuan Pada Minggu Keempat 31

  13. Persentase TKG Induk Betina Semua Perlakuan Pada Minggu Kedua

  32

  14. Persentase TKG Induk Betina Semua Perlakuan Pada Minggu Keempat 33

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

  Halaman

  1. Desain Penelitian

  51

  2. Data Laju Konsumsi Pakan Induk Selama Satu Bulan

  52

  3. Uji ANOVA dan Duncan Laju Konsumsi Pakan Induk Abalon 53

  4. Transformasi Perubahan Berat Tubuh Induk Abalon 55

  5. Uji ANOVA dan Duncan Berat Tubuh 69

  6. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Induk Abalon

  71

  7. Kualitas Air 75

  I PENDAHULUAN

  Abalon (Haliotis sp.) merupakan hewan yang memiliki nilai eksotik dan bernilai ekonomis tinggi (Susanto dkk., 2010). Permintaan dunia terhadap abalon dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan (Rusdi dkk., 2010). Mayoritas produksi abalon dunia masih didominasi dari hasil tangkapan alam (Gordon and Cook, 2004 dalam Rusdi dkk, 2010).

  Eksploitasi yang berkepanjangan terhadap spesies ini mengakibatkan penurunan stok alami di beberapa wilayah (Litaay and Silva, 2003). Hingga saat ini, budidaya abalon terus dikembangkan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat (Oakes and Ponte, 1996 dalam Qi et al., 2010). Keberhasilan usaha budidaya abalon sangat tergantung pada keberhasilan dalam mengontrol proses pemijahan (Setyono, 2004a).

  Pakan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya abalon (Bilbao et al., 2012). Di daerah tropis, Gracilaria sp. dan Ulva sp. melimpah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami budidaya abalon (Setyono, 2004c). Ulva sp. dan Gracilaria sp. merupakan kandidat yang baik sebagai pakan alami abalon tropis (H. asinina) dalam kematangan gonad (Viera et al., 2011).

  Menurut Fleurence (1999) genus Ulva memiliki kandungan protein antara 10-26% berat kering. Spesies Ulva reticulata memiliki kandungan protein 21,06% (Ratana-arpon and Chirapart, 2006). Protein berperan penting dalam proses pembentukan morfologi gonad dan fekunditas (Bilbao et al., 2012).

  Gracilaria sp. memiliki kandungan karbohidrat sebanyak 42,59% (Soegiarto dan Sulustijo, 1990). Abalon membutuhkan karbohidrat dalam pakan untuk proses pertumbuhan dan gametogenesis (Bautista et l., 2001 dalam Grubert et al., 2004).Peran nutrisi penting dalam proses pematangan gonad (Litaay, 2005).

  Litaay et al. (2007) menyatakan asam lemak berperan dalam pematangan gonad abalon tropis dan menurun setelah pemijahan. Lemak berpengaruh terhadap sel tubuh dan perkembangan gonad abalon (Nelson et al., 2002). Capinpin et al. (1998) telah melakukan studi biologi reproduksi abalon tropis (H.asinina) menggunakan pakan G. bailinae dan G. coronopifolia. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa gonad abalon tropis (H.asinina) mengalami perkembangan dari tahap proliferative menjadi tahap maturing, ripe dan partly spawned.

  Setyono (2011) menyatakan kombinasi Gracilaria sp. dan Ulva sp. sangat dianjurkan dalam kematangan gonad abalon tropis (H.asinina) sebanyak 20% dari berat tubuh. Beberapa studi budidaya abalon (Haliotis sp.) menyatakan kombinasi pakan alami dalam pemeliharaan dan pematangan gonad induk lebih baik daripada menggunakan pakan tunggal alami (Bilbao et al., 2012). Pakan tunggal alami tidak bisa mencukupi keseluruhan nutrisi yang dibutuhkan dalam pematangan gonad (Gordon et al., 2006).

  Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu diketahui presentase antara Ulva reticulata dan Gracilaria sp. sebagai pakan alami yang dapat mempercepat kematangan gonad abalon tropis (H.asinina) .

  1.2 Rumusan Masalah Apakah persentase kombinasi pakan antara Gracilaria sp. dan Ulva reticulata berpengaruh terhadap tingkat kematangan gonad abalon tropis (H. asinina) ?

  1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh presentase kombinasi pakan alami terhadap tingkat kematangan gonad abalon tropis (H. asinina).

  1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat membantu dalam kegiatan pemulihan sediaan (restocking), peningkatan produksi benih dan budidaya komersil abalon tropis (H. asinina) sebagai komoditas perikanan.

