KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT FIQIH SIYASAH DAN HUKUM TATA NEGARA INDONESIA Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-

  

KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT FIQIH

SIYASAH DAN HUKUM TATA NEGARA INDONESIA

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-

  

Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Dalam

ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh

Amanda Rahmat Hidayat

  

NPM : 1321020017

Jurusan Siyasah

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

  

1439/2017M

  

ABSTRAK

  KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT FIQIH SIYASAH DAN HUKUM TATA NEGARA INDONESIA

  Oleh: Amanda Rahmat Hidayat

  Menurut pemahaman mengenai al- Qur‟an memang tidak ada satu dalil pun yang secara eksplisit memerintah atau mewajibkan umat Islam untuk mendirikan negara. Lebih dari itu bahkan istilah negara (daulah) pun tidak pernah disinggung dalam al-

  Qur‟an. Sebuah pemerintahan Islam adalah pemerintah yang menerima dan mengakui otoritas absolute Islam, dimana pemerintahan ini berupaya untuk membentuk sebuah tertib sosial yang islami sesuai dengan ajaran yang dikandung Islam, pelaksanaan syariat, sembari terus-menerus berupaya untuk mengarahkan keputusan-keputusan politik dan fungsi-fungsi publik sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai Islam, Berhubungan dengan tema pembahasan sekarang dari hak-hak politik adalah hak partisipasi politik non-Muslim didalam daulah Islamiyah, yang tersimbol pada dua Hak, yaitu hak memilih pemimpin atau anggota parlementer dan hak dipilih menjadi anggota dewan parlementer juga menjadi Ahlul Halli wal

  

Aqdi, yang mempunyai peran yang amat signifikan dalam sistem hukum Islam

  sejak masa kenabian dan masa-masa selanjutnya, maka penulis dalam hal ini kan mambahas prihal kepemimpin seseorang yang menjabat dalam suatu pemerintahan menurut fiqih siyasah dan hukum tata negara dalam Undang- Undang 1945 dan Pancasila, kalangan mana siapapun boleh menjadi kepala negara, asalkan ia mampu melaksanakannya. Kepala negara ditentukan berdasarkan pemilihan umat Islam Sendiri.

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hukum, perbedaan dan persamaan kepemimpinan non-muslim menurut fiqih siyasah dan hukum tata negara Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memperoleh seta memperluas wawasan dalam ilmu kepemimpinan yang terjadi di Indonesia tentag kepemiminan non-Muslim, untuk mengenalisis tanggapan fiqih siyasah dan hukum tata negara terhadap kepemimpinan, dimana kaum muslim yang dipimpin oleh kaum non-Muslim.

  Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan pendekatan yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Kemudian data yang terkumpul diolah melalui proses editing, dan sistematisasi data sehingga menjadi bentuk karya ilmiah yang baik. Sedangkan analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif analitik dengan pendekatan berfikir kompratif.

  Kesimpulan dari hasil penelitian Kepemimpinan non-Muslim Menurut Fiqih Siyasah Dan Hukum Tata Negara Indonesia yaitu, Pendapat ahli Fiqih Siyasah yang menanggapi tentang ketika entitas non-Muslim itu tidak memusuhi umat Islam dan mereka bersama-sama umat Islam dalam satu entitas negara Siyasah Kepemimpinan non-Muslim di Indonesia tidak lah masalah, selama seorang pemimpin itu memenuhi beberapa syarat yang sudah di tentukan, dan tidak melakukan pelanggaran selama ia menjabat, Hukum Tata Negara Indonesia tidak lah mempermasalahkan dari golongan manakah yang mampu memajukan kesejahteraan umum bagi Indoneisa.

  

MOTTO

،

َنيِذَّلا َنِم َينِكِرْشُمْلا َنِم اوُنوُكَت لاَو َةلاَّصلا اوُميِقَأَو ُهوُقَّ تاَو ِوْيَلِإ َينِبيِنُم

  َنوُحِرَف ْمِهْيَدَل اَِبِ ٍبْزِح ُّلُك اًعَ يِش اوُناَكَو ْمُهَ نيِد اوُقَّرَ ف

Artinya: Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya

  serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga

  1

  dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Rum: 31-23)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1.

  Rumayati.,S.Pd dan Hatanis. BA sebagai Ummi dan Ayahanda tercinta yang selama ini sudah mendidik, membimbing dan mendo‟akan ku disetiap langkah dan mengajarkan aku untuk selalu menjadi orang yang selalu bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

  2. Ayunda tercinta yang selalu memberikan saran serta do‟a bernama Sisca Nurhidayati.,S.Pd.I.

  3. Kakanda Ipar yang telah memberikan saran serta do‟a bernama Abdul Ghofur.,S.Pd.I 4. Adik Sepupu yang bernama Azkia Rohmah.

  5. Keluarga besarku tersayang.

  6. Almamaterku.

  

RIWAYAT HIDUP

Amanda Rahmat Hidayat, lahir pada tanggal 28 September 1994 di Desa Fajar

  Baru II, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Anak kedua dari dua bersaudara, merupakan buah cinta kasih dari pasangan Bapak Hatanis dan Ibu Rumayati. Adapun riwayat pendidikan adalah sebagai berikut: 1.

