BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Sejarah Singkat Perusahaan Bakso Son Haji Sony - ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE DAN WORD OF MOUTH (WOM) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Bakso Son Haji Sony I-X Band

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Sejarah Singkat Perusahaan Bakso Son Haji Sony Bakso merupakan makanan ringan dan bergizi. Bakso yang mengandung

  protein dan kandungan gizi lainnya sangat banyak manfaatnya. Bakso ini diolah melalui proses memasak yang sangat dijaga kualitasnya. Selain itu, agar bakso tersebut kelihatan lebih menarik maka bakso tersebut diberi nama bakso Sony. Alasannya, karena namanya disesuaikan dengan nama produk yang dihasilkan yang gurih serta bentuknya yang bulat dan nama Sony lebih menjual dan mudah diingat konsumen. Kemudian bakso Son Haji Sony dikonsumsi dengan menambahkan beberapa makanan ringan seperti kerupuk khas Lampung dan saus pedas atau manis untuk menambah citra rasa bakso tersebut.

  Bakso Son Haji Sony berkedudukan di Jl. Wolter Mongonsidi dekat RS. Bumi Waras Telp. 0721 267519. Produk tersebut mulai berdiri tanggal 21 Februari 1996. Untuk lebih mudah pemesanan, bagi konsumen yang berminat mencoba produk bakso tersebut bisa melalui via telepon. Nama pemiliknya adalah Sony Hadi Sucipto beralamat di Jl. Raya Sukowati RT 03 RW 013 Beloran Sragen Kulon Kabupaten Sragen. Awal mula berdirinya dirintis ditanah kelahirannya di daerah Jawa bermodalkan gerobak bakso keliling sang pemilik berjualan dari rumah kerumah sampai akhirnya berkembang sampai sekarang ini. Bakso Son Haji Sony terus melebarkan sayapnya di Lampung dan tercatat 10 cabang yakni Bakso Son Haji Sony I-X. Tiap cabang dikelola oleh 5 sampai dengan 10 karyawan tergantung ramai sepinya pengunjung. Sejak awal tahun

  Menurut manajer Bakso Son Haji Sony perkembangan usaha bakso yang kini memiliki asset hingga Rp. 1.080.000.000,-/ tahun dengan pendapatan rata- rata per bulan sebesar Rp. 80.000.000 dan hampir setiap bulannya selalu mengalami peningkatan kurang lebih sebesar 5% tergantung dengan banyaknya pelanggan yang membeli. Asset yang telah usaha ini miliki tidak lepas dari sikap ketabahan dalam mengelola usaha, dulu bakso Son Haji Sony dijajakan keliling sekarang berkembang pesat, bahkan bakso ini dibuat oleh pengelolanya sendiri dengan mesin seharaga Rp. 2M dari Eropa. Ciri-ciri desain dari bakso ini sangat mudah dikenali karena bentuknya yang menarik. Bakso ini disajikan mengikuti kemajuan dari produk-produk makanan yang sejarang lagi banyak disenangi oelh konsumen. Selain itu, bakso baik untuk diet dan kesehatan ketika seseorang mengurangi untuk mengkonsumsi nasi.

  Ide awal dibentuknya usaha Bakso Sony adalah pasar dan konsumen yang menjanjikan di Bandar Lampung maka tidak salah kalau dipilih tempat pertama kali adalah di Jl. Wolter Monginsidi samping RS. Bumi Waras. Berdasarkan hal tersebut, perlu dibentuk suatu usaha berupa usaha kecil makanan ringan yang menjual bakso yang menarik untuk dimakan, baik dari segi tata cara penyajian, bentuk penyajian, dan rasa. Usaha ini membentuk bakso menjadi makanan ringan yang siap untuk diamkan dan disajikan secara mudah dan praktis yang menggunakan bahan utama bakso daging sapi, tepung, telur, dan sebagainya.

  Sehingga dapat dinikmati dari smeua kalangan masyarakat.

  Segmen pasar yang dipilih dalam usaha ini adalah semua kalangan masyarakat. Karena segmen masyarakat menengah keatas pada usaha seperti ini sudah cukup banyak dan bervariasi dalam penyajian dan rasa terutama di kota- kota besar sehingga pesaingnya lebih banyak dibandingkan dengan segmen menengah ke bawah. Dalam usaha ini perusahaan membutuhkan beberapa karyawan untuk memudahkan dalam menjalankan usaha yang sangat sederhana ini. Karena menurut perusahaan bisnis yang akan dijalankan tersebut akan membawa dampak positif dan perkembangan yang menghantarkan kesuksesan dimasa yang akan datang.

B. Motto, Visi dan Misi Perusahaan Bakso Son Haji Sony

  Motto perusahaan Bakso Sony: “Saya yakin bahwa bisnis kami akan memiliki konsumen yang jelas dan pangsa pasar yang besar”.

  Visi usaha Bakso Son Haji Sony adalah sebagai berikut:

  1. Mensosialisaikan hidup sehat dengan makanan bergizi

  2. Menyajikan makanan ringan yang sehat dan bergizi 3. Menciptakan pilihan menjadi penyedia utama makanan ringan yang baik.

