MENEMUKAN KEINDONESIAAN DALAM NOVEL-­‐NOVEL PRAMOEDYA ANANTA TOER

MENEMUKAN KEINDONESIAAN DALAM NOVEL-­‐NOVEL PRAMOEDYA ANANTA TOER

Discovering being Indonesia in the Novel of Pramoedya Ananta Toer

Sariban dan Iib Marzuqi

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, Jalan Airlangga No. 3 Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur, Indonesia, Telp. 0322-­‐390497, Pos-­‐el: [email protected]

(Makalah Diterima Tanggal 25 Oktober 2015—Direvisi Tanggal 15 November 2015—Disetujui Tanggal 30 November 2015)

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi usaha penemuan nilai-­‐nilai keindonesiaan dalam novel-­‐ novel Pramoedya Ananta Toer (Pram). Masalah penelitian meliputi nilai multikulturalisme, mo-­‐ dernisme, dan nasionalisme keindonesiaan dalam novel-­‐novel Pram. Tujuan penelitian ini mene-­‐ mukan nilai multikulturalisme, modernisme, dan nasionalisme keindonesiaan dalam karya Pram. Teori yang digunakan adalah konsep keindonesiaan sebagai bangsa bekas jajahan yang ber-­‐ masyarakat plural. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel-­‐novel Pram memberikan kontribusi besar dalam membangun keindo-­‐ nesiaan. Terdapat tiga nilai keindonesiaan dalam novel-­‐novel Pram. Ketiga nilai keindonesiaan tersebut adalah nilai multikulturalisme, modernisme, dan nasionalisme. Multi-­‐kulturalisme keindo-­‐ nesiaan dalam novel-­‐novel menggambarkan penghargaan perbedaan, kesukuan, toleransi, dan ke-­‐ ragaman warga bangsa. Modernisme keindonesiaan dalam novel Pram tergambar melalui filosofi belajar sepanjang hayat. Modernitas Indonesia dibangun melalui tradisi terus belajar pada semua jenjang usia, pada semua suasana, yang tidak mengenal batas tempat dan waktu. Dengan belajar selamanya, tokoh-­‐tokoh novel Pram berupaya mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan ber-­‐ kontribusi di tengah-­‐tengah bangsa lain yang lebih dahulu memiliki peradaban maju. Nasional-­‐ isme keindonesiaan dalam karya Pram terlihat melalui sikap mandiri dan berani tokoh-­‐tokohnya untuk tidak bergantung bangsa lain untuk menjadi bangsa beridentitas.

Kata-­‐Kata Kunci: keindonesiaan, multikulturalisme, modernisme, nasionalisme

Abstract: This research attempts to find out value of Indonesia in Pramoedya Ananta Toer’s (Pram) novels. Research problems including multiculturalism value, modernism value, and Indone-­‐ sia nationalism in Pram’s novels. The aim of this research is to find out the values of multicultural-­‐ ism, modernism, and Indonesia nationalism in Pram’s masterpiece. The theory that is used in this research is Indonesia concept as ex-­‐colony. This research uses descriptive method. The result of the research shows that novels by Pram made a major contribution in building the Indonesian-­‐ness. There are three grades the Indonesian-­‐ness in the novels by Pram . The tree of the Indonesian-­‐ness values are the values of multiculturalism, modernism, and nationalism. The respect of multicul-­‐ turalism of the Indonesian-­‐ness in novels by Pram is implied in the differences, ethnicity, tolerance, and diversity of the citizens of the nation. The Modernism of the Indonesian-­‐ness in Pram’s novel illustrated by the philosophy of lifelong learning. Indonesian modernity was built through the tradi-­‐ tion endure learning at all age levels, in all the atmosphere, that knows no boundaries of place and time. By learning forever, the charcters of Pram ’s novels seeks to realize a better Indonesia and con-­‐ tribute in the midst of other nations that previously had an advanced civilization. The Indonesian-­‐ ness nationalism of Pram ‘ s work in is grasped through independent attitude and the he-­‐roism of characters not to rely on others to get the nation's identity.

Key Words: the Indonesian-­‐ness, multiculturalism, modernism, nasionalism

ATAVISME, Vol. 18, No. 2, Edisi Desember 2015: 159—169

PENDAHULUAN

tradisional tersebut adalah golongan Novel-­‐novel karya Pramoedya Ananta

priayi.

Toer (Pram) memperjuangkan nilai-­‐nilai Untuk itu, penelitian tentang kein-­‐ keindonesiaan. Melalui karya-­‐karyanya,

donesiaan dalam novel-­‐novel Pram ma-­‐ Pram memberi sumbangan besar terha-­‐

sih perlu dilakukan. Keindonesiaan yang dap peradaban bangsa Indonesia. Pram

dibangun Pramoedya Ananta Toer me-­‐ dalam karya-­‐karyanya berupaya ber-­‐

lalui karya-­‐karyanya tidak hanya bersifat juang mewujudkan keindonesiaan yang

sempit. Novel Pram memiliki idealisasi kuat sebagaimana bangsa-­‐bangsa Eropa.

perjuangan modernitas Indonesia dalam Novel Pram menginspirasi warga bangsa

konteks kebangsaan yang sederajat de-­‐ Indonesia tumbuh sebagai bangsa yang

ngan bangsa-­‐bangsa lain di dunia. Pram memiliki semangat menuju bangsa be-­‐

mengajak masyarakat Indonesia berja-­‐ sar.

lan linier menuju masyarakat beradab Karya-­‐karya Pram banyak diteliti

sebagaimana bangsa-­‐bangsa maju di du-­‐ oleh akademisi Barat A. Teeuw. Dalam

nia.