  SDN 1 Labuhan Dalam (Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung) lulus tahun 2006

  2. MTs N 2 Sukarame (Kecamatan Sukarame, Kabupaten Bandar Lampung) lulus tahun 2009

3. SMK 2 MEI Bandar Lampung (Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Bandar

  Lampung) lulus tahun 2012 4. Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung program Strata Satu (S1) Fakultas Syari‟ah Jurusan dari tahun 2013 hingga saat ini.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur Alhamdulillah yang tidak terkira kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan petunjuk dalam berjuang menempuh ilmu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada suritauladankita, Nabi Muhammad SAW. Nabi yang mengispirasi bagaimana menjadi pemuda tangguh, pantang mengeluh, mandiri dengan kehormatan diri, yang cita-citanya mélangit namun karyanya membumi.

  Skripsi ini berjudul “KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT FIQIH SIYASAH DAN HUKUM TATA NEGARA ISLAM

  ”. Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, uluran tangan, dari berbagai pihak.

  Untuk itu, sepantasnya disampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan do‟a, mudah-mudahan bantuan yang diberikan tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ucapan terimakasih ini diberikan kepada:

1. Dr. Alamsyah, S.Ag.,M.Ag. selaku Dekan Fakultas syari‟ah UIN Raden

  Intan Lampung sekaligus sebagai Pembimbing Akademik 1 2. Drs. Susiadi AS.,M.Sos.I. selaku Kajur Fakultas syari‟ah UIN Raden Intan

  Lampung sekaligus sebagai Pembimbing Akademik 2 3. Drs.Henry Iwansyah,M.A. Selaku Penguji 1 4. Agustina Nurhayati,S.Ag.MH. Selaku Ketua Sidang 5.

  Bapak dan ibu dosen Staf Karyawan Fakultas Syari‟ah yang telah mendidik, memberikan waktu dan layanannya dengan tulus dan ikhlas selama menuntut ilmu di Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung.

  6. Bapak dan ibu staf karyawan perpustakaan Fakultas Syari‟ah, perpustakaan pusat UIN Raden Intan Lampung dan perpustakaan Daerah Bandar Lampung.

  7. Untuk Ayah, Ibu, Ayuk, Kakak, Adik, Dea Fanny terimakasih atas dukungan dan doanya selama ini serta bantuan yang tak terkira baik yang bersifat materi maupun non materi.

  8. Untuk sahabat-sahabat terbaikku Siyasah B angkatan 2013.

  9. Untuk sahabat karib yang memberikan do‟a dan semangat.

  Skripsi ini disadari masih banyak kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya ilmu dan teori penelitian yang dikuasai. Oleh karenaitu diharapkan masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk skripsi ini.

  Akhirnya, dengan iringan terimakasih do‟a dipanjatkan kehadirat Allah SWT, semoga segala bantuan dan amal baik bapak-bapak dan ibu-ibu serta teman-teman sekalian akan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang menulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin

  Bandar Lampung, 11 Oktober 2017 Penulis

  Amanda Rahmat Hidayat

  NPM.1321020017

  DAFTAR ISI HALMAN JUDUL .................................................................................. i ABSTRAK .............................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ iv PENGESAHAN ....................................................................................... v MOTTO ................................................................................................. vi PERSEMBAHAN ................................................................................. vii RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii KATA PENGANTAR ........................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

  BAB I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Judul ............................................................................... 1 B. Alasan Memilih Judul ...................................................................... 3 C. Latar Belakang Masalah ................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ............................................................................ 8 E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8 F. Kegunaan Penelitian......................................................................... 9 G. Metodelogi Penelitian .................................................................... 10 BAB II . KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT FIQIH SIYASAH A. Definisi Kepemimpinan menurut Fiqih Siyasah ............................ 14 B. Pengertian Fiqih Siyasah dan Sumbernya ...................................... 15

  C.

  Dasar Hukum Kepemimpinan Menurut Fiqih Siyasah .................. 19 D.

  Syarat-Syarat Menjadi Pemimpin Menurut Fiqih Siyasah............. 32 E. Pendapat Ahli Fiqih Siyasah Tentang Kepemimpinan Non-Muslim

  ........................................................................................................ 33

  BAB III. KEPIMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT HUKUM TATA NEGARA INDONESIA A. Pengertian Hukum Tata Negara ..................................................... 41 B. Dasar Hukum Kepemimpinan Menurut Hukum Tata Negara Indonesia ........................................................................................ 43 C. Syarat-Syarat Menjadi Pemimpin Menurut Hukum Tata Negara Indonesia ........................................................................................ 46 D. Bagaimana Kepemimpinan Non-Muslim Menurut Hukum Tata Negara Indonesia ............................................................................ 53 BAB IV. ANALISIS A. Hukum, Perbedaan dan Persamaan Kepemimpinan non-muslim

  menurut Fiqih Siyasah dan Hukum Tata Negara Indonesia........... 58

  BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... 78 B. Saran ............................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 80

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Rencana penelitian pustaka ini yaitu mengenai” Kepemimpinan Non- Muslim Menurut Fiqih Siyasah dan Hukum Tata Negara Di Indonesia”. Untuk

  memahami kesalahan dalam memahami dan menafsirkan judul tersebut, maka istilah yang terkandung dalam judul ini perlu dijelaskan. Sebelum membahas arti kepemimpinan, terlebih dahulu penulis akan menguraikan satu persatu kata hingga menghasilkan arti yang dimaksud :

  1. Kepemimpinan Membahas kata kepemimpinan maka penulis akan menjabarkan

  2 satu-persatu kata. Kata Pemimpin berarti orang yang memimpin.

