PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY ( TSTS ) TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN PESAWAT SEDERHANA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO

  

STRAY ( TSTS ) TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN

PESAWAT SEDERHANA SISWA KELAS VIII

SMP MUHAMMADIYAH MUNTILAN KABUPATEN

  

MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1)

Sigit Priyanto

2) 1) 2)

Yuli Prihatni

Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

  

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.

  • *

  Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan dan pengaruh prestasi belajar

fisika yang diajar dengan metode eksperimen dan tanpa metode eksperimen. Jumlah

populasi dalam penelitian ini 62 siswa. Sampel diambil secara random sampling, kelas VIII

A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas control. Kemampuan awal

berasal dari nilai tes prestasi belajar fisika sebelum diberi perlakuan khusus. Data prestasi

belajar dengan soal tes pilihan ganda. Teknis analisis data dengan uji- t setelah dilakukan

uji persyaratan analisis, yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kecenderungan dan perbedaan yang sangat

signifikan prestasi belajar fisika yang diajar dengan metode eksperimen dan tanpa metode

eksperimen. Karena uji- t ( t hitung = 2,712 > t tabel 5% = 2,000), hal ini berarti secara

komparatif terdapat pengaruh yang sangat signifikan prestasi belajar fisika pokok

bahasan pesawat sederhana antara yang diajar dengan metode eksperimen dan tanpa

metode eksperimen.

  Kata kunci:

  metode eksperimen, prestasi belajar, pesawat sederhana tingginya kemajuan yang diraih umat

  PENDAHULUAN

  manusia seperti diutarakan di atas, Dalam rangka menghadapi era pada hakekatnya adalah produk dari globalisasi, perkembangan ilmu proses pendidikan khususnya bidang pengetahuan, dan teknologi ilmu pengetahuan alam. memegang peran utama dalam

  Pendidikan secara umum mengubah tatanan kehidupan diartikan sebagai suatu usaha yang manusia dari serba primitif ke dilakukan oleh orang dewasa kehidupan yang serba modern. terhadap perkembangan jasmani dan

  Melalui apliksi ilmu pengetahuan dan rohani anak, guna mencapai teknologi telah mengubah pula kedewasaan yang optimal. Dalam dimensi ruang dan waktu bagi umat upaya tersebut sudah barang tentu manusia. Sesuatu yang semula tidak memerlukan beberapa penunjang, mungkin, tetapi selanjutnya dapat sehingga tujuan yang hendak dicapai menjadi kenyataan seperti halnya dapat terwujud dengan baik. Untuk internet yang bisa mengakses kemana pendidikan formal sekolah, yang saja dan kepada siapapun, menjadi faktor penunjang pembangunan stasiun ruang angkasa diantaranya adalah sarana yang dan lain-lain. Betapapun pesat dan dimiliki oleh sekolah, kemampuan siswa, juga keterampilan dan kreatifitas yang dimiliki oleh pendidik.

  Lembaga pendidikan formal tentunya harus menyedikan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. Demikian pula oleh siswa harus dipersiapkan berupa kebutuhan yang bersifat jasmani maupun rohani (atau aspek kejiwaan) sebagai bekal utama dalam belajar. Dengan memahami faktor penunjang di atas (terutama siswa), tentunya berpengaruh terhadap keberadaan guru dalam menentukan langkah-langkah pengajaran. Langkah-langkah dimaksud adalah berupa penentuan materi, tujuan, metode pembelajaran dan alat peraga. Sehingga peran guru bukan hanya sebagai pengajar semata, akan tetapi lebih jauh guru harus kreatif dan mampu sebagai pembimbing, pemimpin, ataupun pengalih ilmu pengetahuan, keterampilan dan kecakapan.

  Guru dengan peran dan fungsinya sebagai pengajar, pembimbing, pemimpin, pengalih ilmu pengetahuan, juga harus kreatif dalam merencanakan pengajaran. Perencanaan ini dapat berupa perencanaan dalam penentuan metode, materi yang akan disajikan, dan penentuan alat peraga. Penentuan dan perencanaan yang matang dalam pengajaran serta dikaitkan dengan kebutuhan siswa memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu guru senantiasa diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang optimal dalam merencanakan proses belajar mengajar.