  Adapun Misi usaha Bakso Sony yaitu:

  1. Dapat memperluas usaha dikemudian hari sehingga bisa menjadi usaha yang besar dari sebelumnya

  2. Menu makanan baru yang sehat dan bergizi bagi semua orang

  3. Menarik minat bagi orang yang kurang menyukai makanan ringan yang mengandung MSG

  4. Memberikan menu alternatif untuk menikmati makanan ringan dengan tata cara penyajian yang menarik, sehat, dan enak.

C. Pengelola Usaha Bakso Son Haji Sony

  Pengelola usaha bisa disebut sebagai struktur organisasi meskipun sifatnya informal, struktur organisasi ini akan mengidentifikasi peran dan tanggung jawab karyawan yang dipekerjakan oleh setiap perusahaan. Oleh karenanya, setiap perusahaan akan memiliki struktur yang berbeda tergantung skala perusahaan dan jenis perusahaan. Struktur perusahaan yang baik adalah struktur yang mampu memfasilitasi orang untuk bekerjasama tanpa terjebak menciptakan birokrasi yang berbelit-belit. Sehingga struktur yang ada akan mengoptimalkan kelebihan dan kelemahan dari setiap bagian/individu.

  Struktur organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan anatara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu usaha diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan usaha tersebut. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam usaha. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan yang diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.

  Perusahaan bakso Son Haji Sony tersebut menentukan bentuk/struktur organisasi perusahaan, yaitu: Bagian produksi : Fitri Ramayani Bagian pengadaan barang : Lia Handoyo Bagian promosi & distribusi : putri pusfita melati Berikut adalah job description dari setiap unit usaha bakso sony, yang terdiri dari :

  Manajer pelaksana mempunyai beberapa wewenang ,tugas, dan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam proses perencanaan kinerja perusahaan, antara lain: a. Membangun sarana umum untuk setiap pekerja berdasarkan pada tujuan perusahaan, rencana bisnis perusahaan, dan rencana kinerja ketua pelaksana; b. Menjadwal diskusi perencanaan kinerja dan pengembangan dengan setiap pekerja; c. Membantu semua pekerja dalam menentukan prioritas dan/atau identifikasi sasaran kritis yang menjadi tanggung jawabnya; d. Meninjau kembali semua konsep rencana kerja bawahan;

  e. Membantu pekerja dalam menentukan bidang pengembangan dan aktivitaas yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan kinerja pekerja untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ketua pelaksana; dan

  f. Apabila rencana bisnis berubah secara signifikan perlu bekerja bersama pekerja untuk mengubah sasaran pekerja yang mencerminkan perubahan tersebut. Bagian pengadaan barang mempunyai beberapa wewewang, tugas, dan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam proses perencanaan kinerja perusahaan, antara lain:

  a. Sedapat mungkin membiasakan diri dengan tujuan dan sasaran perusahaan; b. Menentukan sumber daya dan koordinasi yang diperlukan perusahaan, terutama dalam mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bakso;

  c. Mendiskusikan konsep rencana dengan ketua pelaksana sampai diperoleh kesepakatan bersama.

  Bagian produksi adalah penggunaan sumber daya seperti orang dan mesin untuk mengubah bahan menjadi barang jadi atau jasa. Oleh sebab itu, bagian produksi mempunyai beberapa wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang harus dialkukan dalam proses perencanaan kinerja perusahaan, antara lain: a. Sedapat mungkin membiasakan diri dengan tujuan dan sasaran perusahaan;

  b. Menentukan sumber daya dan koordinasi yang diperlukan perusahaan, terutama dalam mengelola alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bakso; dan

  c. Mendiskusikan konsep rencana dengan ketua pelaksana sampai diperoleh kesepakatan bersama.

  Bagian promosi dan distribusi kegiatan promosi yang dilakukan oleh bakso Son Haji Sony harus sejalan dengan rencana pemasaran yang diarahkan dan dikendalikan untuk mengembangkan laju pemasaran Bakso Son Haji Sony yang memasarkan bakso menggunakan beberapa bentuk promosi yang dipilih oleh pelaku usaha adalah pelaku usaha menggunakan bentuk promosi penjualan tatap muka (personal selling) dan hubungan masyarakat.

  Distribusi adalah proses memindahkan barang dan jasa dari pelaku usaha produk dan kepemilikan secara hukum mengalir dari pelaku usaha ke konsumen. Oleh karena itu, bagian promosi dan distribusi mempunyai beberapa wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam proses perencanaan kinerja perusahaan, antara lain:

  a. Sedapat mungkin membiasakan diri dengan tujuan dan sasaran perusahaan;

  b. Mempromosikan bakso kepada konsumen dimana pelaku usaha menggunakan bentuk promosi penjualan tatap muka (personal selling) dan hubungan masyarakat;

  c. Mendistribusikan bakso Son Haji Sony kepada konsumen untuk menghasilkan laba yang diharapkan oleh perusahaan; dan d. Mendiskusikan konsep rencana dengan ketua pelaksana sampai diperoleh kesepakatan bersama.

  Bendahara bertugas untuk mengatur dan mengendalikan sumber daya keuangan seiring sumber daya ini mengalir kedalam perusahaan, dipegang oleh perusahaan, dan mengalir keluar perusahaan. Oleh sebab itu, bendahara mempunyai wewenag, tugas, dan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam proses perencanaan kinerja perusahaan antara lain:

  a. Sedapat mungkin membiasakan diri dengan tujuan dan sasaran perusahaan;

  b. Mengatur dan mengendalikan uang yang masuk dan keluar dari perusahaan guna kelancaran usaha; c. Mendiskusikan konsep rencana dengan ketua pelaksana sampai diperoleh kesepakatan bersama.