  II TINJAUAN PUSTAKA

  Abalon, Haliotis termasuk dalam famili Haliotidae. Genus dalam famili Haliotidae memiliki sekitar empat sampai tujuh buah subgenus dan jumlah spesiesnya berkisar antara 100 sampai 130 jenis terkait dengan adanya hibridasi (Octaviany, 2007). Menuurut Setyono (2008) abalon diklasifikasikan sebagai berikut.

  Filum : Moluska Kelas : Gastropoda Ordo : Archaeogastropoda Famili : Haliotidae Genus : Haliotis Spesies : Haliotis asinine

  Gambar 1. Abalon (Haliotis asinina) (Dokumentasi pribadi, 2013)

  Abalon memiliki satu lembar cangkang yang terbuka lebar dengan sederetan lubang pada tepi sebelah kiri (Setyono, 2008). Jumlah pori-pori pernafasan terbuka melingkar mengikuti pertumbuhannya dan setiap spesies berbeda jumlahnya (Hahn, 1989 dalam Rusdi dkk., 2010). Haliotis asinina memiliki ciri khas lubang di cangkangnya sebanyak tujuh buah. Pada umumnya terdapat tujuh buah lubang yang dapat terlihat, namun hanya empat sampai lima buah lubang yang tidak tertutup (Octaviany, 2007).

  Kepala terletak di bagian depan (anterior) sebelah kanan, dekat dengan bagian lubang cangkang. Pada bagian kepala tersebut terdapat mulut, sepasang sungut (oral tentacles), sepasang mata dan jaringan parut (radula). Sungut dapat dijulurkan keluar untuk mendeteksi lingkungan. Mata abalon sangat sensitif terhadap cahaya sehingga abalon cenderung menghindari cahaya (Setyono, 2008).

  Insang berada tepat di belakang kepala pada bagian sisi sebelah kiri tubuhnya (Setyono, 2008). Insang berfungsi sebagai alat pernafasan. Sirkulasi air berlangsung di bagian bawah tepi cangkang. Di dalam mulutnya terdapat lidah parut (radula) yang berfungsi menghaluskan alga menjadi ukuran yang dapat dicerna. Abalon (Haliotis sp.) tidak memiliki struktur otak yang jelas dan nyata sehingga hewan ini dianggap sebagai salah satu hewan primitif. Hewan ini juga memiliki hati yang terletak di bagian sisi atas (Rusdi dkk., 2010).

  Organ dalam abalon tersusun melingkar di bawah cangkang. Organ percernaan, pernapasan, sirkulasi dan reproduksi tersusun melingkari pusat otot atau kaki jalan. Lubang anus bermuara tepat di bawah lubang terbuka pada deretan terakhir. Organ reproduksi (gonad) terdapat pada bagian kanan berseberangan dengan bagian cangkang yang berlubang (Setyono, 2008).

  Octaviany (2007) menyatakan bagian dalam cangkang abalon berwarna seperti pelangi, putih keperakan sampai hijau kemerahan. Dilihat dari fisiknya, ukuran tubuh abalon berbeda-beda tergantung jenisnya, ukuran panjang cangkang mulai dari 20 mm (H. pulcherrima) sampai 200 mm atau lebih (H. rufescens). Abalon tidak memiliki operkulum, cangkang abalon cembung dan melekat kuat dengan kaki ototnya (muscular foot) di permukaan batu pada daerah sublitoral. Warna cangkang bervariasi antara satu jenis dengan jenis lainnya (Octaviany, 2007) (Gambar 2).

  Keterangan :

  A. Kepala

  B. Mantel

  C. Epipodium kanan

  D. Organ reproduksi

  E. Otot tambahan

  F. Insang

  G. Jantung

  H. Epipodium kiri Tentakel epipodial

  I. Gambar 2. Anatomi Abalon (Haliotis sp.) (, 2013)

  Octaviany (2007) menyatakan bahwa famili Haliotidae memiliki penyebaran yang luas dan meliputi perairan seluruh dunia, yaitu sepanjang perairan pesisir setiap benua kecuali perairan pantai Atlantik di Amerika Selatan, Karibia, dan pantai Timur Amerika Serikat. Abalon paling banyak ditemukan di perairan dengan suhu yang dingin, di belahan bumi bagian Selatan yaitu perairan pantai Selandia Baru, Afrika Selatan dan Australia, sedangkan di belahan bumi utara adalah di perairan Barat Amerika dan Jepang.

  Abalon menyukai daerah berbatu di pesisir pantai terutama pada daerah yang banyak ditemukan alga. Perairan dengan salinitas yang tinggi dan suhu yang rendah juga merupakan syarat hidup abalon (Octaviany, 2007). Haliotis asinina adalah spesies abalon tropis yang paling umum ditemukan di bawah bebatuan dan celah karang pada perairan tropik dan sub tropik (Berthou, 2007 dalam Kurnia, 2008) (Gambar 3).