  Kepemimpinan berasal dari kata “Pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing, pimpin dapat pula menunjukan jalan yang baik atau benar, dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memimpin, menentukan secara benar apa yang dikerjakan didalam sebuah Negara hubungan kepemimpina sangat erat kaitannya dengan arti kata pemerintah, sekelompok orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan, penguasa suatu Negara (bagian Negara), badan tertinggi yang

  2 Wahyu baskoro, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Jakarta:setiakawan pres, memerintah suatu Negara (seperti kebinet merupakan sesuatu pemerintah),

  3 Negara atau negeri (sebagai lawan partikel atau swasta).

  2. Non-Muslim

  Non-Muslim berasal dari kata salima-yaslamu artinya orang-orang

  yang berserah diri kepada peraturan Allah SWT dengan sepenuh

  4

  pengabdian (beragama islam). Sedangkan pengertian Non-Muslim menurut penulis adalah orang yang bukan beragama Islam.

  3. Fiqih Siyasah Fiqih Siyasah merupakan salah satu aspek hukum Islam yang membicarakan pengaturan dan pengurusan kehidupan manusia dalam

  5 bernegara demi mencapai kemaslahatan bagi manusia itu sendiri.

  4. Hukum Tata Negara Hukum Tata Negara menurut pakar Hukum Tata Negara yaitu merupakan serangkaian kaidah hukum yang mengatur tige kelompok materi-muatan, yaitu: Susunan ketatanegaraan alat-alat perlengkapan Negara yang penting, yang secara umum terdiri dari organ Legislatif,

  6 Eksekutif, dan organ Yudikatif.

  Berdasarkan beberapa pengertian dari istilah-isltilah di atas dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul skripsi yaitu bagaimana aturan-aturan 3 4 Sudarsono,Kamus Hukum,(Jakarta:Pt.Asdi Mahasatya, 2005).h. 345. 5 Ahsin W.Al-Hafidz,Kamus Ilmu Al- Qur‟an,(Jakarta:Sinar Grafika Ofset, 2006),h.205 Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah- Konstektualisasi Doktrin Politik

  Islam ,(Indonesia:Prenadamedia Grou, 2014), h. 4. 6 Sri Soemantri M, Hukum Tatanegara Indonesia Pemikiran dan Pandangan, dan hukum-hukum menurut dari kalangan para ahli fiqih siyasah maupun aturan-aturan hukum dari hukum tata negara Indonesia tentang seorang pemimpin non-Muslim yang memimpin kaum Muslim.

B. Alasan Memilih Judul 1.

  Topik pembahasan tentang Kepemimpinan Non-Muslim menurut al- Quran menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan di kalangan masyarakat Indonesia, terkait apakah boleh seorang Non-Muslim menjabat sebagai seorang pemimpin dalam suatu Negara, banyak pertanyaan mengenai hal ini, contoh kasus yang sering kita dengar adalah kasus kepemimpinan Gubenur Jakarta Basuki Cahyo Purnomo, beliau merupakan warga Non-Muslim yang menjabat sebagai Gubenur Jakarta, Sehingga timbul pemikiran dikalangan masyarakat muslim terkait dengan kepemimpinan seorang yang beragama selain Islam.

  2. Sejauh yang penulis ketahui, bahasan ini sudah pernah dibahas dengan judul Analisis Kepemimpinan Non-Muslim (Studi Terhadap UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah), maka dalam hal ini penulis juga akan membahas Kepemimpinan Non-Muslim namun dengan bahasan yang berbeda, yakni menurut fiqih siyasah dan hukum tata negara Indonesia, dikarenakan menurut penulis kajian ini sesuai dengan disiplin ilmu yang penulis tekuni.

C. Latar Belakang Masalah

  Menurut pemahaman mengenai Al- Qur‟an memang tidak ada satu dalil pun yang secara eksplisit memerintah atau mewajibkan umat Islam untuk mendirikan Negara. Lebih dari itu bahkan istilah Negara (daulah) pun tidak pernah disinggung dalam Al-

  Qur‟an, prinsip-prinsip universal yang diajarkan Al-

  Qur‟an, pada khususnya dan hukum-hukum syariat yang lain pada umumnya, menurut Imam Khomeini, tidak dapat ditegakkan tanpa interfensi dari kekuasaan negara. Sebuah pemerintahan Islam adalah pemerintah yang menerima dan mengakui otoritas absolute Islam, dimana pemerintahan ini berupaya untuk membentuk sebuah tertib sosial yang islami sesuai dengan ajaran yang dikandung Islam, pelaksanaan syariat, sembari terus-menerus berupaya untuk mengarahkan keputusan-keputusan politik dan fungsi-fungsi

  7 publik sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai Islam.

  Berhubungan dengan tema pembahasan sekarang dari hak-hak politik adalah hak partisipasi politik non-Muslim didalam daulah Islamiyah, yang tersimbol pada dua Hak, yaitu hak memilih presiden atau anggota parlementer dan hak dipilih menjadi anggota dewan parlementer juga menjadi Ahlul Hilli

  

wal Aqdi, yang mempunyai peran yang amat signifikan dalam sistem hukum

  Islam sejak masa kenabian dan masa-masa selanjutnya, apalagi masa para khalifah Ar-Rasyidin, dimana para khalifah saat itu juga meminta pendapat mereka dalam perkara-perkara umum dan kemaslahatan umat, serta

  8 melaksanakan usulan mereka.