  Usaha yaitu mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal, dan keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa. Usaha Bakso Son Haji Sony merupakan suatu bidang usaha kecil yang menghasilkan produk makanan ringan profit (berorientasi pada laba), seperti perusahaan produk pada umumnya yang bertujuan menghasilkan laba bagi perusahaan. Bakso lebih berorientasi pada cita rasa, harga dan mutu dari produk tersebut. Bakso ini diolah melalui proses memasak yang sangat dijaga kualitasnya. Bakso Son Haji Sony mempunyai sifat tahan lama daripada makanan-makanan yang diproduksi lainnya.

  Dengan demikian, diahrapakan konsumen yang mengkonsumsi bakso ini bisa menikmati cita rasa dari produk tersebut dimana produk tersebut mengandung protein dan kandungan gizi lainnya sangat banyak manfaatnya.

  Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai tujuan tersebut begitu juga pada usaha Bakso Sony, perusahaan terus berusaha agar tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat terwujud. Untuk mewujudkan itu semua, dibutuhkan kerja keras yang tinggi dan disiplin serta loyalitas dalam bekerja. Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi, kinerja usaha ini yang dijalankan perusahaan adalah meproduksi, mempromosikan, dan mendistribusikan Bakso Son Haji Sony kepada konsumen.

  Rencana kegiatan usaha bakso sony, dapat dijelaskan dibawah ini:

  1. Strategi produksi Dalam strategi produksi, perusahaan bakso sony akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Namun, akan tetap menstabilkan harga dan produksi tersebut. Hal ini direncanakan untuk mengembangkan dan mengekspansi usaha ini menjadi pesat dimasa yang akan datang.

  2. Strategi organisasi dan sumber daya manusia Dalam penerapan strategi organisasi dan sumber daya manusia juga sangat diperhatikan karena organisasi dan sumber daya manusia mempengaruhu berkembangnya usaha ini. Strategi yang diterapkan adalah dengan memebrikan motivasi dan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi.

  3. Strategi marketing Marketing juga mempengaruhi berkembangnya usaha ini. Strategi marketing yang akan dilakukan adalah dengan lebih memasarkan usaha ini dengan membuat brosur, via ponsel dan media internet yang akan lebih dipasarkan kepada masyarakat umum.

  4. Strategi keuangan Dalam mengembangkan usaha, perusahaan Bakso Son Haji Sony akan menambah jumlah tenaga kerja untuk mengembangkan usaha tersebuit.

  Penambahan jumlah tenaga kerja tersebut diperoleh dari modal sendiri yang telah didapat dari keuangan yang telah diperoleh selama ini.

  D. Gambaran umum responden

  Profil responden yang ditanyakan pada kuesioner adalah nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan rata-rata tiap bulan, dan darimana responden mengetahui Bakso Son Haji Sony. Berikut ini adalah data yang penulis peroleh mengenai profil responden, yaitu:

1. Berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

  No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

  1 Pria 31 31%

  2 Wanita 69 69% Total 100 100%

  Sumber: data primer yang telah diolah Berdasarkan tabel 4.1 diketahui dari 100 responden terlihat bahwa 31 responden berjenis kelamin pria (31%), sedangkan 69 responden berjenis kelamin wanita (69%). Dari data tersebut terlihat bahwa bakso son haji sony diminati baik pria maupun wanita bahkan terlebih pada wanita.

  2. Berdasarkan Umur Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur

  No Umur Jumlah Presentase 1 ≤ 20 26 26% 2 21-30 55 55% 3 ≥ 30 19 19%

  Total 100 100% Sumber: Data primer yang telah diolah Berdasarkan tabel 4.2 diketahui dari 100 responden terlihat bahwa 26 responden berusia kurang dari 20 tahun (19%), 55 responden berusia antara 21-30 tahun (55%), dan 26 responden berusia lebih dari 31 tahun (19%).

  Berdasarkan data tersebut, nampak bahwa usia pemakai Bakso son haji sony rata-rata dari 21 tahun sampai dengan 30 tahun, hal tersebut disebabkan karena usia tersebut merupakan usia produktif untuk mengonsumsi bakso.

  3. Berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan

  No Pekerjaan Jumlah Persentase

  1 Pelajar/Mahasiswa 52 52%

  2 Pegawai Negeri 8 8%

  3 Pegawai Swasta 21 21%

  4 Wiraswasta 14 14%

  5 Lain-lain 5 5% Total 100 100%

  Sumber: data primer yang telah diolah Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dari 100 responden terlihat bahwa 52 responden yang berstatus mahasiswa (52%), 8 responden berstatus pegawai negeri (8%), 21 responden berstatus pegawai swasta (21%), 14 responden berstatus wiraswasta (14%), dan 5 responden berstatus lainnya (5%).

  Berdasarkan data tersebut, yang mengkonsumsi bakso son haji sony didominasi oleh mahasiswa.