  

Gambar 3. Sifat Hidup Abalon Menempel Pada Substrat Batu (Imamura, 2005 dalam

Setyono, 2007)

  Pada umumnya abalon termasuk jenis siput laut herbivora atau pemakan tumbuhan (Imai, 1982 dalam Setyono, 2008). Terdapat perbedaan jenis makanan dan kebiasaan makan antara abalon dewasa dan larva. Selama fase larva, abalon memakan kuning telur serta partikel organik terlarut yang ada di perairan (Shiling et al., 1996 dalam Octaviany, 2007). Pada saat dewasa, abalon memakan beberapa jenis rumput laut seperti Laurencia, Ulva, Hypnea, Kappaphycus, dan Gracilaria.

  Abalon dewasa makan dengan cara menekan mulutnya untuk menempelkan makanan (algae) dan radula bergerak dengan cara menggaruk untuk menyobek makanan (Imai, 1982 dalam Setyono, 2008).

  2.4 Biologi Reproduksi Abalon (Haliotis asinina) Abalon merupakan hewan yang tergolong dioecious (jantan dan betina terpisah). Pembuahan terjadi di luar garnet jantan dan betina dilepaskan ke suatu perairan, kemudian terjadi pembuahan (Setyono, 2004a). Siklus hidup abalon berawal dari pemijahan hingga abalon menjadi dewasa dan kembali memijah (Tom, 2007).

  Telur terfertilisasi menetas menjadi larva (trochopore) dan bersifat planktonik, kemudian pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi veliger yang memakan plankton hingga mulai terbentuk cangkang. Ketika cangkang sudah terbentuk, juvenile abalon akan cenderung menuju ke dasar perairan dan melekatkan diri pada batu dengan memanfaatkan kaki ototnya (settlement). Setelah menenggelamkan diri, abalon berubah menjadi pemakan makroalga (adults) (Tom, 2007) (Gambar 4).

  Gambar 4. Siklus Hidup Abalon (Hutchins, 2007 dalam Octaviany, 2007)

  2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Tingkat kematangan gonad merupakan bagian dari reproduksi sebelum pemijahan. Selama proses pematangan gonad, sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan berat dalam gonad tersebut (Effendie, 2002). Pengamatan TKG pada abalon (Haliotis) dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara visual dan morfologi (Setyono, 2006).

  Menurut Setyono (2003) dalam Setyono (2004b) ada lima macam kematangan gonad abalon bila ditinjau secara visual. Lima macam kematangan gonad tersebut secara berurutan dimulai dari tahap recovery (immature dan proliferative), maturing, ripe, partly spawned dan spent. Tahap recovery (immature dan proliferative) ditandai dengan gonad berada pada ujung kelenjar pencernaan. Testis berwarna krem keputihan sedangkan ovarium berwarna hijau cerah. Penampakan secara visual kurang dari 25% atau TKG nol (Gambar 5a). Tahap maturing ditandai dengan mulai tumbuh dan berkembangnya gonad, penampakan secara visual berada pada kisaran 25-49% atau TKG satu (Gambar 5b) Tahap ripe, gonad abalon berkembang lebih dari 49%. Testis berwarna kekuningan sedangkan ovari berwarna kehijauan atau TKG 2 (Gambar 5c).

  Tahap fully ripe masih tergolong TKG dua namun perkembangan gonad secara visual lebih besar yaitu 75% lebih besar dari kelenjar pencernaan. Tahap fully ripe bisa dilihat tanpa mematikan abalon (Gambar 5d). Tingkat kematangan gonad tahap tiga terdiri dari tahap partly spawned dan spent secara visual perkembangan gonad kurang dari 50%. Tahap partly spawned ditandai dengan gonad lembek dan pucat sedangkan tahap spent gonad berukuran kecil, gonad lebih lembek dan pucat karena gamet sudah banyak dilepaskan ke air (Gambar 5e) (Setyono, 2003 dalam Setyono, 2004b). a b c d e

  Setyono, 2003 dalam Setyono,

  Gambar 5. Perkembangan Gonad Abalon Tropis (

  2004b

  )

  keterangan : D = digestive gland / kelenjar pencernaan ; G = gonad; a.Tahap recovery (immature dan proliferative); b. Tahap maturing; c. Tahap ripe; d. Tahap fully ripe; e. Tahap partly spawned and spent

  Perkembangan TKG induk abalon secara morfologi menurut Suminto dkk. (2010) dapat dibedakan berdasarkan warna gonad. Tahap immature dan proliferative induk jantan ditandai dengan gonad berwarna krem dan berukuran lebih kecil dibandingkan kelenjar pencernaan. Tahap ripe induk jantan abalon ditandai dengan gonad berwarna krem cerah dan berukuran lebih besar daripada kelenjar pencernaan (Gambar 6a). Tahap immature dan proliferative induk betina ditandai dengan gonad berwarna hijau tua dan berukuran lebih kecil dibanding kelenjar pencernaan (Gambar 6b).