  Otoritas agama berbeda pada Shahib al-Syariah (pemilik Syariat), yakni Nabi sebagai penerima wahyu dari Allah. Sementara politik merupakan kewenangna manusia, terutama pada hal-hal yang bersifat struktual dan

  9

  prosedural yang banyak melibatkan ijtihad kreatif dari manusia. Prinsip- prinsip persamaan di dalam Islam di dasarkan kepada kesatuan jenis manusia di dalam kejadiannya dan di dalam tempat kembalonya, di dalam kehidupannya, di dalam matinya, di dalam hak dan kewajibannya di hadapan Undang-Undang, di hadapan Allah, di dunia dan akhirat persamaan ini didasarkan atas kemanusiaan yang mulia, bahkan persamaan yang berdasarkan

  10 kemanusiaan ini juga berlaku bagi yang Non-Muslim.

  Sebuah pertanyaan bolehkan seorang non-muslim menjadi pemimpin di daerah yang mayoritas muslim ??, pertanyaan ini sangat tepat sekali untuk konteks saat ini. Dan bagaimana al-

  Qur‟an sendiri berbicara mengenai hubungan muslim dengan non-Muslim dalam ranah politik ini. Secara umum ada dua klasifikasi pemikiran dalam masalah ini. Pertama, mereka yang melarang. Kedua mereka yang membolehkan adanya pemimpin dari kalangan non-muslim.

  Pemerintahan yang baik dalam menyelenggarakan kekuasaan negara harus berdasarkan pada (Ketertiban dan kepastian hukum dalam pemerintahan, 8 9 Farid abdul Khalik, Fikih Politik Islam, (Jakarta:Sinar Grafika Ofset, 2005).h.160.

  

Mujar Ibnu Syarif. Hak-Hak politik minoritas non-muslim dalam komunitas Islam.

  (Bandung:Angkasa, 2003) .h. 1. 10 A.Djazuli, Fiqih Siyasah Implementasi Kemaslahatan Ummat dalam Rambu-rambu

  Perencanaan dalam pembangunan, Pertanggung jawaban, baik oleh pejabat dalam arti luas maupun oleh pemerintahan, Pengabdiaan pada kepentingan

  11 masyarakat, dan Untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

  Adapun ayat-ayat yang berbicara tentang hubungan politik muslim dengan non-muslim; Al-Maidah (51)

  ُءبَِٛنَْٔأ ْىُُٓضْعَب َءبَِٛنَْٔأ َٖربَصَُّنأَ َدَُْٕٓٛنا أُذِخَّتَت لا إَُُيآ ٍَِٚذَّنا بََُّٓٚأ بَٚ َلا َالل

  ًٍَِِٛنبََّّنا َوََْْٕنا ِ٘ذَْٓٚ ٌَِّإ ْىُُِْٓي ََُِّّإَف ْىُكُِْي ْىَُّٓنََٕتَٚ ٍَْئَ ٍضْعَب ) ١٥ (

  

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman jangalah kamu menjadikan orang-

orang yahudi dan nasrani sebagai penolong/pemimpin, sebagian mereka

(kaum yahudi dan nasrani) hanya pemimpin lagi sebagai mereka yang lain.

Dan siapa diantara kamu yang menjadikan mereka pemimpin maka dia

termasuk bagian dari mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberikan

  12 petunjuk kepada kaum yang dhalim (Al-Maidah : 51 ).

  Ulama-ulama tafsir mengomentari ayat tersebut dengan berbagai macam. Diantara mereka adalah Ibnu Katsir menafsirkan ayat diatas bahwa Allah swt melarang hamba-hamba Nya, untuk mengangkat pemimpin atau meminta pertolongan kepada kaum yahudi dan nasrani karena mereka adalah musuh islam dan Allah memerangi mereka. Maka siapa diantara kamu yang mengangkat mereka menjadi pemimpin maka dia (kaum Muslimin) menjadi bagian dari mereka (kaum non-Muslim dalam hal ini yahudi dan nasrani). Ibnu Taimiyah sendiri dalam tulisannya lebih menekankan konsep keadilan yang ditegakkan dari pada melihat status sang pemimpin, baik dia muslim / 11 Beni Ahmad Saebani Fiqih Siyasah Terminologi dan Lintasan Sejarah Politik Islam

  

Sejak Muhammad SAW. Hingga Al-Khulafa Ar-Rasyidun,( Bandung:CV Pustaka Setia, 2015) h. 123. non-Muslim boleh saja memimpin selama ditegakkannya pemerintahan yang berkeadilan, ini terbukti dalam sebuah pernyataannya.

  ِ ظ ِِْلا ِ ِ د ِ ثِ ِْفِ ر ِ كل ِ لِ ِْد ِِْا ِ د ِ ثِا ِدلِْن ِِ ا ِ لا ق ِ ةِ ِِ م ِْت ِ كِ ن ِ ةِ ِ اِ ل ِ ظ ِْلا ِ ق ِِ ك ِْت ِ كِ ن ِ لِ ِ اِ د ِ لِ ِ ْلا ِ ا ِْ لِ ِ ع م ِ عل ِ مِ ع ِ مِ ِْس ِْنِ ِ لِ ي ِْنِ ِ علا ِِ يِ ق ِ الل ِ نِ ِْوِ م ِ وِ ل ِ وِْا ِ ي ِ ي و ِ لِ م ِ وِ ا ِ ْيِ ِِ و ِ فِ رِ ة ِ وِِ ا ِْو ِ ْيِ ِ ل ِ ْلِ

  ِْس ِ م ِ وِ ا Artinya : ..Sesungguhnya Allah mendirikan (mendukung) negara adil meskipun negara itu kafir, dan Allah tidak mendukung (negara) yang zalim sekalipun negara itu Muslim. Dunia itu tidak dapat tegak dengan memadukan antara kekufuran dan keadilan dan dunia tidak dapat tegak dengan modal

  13 kezhaliman dan keislaman.