  4. Berdasarkan Pendapatan Tabel 4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Tiap Bulan

  No Pendapatan Jumlah Persentasi 1 ≤ 1.500.000 7 7% 2 1.500.000 – 2.000.000

  17 17% 3 2.000.000 – 3.000.000 20 20% 4 ≥ 3.000.000

  8 8%

  5 Belum berpenghasilan 48 48% Total 100 100%

  Sumber: data primer yang telah diolah

  Berdasarkan tabel 4.4 diketahui dari 100 100 responden terlihat bahwa 7 responden mempunyai pendapatan kurang dari Rp. 1.500.000 (7%), 17 responden berpendapatan antara Rp. 1.500.000- Rp. 2.000.000 (17%), 20 responden berpendapatan antara Rp. 2.000.000- Rp. 3.000.000 (20%), 8 responden berpendapatan lebih dari Rp. 3.000.000 (8%), dan 48 responden yang belum berpenghasilan (48%). Berdasarkan data tersebut, nampak bahwa rata-rata yang membeli bakso son haji sony adalah antara 2.000.000-3.000.000 perbulan dan yang belum berpenghasilan.

  E. Gambaran Distribusi Jawaban Responden

  1. Variabel Brand Image Distribusi jawaban responden berdasarkan variabel brand image dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Analisis tanggapan responden terhadap variabel Brand Image

  No pertanyaan SS S RR TS STS Total F % F % F % F % F % F %

  1 X

  1 .1

  50

  50

  42

  42

  8 8 100 100

  2 X .2

  44

  44

  49

  49

  7 7 100 100

  1

  3 X 1.

  3

  41

  41

  13

  13

  36

  36

  10 10 100 100

  4 X

  1 .4

  45

  45

  53

  53

  2 2 100 100 Sumber: hasil pengolahan data primer Keterangan: F (frekuensi), SS (sangat setuju), S (setuju), RR (ragu-ragu), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju)

  Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa tanggapan responden sebagian besar setuju dan sangat setuju. Untuk tanggapan pertanyaan yang dan terjamin kebersihannya sebesar 50%, Pada pertanyaan X

  1 .2 yaitu apakah

  anda memiliki kepuasan tersendiri setelah membeli Bakso Son Haji Sony sebesar 49%, untuk pertanyaan X

  1 .3 Bakso Son Haji Sony menjual produk

  makanan yang dijamin halal sebesar 41%, dan untuk pertanyaan X .4 Bakso

  1 Son Haji Sony mempunyai rasa khas dan berbeda dengan bakso-bakso yang

  lain sebesar 53%. Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa perusahaan haruslah memberikan pelayanan secara baik dan memuaskan konsumen, sehingga konsumen merasakan puas akan pelayanan dari perusahaan dan itu akan memberikan efek yang positif bagi perusahaan itu sendiri.

  2. Variabel Word Of Mouth (WOM)

Tabel 4.6 Analisis tanggapan responden terhadap WOM

  No pertanyaan SS S RR TS STS Total F % F % F % F % F % F %

  1 X

  2 .1

  41

  41

  49

  49

  2

  2

  8 8 100 100

  2 X .2

  53

  53

  25

  25

  15

  15

  7 7 100 100

  2

  3 X 2.

  3

  41

  41

  54

  54

  5 5 100 100

  4 X

  2 .4

  31

  31

  51

  51

  18 18 100 100 Sumber: hasil pengolahan data primer

  Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa tanggapan untuk semua pernyataan setuju. Untuk pertanyaan X

  2 .1 yaitu Apakah anda sering

  membicarakan kepada orang lain bahwa Bakso Son Haji Sony adalah bakso yang paling enak di Bandar Lampung sebesar 49%, untuk pertanyaan X

  2 .2 Apakah

  anda sering mempromosikan pada kalangan terdekat tentang kepuasan anda setelah membeli Bakso Son Haji Sony sebesar 53%, untuk pertanyaan X

  2 .3

  Apakah anda sering memberikan rekomendasi kepada teman-teman yang ingin meyakinkan kebeberapa kerabat yang memiliki persepsi negatif tentang bakso Son Haji Sony sebesar 51 %. Hal tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar konsumen mengetahui bakso son haji sony melalui media promosi dari mulut ke mulut.

  3. Variabel keputusan pembelian

Tabel 4.7 Analisis Tanggapan Responden Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

  No pertanyaan SS S RR TS STS Total F % F % F % F % F % F %

  1 Y.1

  58

  58

  47

  47

  1

  1

  8 8 100 100

  2 Y.2

  53

  53

  37

  37

  10 10 100 100

  3 Y.3

  55

  55

  33

  33

  12 12 100 100

  4 Y.4

  58

  58

  34

  34

  7

  7

  1 1 100 100

  5 Y.5

  41

  41

  35

  35

  10

  10

  14 14 100 100 Sumber: hasil pengolahan data primer Berdasarkan tabel 4.6 tanggapan responden terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap prosuk bakso son haji sony dapat dikatakan sangat baik karena sebagian besar memilih setuju dengan prosuk-produk, kualitas dan pelayanan yang diberikan. Para konsumen merasa bahwa bakso son haji sony memiliki kualitas bakso yang baik dan sesuai dengan yang diinginkan konsumen.

  Kualitas bakso yang enak serta harga yang sesuai sesuai dengan mutu produk dan pelayanan yang diberikan, maka kepuasan yang dirasakan konsumen semakin tinggi. Setelah membeli bakso son haji sony maka konsumen akan merasakan kepuasannya, maka sudah pasti konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut, sehingga mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Konsumen yang puas akan terus melakukan pembelian dan akan merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli bakso son haji sony.