  Ditinjau dari segi metode pembelajaran, penentuan metode pembelajaran merupakan hal yang penting, sebab maksud dan tujuan metode pembelajaran adalah untuk memberikan visualisasi dalam proses belajar mengajar sehingga pemahaman anak dalam belajar dapat lebih realistis dan lebih bermakna. Dengan demikian pencapaian tujuan pengajaran dapat lebih terarah.

  Dengan adanya kemajemukan dari karakteristik anak didik yang dihadapi, antara lain perbedaan gaya mengajar, minat intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh dan lain-lain yang sifatnya menghambat anak dalam belajar, maka dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif segala kesulitan diharapkan dapat diatasi. Berdasarkan kenyataan ini maka untuk keberhasilan proses belajar mengajar menjadikan metode pembelajaran memegang peranan yang sangat penting salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

  Dilihat dari prestasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah Muntilan Kabupaten Magelang juga cukup bervariasi, artinya ada siswa yang berprestasi baik, tetapi banyak juga siswa memperoleh nilai dibawah standar yang telah ditetapkan dan dibawah rata-rata empat mata pelajaran yang diujinasionalkan, seperti terlihat dalam tabel 1 berikut.

  

Tabel 1. Nilai UN Tiga Tahun Terakhir.

  Tahun Pelajaran Nilai

B. Indonesia Matematika

  IPA B.Inggris

2011/2012 8,3 6,5 6,0 6,6

2012/2013 8,4 5,8 6,3 7,3

2013/2014 8,0 6,0 6,0 7,5

  Rata-rata tiap mata pelajaran 8,2 6,8 6,5 7,8

  Sumber: Data nilai UN murni tahun pelajaran 2011/2012 - 2013/2014 Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar IPA

  (fisika) salah satu diantaranya adalah faktor guru dan cara mengajar. Siswa hanya dituntut untuk dapat menghafal rumus atau konsep tertentu dalam pembelajaran fisika selama ini dan tidak diarahkan untuk menangkap makna yang terkandung dan mengaplikasikannya untuk menjelaskan fenomena-fenomena fisika. Oleh karena itu, peran seorang guru menjadi sangat penting dalam menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, membimbing, dan memberi pengarahan sehingga siswa dapat melakukan proses pembelajaran dengan maksimal dan akhirnya memperoleh hasil belajar yang positif.

METODE PENELITIAN

  Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya peningkatan kualitas prose belajar mengajar dalam pendidikan IPA merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two

  Stay To Stray. Model pembelajaran ini

  menekankan pada pemberian belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan ketrampilan sosial siswa dalam bekerja sama dalam mencari informasi dan memecahkan permasalahan belajar dalam suatu kelompok belajar. Dengan tindakan kooperatif tersebut diharapkan mempengaruhi situasi belajar yang yang menyenangkan di sekolah dan mempengaruhi minat belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa kelas

  VIII SMP Muhammadiyah Muntilan Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 akan meningkat.

  Sesuai dengan tujuan penelitian, maka Penelitian ini termasuk Quasi exsperiment yang merupakan eksperimen semu. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Muntilan Kabupaten Magelang, selama 4 (empat) bulan, mulai dari bulan Januari sampai April 2014.

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII yang terdiri dari 6 kelas terdiri dari 202 siswa, sampel diambil dengan teknik claster random sampling, dari 202 siswa, masing-masing 31 siswa dari kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan 31 dari VIII B sebagai kelas kontrol sehingga sampelnya 62.

  Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 231), yang dimaksud teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar dan sebagainya. Bentuk Instrumen soal pada tes prestasi belajar fisika siswa kelas

  VIII pokok bahasan pesawat sederhana, terdiri dari 30 soal pilihan ganda dengan 4 item jawaban pilihan, dan ternyata setelah diuji validitasnya terdapat 5 soal yang gugur yaitu pada soal nomor: 6, 13, 16, 22 dan 29. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan program komputer SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih dengan nilai reliabilitas Kuder Richardson yang biasa disebut oleh KR-20 (Suharsimi Arikunto, 2006 : 163). Dari perhitungan realibilitas diperoleh r hitung = 0,858 dan pada tabel product moment 5 % untuk N = 25 diperoleh r tabel = 0,396 karena r hitung > r tabel 5 % maka instrumen tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi.