  Tahap maturing induk betina ditandai dengan gonad berwarna hijau cerah dan berukuran lebih besar dibandingkan tahap immature dan proliferative

  (Gambar 6c). Tahap ripe induk betina ditandai dengan gonad berwarna hijau cerah (Gambar 6d). Tahap partly spawned induk abalon betina ditandai dengan gonad nampak lembek dan berwarna pucat karena gamet sudah banyak dilepaskan saat pemijahan (Gambar 6e) (Suminto dkk., 2010). a b c d e

  Gambar 6. Tingkat Kematangan Gonad Abalon Berdasarkan Warna ( Suminto dkk., 2010 )

  Keterangan :

  

c. Gonad betina tahap maturing; d. Gonad betina tahap ripe; e. Gonad betina tahap partly

spawned

  2.6 Proses Biologi Kematangan Gonad Organ reproduksi (gonad) abalon (Haliotis sp.) terletak pada bagian kanan berseberangan dengan bagian cangkang yang berlubang. Gonad terbungkus dalam selaput berbentuk kantong dan tumbuh membesar dan nampak membengkak saat akan memijah. Gonad induk betina berwarna hijau kebiruan menghasilkan telur berwarna hijau, sedangkan induk jantan berwarna krem keputihan (Setyono, 2003 dalam Setyono, 2008).

  Menurut Awaji and Hamano (2004) tahap pertama pembentukan gonad adalah munculnya kantong gonad. Kantong gonad berkembang dalan lapisan permukaan connective tissue yang tumbuh dalam conical appendage, utamanya pada bagian otot cangkang. Kantong gonad menjadi tujuan akhir untuk migrasi primordial germ cells (PGC) yang sebelumnya telah berdiferensiasi di dalam oogonia primer atau spermatogonia. Diferensiasi seks pada abalon betina muncul pada tahap chromatin-nucleous oocyte (CNO). Pada tahapan CNO diketahui terdapat dua tipe non germ cells, salah satunya adalah acidophilic granule cells (AGC) kemudian berkembang menjadi oocyte. AGC yang terdapat pada tahapan CNO tersebut memiliki hubungan dalam perkembangan germ cells yaitu berperan dalam kematangan oocyte pada abalon betina.

  Najmudeen (2007) menyatakan pada tahap pekembangan gonad jantan dimulai dari lumen testis dilintasi oleh percabangan pembuluh connective tissue dan mengandung sel spermatogonia dan spermatosit. Spermatogonia dan spermatosit primer memiliki nukleus berbentuk oval, sedangkan spermatosit sekunder memiliki lebih atau sedikit nukleus. Di dalam spermatogonia pada testis yang telah mature terdapat sel sertoli. Sel tersebut terletak dibawah lapisan spermatogenesis pada trabeculae. Nicks and Chia (1986) dalam Awaji and Hamano (2004) menyebutkan bahwa sel sertoli mendukung proses spermatogenesis dan spermiogenesis beberapa gastropoda.

  2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Gonad Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi kematangan gonad abalon adalah faktor eksogen dan endogen (Hahn 1989 dalam Setyono, 2004b). Faktor endogenous yaitu prostaglandins (PGs) dan beberapa asam amino yang dihasilkan oleh sel saraf yang berperan dalam proses kematangan gonad (Setyono, 2004b).

  Hahn (1992) dalam Setyono (2004b) juga menambahkan hormon neurosecretory yang ada di cerebral, pleural-pedal dan visceral ganglia berkaitan dengan proses kematangan gonad pada proses gametogenesis dan vitelogenesis.

  Faktor eksogen berpengaruh dalam perkembangan kematangan gonad abalon tropis (H.asinina) termasuk diantaranya adalah lama penyinaran (fotoperiod), temperatur air laut (suhu) dan pakan (Setyono, 2011). Fotoperiod adalah lamanya penyinaran sejak matahari terbit hingga matahari terbenam.

  Fotoperiod berpengaruh signifikan terhadap perkembangan gonad (Setyono, 2003 dalam Setyono, 2011). Sinyal fotoperiod diterima oleh fotoreseptor yang terdapat di cerebral ganglia, sinyal tersebut kemudian mengaktifkan sel neurosecretory untuk melepas hormon sehingga menstimulasi perkembangan gonad abalon (Grubert, 2005). Dalam kematangan gonad abalon tropis (H.asinina) fotoperiod yang digunakan adalah 12 jam terang dan 12 jam gelap, kandungan oksigen terlarut (DO) tidak kurang dari 4 ml/I (Setyono, 2011).