F. Hasil analisis data

  Penguji menggunakan uji reliabilitas dan uji validitas, analisis regresi berganda, kofesien determinasi, uji F, dan uji t untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti. Jawaban ini dihitung berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan dimana terdiri dari 4 pertanyaan yang berhubungan dengan brand image, 4 pertanyaan yang berhubungan dengan word of mouth, dan 5 pertanyaan yang berhubungan dengan keputusan pembelian.

1. Uji validitas

  Instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur dari variabel yang diteliti. Teknik yang digunakan untuk uji validitas ini adalah “korelasi product moment” dari pearson dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor totalnya.

  Adapun hasil uji validitas dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS dapat disajikan dalam tabel berkut ini:

Tabel 4.8 Hasil uji validitas butir kuesioner

  No Butir dalam r hitung r tabel Keterangan kuesioner

  1 X 1. 1 0,734 0,195 Valid

  2 X 1.2 0,567 0,195 Valid

  3 X 3 0,735 0,195 Valid 1.

  4 X 1. 4 0,662 0,195 Valid

  5 X 2. 1 0,739 0,195 Valid

  6 X 2 0,792 0,195 Valid 2.

  7 X

  2 .3 0,731 0,195 Valid

  8 X

  2 .4 0,577 0,195 Valid

  10 Y2 0,712 0,195 Valid

  11 Y3 0,588 0,195 Valid

  12 Y4 0,705 0,195 Valid

  13 Y5 0,565 0,195 Valid Sumber: data primer yang telah diolah

  Sesuai dengan arikunto bahwa apabila r hitung > r tabel, maka dapat diktakan bahwa suatu instrumen adalah valid. Dari hasil pengujian validitas pada

tabel 3.1 dapat dilihat bahwa keseluruhan item variabel!penelitian mempunyai r hitung > t tabel = 0,195 sehingga dapat dikatakan bahwa keseluruhan item

  variabel penelitian adalah valid untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

2. Uji Reliabilitas

  Sedangkan uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya. Atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.

  Dalam hal ini uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik alpha

  

cronbach , dengan kriteria bahwa tingkat alpha hitung kurang dari 0,6 adalah

  kurang baik, sedangkan diatas 0,7 adalah dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Adapun prhitungan tingkat alpha dilakukan dengan menggunakan progran SPSS 17. Adapun hasil uji reabilitas yang dilakukan terhadap instrumen penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Variabel Alpha Cronbach Kesimpulan

  Brand Image 0,676 Reliabel Word of Mouth 0,667 Reliabel

  Keputusan Pembelian 0,696 Reliabel Sumber: data primer yang telah diolah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,6 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

  Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan uji normalitas dan homogenitas serta uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar Normal P-P Plot dibawah ini.

  Perlu diingatkan bahwa asumsi normalitas yang dimaksud dalam asumsi klasik pendekatan OLS adalah (data) residual yang dibentuk model regresi linier terdistribusi normal, bukan variabel bebas ataupun variabel terikatnya. Kriteria sebuah (data) residual terdistribusi normal atau tidak dengan pendekatan Normal P-P Plot dapat dilakukandengan melihat sebaran titik-titik yang ada pada gambar. Apabila sebaran titi-titik mendekati atau rapat pada garis lurus (diagonal) maka dikatakan bahwa data terdistribusi normal, namun apabila sebaran titik-titik tersebut menjauhi garis maka tidak terdistribusi normal.

Gambar 4.1 Uji normalitas

  sumber: data primer yang telah diolah Sebaran titik-titik dari gambar Normal P-P Plot diatas relatif mendekati garis lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Hasil ini sejalan dengan asumsi klasik dari regresi linear dengan pendekatan OLS. Kelemahan dari uji normalitas dengan Normal P-P Plot terletak pada kriteria dekat/jauhnya sebaran titik-titik. Tidak ada batasan yang jelas mengenai dekat atau jauhnya sebaran titik-titik tersebut sehingga sangat dimungkinkan terjadi kesalahan penarikan kesimpulan.

b. Uji multikolinieritas

  Syarat yang dipenuhi dalam uji multikolinieritas adalah dengan melihat Value variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Uji ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi berganda. Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas

  Dimensi Tolerance

  VIF Kesimpulan

Brand Image 0,838 1,193 Tidak terjadi multikolinearitas

Word of Mouth 0,838 1,193 Tidak terjadi multikolinearitas

  Sumber: data primer yang telah diolah Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat pada kolom VIF dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk Brand Image dan Word Of Mouth kurang dari 5. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ditemukan tidak adanya masalah multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

  Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan membuat scatterplot (alur sebaran) antara residual dan nilai prediksi dari variabel terikat yang telah di standarisasi. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar Scatterplot, seperti dibawah ini:

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas

  Dari gambar diatas terlihat bahwa sebaran titik tidak membentuk suatu pola/alur tertentu, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain terjadi homoskedastisitas. Asumsi klasik tentang heteroskedastisitas dalam model ini terpenuhi , yaitu terbebas dari heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

  Uji autokorelasi adalah pengujian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji ini digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1).