  Memahami sebab kedudukan yang tinggi yang dijadikan Islam untuk berp rinsip “berlaku adil” sebagai sarana pengikat antara semuah prinsip- perinsip umum mendasar dan kaidah-kaidah konstitusional menyeluruh, seperti prinsip-prinsip musyawarah, persamaan hak, kebebasan dan hak asasi

  14

  manusia. Konsepsi kepemimpinan pemerintahan maka yang dimaksudkan dalam pemimpin maka yang dimaksudkan dalam pemimpin disini adalah pemimpin pada ketiga cabang pemerintahan, yaitu eksekutif, legislatif, yudikatif. Dalam tingkatan eksekutif atau pemerintahan dalam arti sempit maka kepemimpinan pemerintahan dipegang oleh pemimpin pemerintah mulai dari tingkat daerah sampai tingkat negara yaitu Lurah/Kades, Camat, Wali Kota/ Bupati, Gubernur dan Presiden.

  Di Indonesia, dalam konteks syarat untuk menjadi seorang pemimpin dalam hukum positif dan di dalam UUD 1945 tidak ada penjelasan secara 13 eksplisit yang menjelaskan bahwa syarat pemimpin di Indonesia haruslah

  Wawan Gunawan Abdul Wahid, “Fikih Kepemimpinan Non-Muslim”. Fikih Kebinekaan Pandangan Islam Indonesia Tentang Umat, Kewargaan , dan Kepemimpinan Non-Muslim , (3rd ed) (Bandung:Mizan Pustaka,2015).h. 321 beragama Islam, dan melarang kepemimpin non-Muslim. Tidak ada satu pun UU dan pasal yang secara jelas melarang kepemimpinan non-Muslim di Indonesia, hanya saja kandungan dalam pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara suku, agama, bahasa, budaya, dan lain-lain.

  Ditelaah lebih jauh dalam konteks kepemimpinan akan sangat luas, karena dalam kempimpinan disebuah negera ada banyak sekali , maka penulis dalam hal ini kan mambahas prihal kepemimpin seseorang yang menjabat dalam suatu pemerintahan menurut fiqih siyasah dan hukum tata negara dalam Undang-Undang 1945 dan Pancasila, kalangan mana siapapun boleh menjadi kepala negara, asalkan ia mampu melaksanakannya. Kepala negara ditentukan berdasarkan pemilihan umat Islam Sendiri. Merekalah yang paling tahu

  15 tentang keadan mereka dan hal-hal yang mereka pilih.

  D. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana Hukum, Perbedaan dan Persamaan Kepemimpinan non- muslim menurut fiqih siyasah dan hukum tata negara Indonesia ?

  E. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Objektif: a.

  Untuk memperoleh dan dan memperluas wawasan dalam ilmu kepemimpinan yang terjadi di Indonesia tentag kepemiminan Non- muslim b.

  Untuk mengenalisis tanggapan fiqih siyasah dan hukum tata negara terhadap kepemimpinan, dimana kaum muslim yang dipimpin oleh kaum non-Muslim.

  c.

  Sebagai refrensi tambahan bahan ajar dalam bidang siyasah.

2. Tujuan Subyektif a.

  Bahan ini belum pernah dibahas khusus nya dalam bentuk skripsi dan penulis merasa mampu dikarenakan banyak sumber yang tersedia.

  b.

  Kajian ini sesuai dengan displin Ilmu yang penulis tekuni.

  c.

  Sebagai syarat salah satu persyaratan dan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Jurusan Siyasah Pada UIN Raden Intan Lampung.

F. Kegunaan Penelitian.

  1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan sebagai refrensi dan informasi di Fakultas Syari‟ah dan diharapkan sebagai sumbangsih pemikiran yang positif serta memberikan kontribusi untuk ilmu pengetahuan hukum, agar tetap berkembang khususnya dalam pembahasan mengenai Kepemimpinan non-muslim di Negara Indonesia.

  2. Kegunaan secara praktis penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat, terkait Kepemimpinan sebagai landasan kebatinan masyarakat Indonesia dalam hal memilih sosok seorang pemimpin yang mampu memakmurkan, mensejahterakan, memajukan, dan menaikan derajat rakyat di Indonesia meskipun dlam hal perbedaan kepercayaan agama, karna di Negara Indonesia ini meliki perbedaan golongan yaitu muslim dan non-muslim.

G. Metodelogi Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian kepusta kaan yaitu “peneliti yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku-buku

  16 catatan,maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu”.

  Melalui metode ini penulis berusaha mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan jalan mencari pendapat-pendapat dan teori-teori yang relevan dengan pokok-pokok permasalahan yang terdapat di dalam skripsi ini untuk dijadikan sumber rujukan dalam usaha menyelesaikan penulisan.

b. Sifat Penelitian

  Dilihat dari sifanya, penelitian ini termasuk penelitian hukum

  yuridis normatif. Adapun bentuk penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka.

  Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode Deskriptif

  analitik yaitu dengan cara menganalissi data yang diteliti dengan

  17 16 memaparkan data-data tersebut, kemudian memperoleh kesimpulan.