buku Citra Manusia Indonesia dalam Kar-­‐ Perjalanan bangsa Indonesia untuk ya Sastra Pramoedya Ananta Toer

menuju keindonesiaan yang sejati dapat (1997), A. Teeuw meneliti secara leng-­‐

dilihat dari tiga topik besar. Ketiga topik kap karya-­‐karya Pram. Penelitian Teeuw

yang mendasari nilai keindonesiaan ter-­‐ itu bersifat penelitian antropologi sastra

sebut adalah realitas sosial masyarakat (Sudikan, 2007:86) karena lebih melihat

Indonesia yang berobsesi menjadi bang-­‐ hubungan Pram sebagai pengarang de-­‐

sa multikulturalis, modernis, dan nasio-­‐ ngan tokoh-­‐tokoh yang digambarkan-­‐

nalis. Berdasarkan tiga topik besar kein-­‐ nya, bukan melihat keindonesiaan.

donesian tersebut, pada tulisan ini di-­‐ Jakob Sumardjo (1999) juga telah

uraikan tiga hal penting berkaitan de-­‐ melakukan penelitian terhadap karya-­‐

ngan nilai keindonesiaan yang bersum-­‐ karya Pram yang terbit sebelum periode

ber dari novel-­‐novel Pram. Ketiga hal 1980-­‐an. Sumardjo (1999:237—238)

tersebut adalah nilai multikulturalisme, meneliti cerpen Keluarga Gerilya (1950),

modernisme, dan nasionalisme keindo-­‐ Perburuan (1950), Di Tepi Kali Bekasi

nesiaan.

(1951), Bukan Pasar Malam (1951), Me-­‐ reka yang Dilumpuhkan (1951), Gulat di

TEORI

Jakarta (1953), Korupsi (1954), Midah Si

Keindonesiaan

Manis Bergigi Emas (1954), dan Sekali Keindonesiaan dipahami sebagai proses Peristiwa di Banten Selatan (1958). Pe-­‐

menjadi bangsa Indonesia dengan meng-­‐ nelitian berfokus pada konteks sosial no-­‐

ikuti zaman yang dinamis. Proses menja-­‐ vel Indonesia periode 1920—1977 dan

di tersebut berlangsung secara terus-­‐ belum memfokuskan pada telaah kein-­‐

menerus setelah Indonesia menjadi donesiaan.

bangsa merdeka pascapenjajahan. Kare-­‐ Purwantini (2015) melakukan pe-­‐

na itu, Indonesia dipahami sebagai salah nelitian “Representasi Perilaku Priayi

satu bangsa merdeka di masa pascape-­‐ dalam Novel Gadis Pantai: Kisah Seorang

rang di mana diskursus politik domestik-­‐ Gundik Bendoro Santri” yang berkesim-­‐

nya sangat ditentukan oleh nasionalisme pulan bahwa dalam novel Pram tersebut

(Philpott, 2000:12).

di lingkungan masyarakat Jawa masih Bangsa Indonesia memiliki kera-­‐ terdapat otoritas tradisional yang mem-­‐

gaman. Keragaman itu meliputi agama bawa kewibawaan dan mempunyai sta-­‐

atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang tus sosial tinggi di mata rakyat, otoritas

Maha Esa, warna kulit atau ras, etnis

Menemukan Keindonesiaan dalam Novel-­‐Novel ... (Sariban)

atau kesukuan, dan kebudayaan atau nasional adalah konstruksi yang dirakit adat kebiasaan. Penggalian ajaran aga-­‐

melalui simbol dan ritual yang berkaitan ma, ras, suku, dan kebudayaan yang

dengan kategori wilayah dan adminis-­‐ menjunjung tinggi nilai-­‐nilai kemanusia-­‐

trasi. Nasionalisme mengandung makna an haruslah menjadi misi kehidupan

ambigu bagi bangsa Barat dan Timur. berbangsa dan kesejahteraan bersama.

Nasionalisme bangsa terjajah dimaknai Hefner (2007:22) menyatakan bahwa

negatif oleh bangsa kolonial. Sementara setiap usaha untuk memahami wajah ba-­‐

itu, nasionalisme bangsa penjajah di-­‐ ru pluralisme etnoreligius pada masya-­‐

maknai positif oleh bangsa penjajah. rakat harus mempertimbangkan penga-­‐

Persepsi negatif terhadap nasional-­‐ ruh yang kuat dari sisi ekonomi dan

isme bangsa terjajah oleh bangsa koloni-­‐ pembentukan bangsa.

al ini oleh Gandhi (1998:139) digambar-­‐ Nilai multikultural di Indonesia ha-­‐

kan sebagai tuntutan perubahan per-­‐ ruslah menggali nilai-­‐nilai agama, etnis,

adaban. Bangsa-­‐bangsa jajahan me-­‐ suku, dan budaya masyarakat Indonesia.

ngumpulkan semua kemampuannya un-­‐ Dalam segala perbedaan, rasa cinta, dan

tuk melakukan penolakan terhadap ke-­‐ kasih sayang sesama manusia merupa-­‐

budayaan imperial. Hasilnya adalah ben-­‐ kan hal yang harus terus ditumbuhkan.

tuk politik reaksioner atau perlawanan Dengan konsep ini, tercipta toleransi,

oleh terjajah terhadap penjajah. Pada era tindakan saling menolong, kedamaian,

kemerdekaan abad ini, nasionalisme dan meningkatkan kualitas kemanusia-­‐

tumbuh dalam jiwa kebangsaan rakyat-­‐ an.

nya. Jiwa kebangsaan identik dengan ji-­‐ Nilai kemanusiaan tersebut mem-­‐

wa nasioalisme.

bangkitkan kesadaran berbangsa Indo-­‐ Suseno (2008:8) memberikan anali-­‐ nesia. Kesadaran berbangsa Indonesia

sis aktual semangat kebangsaan Indone-­‐ diikat oleh rasa koletif yang sama seba-­‐

sia mutakhir dengan menghubungkan gai identitas tunggal bangsa Indonesia.