  Syarat yang harus terpenuhi dalam pengujian ini adalah tidak adanya autokorelasi pada model regresi. Metode pengujian yang digunakan adalah uji Durbin-Watson (uji DW). Adapun ketentuan dan hipotesis harus dipenuhi dalam pengujian ini telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dan untuk lebih jelas atas hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson dl Du 4-dl 4-du Kesimpulan

  1,816 1,634 1,715 2,366 2,285 Tidak terjadi autokorelasi Sumber: data primer yang telah diolah Berdasarkan output diatas, nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,816. sedangkan dengan melihat tabel d (DW) dengan nilai signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 100 serta jumlah variabel independen (k) = 2 menghasilkan nilai d1 sebesar 1,634 dan du sebesar 1,715 sedangkan pada nilai 4-du dan 4-dl adalah 2,285 dan 2,366 nilai-nilai tersebut memberikan penjelasan bahwa nilai DW (1,816) terletak sebelum nilai 4-du dan 4-dl yang artinya berada pada daerah tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi linier tidak terjadi autokorelasi.

G. Uji Hipotesis

1. Teknik Analisis Regresi Berganda

  Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menggambarkan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan depende. Regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

  

Sub Variabel Koefisisen t-hitung Sig. Kesimpulan

Regresi (b) Brand Image 0,476 4,505 0,000 Signifikan Word of Mouth 0,391 4,253 0,000 Signifikan

  Konstanta = 7.146 Sumber: data primer yang telah diolah Berdasarkan tabel diatas, terdapat dua hal yang dapat dijelaskan mengenai hubungan antara variabel X1 (Brand Image), X2 (WOM), terhadap keputusan pembelian (Y), yaitu sebagau berikut: Y = 7,146 +0,476 (X1) + 0,391 (X2) Keterangan:

  a. Konstanta sebesar 7,146, artinya adalah jika Brand Image (X1), dan WOM (X2) nilainya dalah nol, maka tingkat keputusan pembelian (Y) nilainya adalah 7,146.

  b. Koefisien regresi variabel Brand Image (X1) sebesar 0,476.

  c. Koefisien regresi variabel WOM (X2) sebesar 0,391.

2. Uji F (Simultan)

  Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel yang meliputi

  Brand Image dan Word of Mouth (WOM) berpengaruh positif terhadap

  keputusan pembelian produk. apakah variabel independen secara bersama- sama atau simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Hasil uji F dapat dilihat pada output ANOVA berikut ini:

Tabel 4.13 Hasil Uji F

  Sig. Kesimpulan F hitung F tabel a

  32,095 3,942 0,000 Positif Sumber: data primer yang telah diolah

  Berdasarkan data pada kolom F diatas nilai F diperoleh nilai sebesar

  hitung

  32.095. sedangkan pada F tabel diperoleh nilai dari df 1 (jumlah variabel – 1) atau 2

  • – 1 = 1 dan df 2 (n −k – 1) atau 100 – 2 – 1 = 97 pada tabel F yang menghasilkan nilai F sebesar 3,942. nilai tersebut menjelaskan bahwa nilai F > F =

  tabel hitung tabel

  32,095 > 3,942. Sehingga dapat disimpulkan H

  1 diterima dan H ditolak yang

  berarti kedua variabel yaitu brand image dan WOM secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian bakso son haji sony.

3. Uji T (Parsial)

  Uji T merupakan pengujian untuk menunjukkan pengaruh secara individu variabel bebas yang ada didalam model terhadap variabel terikat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sberapa jauh pengaruh satu variabel bebas menjelaskan variasi variabel terikat. Apanila nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan nilai signifikansi lebih kecl dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hasil dalam pengujian ini dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.14 Hasil Uji T Sub Variabel Koefisien T hitung T tabel Sig. Kesimpulan Regresi (b)

  Brand Image 0,476 4,505 1,984 0,000 Positif Word of Mouth 0,391 4,253 1,984 0,000 Positif

  Sumber: data primer yang telah diolah Sebelum menyimpulkan hipotesis yang diterima, terlebih dahulu menentukan T tabel dengan taraf signifikansi 5% : 2 = 2.5% (uji 2 sisi) dan derajat kebebasan (df) n − k − 1 atau 100 – 2 – 1 = 97. Penjelasan untuk masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut:

1) Brand Image

  Hasil statistik uji t untuk variabel brand image diperoleh nilai t hitung sebesar 4,505 dan t tabel 1,984 (df=97) dengan tingkat signifikansi 0,000 karena t hitung > t tabel (4,505>1,984), signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,476 maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Brand Image berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk” terbukti. 2) Word of Mouth (WOM)

  Hasil statistik uji t untuk variabel WOM diperoleh nilai t hitung sebesar 4,253 dan t tabel 1,984 (df=97) dengan tingkat signifikansi 0,000 karena t hitung > t tabel (4,253>1,984), signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,391 maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Word of Mouth (WOM) berpengaruh terhadap keputusan

  2

4. Uji Koefisien Determinasi (R )

  Analisis determinasi digunakan untuk mengukur besarnya persentase

  2

  pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil R dalam penelitian ini dapat terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi R R Square Adjusted R Square

  0,879 0,772 0,742 Sumber: data primer yang telah diolah

  2 Berdasarkan tabel diatas pada penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R

  sebesar 0,742. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel Brand Image dan WOM sebesar 74,2% sedangkan sisanya sebesar 25,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

H. Pembahasan

1. Pengaruh Brand Image terhadap Keputusan Pembelian Produk

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 4,505 dan nilai t tabel sebesar 1,984. Dengan membandingkan antara t hitung dan t tabel maka ditemukan bahwa t hitung > t tabel (4,505>1,984). Maka dapat disimpulkan bahwa brand image berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk.

