Yayah Karyanah, BSc, MM
Yayah Karyanah, BSc, MM
PERAWAT :
Jumlah tenaga kesehatan terbesar (40-60%) di RS
Anggota tim kesehatan (inti)
Aktiftas 24 jam di RS
Tenaga profesi, mellaui pelayanan keperawatan mencapai kemandirian pasien
Pelayanan keperawatan bagian integral dari pelayananKesehatan
Isu terkini, global, penting (high profle), dlaam pelayanan RS,dimulai sejak “landmark” laporan IOM tahun 2000.
WHO mulai tahun 2004:
- – “Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality management” (World Alliance for PatientSafety, Forward Programme WHO, 2004)
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-
RS) dibentuk PERSI pada 1 Juni 2005
Menkes bersama PERSI & KKP-RS telah mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien RS pada seminar nasional PERSI tanggal 21 Agustus 2005
Keselamatan adalah prinsip mendasar dari perawatan pasien dan komponen penting dari manajemen mutu (World Alliance for Patient Safety), Forward Programme WHO, 2004
Suatu sistem dimana RS membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibatmelaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.1. Budaya safety meningkat dan berkembang
2. Komunikasi dengan pasien berkembang 3. Kejadian tidak diharapkan (KTD) menurun.
Peta KTD selalu ada dan terkini
4. Resiko klinis menurun
5. Keluhan dan litigasi berkurang
6. Mutu pelayanan meningkat
7. Citra RS dan kepercayaan masyarakat meningkat,diikuti dengan kepercayaan diri.
Seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- Tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan askep sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, termasuk
praktik keperawatan individual dan berkelompok
1. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan
2. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan
3. Memberikan pendidikan kepada pasien & keluarga tentang asuhan yang diberikan
4. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan kesehatan
5. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan
keluarganya6. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan
7. Mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga.
Nursing is the protection, promotion, and optimization of health and abilities, prevention of illness and injury, alleviation of sufering through diagnosis and treatment of human response, and advocacy in the care of individuals, families, communities, and populations” (ANA, 2003).
Keperawatan adalah perlindungan,
promosi dan optimalisasi kesehatan dan kemampuan, pencegahan penyakit dan cedera, pengentasan penderitaan melalui diagnosis dan pengobatan respon manusia, dan advokasi dalam perawatan individu, keluarga, masyarakat dan populasi. ” (ANA, 2003).
The nursing method is the basis of all clinical judgments and includes all dealings made by nurses in providing care to patients. Considerations for culture, safety, education, health and wellness, patient care, self-health promotion, and planning for long-term health maintenance are included in nursing measures. (Potter et al., 2005).
Metoda keperawatan adalah dasar dari semua penilaian klinis mencakup semua transaksi yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan perawatan kepada pasien.
Pertimbangnan budaya, keamanan, pendidikan kesehatan,dan perencanaan untuk jangka panjang pemeliharaan kesehatan termasuk dalam tindakan keperawatan. . (Potter et al., 2005).
According to the Ebright et al. (2005), several
factors related to safety infuence a nurse’s
ability to make logical and accurate decisions:- – Knowledge base
- – Attention – Barriers to care (like workplace obstacles)
- – Number of tasks
- – Missing essential information
- – Behaviors not encouraging of productive thought
Menurut Ebright et al. (2005), beberapa
faktor yang terkait dengan keselamatan yang mempengaruhi seseorang untuk membuat keputusan logis dan akurat :1. Pengetahuan
2. Perhatian
3. Hambatan untuk peduli
4. Jumlah tugas
5. Hilang informasi penting
6. Perilaku tidak mendorong produktif berfkir safety:
- – Implement nosocomial infection (Kes PG 01.003.01)
- – Creat and maintain a safe nursing environtment throught quality assurance and risk management (Kes PG01.064.01)
– Use precautions (step/acts) to prevent injury
to patient/clients (Kes PG 02.053.01)
2. Menetapkan standar praktik / pelayanan keperawatan dan SOP serta memastikan penerapannya di area praktik
- – Implement nosocomial infection (Kes PG 01.003.01)
- – Menciptakan dan mempertahankan perawatan yang aman melalui jaminan kualitas lingkungan hidup da manajemen resiko. (Kes PG01.064.01)
- – Gunakan tindakan pencegahan ( langkah /tindakan) untuk mencegah cedera pada pasien/klien (Kes PG 02.053.01)
2. Menetapkan standar praktik / pelayanan eperawatan
dan SOP serta memastikan penerapannya di area praktik3. Pelayanan berorientasi costumer
4. Sistem pemberian pelayanan keperawatan di sarkes perlu dikembangkan dengan mengoptimalkan sumber-sumber yang ada
5. Bidang keperawatan di setiap sarkes menyusun renstra pengembangan keperawatan yang profesional, aman, dan kompetitif melalui inovasi-inovasi
Pasien safety merupakan upaya dari seluruhkomponen sarana pelayanan kesehatan. Perawat memegang peran kunci untuk mencapainya.