realitas historis dan aktualitas pluralis-­‐ Inilah nilai dasar penggerak nilai-­‐nilai

me masyarakat Indonesia. Kebangsaan nasionalisme sebagai cara berpikir bang-­‐

merupakan hasil pengalaman dalam se-­‐ sa Indonesia. Muljana (2008:6—7) me-­‐

jarah. Kebangsaan Indonesia tumbuh da-­‐ nyatakan bahwa cara berpikir nasional

ri keragaman budaya Indonesia. Karena mempunyai ciri mengutamakan kepenti-­‐

itu, kebangsaan Indonesia harus terus ngan kehidupan nasional.

dipelihara. Jika sebagian bangsa merasa Munculnya kesadaran nasional di-­‐

tidak disertakan, diabaikan, dieksploita-­‐ bentuk oleh keinginan orang-­‐orang se-­‐

si, apalagi ditindas, rasa kebangsaan bangsa untuk memiliki identitas nasio-­‐

akan menguap. Kebangsaan bukanlah nal. Karena sebuah bangsa diikat oleh

sebuah fakta, melainkan sebuah panggil-­‐ wilayah dan budaya tertentu sesuai de-­‐

an luhur—panggilan untuk mewujudkan ngan tempat mereka, orang-­‐orang se-­‐

persatuan sedemikian rupa sehingga se-­‐ bangsa ingin mengaktualkan dirinya da-­‐

mua warga bangsa merasa terangkat lam bentuk identitas nasional sehingga

dan terdukung oleh kebangsaan mereka. muncul rasa nasionalisme sebagai iden-­‐

Suseno melihat bahwa kebangsaan me-­‐ titas nasional.

rupakan sesuatu yang bersifat etis. Ke-­‐ Barker (2005:262) melihat hubung-­‐

bangsaan bukan sesuatu yang alami, me-­‐ an bangsa dan identitas nasional. Identi-­‐

lainkan sesuatu yang bergantung dari si-­‐ tas nasional berkait dan diciptakan oleh

kap bangsa yang bersangkutan. Kebang-­‐ bentuk-­‐bentuk komunikasi. Bangsa ada-­‐

saan merupakan kenyataan yang bersi-­‐ lah ‘masyarakat terbayang’ dan identitas

fat etis. Rasa kebangsaan dapat

ATAVISME, Vol. 18, No. 2, Edisi Desember 2015: 159—169

mempersatukan sebuah bangsa karena dialami sebagai sesuatu yang luhur, yang merangsang semangat untuk berkorban, yang mendorong warga negara untuk memberikan yang terbaik untuk negara-­‐ nya. Karena itu, kebangsaan harus dira-­‐ sakan sebagai sesuatu yang positif, adil, dan luhur.

Nasionalisme sebagai jiwa kebang-­‐ saan digambarkan oleh Nairm (Gandhi , 1998:348) bahwa nasionalisme mendo-­‐ rong masyarakat pada sebuah tujuan jangka pendek tertentu seperti industri-­‐ alisasi, kemakmuran, persamaan dengan orang lain dengan regresi jangka pendek dengan melihat kultur asli bangsa, menghidupkan pahlawan rakyat, dan mitos-­‐mitos kekuatan bangsa masa lalu. Oleh karena itu, nasionalisme menda-­‐ tangkan dan menyatukan berbagai ener-­‐ gi rakyat sehingga nasionalisme mem-­‐ bangkitkan semangat keberanian bangsa terjajah terhadap penjajah dalam kon-­‐ teks penjajahan geografis maupun ideo-­‐ logis seperti saat ini.

Nasionalisme pada negara merdeka biasanya muncul pada negara berkem-­‐ bang. Sejauh mana nasionalisme ber-­‐ kembang bergantung pada bagaimana penerapan cara berpikir nasional suatu warga negara. Cara berpikir nasional adalah sikap seseorang terhadap kesa-­‐ daran bernegara. Cara berpikir nasional memiliki ciri khusus, yakni mengutama-­‐ kan kehidupan nasional. Karena itu, cara berpikir nasional adalah antitesis dari berpikir perorangan atau individual, ke-­‐ daerahan, kepartaian, atau golongan (Muljana,2008:6—7). Cara berpikir nasi-­‐ onal tersebut berlaku pada negara yang sudah merdeka seperti Indonesia saat ini.

Pada era saat negara tidak dikuasai oleh negara lain, nasionalisme tumbuh dalam jiwa kebangsaan rakyatnya. Jiwa kebangsaan identik dengan jiwa nasio-­‐ nalisme. Suseno (2008b:8) memberikan analisis aktual semangat kebangsaan

Indonesia mutakhir dengan menghu-­‐ bungkan realitas historis dan aktualitas pluralisme masyarakat Indonesia. Ke-­‐ bangsaan merupakan hasil pengalaman dalam sejarah. Kebangsaan Indonesia tumbuh dari keragaman budaya Indo-­‐ nesia. Karena itu, kebangsaan Indonesia harus terus dipelihara. Jika sebagian bangsa merasa tidak disertakan, diabai-­‐ kan, dieksploitasi, apalagi ditindas, rasa kebangsaan akan menguap. Kebangsaan bukanlah sebuah fakta, melainkan se-­‐ buah panggilan luhur—panggilan untuk mewujudkan persatuan sedemikian ru-­‐ pa sehingga semua warga bangsa mera-­‐ sa terangkat dan terdukung oleh ke-­‐ bangsaannya.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian tin-­‐ jauan kepustakaan. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer berupa novel-­‐novel Pram Arus Balik, Bu-­‐ mi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Sumber data sekunder berupa buku yang berkait de-­‐ ngan sumber data primer. Data peneli-­‐ tian meliputi teks wacana yang terdapat dalam sumber data primer dan sekun-­‐ der yang berkait dengan konsep multi-­‐ kulturalisme, modernisme, dan nasional-­‐ isme.