  Faktor eksogen lain yang berpengaruh dalam mengatur perkemangan kematangan gonad gastropoda adalah temperatur (Webber, 1977 dalam Setyono, 2004b). Efek temperatur terhadap kematangan gonad abalon dilaporkan oleh Uki and Kikuchi, (1984) dalam Fukazawa et al. (2007) yang menyebutkan temperatur berpengaruh terhadap perkembangan gonad abalon (H.discus hannai) di Jepang dan abalon (H.iris) di Selandia Baru (Kabir, 2001 dalam Setyono, 2004a).

  Pakan merupakan faktor eksogen yang juga memainkan peran penting dalam mempercepat kematangan gonad moluska (Runham, 1988 dalam Setyono, 2004b). Litaay (2005) menyatakan selama perkembangan kematangan gonad abalon terjadi perubahan komposisi biokimia pada gonad dan kelenjar pencernaan. Najmudeen (2007) menambahkan bahwa selama proses oogenesis dan spermatogenesis abalon terjadi peningkatan jumlah lipid dan protein dalam gonad pada famili Haliotidae.

  Nutrisi esensial dalam jumlah besar seperti protein, lipid dan asam lemak berupa arachidonic acid (ARA), eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) berpengaruh pada peningkatan performa reproduksi abalon H. Asinina (Teruel et al., 2001 dalam Chaitanawisuti et al., 2011). Lipid berperan penting dalam gonadogenesis abalon (Uki and Watanabe, 1992 dalam Nelson et al., 2002) dan proses vitelogenesis pada H. varia (Nelson et al., 2002).

  Asam lemak DHA berperan dalam gametogenesis dan embriogenesis moluska (Soudant et al., 1999 dalam Litaay, 2005). Asam lemak berupa ARA ditemukan dalam jumlah signifikan pada kelenjar pencernaan dan gonad abalon (H.laevigata) (Nelson, 2002).

  Pada proses gametogenesis, kelenjar pencernaan dan kaki secara signifikan berperan dalam penyediaan lipid dan karbohidrat (Mercer et al., 1993 dalam Grubert, 2005). Florento et al. (1996) dalam Litaay et al. (2007) melaporkan bahwa salah satu sumber asam lemak dalam jumlah banyak dihasilkan dari alga merah. Asam lemak yang dihasilkan oleh alga berperan penting dalam pembentukan gonad abalon (Nelson et al., 2002). Alga merah seperti Gracilaria sp. adalah jenis pakan alami yang dilaporkan baik untuk perkembangan gonad induk abalon dari spesies H. asinina (Singhagraiwan, 1993 dalam Susanto dkk., 2010). Ulva reticulata mengandung sejumlah asam lemak yaitu ARA, EPA dan DHA (Ratana-arpon and Chirapart, 2006) yang diketahui baik untuk peningkatan kematangan gonad abalon H. asinina (Teruel et al., 2001 dalam Chaitanawisuti et al., 2011 dan Litaay, 2005).

  Gracilaria merupakan rumput laut yang termasuk dalam golongan golongan Rhodophyceae (Sjafrie, 1990). Klasifikasi Gracilaria sp. berdasarkan Marine Algae of New Zealand (2013) adalah sebagai berikut:

  Filum : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Familia : Gracilariaceae Genus : Gracilaria Spesies : Gracilaria sp.

  (Dokumentasi pribadi, 2013) Gambar 7. Gracilaria sp.

  Gracilaria hidup dengan cara melekatkan diri menggunakan hold fast pada substrat padat seperti kayu, batu, karang mati dan sebagainya. Jika dilihat secara sepintas, tumbuhan ini berbentuk rumpun dengan tipe percabangan yang tidak teratur. Thallus pada umumnya berbentuk silindris atau agak memipih. Ujung thallus umumnya meruncing dan permukaannya halus atau berbintil-bintil. Panjang thallus sangat bervariasi mulai dari 3,4 sampai 8 cm (Trono and Corrales, 1983 dalam Sjafrie, 1990).

  2.9 Kandungan Nutrisi Gracilaria memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein sayuran darat, yaitu 6,9 % berat kering (Norziah and Ching, 2000).

  Qi et al. (2010) menambahkan kandungan protein pada Gracilaria dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan (survival rate) abalon.