  Citra merupakan sekumpulan keyakinan, ide, kesan dan persepsi dari seseorang, suatu komunitas, atau masyarakat terhadap suatu produk, merek, figur, organisasi, perusahaan bahkan negara yang dibentuk melalui suatu menunjukkan bahwa variabel brand image yang terdiri dari indikator citra perusahaan, citra pemakai dan citra produk mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan M. Kudus Prianto (2014) yang menegaskan bahwa brand image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk. Dengan demikian citra merek yang baik dapat menciptakan pesan komersial yang tersirat dan membuat konsumen untuk mencoba dan melakukan suatu pembelian bukan hanya sekali melainkan berulang-ulang.

  Narjono mengemukakan citra merek yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, oleh sebab itu pengembangan citra merek sangat penting dalam keputusan pembelian. Penemuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Narjono dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa konsumen selalu senantiasa dalam mempertimbangkan merek serta pada saat mengambil sebuah keputusan pembelian.

  

2. Pengaruh Word Of Mouth (WOM) terhadap Keputusan Pembelian

Produk

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 4,253 dan nilai t tabel sebesar 1,984. Dengan membandingkan antara t hitung dan t tabel maka ditemukan bahwa t hitung > t tabel (4,253>1,984). Maka dapat disimpulkan bahwa WOM berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk.

  Jadi, hasil analisis diatas menunjukkan bahwa WOM berpengaruh terhadap oleh Freddy Rangkuti mendefinisikan WOM sebagai usaha pemasaran yang memicu pelanggan untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan, dan menjual suatu produk, jasa atau merek kepada pelanggan lain. Dengan adanya komunikasi dari mulut kemulut dapat merangsang konsumen untuk membeli semakin kuat, dalam artian konsumen lebih yakin dengan adanya komunikasi dari mulut ke mulut. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat mulut, yaitu masyarakat yang lebih menggunakan mulutnya dalam berkomunikasi daripada tangan dan matanya untuk menulis dan membaca. Bahasa lisan tidak hanya sepuluh kali lebih efektif dibanding iklan cetak atau TV, bahasa lisan juga lebih penting pada saat ini dibandingkan kapanpun di masa lalu. Masyarakat lebih percaya dengan apa yang diaktakan orang daripada mengalami sendiri secara langsung. Terlebih apabila orang yang mengatakan tersebut lebih memiliki figur yang terpercaya atau berasal dari kelompok tertentu.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mangara Abdul Khair Harahap (2013) yang menegaskan word of mouth berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini juga menunjukkan hubungan positif yang berarti bahwa komunikasi dari mulut ke mulut menunjukkan pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian.

3. Pandangan Ekonomi Islam terhadap Brand Image dan WOM yang diterapkan oleh Bakso Son Haji Sony

  Hasil pembahasan penelitian ini memberikan penjelasan bahwa brand

  

image dan word of mouth (WOM) secara simultan memiliki keterkaitan dan pengaruh terhadap keputusan pembelian produk bakso son haji sony. Hal ini menunjukkan bahwasannya merek akan menjadi referensi konsumen ketika merek itu mempunyai kekuatan dan dipercaya sehingga bisa menggerakkan konsumen untuk melaksanakan pembelian.

  Sedangkan dalam pandangan Ekonomi Islam (merek) adalah nama baik yang menjadi identitas seseorang atau perusahaan dan membangun brand itu adalah penting tetapi dengan jalan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip etika bisnis Islam. Ada beberapa konsep yang melatarbelakangi keberhasilan Rasulullah SAW dalam bisnis, prinsip-prinsip itu intinya merupakan sikap-sikap dasar manusiawi yang menunjang keberhasilan seseorang. Menurut Abu Mukhaladun bahwa prinsip-prinsip Rasulullah SAW meliputi Shiddiq, amanah, dan fathanah. Prinsip-prinsip itu adalah:

a. Shiddiq

  Rasulullah telah melarang pebisnis melakukan perbuatan yang tidak baik, seperti beberapa hal dibawah ini: 1) Larangan tidak menepati janji yang disepakati 2) Larangan menutupi cacat atau aib barang yang dijual 3) Larangan untuk menjiplak, meniru, atau memalsukan merek.

  b. Amanah Amanah berarti tidak mengurangi apa-apa yang boleh dikurangi dan

  sebaliknya tidak boleh ditambah, dalam hal ini juga tidak menambah harga jual yang telah ditentukan kecuali atas pengetahuan pemilik barang. Maka seorang yang diberi amanah harus benar-benar menjaga dan memegang

  Rasulullah sebagai orang yang tidak beriman. Bahkan lebih jauh lagi digambarkan sebagai orang munafik. Seorang yang jujur dan amanah akan mendapatkan pahala dari Allah SWT dan akan dimasukkan kedalam surga secara bersama para Rasul dan orang-orang yang beriman. Sikap amanah mutlak harus dimiliki oleh pebisnis muslim. Sikap amanah diantaranya tidak melakukan penipuan, memakan riba, tidak menzalimi, tidak melakukan suap, tidak memberikan hadiah yang diharamkan, dan tidak memberikan komisi yang diharamkan.