NursingLeadership
External Partnership
Leadership Competency
Culture
Shared Leadership
Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf RS yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien Suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien menjadi lebih aman Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Patient Safety adalah isu terkini, global, dan
penting dalam Pelayanan RS Patient Safety bukan kegiatan yang baru
Patient Safety sudah menyatu dengan proses pengobatan kepada pasien itu sendiri
- . Kecenderungan “Green Product”
- produk yang aman- di bidang industri lain,
menjadi persyaratan dlm berbagai proses transaksi, sehingga menjadI makin laku/laris, makin dicari masyarakat- . RS yang menerapkan KP akan lebih ”dicari”
oleh Perusahaan-perusahaan dan Asuransi-asuransi
akan mengutamakan memakai RS-RS tsb sebagai provider kesehatan karyawan / klien mereka, & kemudian akan diikuti oleh masyarakat yang akan lebih mencari RS yang aman.
- . Kegiatan RS di kawasan Blaming (rawan) akan menurun
WHO memulai Program Patient Safety pada tahun 2004 “Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality management.” PERSI membentuk Komite Keselamatan Pasien RS (KKP-RS) pada tanggal 1 Juni 2005 Menteri Kesehatan bersama PERSI & KKP-RS telah mencanangkan “Gerakan Keselamatan Pasien RS” pada Seminar Nasional PERSI tangal 21 Agustus 2005 di JCC
Amerika : AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality), 2001
Australia : Australian Council for Safety and Quality in Health Care, 2000
Inggeris : NPSA (National Patient Safety Agency), 2001
Canada : NSCPS (National Steering Committee on Patient Safety), CPSI (Canadian Patient Safety Institute), 2003
Malaysia : Patient Safety Council, 2004
Denmark : UU Patient Safety, 2003
Indonesia : KKP-RS, 2005 JCAHO (Joint Comm. On Accreditation for Healthcare Organization)
Setiap tahun menetapkan “National Patient Safety Goals” (sejak 2002)
Juli 2003 : Pedoman “The Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery”
Maret 2005 mendirikan International Center for
WHO
Ditetapkan suatu resolusi yang mendorong negara untuk memberikan perhatian kepada problem Patient Safety meningkatkan keselamatan dan sistem monitoring
Mendirikan “World Alliance for Patient Safety” dengan tujuan mengangkat Patient Safety Goal “First do no harm” dan menurunkan morbiditas, cidera dan kematian yang diderita pasien
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar & berbagi pengalaman ttg keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien
Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil
Lakukan tindakan pada staf segera setelah insiden, mengambil langkah dalam mengumpulkan fakta, memberi dukungan kepada staf, pasien, dan keluarga
Tingkatkan peran & akuntabilitas individual
Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP.
Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan / solusi yg tepat.
Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang KP di RS Anda.
Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi / Manajemen
Masukkan KP dalam semua program latihan staf
Ada ”penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
Jelaskan relevansi & pentingnya KP, serta manfaat gerakan KP
Tumbuhkan sikap kesatria yg menghargai pelaporan insiden.
Kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifkasi & asesmen hal yang potensial bermasalah.
Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan kepedulian terhadap pasien
Diskusikan isu KP dalam forum2, untuk umpan balik kepada manajemen terkait
Penilaian risiko pada individu pasien
Proses asesmen risiko teratur, tentukan langkah memperkecil risiko tersebut
Pastikan staf agar dgn mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KP-RS.
Lengkapi rencana implementasi sistem
pelaporan insiden, ke dalam maupun ke luar
yg harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI Dorong anggota untuk melapor setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yg penting.
Kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien.
Komunikasi terbuka ttg insiden dgn pasien & keluarga
Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien & keluarga
Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden
Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & keluarga bila terjadi insiden
Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & keluarga
Dorong staf utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul.
Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifkasi sebab dengan menggunakan metode – metode analisis yang sesuai Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden Identifkasi bagian lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tsb.
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen yg menjamin KP.
Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS - PERSI
Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman.
Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya.
Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yg dilaporkan.
Mutu Pelayanan saja tidak cukup.
Proses hukum di RS sangat meningkat, RS & Profesi gencar menjadi sasaran serangan tudingan.