Pengumpulan data dilakukan de-­‐ ngan teknik pencatatan. Setelah data ter-­‐ kumpul dilakukan analisis data dengan teknik interpretasi teks. Analisis data de-­‐ ngan teknik interpretasi teks memiliki prosedur pemaparan data sesuai dengan masalah penelitian, melakukan analisis deskriptif hubungan antardata, dan membangun kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Multikulturalisme Keindonesiaan da-­‐ lam Novel-­‐Novel Pramoedya Ananta Toer

Nilai multukulturalisme keindonesiaan yang

ditandai

oleh

keragaman

Menemukan Keindonesiaan dalam Novel-­‐Novel ... (Sariban)

masyarakat terlihat dalam novel-­‐novel Islam, muncul kebijakan pembangunan Pramoedya Ananta Toer. Novel Arus

masjid sebagai tempat ibadah agama ba-­‐ Balik (1995) menggambarkan masyara-­‐

ru. Seputar masjid ini kemudian menjadi kat Tuban sebagai representasi Indone-­‐

perkampungan orang-­‐orang Melayu, sia sekitar akhir abad XIV sebagai mas-­‐

Aceh, Bugis, Gujarat, Parsi, dan Arab. yarakat yang kuat secara politik, mak-­‐ mur secara ekonomis, dan harmonis se-­‐

Sang Adipati tak punya kekuatiran akan

cara tatanan sosial. Tuban kuat ketika itu

timbulnya pertentangan karena agama.

karena merupakan kota bandar. Sebagai

Sejak purba kala penduduk Tuban tak

kota pelabuhan, Tuban akhirnya ber-­‐

punya prasangka keagamaan. Orang

kembang menjadi kota silang budaya. berpindah agama karena kesulitan da-­‐

lam penghidupan, merasa dewa sem-­‐

Tuban digambarkan sebagai kota besar

bahannya tidak menggubrisnya, maka

yang di dalamnya terjadi interaksi sosial

dicarinya dewa sembahan lain (Toer,

masyarakat pribumi Tuban yang masih

beragama Hindu Budha, pedagang Ti-­‐

onghoa, dan saudagar-­‐saudagar Arab Sebagai kota multikultural, Tuban yang muslim.

digambarkan sebagai kota yang penuh Kondisi sosial Tuban sebagai silang

kemakmuran. Kehidupan penguasa pe-­‐ budaya membuka peluang menjadi kota

nuh kemewahan. Adipati Tuban sering multikultural. Orang-­‐orang asing datang

memperoleh persembahan barang me-­‐ ke kota ini mulai Arab, Benggala, Parsi,

wah dari tamu luar negeri yang ingin bangsa-­‐bangsa Nusantara, dan pribumi.

menjalin hubungan dagang dengan Tu-­‐ Pram menggambarkan orang asli Tuban

ban.

mulai meninggalkan agama leluhurnya.

Persembahannya berupa permadani

Pria berambut panjang berdestar batik terindah dari Baghdad dan Ashkabad pertanda masih mengukuhi buddha

untuk peraduan Gusti Adipati Tuban atau shiwa atau wisynu dan masih ber-­‐

dan untuk keputrian. Kemudian batu-­‐ pakaian batik atau wulung. Dan bila

batu permata dari Arabia, Birma, dan rambut panjang mereka tergulung da-­‐

Singhalada Dwipa, kain khassa dari lam destar, itulah pertanda mereka pe-­‐

Benggala, sutra Tiongkok, madu Arabia dagang pedalaman yang berurusan de-­‐

yang tiada tandingan, tembikar, kertas, ngan pedagang-­‐pedagang beragama

kasut sulaman putri-­‐putri mesir, dan Islam (Toer, 1995:21—22).

Alquran (Toer, 1995:51).

Sebagai kota multikultural, Tuban Kekuatan Tuban semakin terlihat adalah prototipe masyarakat yang tole-­‐

melalui gambaran Pram berikut ini. ran. Dalam kendali Adipati Arya Teja

Tumenggung Wilwatikta yang memba-­‐

… Tuban dimasyurkan di atas angin se-­‐

wa perubahan kultural dari Hindu

bagai kerajaan terkuat setelah Majapa-­‐

Budha ke Islam boleh dikatakan tidak

hit. Raja-­‐raja Islam mempunyai harap-­‐

terjadi friksi sosial yang berarti. Larang-­‐

an besar Gusti Adipati Tuban melim-­‐

an menutup dada bagi warga wanita se-­‐

pahkan kesudiaan yang tiada kering-­‐

bagai awal pemberlakukan syariat me-­‐

nya. … Armada Peranggi tak henti-­‐hen-­‐

nutup aurat menurut Islam begitu saja tinya berusaha menguasai dan menak-­‐

lukkan kerajaan-­‐kerajaan sekepercaya-­‐

ditaati oleh warga yang masih meme-­‐

an sepanjang pantai (Toer, 1995:51).

gang agama leluhur.

Karena masyarakat pesisir Tuban Tuban dalam novel Arus Balik dida-­‐

semakin banyak yang memeluk agama pati mengalami pasang surut. Wilayah

ATAVISME, Vol. 18, No. 2, Edisi Desember 2015: 159—169

ini dibangun dan bertumbuh sejak abad

VII. Dalam perjalanannya tidak menun-­‐ jukkan kemajuan yang berarti. Empat abad kemudian, abad XI, Tuban memulai perkembangan baru sebagai kekuatan yang diandalkan Majapahit sebagai jang-­‐ kar kekuasaan wilayah utara. Empat abad kemudian, seperti dalam latar Arus Balik, kisah tragis dialami Tuban akibat intrik kekuasaan internal dan iklim ke-­‐ kuasaan yang lebih luas setelah jatuhnya Semenanjung Malaka ke tangan kekua-­‐ saan orang-­‐orang Portugis.