  c. Fathanah Fathanah berarti cakap atau cerdas. Dalam hal ini fathanah meliputi dua unsur

  yaitu: 1) Fathanah dalam hal administrasi/manajemen dagang, artinya hal-hal yang berkenaan dengan aktivitas harus dicatat atau dibukukan secra rapi agar tetap bisa menjaga amanah dan sifat shiddiqnya. 2) Fathanah dalam hal menangkap selera pembeli yang berkaitan dengan barang maupun harta. Dalam hal fathanah ini Rasulullah mencontohkan tidak mengambil untung yang terlalu tinggi dibanding dengan saudagar lainnya. Sehingga barang beliau cepat laku. Dengan demikian fathanah disini berkaitan dengan strategi pemasaran (kiat membangun citra). Menurut Afzalurahman kiat mebangun citra dari uswah Rasulullah SAW meliputi penampilan, pelayanan, persuasi, dan pemuasan.

  Pada dasarnya pemberian nama atau merek sangatlah penting, hal ini disebutkan pula dalam QS. Al-Baqarah:31

  

           

   

  

Artinya: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-

orang yang benar"

  Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT telah menyediakan nama-nama baik dalam Al-Qur’an dan nama-nama lainnya sebagai warisan Nabi Adam AS.

  Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah selalu menghendaki kebaikan dan hal-hal yang enak dan menyenangkan bagi hambanya. Nama-nama Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan rahmat dan petunjuk bagi orang- orang yang beriman. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pemberian nama pada suatu produk. Dalam pemberian nama pada suatu produk, produsen harus memberikan nama-nama yang baik dan mengandung arti yang menunjukkan identitas, kualitas dan citra dari produk tersebut. Dengan nama yang baik dan simple akan mudah diingat oleh konsumen, maka produk tersebut akan cepat direspon oleh konsumen. Untuk itu perusahaan seperti Bakso Son Haji Sony harus bisa menciptakan merek yang terpercaya dalam persepsi konsumen hal ini untuk menarik mereka supaya melakuakn pembelian. Adapun nilai-nilai Brand (merek) yaitu: 1) Kejujuran

  Menurut Yusuf Al-Qhardawi mengatakan, diantara nilai transaksi yang terpenting dalam bisnis adalah amanah (kejujuran). Ia merupakan puncak moralitas puncak moralitas iman karakteristik yang paling menonjol dari orang yang beriman dan bahkan kejujuran merupakan karakteristik para Nabi. Oleh karena itu, sifat terpenting bagi pebisnis yang diridhoi Allah adalah kejujuran.

  Seperti tidak menjiplak, meniru, atau memalsukan merek. 2) Keadilan

  Keadilan adalah misi utama ajaran Islam, karenanya ia akan menjadi salah satu nilai dasar dalam perekonomian. Dalam hal ini sebuah merek produk haruslah sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen, tidak ada unsur penipuan dan manipulasi pada sebuah produk yang diproduksi.

  3) Prinsip tanggung jawab Pertanggung jawaban ini tidak hanya mencakup pertanggung jawaban seluruh perbuatan di dunia dan dialam akhirat. Namun pertanggung jawaban seseorang terhadap lingkungannya, pemerintah terhadap rakyatnya dan juga seperti perusahaan terhadap konsumennya.

  Ajaran Islam memerintahkan agar selalu berperilaku jujur, menepati janji, karena janji-janji tersebut nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Dengan selalu jujur dan menepati janji saja, citra pribadi seseorang akan meningkat, apalagi ditambah dengan kualitas atribut lainnya baik berupa materi maupun non materi. Citra merek yang terdefinisi dengan baik akan membentuk komunitas merek.

Dokumen yang terkait

PENGARUH BRAND IMAGE DAN WORD OF MOUTH COMMUNICATION TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KOMPOR GAS RINNAI PADA KONSUMEN KELURAHAN CEREME TABA KOTA LUBUK LINGGAU

0 0 16

PENGARUH BRAND AWARENESS DAN BRAND IMAGE SERTA WORD OF MOUTH TERHADAP BRAND TRUST DAN PEMBENTUKAN BRAND LOYALTY PADA PELANGGAN C’BEZT FRIEDCHIKEN KECAMATAN GENTENG BANYUWANGI THE EFFECT OF BRAND AWARENESS, BRAND IMAGE AND WORD OF MOUTH ON BRAND TRUST AND

0 1 14

ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE DAN BRAND ORIGIN TERHADAP INTENSI PEMBELIAN PRODUK BATIK

0 0 13

PENGARUH KOMUNIKASI WORD OF MOUTH (WOM) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PONSEL CROSS DI SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

1 2 22

ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TAS EIGER DI KOTA PALEMBANG

0 0 9

ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE DAN WORD OF MOUTH (WOM) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Bakso Son Haji Sony I-X Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 2 15

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE DAN WORD OF MOUTH (WOM) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Bakso Son Haji Sony I-X Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 1 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran - ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE DAN WORD OF MOUTH (WOM) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Bakso Son Haji Sony I-X Bandar Lampung) - Raden Intan Reposit

0 0 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian 1. Jenis Penelitian - ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE DAN WORD OF MOUTH (WOM) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Bakso Son Haji Sony I-X Bandar Lampung) - Ra

0 0 20