KESELAMATAN PASIEN mengubah “Blaming Culture” ke “Safety Culture”
Sebagian besar profesional adalah
perfeksionis sehingga kegagalan akan
menyebabkan penurunan moril secara pribadi dengan akibat kinerja yang menurun yang justru menimbulkan potensi untuk melakukan kesalahan Oleh karena itu :
◦ Hindari tuduhan secara pribadi
◦ Ciptakan lingkungan yang kondusif
Ibu Nety (bukan nama sebenarnya) yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit ingin buang air kecil. Berulangkali ia pencet bel memanggil
perawat, namun tidak ada respon. Perlahan-lahan
Julia bangkit berdiri memaksakan diri sekalipun badannya terasa lemas. Sambil berjalan agak sempoyongan dia menuju kamar mandi. Tetapi belum sempat dia masuk kamar mandi keseimbangannya goyang, kepalanya berdenyut dan akhirnya jatuh. Kasus di atas hanya ilustrasi. Yang jelas dua kata:
patient safety sudah masuk dalam ranah medis
paling tidak satu dasawarsa terakhir. Memang kasus kecelakaan pasien bisa terjadi di Negara manapun. Menurut World Health Organization(WHO) Kejadian Tidak Diharapkan dalam rumah
sakit pada berbagai Negara menunjukkan angka
3-16 persen. Angka ini bisa naik karena belum terdata dan terlaporkan. Di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia, angkakesalahan menangani pasien diperkirakan lebih
tinggi. Tidak heran jika kemudian WHO menegaskan
pentingnya keselamatan pelayanan pasien. Menurut
WHO “Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality management.” (World Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO, 2004)Patient safety sendiri merupakan proses pelayanan
rumah sakit secara lebih aman, termasuk assessment risiko, identifkasi dan manajemen risiko terhadappasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta penerapkan solusi untuk meminimalisasi risiko.
Medical error menurut Ketua merupakan
kesalahan dalam proses pelayanan yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pasien.
Ruang lingkupnya mulai dari kegagalan melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah.
Kesalahan juga terjadi karena berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dilakukan. “Dalam perawatan pasien fungsi perawat menjadi sangat penting, karena perawat bekerja 24 jam, maka tanggung jawab terdepan dalam pengelolaan keselamatan pasien ada di tangan perawat,”
Patient safety dalam praktik paling sederhana dapat dilihat dari tugas perawat.
Misalnya apakah perawat sudah memberikan obat kepada pasien yang tepat ? Apakah perawat sudah memberikan obat sesuai dosis yang tepat ? Apakah perawat sudah memberikan obat tepat waktu? “Perawat harus tahu apa dampaknya jika terjadi keterlambatan pemberian obat kepada pasien
Kata kuncinya untuk mengeliminasi kesalahan, adalah perawat dalam bekerja patuh SOP.
“Dalam konsep keperawatan ada enam prinsip benar dalam pemberian obat.
Misalnya obat apa yang bias diberikan, mengecek kebenaran nama pasien, memperhatikan dosis obat, termasuk cara pemberian obat, itu harus dipatuhi,”
Lingkup patient safety saat ini sudah berada dalam tataran yang ekstrem.
“Misalnya > Bagaimana bangunannya agar tidak menimbulkan potensi cedera.
> Bagaimana pintunya, > Bagaimana selasarnya, > Babaimana lantainya agar tidak licin mencegah cedera pada pasien,
Gerakan nasional keselamatan pasien sudah disosialisasikan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang membentuk Komite keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP- RS) pada 1 Juni 2005.
Kemudian gerakan patient safety ini dicanangkan
Menteri Kesehatan pada Seminar Nasional PERSI
pada 21 Agustus 2005 di Jakarta. KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depkes telah menyusun Standar KKP-RS yang menjadi salah satu Standar Akreditasi Rumah Sakit .
Dari pengamatan, selama ini respon rumah sakit, khususnya swasta sudah sangat baik mengimplementasikan keselamatan pasien. Hanya saja bukan berarti tidak ada kendala.
Pertama, rasio perawat terhadap pasien
masih kecil. “Bagaimana mungkin mengutamakan keselamatan pasien jika saat berdinas sore perawat hanya dua orang, tapi pasiennya 60,misalnya.
Kedua, saat ini belum semua perawat
mempunyai standar kompetensi sesuai ruangan lingkup tugasnya.
Ketiga, kepatuhan perawat terhadap SOP.
“perawat wajib memegang nilai- nilai moral etik. Karena dalam nilai itu ada kejujuran, keikhlasan dan kecermatan . Bila perawat sudah memegang nilai moral maka ia tidak akan bertindak sembarangan
NO
INDIKATOR STANDAR
1 Pasien Jtuh < o.4 %
2 Medication Error < 0.6 %
3 Dekubitus < 4 %
4 Plebitis < 3.5 %
5 Infeksi Luka Operasi <3.5 %