  

Susiadi,AS.,Metode penelitian,(Lampung : Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M

Institut Agama Islam Negeri Raden Intan,2015), h. 10. 17 Abdul Khadir Muhammad, Hukum dan Politik Hukum, (Bandung;Citra Ditya Bakti, ,

  2. Sumber Data

  Guna memperoleh bahan hukum yang akurat untuk penulisan skripsi ini, bahan-bahan hukum tersebut diperoleh dengan tiga cara yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan tentang sumber data tersebut, yaitu: A.

  Bahan hukum primer Berasal dari buku-buku Fqih Siyasah, Al-

  Qur‟an, Hadis yang ditulis oleh para Ahli, serta dari buku hukum Indonesia dan UU kesatuan RI.

  B.

  Bahan hukum sekunder Adalah bahan buku yang mendukung penulisan skripsi yang berasal dari buku, jurnal, hasil penelitian, bulletin, dan bahan tulis lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.

  C.

  Bahan hukum tersier Merupakan bahan hukum yang didukung oleh hukum primer dan sekunder seperti kamus besar bahsa Indonesia ,kamus hukum, dan ensiklopedia, yang dapat mendukung penelitian ini.

  3. Metode Pengumpulan Data

  Dalam pengumpulan data bahan hukum, langkah pertama yang dikerjakan dalam penulisan skripsi ini adalah mencari beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pokok permasalahan serta refrensi buku terkait yang kemudian dijakdikan bahan hukum primer, sedangkan bahan hukum sekunder diperoleh dari membaca dan mempelajari literatur yang berupa buku dan karya ilmia huntuk mencari konsep-konsep, teori, dan pendapat yang berkaitan erat dengan permasalahan yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tulisan.

4. Metode Pengolahan Data

  Setelah sumber (literatur) mengenai data dikumpulkan berdasarkan sumber diatas, maka selanjutnya adalah pengumpulan data yang diperoses sesuai dengan kode etik penelitian dengan langkah sebagai berikut : 1.

  Pemeriksaan Data (Editing) yaitu mengkoreksi apakag data yang terkumpul sudah cukup, lengkap, benar, dan sesuai atau relevan dengan masalah.

  2. Penandaaan Data (coding) yaitu memeriksa catatan atau tanda yang menyatakan jenis sumber data (Buku-buku, pendapat para ahli baik dari para ahli hukum islam, Indonesia maupun para ahli hukum barat, al-Qur`an dan Hadis, dan UUD 1945 dan refrensi lainnya).

  3. Rekontruksi data (recontrukting) yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan dan logis sehingga mudah dipahami dan di interprestasikan.

  4. Sistematika Data (sistematizing) yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahan berdasarkan urutan masalah.

  5. Metode Analisis Data

  Data yang telah diperoleh dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan kemudian dianalisis dengan Metode deskriptif yaitu dengan berusaha mendeskriptifkan sesuatu gejala, pristiwa, kejadian yang terjadi

  18

  saat sekarang , yaitu mendeskriptifkan pristiwa seorang pemimpin non- Muslim yang memimpin kalangan non-Muslim, dengan cara melihat dari sudut pandang fiqih siyasah dan hukum tata negara Indonesia.

  18 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Cetakan ke III,(Bandung:Bina Aksara,1990),

BAB II KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT FIQIH SIYASAH A. Definisi Kepemimpinan Menurut Fiqih Siyasah Kata kepemimpinan dalam fiqih siyasah yaitu imamah yang antara lain

  bertugas sebagai pengganti kenabian dalam melindungi agama dan mengatur kemaslahatan hidup, sekelompok ulama berpendapat bahwa status wajibnya mengangkat seorang kepemimpinan adalah berdasarkan akal karena orang yang memiliki akal sehat tunduk kepada sorang pemimpin yang mencegah mereka dari kezaliman dan menghindarkan mereka dari konflik serta

  19 permusuhan.

  Terkait dengan hal ini, ada tiga pandangan dalam memahami fenomena kepemimpinan.

  Pertama , Kepemimpinan tidak memusatkan perhatian pada kekuatan

  individual, bukan pada posisi atau status yang ia miliki, dalam perspektif weber, sebuah kepemimpiann yang memusatkan perhatian pada prosedur hukum di sebut otoritas hukum.

  

Kedua , Tipe kepemimpinan tradisional yang didasarkan pada

  kepercayaan yang mapan tentang kesucian tradisi lama. Status seorang pemimpin ditentukan adat-kebiasaan lama yang dipraktekan oleh masyarakat di dalam tradisi tertentu.

19 Al-Mawardi, Al-Ahkam Sulthaniyah - Sistem Pemerintahan Khilafah Islam,

  Ketiga , Kepemimpinan bisa dipahami sebagai kemauan dalam diri

  seseoarang. Di dalam perspektif weber, kepemimpinan yang memiliki sumber

  20 dari kekuasaan yang terpercaya tersebut otoritas kharismatis.

B. Pengertian Fiqih Siyasah dan Sumbernya.

  Fiqih siyasah berasah dari dua kata yakni fiqih dan siyasah, fiqih berasal dari kata faqaha-yaqahu-fiqhan. Secara bahasa pengertian fiqih adalah (paham yang mendalam). Sedangkan menurut istilah, fiqih adalah

  ْف َّتنا ب َا ٍْ َط َت ُْ ْس ْا ْنا ْز َّشنا َكب ْح َْلب َا ْن َّٛ ِت ْٛ ِه ِص ِت َٓ ِد َّن ِي ِت َّٛ ِت َع َّٛ ِت ِع ِع ْه ًُن ِو ُى ِب ًَ ِه ِب

  

Artinya: “ilmu atau pemahaman tentang hukum-hukum syariat yang bersifat

  21 amaliyah, yang digali dari dalil-dalilnya yang rinci (tafsili).