  Gracilaria sp. memiliki kandungan karbohidrat sebanyak 42,59% (Soegiarto dan Sulustijo, 1990). Abalon membutuhkan karbohidrat dalam pakan untuk proses pertumbuhan dan gametogenesis (Bautista et l., 2001 dalam Grubert et al., 2004).

  Kebutuhan asam lemak abalon tropis sekitar 1,3% (Thongrod et al., 2003 dalam Mateos, 2012). Bautista et al. (2001) dalam Grubert et al. (2004) menyatakan asam lemak dibutuhkan abalon untuk proses pertumbuhan dan gametogenesis. Gracilaria juga mengandung vitamin antara lain B

  1 (0,4 IU), B

  2

  (0,4 IU), B

  3 (14,4 IU), B 12 (2,8 IU), asam folat (11,8 IU), dan C (1,1 IU) (David, 2001 dalam El-deek and Brikaa, 2009).

  2.10 Klasifikasi dan Morfologi Ulva sp.

  Ulva merupakan tumbuhan berthallus berupa helaian atau lembaran, berwarna hijau cerah, sedikit bertangkai dan melekatkan diri dengan alat pelekat pada benda-benda yang ada di dasar perairan (Yulianto, 1990). Menurut (Vashista, 1984 dalam Yulianto, 1990) berdasarkan taksonominya, Ulva reticulata digolongkan sebagai berikut.

  Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Ulvales Famili : Ulvaceae Genus : Ulva Spesies : Ulva reticulata

  Dokumentasi pribadi, 2013)

  Gambar 8. Ulva reticulata (

  Susunan selnya terdiri dari dua lapis yang berderet memanjang dengan bentuk selnya sama besar serta dinding sel saling menutup. Tiap sel Ulva sp. mempunyai satu inti yang terletak agak di tepi dan sisi lainnya terdapat chloroplast. Chloroplast berpindah tempat di dalam sel vegetatif tergantung arah cahaya (Yulianto, 1990).

  2.11 Kandungan Nutrisi Kandungan protein rumput laut berbeda-beda tergantung dari jenisnya.

  Ulva memiliki kandungan Fe yang sangat tinggi. Beberapa rumput laut hijau antara lain jenis yang tergolong genus Ulva memiliki kadar protein antara 10 sampai 26% (berat kering) (Rasyid, 2004). Ratana-arporn and Chirapart (2006) menyatakan kadar karbohidrat Ulva reticulata sebanyak 55,77% sedangkan protein 21,06% dan lemak sebesar 0,75%.

  Ulva juga merupakan sumber vitamin C (10 IU), protein, asam folat (11,8

  IU), dan beberapa jenis mineral seperti, Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe dan Zn (Trono et al., 1998 dalam Rasyid, 2004). David (2001) dalam El-deek and Brikaa (2009) menyebutkan dalam 100 mg Ulva sp. kering terdapat vitamin A (0,06 IU), B

  1

  (0,03 IU), B

  2 (8,0 IU), B 12 (6,3 IU). Hal ini menunjukkan bahwa rumput laut ini

  sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai pakan alami karena memiliki kadar protein tinggi.

  Beberapa studi budidaya abalon di Eropa menunjukkan kombinasi pakan lebih baik daripada pakan tunggal, sebagai contoh Ulva lactuta yang dikombinasikan dengan Palmaria menunjukkan peningkatan nutrisi terbaik dan pertumbuhan dalam budidaya abalon (H. tuberculata). Palmaria palmata mengandung asam amino seperti leusin, valin, methionin yang baik dalam pematangan gonad (Fitz Gerald, 2008). Asam amino ini penting dalam proses pembentukan sel somatik dan jaringan gonad pada abalon (H.rubra) dan H.laevigata (Grubert et al., 2004).

  III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

  3.1 Kerangka Konseptual Kematangan gonad pada abalon dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen (Hahn, 1989 dalam Setyono, 2004b). Faktor endogen tersebut adalah prostaglandins (PGs) dan asam amino sedangkan faktor eksogen meliputi pakan, temperatur dan fotoperiod. Salah satu faktor eksogen yang dapat dimanipulasi adalah pakan (Setyono, 2004b). Teknologi manipulasi pakan dalam budidaya abalon merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan dalam proses kematangan gonad (Bilbao et al., 2012).

  Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi abalon dalam proses pematangan gonad diperlukan protein sebesar 25% (Ogino and Kato, 1995 dalam Mai et al., 1995) dari pakan. Kebutuhan nutrisi yang lainnya adalah karbohidrat sebesar 43- 48% (Mateos, 2012). Asam lemak juga berperan dalam proses kematangan gonad, kebutuhan lemak abalon sekitar 1,3% (Thongrod et al., 2003 dalam Mateos, 2012).