Dari novel ini, ditemukan penyebab kejatuhan Tuban sebagai miniatur Indo-­‐ nesia disebabkan oleh dua hal. Pertama, disebabkan kondisi internal penguasa is-­‐ tana yang kurang kuat. Kedua, karena politik makro atas kebijakan Demak da-­‐ lam kendali Trenggono sepeninggal Pati Unus. Jika Pati Unus selalu memperkuat armada maritimnya dan cukup ekspansif berupaya merebut kembali Malaka dari Portugis, sebaliknya Trenggono lebih mengambil jalan ekspansi kekuasaan darat sebangsanya. Pengkerdilan Demak oleh Portugis berdampak lurus dengan kemunduran Tuban sebagai daerah ba-­‐ wahan Demak. Dua hal tersebut menjadi pijakan penting bahwa kekuasaan mes-­‐ kipun sebuah siklus, Nusantara akan ku-­‐ at manakala pendekatan pembangunan berorientasi pada kepemimpinan yang kuat dan orientasi kekuatan bahari.

Dalam Rumah Kaca (Toer, 2006: 228), deskripsi masyarakat Indonesia yang plural digambarkan Pram melalui tokoh Sandiman, Marko, Princes Kasiruta, tokoh orang-­‐orang Tionghoa, dan organisasi Syarikat yang merepre-­‐ sentasikan kaum muslim. Tokoh-­‐tokoh yang dihidupkan Pram menggambarkan ragam kelompok sosial masyarakat In-­‐ donesia yang memungkinkan terjadi konflik jika tidak dikelola dengan baik.

Faktor kesenjangan ekonomi meru-­‐ pakan salah satu sumber konflik dalam masyarakat yang plural. Masalah

ekonomi merupakan sumber konflik da-­‐ lam masyarakat multietnis. Hal ini di-­‐ gambarkan Pram berikut.

Bagaimana bisa orang sebanyak itu sampai terhasut untuk menyerang Ti-­‐ onghoa? Apakah dalam tubuh Syariat benar-­‐benar tak ada terpelajarnya? Perbuatan amukan semacam itu, per-­‐ nyataan akan tak adanya kepercayaan pada hari depan, seakan-­‐akan Tuhan kurang cukup menciptakan alam ini un-­‐ tuk kesejahteraan setiap orang. Bahwa ada kerakusan manusia, yang menye-­‐ babkan kemiskinan bagi yang lain, se-­‐ mestinya ditemukan cara-­‐cara yang bi-­‐ jaksana (Toer, 2006:228).

P embacaan Arus Balik dapat mem-­‐ berikan gambaran bahwa keragaman bangsa-­‐bangsa di dunia menuntut warga dunia mengenal perbedaan agama, ke-­‐ percayaan, ideologi, etnik, ras, warna ku-­‐ lit, kebudayaan, dan kepentingan. Nilai multikultural dalam novel-­‐novel Pram mengembangkan kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat Indonesia dan mengembangkan tanggung jawab manusia Indonesia di tengah keragaman bangsa-­‐bangsa di dunia dengan tetap menjaga identitas diri sebagai bangsa In-­‐ donesia. Sementara itu, Rumah Kaca memberikan amanat bahwa masyarakat Indonesia yang multikultural berpotensi terjadi konflik jika pemerataan ekonomi tidak dirasakan bersama oleh berbagai kelompok sosial.

Modernisme Keindonesiaan dalam Novel-­‐Novel Pramoedya Ananta Toer

Novel-­‐novel Pramoedya Ananta Toer memberi inspirasi modernisasi keindo-­‐ nesiaan. Modernisme keindonesiaan yang dominan dalam novel Pram ter-­‐ gambarkan melalui visi ‘belajar sepan-­‐ jang masa dan di semua tempat’. Tokoh-­‐ tokoh dalam novel-­‐novel Pram menga-­‐ jak bangsa Indonesia pada tradisi bela-­‐ jar, menulis, dan bekerja. Inti

Menemukan Keindonesiaan dalam Novel-­‐Novel ... (Sariban)

modernisasi dibangun dari kesanggupan kolektivitas masyarakat untuk terus be-­‐ lajar. Belajar pada hakikatnya adalah usaha mengatasi segala persoalan hidup. Tokoh-­‐tokoh yang dibangun Pram ada-­‐ lah tokoh yang terus berjuang mengatasi kesulitan kehidupannya melalui usaha belajar, menulis, dan bekerja sebagai wujud manusia yang berpengetahuan.

Tradisi belajar dicontohkan Pram melalui perjuangan tokoh Sanikem yang kemudian menjadi Nyai Ontosoroh. Ga-­‐ dis desa tanpa sekolah ini dengan kegi-­‐ gihannya belajar dan akhirnya mampu membaca, melakukan perubahan, dan menduduki stratifikasi sosial yang baik di masyarakatnya meski dia seorang gundik. Tradisi menulis dicontohkan melalui tokoh Gadis Jepara yang dalam representasi sosiologis historis merujuk tokoh R.A. Kartini. Kartini merupakan gadis muda usia yang disegani kolonial karena tulisan-­‐tulisannya yang tajam mengisahkan pederitaan bangsa terja-­‐ jah. Tokoh ini meletakkan dasar bahwa pengetahuan mampu dikembangkan melalui tradisi menulis.

Tokoh-­‐tokoh pada novel Pram ada-­‐ lah tokoh aktif yang terus bekerja. Me-­‐ reka bekerja karena memang tugas hi-­‐ dup adalah bekerja dan melakukan per-­‐ ubahan demi diri sendiri dan umat ma-­‐ nusia. Inilah ruh modernisasi. Pram de-­‐ ngan penuh semangat dan optimistis mengajak bangsanya untuk menyambut kedatangan modernitas dan hari depan yang lebih baik setelah bangsa ini lama dijajah Portugis, Belanda, dan Jepang. Bangsa ini harus membangun impian-­‐ impian modernitas. Impian inilah yang dapat dijadikan pijakan embrio sema-­‐ ngat membangun peradaban bangsa In-­‐ donesia. Hal ini memperkuat analisis Hun (2011:x) yang menyatakan bahwa dunia rekaan Pram merupakan satu mimpi yang dijelmakan untuk meme-­‐ nuhi hasratnya, yaitu perwujudan sema-­‐ ngat kemanusiaan keindonesiaan.