  Dari definisi ini dapat dipahami bahwa fiqih adalah upaya sungguh- sungguh dari para ulama untuk menggali hukum-hukum syara sehingga dapat diamalkan oleh umat Islam.

  Sedangkan siyasah berasal dari kata sasa, berarti mengatur , mengurus

  22 dan memerintah atau pemerintahan, politik dan pembuatan kebijaksanaan.

  Sebagai ilmu ketatanegaraan dalam islam fiqih siyasah antara lain membicarakan tentang siapa sumber kekuasaan, siapa pelaksana kekuasaan, apa dasar kekuasaan dan bagaimana cara-cara pelaksana kekuasaan menjakankan kekuasaan yang diberikan kepadanya, dan kepada siapa

  Beni

  pelaksana kekuasaan mempertanggung jawabkan kekuasaannya. Menurut

  Ahmad Saebani fiqih atau syariah atau hukum Islam adalah ketentuan- 20 Surahman Amin, “Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Al-Qur‟an”. Jurnal Study Al- 21 Qur‟an, Vol.1 No.1 (Oktober 2015),h.28.

  Muhammafd Iqbal. Op.Cit.h.2. ketentuan yang menjadi peraturan hidup suatu masyarakat yang bersifat

  23 mengendalikan, mencegah, mengikat dan memaksa.

  Ada beberapa pengertian terkait pengertian fiqih siyasah dan ada kalangan politik Islam yang menyamakan fiqih siyasah dengan ilmu siyasah

  syar‟iyyah diantaranya yakni sebagai berikut :

  Fiqih siyasah adalah ilmu tata negara Islam yang secara spesifik membahas tentang seluk beluk pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya dan negara pada khususnya, berupa penetapan hukum, peraturan, dan kebijakan oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan atau sejalan dengan ajaran Islam, guna mewujudkan kemaslahatan bagi manusia dan menghindarkannya dari berbagai kemudaratan yang mungkin timbul dalam

  24 kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, yang dijalaninya.

  Menurut Muhammad Iqbal fiqih siyasah adalah bagian dari pemahaman ulama mujtahid tentang hukum syariat yang berhubungan denagn

  25

  pemahaman ketatanegaraan. Dalam hal ini beliau juga berpendapat bahwa fiqih siyasah merupakan salah satu aspek hukum islam yang membicarakan pengaturan dan pengurusan kehidupan manusia dalam bernegara demi mencapai kemaslahatan bagi manusia.

  Menurut Abdul Wahab Khalaf siyasah syariyyah adalah sebagai ilmu yang membahas tetang tata cara pengaturan masalah ketatanegaraan Islam semisal (bagaimana mengadakan) peraturan perundang-undangan dan 23 24 Beni Ahmad Saebani, Op.Cit.h.18 Mujar Ibnu Syarif &Khamami Zada.Fiqih Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik

  Islam. (Jakarta: Erlangga, 2008). H.11. berbagai peraturan (lainnya) yang sesuai dengan peraturan Islam, kendatipun

  26 penataan semua persoalan itu tidak ada dalil khusus yang mengaturnya.

  Menurut Mawardi bahwa manusia itu adalah makhluk sosial, tetapi dalam hal ini Mawardi memasukan unsur agama dalam teorinya. Menurut Mawardi Allah SWT. Menciptakan kita supaya tidak sanggup memenuhi kebutuhan kita orang-seorang, tanpa bantuan orang lain, agar kita selalu sadar bahwa Dia-lah pencipta kita dan pemberi rizki dan bahwa kita membutuhkan

  27 dia serta membutuhkan pertolongan-Nya.

  Dari uraian diatas dapat diambil kesimplan bahwa fiqih siyasah memegang peranan penting dalam penerapan dan aktualisasi hukum Islam secara keseluruhan. Dalam fiqih siyasah diatur bagaimana sebuah ketentuan Islam dapat berlaku secara efektif dalam masyarakat Islam. Tanpa keberadaan negara dan pemerintahan, ketentuan Islam akan sulit sekali terjamin keberlakuannya. Terkait masalah ibadah tidak terlalu banyak campur tangan siyasah, tetapi untuk urusan masyarakatan yang kompleks, umat Islam membutuhkan fiqih siyasah.

  Fiqih siyasah atau Hukum Islam itu memiliki sumbernya, sebelum memaparkan sumber-sumber hukumnya penulis ingin sedikit memberi definisi sumber hukum, menutu kamus besar Bahasa Indonesia adalah asal sesuatu.

  26 27 Mujar Ibnu Syarif & Khamami Zada. Op. Cit.h.11-12.

  Munawir Sajdzali. Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran.

  28 Sumber hukum Islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam,

  sumbernya yaitu : 1.

  Al-Qur‟an Al-

  Qur‟an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama, Ia membuatkaidah-kaidah hukum fundamental (asasi) yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut.

  2. As-Sunnah atau Al-Hadis As-Sunnah atau al-Hadis dalah sumber hukum Islam yang kedua setelah al-

  Qur‟an berupa perkataan, perbuatan dan sikap Rasulullah yang tercatat (sekarang) dalam kitab-kitab hadis.