  Kombinasi pakan alami yang diberikan pada proses pematangan gonad abalon merupakan bagian dari penerapan teknologi manipulasi pakan (Bilbao et al., 2012). Gracilaria sp. dan Ulva sp. merupakan kandidat yang baik sebagai pakan alami yang berguna dalam mempercepat kematangan gonad induk abalon tropis (H.asinina) (Viera et al., 2011). Kandungan nutrisi Gracilaria sp. meliputi protein 4,17%, lemak 9,54% dan karbohidrat 42,49% (Soegiarto dan Sulustijo, 1990). Ratana-arporn and Chirapart (2006) menyatakan kandungan nutrisi Ulva reticulata meliputi protein 21,06%, karbohidrat 55,77% dan lemak 0,75%.

  Nutrisi berperan penting dalam proses kematangan gonad (Litaay, 2005). Pembentukan germinal epitelium diantara epidermis luar dan kelenjar pencernaan didukung oleh protein dan lemak dalam makanan yang terdapat pada tahap immature (Soudant et al., 1999 dalam Litaay, 2005). Lemak juga berperan dalam proses asosiasi antara oogonia dan spermatogonia dengan trabeculae yang berada pada tahap proliferative (Mai et al., 1995).

  Utting and Millican (1998) dalam Litaay (2005) menyatakan kebutuhan lemak dan protein meningkat seiring waktu pemijahan. Peningkatan tersebut terjadi pada proses awal vitelogenesis telur berdiameter 25-30µm dan pada jantan ditandai dengan mulai terbentuknya spermatosit primer (4n) yang mengalami meiosis I menjadi spermatosit sekunder kemudian spermatid atau berada pada tahap maturing. Pada tahap matang (ripe), kandungan lemak menurun, pematangan gamet ditandai dengan testis jantan mengandung spermatozoa sedangkan ovarium betina mengandung ovum dan polar body II dengan diameter > 120µm (Lodeiros et al., 2001 dalam Litaay, 2005). Karbohidrat berperan dalam proses vitelogenesis dan spermiogenesis abalon yang disintesis menjadi asam lemak jika mengalami kekurangan (Beltran et al., 2003 dalam Litaay, 2005).

  Kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan abalon (Haliotis sp.) berpengaruh terhadap percepatan kematangan gonad induk abalon sehingga dapat mengatasi permintaan induk matang gonad dan siap memijah (Litaay, 2005). Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu diketahui persentase kombinasi antara Ulva reticulata dan Gracilaria sp. sebagai pakan alami yang dapat mempercepat kematangan gonad induk abalon tropis (H.asinina).

  3.2 Hipotesis Ada pengaruh persentase kombinasi Gracilaria sp. dan Ulva reticulata sebagai pakan alami terhadap tingkat kematangan gonad abalon tropis (Haliotis asinina)

  Kematangan gonad induk abalon (Haliotis asinina) Faktor Faktor exegenous endogenous

  Temperatur Pakan Fotoperiod Prostaglandins dan asam amino M

  Kebutuhan nutrisi e Ulva reticulata Gracilaria sp. n

  Protein 25% g Protein 21,06%* Protein 6,9%* Karbohidrat 43- a Karbohidrat 55,7%* Karbohidrat 27,7%*

  48% t Lemak 2,22%*

  Lemak 0,75%*

  Lemak 1,3% a s i

  Oogenesis Spermatogenesis

  Pembentukan Pembentukan

  Tahap immature

  germinal epitelium germinal epitelium

  < Tahap

  Oogonia Spermatogonia

  proliferative

  Oosit Spermatid

  Tahap maturing

  Ovum Spermatozoa

  Tahap ripe Percepatan kematangan gonad Gambar 9. Kerangka konseptual penelitian

  Keterangan : = yang tidak diteliti = yang diteliti

  • = berdasarkan literatur

  IV METODOLOGI PENELITIAN

  4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan 25 Februari sampai 28 Maret 2014 di Unit Pelaksana Teknis Loka Pengembangan Kompetensi Sumberdaya

  Manusia Oseanografi (UPT LPKSMO) Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

  4.2 Materi Penelitian

  4.2.1 Peralatan Penelitian Alat-alat yang digunakan adalah 20 bak pemeliharaan (keranjang plastik), styrofoam, timbangan digital, caliper, spatula, refraktometer dan termometer.