Hal ini terlihat pada novel-­‐novel Pram, yang melalui karyanya mengajak bangsanya untuk bangkit menuju mo-­‐ dernitas. Modernitas merupakan kesa-­‐ daran dan kesanggupan keluar dari ke-­‐ bodohan menuju penguasaan ilmu pe-­‐ ngetahuan. Eropa mampu menguasai Asia karena Eropa telah mampu mengu-­‐ asai ilmu pengetahuan, sedangkan Asia masih jauh tertinggal dalam peradaban keilmuan. Ketertinggalan bangsa Indo-­‐ nesia dalam dunia ilmu pengetahuan di-­‐ gambarkan Pram pada novel Anak Se-­‐ mua Bangsa. Dikatakannya, manusia pri-­‐ bumi masih manusia zaman tengah, mungkin juga zaman purba, bisa jadi za-­‐ man batu. Tapi kalau pribumi Hindia, sa-­‐ tu persen saja, telah menguasai ilmu pe-­‐ ngetahuan Eropa—tidak perlu satu per-­‐ sen, sepersepuluh persenlah—manusia yang sudah berubah itu akan bisa me-­‐ ngadakan perubahan atas keadaan, dan berubah pula bangsanya (Toer, 2009: 406).

Dengan membaca novel-­‐novel Pram, ditemukan peletakan ilmu penge-­‐ tahuan sebagai panglima menuju per-­‐ adaban modern sebuah bangsa, karena modernitas mutlak ditandai oleh pengu-­‐ asaan ilmu pengetahuan. Pram merasa-­‐ kan Eropa telah mengalami kemajuan pesat dalam modernisasi. Impian ingin seperti Eropa dirasakannya dan perasa-­‐ an itu hendak dibagi kepada bangsanya yang dianggapnya masih belum menya-­‐ dari pentingnya penguasaan ilmu pe-­‐ ngetahuan. Kerinduan modernitas Pram sebagai bangsa terjajah untuk seperti Eropa tergambar pada novel Bumi Ma-­‐ nusia.

Modern! Dengan cepatnya kata itu menggelembung dan membiak diri se-­‐ perti bakteri di Eropa sana. Maka izin-­‐ kanlah aku ikut pula menggunakan ka-­‐ ta itu, sekalipun aku belum sepenuhnya dapat menyelami maknanya (Toer, 1980:4).

ATAVISME, Vol. 18, No. 2, Edisi Desember 2015: 159—169

Hasrat tokoh-­‐tokoh yang digam-­‐

manusia yatim piatu, dikutuk untuk

barkan untuk seperti Eropa merupakan

membebaskan diri dari segala ikatan

jalan pembebasan bangsa Indonesia

yang tidak diperlukan: adat, darah, bah-­‐

agar tidak terus-­‐menerus dikuasai Ero-­‐

kan juga bumi, kalau perlu juga sesama-­‐

pa. Novel-­‐novel Pram mengajak pemba-­‐

nya (Toer, 1985:1).

canya untuk memiliki semangat memba-­‐ Modernitas yang ditandai ilmu pe-­‐

ngun ilmu pengetahuan bangsa terjajah ngetahuan merupakan alat kekuasaan.

sehingga memiliki kedudukan yang sa-­‐ Bangsa yang berpengetahuan selalu me-­‐

ma dengan penjajah. Kepandaian bangsa nguasai bangsa yang tidak berpengeta-­‐

terjajah mengantarkan bangsa ini keluar huan. Kesanggupan kolonial menguasai

dari kekuasaan kolonial. Oleh karena itu, pribumi ratusan tahun disebabkan pri-­‐

Pram menggunakan bahasa yang provo-­‐ bumi ketinggalan ilmu pengetahuannya

katif ‘rebut ilmu pengetahuan’. dengan kolonial barat selama ratusan ta-­‐

hun pula. Oleh karena itu, ilmu penge-­‐

Rebut ilmu pengetahuan dari mereka

(kolonial) sampai kau sama pandai de-­‐

tahuan menjadi hal penting dalam me-­‐

ngan mereka. Pergunakan ilmumu itu

nuju manusia modern. Modernitas di-­‐

kemudian untuk menuntun bangsamu

bangun oleh fondasi ilmu pengetahuan.

keluar dari kegelapan yang tiada habis-­‐

Penguasaan pengetahuan hanya dapat

habisnya ini (Toer, 2006:252).

dilakukan melalui usaha belajar. Belajar dan ilmu pengetahuan merupakan dua

Tradisi untuk berilmu pengetahuan hal yang senantiasa berkaitan sehingga bagi bangsa Indonesia ditanamkan da-­‐

dikatakan Pramoedya Ananta Toer pada lam tetralogi novel Pramoedya Ananta

novel Jejak Langkah “Semua ini hanya Toer, dengan mengajak bangsanya me-­‐

mungkin karena ilmu dan pengetahuan nyambut abad XX sebagai abad ilmu pe-­‐

modern” (Toer, 1985:220). ngetahuan dalam usaha pembebasan

Tradisi belajar telah lama menjadi bangsa-­‐bangsa terjajah atas penjajahan.

kebudayaan Eropa. Kehidupan bangsa Meskipun demikian, Pram terasa asing

Eropa selalu dilalui dengan belajar. Se-­‐ di tengah-­‐tengah bangsanya yang masih

tiap kemajuan selalu dilalui melalui bela-­‐ memegang teguh tradisi penghambat

jar. Sesuatu yang dibutuhkan dalam hi-­‐ modernitas. Optimisme modern yang

dup haruslah dipelajari. Perubahan hi-­‐ hendak diraih dan pesimisme keadaan

dup dimulai dari usaha mempelajari per-­‐ bangsa terjajah yang terbelit tradisi

ubahan. Usaha belajar ini dilakukan Nyai penghambat modernitas secara satire di-­‐

Ontosoroh melalui suaminya, Hermann ungkapnya melalui tokoh Minke.