  3. Akal Pikiran Akal Pikiran adalah yang memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-kaidah hukum yang fundamental yang terdapat pada al-

  29 Qur‟an.

  28 Mohammad Daud Ali. Hukum Islam-Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014).h.73 Islam di Indonesia.

C. Dasar Hukum Kepemimpinan Menurut Fiqih Siyasah.

  Dasar Hukum Kepemimpinan menurut fiqih siyasah menurut aturan menggunakan al- Qur‟an yang menjadi dasarnya dan menggunakan beberapa metode dalam mempelajarinya antara lain yaitu: (1) ijma; (2) al-Qiyas; (3) al-

  Mashlahah al-Mursalah; (4) saad al-dzriah dan fath al- dzari‟ah (5) al- 30 „adalah; (6) al-istihsan dan kaidahkaidah fiqhiyyah.

  Dalam hal membahas dasar hukum kepemimpinan, maka tidak akan terlepas dari prinsip-prinsip bernegara dalam fiqih siyasah, prinsip-prinsip bernegara yang ada dalam fiqih siyasah merupakan dasar hukum yang digunakan untuk memilih seorang pemimpin.

  Adapun prinsip-prinsip bernegara menurut fiqih siyasah sebagai

  31

  berikut : 1.

   Prinsip Keadilan

  Cukup banyak ayat al- Qur‟an yang berbicara tentang konsep keadilan, dalam hal yang berhubungan dengan prinsip bernegara dalam

  Islam akan dikutip beberapa ayat-ayat yang relevan dengan topik ini 32 yaitu.

  Keadilan merupakan prinsip dalam Islam keadilan merupakan kebenaran dan kebenaran merupakan salah satu nama Allah SWT., dalam islam keadilan merupakan hal yang sangat penting dalam Islam, karena Allah SWT. Sendiri memiliki sifat adil (keadilan penuh dan 30 31 Djazuli, Op.Cit. h. 32.

  Muhammad Tahir Azhary. Negara Hukum Suatu Studi Tetntang Prinsip- Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Madinah dan Masa Kini. (Jakarta:Kencana, 2004). h 105. dengan kasih sayang kepada makhluknya) hal ini sesuai dengan surah Al- An‟am ayat 160.

                    Artinya : Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa

perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang

dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya 33 (dirugikan).

  Prinsip keadilan dalam nomokrasi Islam mengandung suatu konsep yang bernilai tinggi. Ia tidak identik dengan keadilan yang diciptakan manusia. Sebaliknya konsep nomokrasi Islam menempatkan manusia pada kedudukan yang wajar baik sebagi indivindu amaupun sebagai masyarakat. Manusia bukanlah merupakan titik sentral, melaikan ia hanya hamba Allah SWT. Yang nilai-nilainyaditentukan oleh hubungan dengan Allah SWT. Dan dengan sesama manusia menurut al-

  Qur‟an hablun min Allah wa hablun min al-as.

2. Prinsip Kekuasaan Sebagai Amanah

  Perkataan amanah tercantum dalam al-Quran surah An-Nisa ayat 58

                              

  Artinya:Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan

adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

34 Melihat.

  Kekuasaan adalah amanah, amanah wajib disampaikan kepada orang yang berhak menerimannya dalam arti dipelihara dan dijalankan atau diterapkan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip nomokrasi

35 Islam. Kekuasaan juga harus didasari dengan prinsip menegakkan

  keadilan yang merupakan suatu perintah Allah SWT. Yang wajib dilaksanakan dan juga pertanggung jawaban yang berat, tidak hanya didunia, melaikan juga pertanggungjawaban di akherat. Menurut aturan Islam, seorang pemimpin adalah wakil dari rakyat yang bertugas mewujudkan maslahat bagi umat dan menjaga eksistensi agama sesuai

  36 dengan tuntutan hukum syara.

3. Prinsip Musyawarah

  Dalam al- Qu‟ran prinsip musyawarah terdapat dalam surah al-

  Imran ayat 159

  ِ  ِ  ِ  ِ  ِ  ِ  ِ  ِِ  ِ  ِ  ِ  ِ  ِ           

ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ

        34 ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ

  Departemen Agama RI Al- 35 Qur‟an dan Terjemah 30 Juz. h.72. 36 Muhammad Tahir Azhari. Op.Cit., h.107 Rapung Samuddin. Fiqih Demokrasi Menguak Kekeliruan Pandang Harapannya

  

Artinya:,. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakk Allah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

  37 Nya. Prinsip musyawarah ini berbeda dengan pandangan demokrasi l iberal yang berpegang pada rumus “setengah plus satu” atau suara

  38 mayoritas yang lebih dari separuh sebagai hasil kesepakatan.

Dokumen yang terkait

Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Rovina Darmasanti F1105024

0 0 91

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 2 9

PEMBATASAN TRANSAKSI TUNAI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 9

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 9

KEWENANGAN DEBITUR PAILIT UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM TERHADAP KREDITURNYA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 8

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

0 0 17

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 11

SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM PADA ERA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB DALAM PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) ZAINUDIN NPM : 1321020030

0 1 62

KEWENANGAN PEMERINTAH DALAM PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH DI INDONESIA Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat

0 0 85

KEPEMIMPINAN TRANSGENDER DALAM NEGARA PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH DAN HUKUM POSITIF - Raden Intan Repository

1 1 74