  4.2.2 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 ekor induk yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 100 ekor induk betina abalon tropis (H. asinina) yang berukuran 4-7 cm, Ulva reticulata dan Gracilaria sp.,

  4.3 Metode Penelitian

  4.3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan

  Analisys of Variance (ANOVA) yang terdiri dari lima perlakuan dan empat ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

  Desain tata letak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

  Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Variabel bebas : persentase kombinasi pakan alami (Gracilaria sp. dan Ulva reticulata)

  Variabel tergantung : tingkat kematangan gonad Variabel terikat : abalon tropis (H.asinina) (panjang cangkang, pertumbuhan berat tubuh dan warna gonad) dan kualitas air (suhu dan salinitas)

  4.3.2 Pelaksanaan Penelitian

  A. Persiapan dan Pengaturan Peralatan Penelitian ini menggunakan keranjang plastik volume 3 kg sebanyak 20 buah. Kemudian ditambahkan styrofoam, styrofoam dipotong berbentuk persegi

  2

  dengan ukuran 7 x 7 cm sebanyak 80 potong dan dipasang pada setiap keranjang sebanyak 4 buah. Untuk menghindari abalon keluar dari keranjang, digunakan waring sebagai penutup yang dipotong berbentuk persegi dengan ukuran 20 x 20

  2

  cm kemudian dijahit disekeliling keranjang. Pada bagian tengah digunting sebagai jalan keluar masuk pakan dan abalon.

  Setiap keranjang diisi 10 induk abalon yang terdiri dari lima induk jantan dan lima induk betina. Lokasi penelitian dipindahkan di laut bagian selatan Pulau Pari yang berjarak 500 m dari pantai dengan pasang tertinggi 1,5 meter dan surut terendah 50 cm untuk mencegah kekeringan saat surut terendah. Keranjang abalon selanjutnya diletakkan dalam karamba yang berukuran 1,5 x 3 meter agar tidak hanyut saat air laut pasang. B. Sampel Sampel abalon (H.asinina) sebanyak 200 ekor diperoleh dari hasil tangkapan alam di Pulau Pari dengan panjang cangkang antara 4–7 cm. Warna gonad awal yang digunakan yaitu hijau kebiruan untuk induk betina dan krem keputihan untuk induk jantan (tahap maturing).

  C. Pemberian Pakan Pakan yang digunakan adalah Ulva reticulata dan Gracilaria sp. yang diperoleh dari sekitar Pulau Pari. Pakan ditempatkan dalam karamba berukuran 1

  3

  x 1 x 0,3 m agar tetap segar. Kombinasi pakan abalon (H. asinina) diberikan setiap tiga hari sekali sebanyak 10% / jenis pakan selama satu bulan. Pakan segar diletakkan dalam keranjang plastik dan ditambahkan pecahan karang sebagai pemberat.

  Setiap hari dilakukan pembersihan untuk menghilangkan feces yang mengendap dalam keranjang. Pakan yang diberikan sebelum dan sesudah akan ditimbang menggunakan timbangan digital untuk mengetahui laju konsumsi pakan induk abalon (H. asinina). Pemberian pakan berdasarkan lima perlakuan, yaitu perlakuan A Gracilaria sp. (100%) : U. reticulata (0%) (G100 : U0), B Gracilaria (75%) : U. reticulata (25%) (G75 : U25), perlakuan C Gracilaria sp.

  (50%) : U. reticulata (50%) (G50 : U50), perlakuan D Gracilaria sp. (25%) : U.reticulata (75%) (G25 : U75) dan perlakuan E Gracilaria sp. (0%) : U.reticulata (100%) (G0 : U100).

  D. Pertambahan berat tubuh dan panjang cangkang Pertambahan berat ditimbang mulai dari awal penelitian, yaitu minggu kedua dan minggu keempat. Induk abalon ditimbang satu persatu sebanyak 200 induk pada masing-masing perlakuan dengan timbangan digital. Panjang cangkang induk diukur satu persatu sebanyak 200 induk dengan caliper.

  E. Pemijahan induk abalon untuk menguji hasil penelitian Pemijahan dilakukan setelah perlakuan pakan selama satu bulan pemeliharaan. Percobaan tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh persentase kombinasi pakan terhadap kematangan gonad. Pemijahan diulang sebanyak tiga kali. Induk abalon (H.asinina) jantan dan betina sebelumnya disortir untuk mendapatkan induk yang benar-benar matang gonad (tahap ripe). Pemijahan tersebut dilakukan dengan memilih masing-masing 10 induk jantan dan betina. Induk yang matang gonad (tahap ripe) kemudian ditempatkan di dalam wadah kecil guna menghindari terjadinya fertilisasi.

  Waktu pemijahan dilakukan pada malam hari. Menjelang pemijahan (siang sampai sore hari), bak pemijahan diisi dengan air laut yang sebelumnya telah disaring dan disterilisasi dengan UV-sterilizer. Induk abalon hasil sortir diangkat dari keranjang lalu dicuci dengan air laut bersih untuk menghilangkan kotoran dan lumut yang menempel.