Melema. Ontosoroh menempa dirinya menjadi perempuan yang sanggup me-­‐

Memasuki alam Betawi—memasuki

ngelola perusahaan meski dia berasal

abad dua puluh. Juga kau, sembilan be-­‐

dari kalangan perempuan desa yang bu-­‐

las. Selamat tinggal!.... Tak ada orang

ta aksara.

muncul untuk menjemput. Peduli apa?

Dengan demikian, modernitas kein-­‐

Orang bilang: hanya orang modern

donesiaan dalam karya Pram ditemukan

yang mau di zaman ini, pada tangannya umat manusia tergantung. Tidak mau

melalui tokoh Ontosoroh dan Minke. Dua

jadi modern? Orang akan jadi takh-­‐

pilar modernitas yang berfungsi mem-­‐

lukan semua kekuatan yang bekerja di

bangun Indonesia masa depan adalah

luar dirinya di dunia ini. Aku manusia

tradisi terus belajar dan peniruan tradisi

modern. Telah kubebaskan semua de-­‐

Eropa yang meletakkan ilmu pengeta-­‐

korasi dari tubuh, dari pandangan.

huan sebagai visi hidup kebangsaan. Mo-­‐

Dan modern adalah juga kesunyian

dernisasi

bangsa mensyaratkan

Menemukan Keindonesiaan dalam Novel-­‐Novel ... (Sariban)

kepemilikan ilmu pengetahuan. Dalam novel-­‐novel Pram, yang ter-­‐ baik bagi orang terjajah adalah orang

Nasionalisme Keindonesiaan dalam

yang bebas. Orang bebas adalah orang

Novel-­‐Novel Pramoedya Ananta Toer

yang bekerja secara mandiri dengan me-­‐ Nasionalisme keindonesiaan dalam no-­‐

lepaskan diri secara birokrasi pemerin-­‐ vel-­‐novel Pramoedya Ananta Toer terli-­‐

tah kolonial. Pram mengumandangkan hat dalam bentuk kemandirian dan ke-­‐

bekerja dengan berdagang dan bukan beranian sebagai bangsa. Kemandirian

menjadi pegawai pemerintah. Para pe-­‐ merupakan langkah awal menuju per-­‐

dagang dan pengusaha adalah orang juangan hidup memberi manfaat kepada

yang sangat bahagia karena kehidupan diri sendiri. Manfaat kepada diri sendiri

mereka tidak lebih banyak dikendalikan akan bergeser dan meluas menjadi man-­‐

pemerintah kolonial seperti para priyayi faat kepada pihak lain, seperti anggota

yang mayoritas merupakan pegawai ko-­‐ keluarga, tetangga, masyarakat, dan

lonial. Data novel Bumi Manusia berikut bangsa. Ketika manfaat itu diberikan ke-­‐

menunjukkan hal itu. pada bangsa, maka konsep nasionalisme akan muncul. Dengan demikian, keman-­‐

Berbahagialah dia yang makan dari ke-­‐

dirian merupakan sarana penting mem-­‐

ringatnya sendiri bersuka karena usa-­‐

bangun nasionalisme seseorang.

hanya sendiri dan maju karena penga-­‐

Nasionalisme suatu bangsa ditandai

lamannya sendiri” (Toer, 1980:34).

dengan rasa ingin mandiri, tidak bergan-­‐

tung bangsa lain. Kemandirian inilah Temuan yang menarik adalah bah-­‐ yang banyak diusung oleh dalam tetralo-­‐

wa keberanian sebagai bibit nasional-­‐ ginya. Kemandirian menjadikan sese-­‐

isme dibangun oleh ketidakberanian. Ke-­‐ orang memiliki sikap tertentu atas pilih-­‐

kalahan tradisional melawan kecanggih-­‐ an terbaiknya. Hanya dengan jalan ini se-­‐

an modernitas melahirkan cara berpe-­‐ buah bangsa dapat didirikan. Karena itu,

rang ‘merayap’ atau gerilya. Ketidakber-­‐ Pram meyakini bahwa rapuhnya organi-­‐

dayaan melawan keberdayaan mengaki-­‐ sasi-­‐organisasi perintis kemerdekaan

batkan sang tidak berdaya memliki ke-­‐ seperti Boedi Oetomo disebabkan ang-­‐

beranian. Hanya keberanianlah yang da-­‐ gotanya adalah oang-­‐orang yang tidak

pat mengatasi kekalahan sebelum ber-­‐ mandiri. Mayoritas mereka adalah kala-­‐

tindak. Peristiwa Perang Puputan di Bali ngan priyayi. Kehidupan priyayi waktu

merupakan cermin ketakberdayaan itu tidak bebas, karena penghidupan me-­‐

sanggup mendatangkan energi berani. reka bergantung pemerintah kolonial.

Setelah bala tentara kerajaan Klungkung Kemandirian merupakan syarat da-­‐

disapu Belanda, mereka secara fakta me-­‐ sar untuk menuju pembebasan penjajah-­‐

mang kalah perang. Kekalahan inilah an. Jika terjajah masih dalam posisi dipe-­‐

yang menjadi sumber keberanian berpe-­‐ kerjakan penjajah, niscaya kemandirian

rang dengan segenap apa yang dimiliki terjajah tidak dapat diwujudkan. Pram

terjajah, sehingga kaum perempuan, melalui tokoh Minke mengajak para

anak-­‐anak, siapa pun dikerahkan untuk pembaca untuk menuju nasionalisme

melawan Belanda.

dengan cara membebaskan kebergantu-­‐ Perang rakyat Bali menunjukkan ngan dengan penjajah, baik urusan pe-­‐

keberanian bangsa Indonesia. Meski rak-­‐ kerja maupun ekonomi. Oleh karena itu,

yat habis oleh bedil dan meriam Belanda, semangat berusaha berdagang yang me-­‐

mereka tidak pernah mudah menyerah. lepaskan dengan kepentingan pemerin-­‐

Pramoedya Ananta Toer menggambar-­‐ tah penjajah ditonjolkan Pram.

kan seperti deskripsi berikut.

ATAVISME, Vol. 18, No. 2, Edisi Desember 2015: 159—169

Pertempuran untuk menjatuhkan kera-­‐

dikemukakan bahwa nasionalisme kein-­‐

jaan Klungkung, kerajaan Bali berakhir,

donesiaan dalam novel-­‐novel Pram ter-­‐

berjalan selama lebih dari empat puluh

gambar melalui sikap tokoh-­‐tokohnya

hari. Klungkung jatuh, tapi Lombok

yang mandiri dan berani sebagai bangsa.

bangkit melawan (Toer, 1985:245).

Tokoh-­‐tokoh novel Pram menyuarakan

sikap keberanian bangsa terjajah. Tokoh Keberanian membangun keperca-­‐

Nyai Ontosoroh dan Minke secara refor-­‐ yaan diri. Kepercayaan diri karena itu

mis memiliki keberanian untuk melepas-­‐ merupakan modal kemandirian. Keman-­‐

kan diri dari rasa bergantung untuk dirian dalam pandangan Pram melalui

menjadi bangsa yang mandiri. Oleh ka-­‐ tokoh Minke selalu diawali oleh rasa per-­‐

rena itu, bentuk-­‐bentuk kepatuhan caya diri. Ketidakpercayaan diri dan me-­‐

bangsa Indonesia yang dikondisikan nganggap diri lemah akan melahirkan si-­‐

oleh bangsa Eropa sangat ditentang oleh kap-­‐sikap yang merendahkan bangsa.

tokoh-­‐tokoh fiktif Pramoedya Ananta Oleh karena itu, Minke sangat melawan

Toer.

tradisi ‘merangkak’ di hadapan para raja

sebagai representasi ketidakpercayaan

SIMPULAN

diri. Ditemukan tiga simpulan berdasarkan Pada tokoh lain, ditemukan Nyai

pembahasan keindonesian dalam novel-­‐ Ontosoroh sebagai representasi perem-­‐

novel Pramoedya Ananta Toer. Pertama, puan mandiri yang lahir dari golongan

multikulturalisme keindonesiaan dalam sosial rendah tanpa sekolah. Menyadari

novel-­‐novel Pram menggambarkan kebutaaksaraannya, Ontosoroh bekerja

penghargaan terhadap perbedaan, tole-­‐ keras belajar membaca, belajar, dan

ransi, dan tujuan bersama mencintai memberi manfaat kepada sesama bang-­‐

bangsa dan negara. Kedua, modernisasi sanya. Nyai Ontosoroh yang banyak di-­‐

keindonesiaan dapat diperoleh dari ceritakan Pramoedya Ananta Toer da-­‐

pembacaan dan penghayatan novel kar-­‐ lam Bumi Manusia adalah representasi

ya Pram yang dibangun oleh filosofi ‘te-­‐ perempuan terjajah yang memiliki ke-­‐

rus belajar’. Modenitas Indonesia di-­‐ mandirian luar biasa. Dalam lingkup be-­‐

bangun melalui tradisi terus belajar pada sar, Ontosoroh adalah lambang keterja-­‐

semua jenjang usia, pada semua suasana, jahan Hindia atas Belanda. Dalam ling-­‐

yang tidak mengenal batas tempat dan kup kecil, Ontosoroh adalah lambang ke-­‐

waktu. Dengan belajar selamanya, warga terjajahan seorang isteri pribumi atas la-­‐

bangsa telah berupaya ‘mewujudkan In-­‐ ki-­‐laki penjajah, Herman Melema.

donesia’. Indonesia dalam proses men-­‐ Dari kesadaran keterjajahan inilah,

jadi yang terus-­‐menerus untuk menjadi Ontosoroh membangun kekuatan diri

bangsa yang berkontribusi di tengah-­‐te-­‐ bahwa dia harus kuat sebagaimana ke-­‐

ngah bangsa lain yang lebih dahulu me-­‐ kuatan penjajah. Hal yang ditempuh

miliki peradaban maju. Ketiga, nasional-­‐ Ontosoroh adalah terus membaca untuk

isme keindonesiaan sikap mandiri dan banyak tahu berbagai hal sehingga dia

berani sebagai bangsa terjajah telah dila-­‐ dapat memilih jalan kebahagiaan bagi di-­‐

kukan para pelajar pribumi. Mereka me-­‐ rinya. Ontosoroh tampaknya tidak ingin

nyuarakan sikap bangsa terjajah dalam kebahagiaan yang diperolehnya hanya

bentuk publikasi agar diketahui oleh untuk dirinya sendiri. Dia ingin berbagi

bangsa penjajah. Mereka secara reformis kebahagiaan dengan orang lain sehingga

memiliki keberanian untuk melepaskan visi hidupnya memberi manfaat kehi-­‐

diri dari rasa bergantung dengan bangsa dupan.

lain.

Dengan demikian,

dapat

Menemukan Keindonesiaan dalam Novel-­‐Novel ... (Sariban)

Secara keilmuan, analisis yang dila-­‐ Purwantini. 2015. “Representasi Perila-­‐ kukan terhadap novel-­‐novel Pramoedya

ku Priayi Dalam Novel Gadis Pantai Ananta Toer ini memberikan sumbang-­‐

Kisah Seorang Gundik Bendoro an pengembangan keilmuan pada teori

Santri” dalam Jurnal Atavisme edisi pascakolonial dalam kajian teori sastra.

Juni 2015 halaman: 31—44. Sura-­‐ Teori pascakolonial dapat mengungkap

baya: Balai Bahasa Provinsi Jawa persoalan-­‐persoalan kebangsaan pada

Timur.