  Analisis data secara deskriptif dihitung dengan melihat prestasi hasil belajar yang dibandingkan pada kategori kurva normal, selain itu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi Pengitungan uji normalisasi sebaran dilakukan dengan menggunakan teknik statistik Chi kuadrat (

  χ

  2

  ), Uji homogenitas Varian menggunakan teknik analisis dengan pengujian menggunakan uji F dan untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji t.

  Untuk mengetahui sejauhmana kecenderungan prestasi belajar fisika, digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan kriteria pada kurva normal, sedangkan secara komparatif menggunakan uji-t. Pembahasan hasil penelitian sebagai berikut.

  1. Secara Deskriptif Dua kelompok yang memiliki kemampuan yang sama, dilihat dari kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian diberi perlakuan berbeda.

  Dalam hal ini kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran Two Stay Two

  Stray (TSTS) dan kelompok

  kontrol tanpa menggunakan pembelajaran konvensional.

  a. Kecenderungan prestasi belajar fisika yang diajar menggunakan pembelajaran Two Stay Two

  Stray (TSTS) yang diikuti

  oleh 32 siswa memperoleh skor rata-rata 17,032 dan SB = 5,154. Hasil tersebut jika dibandingkan dengan kurva normal termasuk dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, diperkirakan siswa pada kelompok eksperimen akan memiliki pernahaman fisika yang lebih baik daripada kelompok kontrol.

  b. Kecenderungan prestasi belajar fisika yang diajar menggunakan pembelajaran konvensionl yang diikuti oleh 31 siswa memperoleh skor rata-rata 13,258 dan SB = 5,785. Hal tersebut jika dibandingkan dengan kriteria kurva normal termasuk dalam kategori sedang. Hal tersebut berdasarkan asumsi bahwa pada kelompok kontrol, siswa meraih prestasi belajar yang cukup baik menggunakan pembelajaran konvensional,

HASIL DAN PEMBAHASAN

  akan tetapi apabila pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Two Stay Two

  pembelajaran konvensional, didasarkan pada kenyataan bahwa siswa lebih tertarik untuk belajar Fisika dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two

  yang diikuti oleh 32 siswa memperoleh skor rata-rata 17,032 dan SB = 5,154. Hasil tersebut jika dibandingkan dengan kurva normal termasuk dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, diperkirakan siswa pada kelompok eksperimen akan memiliki pernahaman fisika yang lebih baik daripada kelompok kontrol.

  Two Stay Two Stray (TSTS)

  a. Kecenderungan prestasi belajar fisika yang diajar menggunakan pembelajaran

  kelompok kontrol tanpa menggunakan pembelajaran konvensional.

  Stay Two Stray (TSTS) dan

  1. Secara Deskriptif Dua kelompok yang memiliki kemampuan yang sama, dilihat dari kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian diberi perlakuan berbeda. Dalam hal ini kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran Two

  KESIMPULAN

  Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain adalah pada penelitian ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang dari guru dan memerlukan waktu yang relatif lama, serta penggunaan biaya yang lebih tinggi.

  Stray (TSTS).

  Two Stray (TSTS) dan model

  Stray (TSTS), hasilnya akan lebih baik.

  Adapun perbedaan prestasi belajar fisika siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran Two Stay

  meningkatkan prestasi belajar fisika pokok bahasan Pesawat Sederhana.

  Stray (TSTS) lebih baik untuk

  dengan model pembelajaran konvensional. Ini berarti model pembelajaran Two Stay Two

  Stray (TSTS) dan yang diajar

  31 siswa memperoleh skor rata-rata 13,258 dan SB = 5,785. Hasil uji- t antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 2,712 dan p = 0,009. Maka, terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara yang diajar menggunakan model pembelajaran Two Stay Two

  31 siswa memperoleh skor rata- rata 17,032 dan SB = 5,154 dan kelompok yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran konvensional yang diikuti

  Stray (TSTS) yang diikuti oleh

  2. Secara Komparatif Dari data penelitian didapat bahwa prestasi belajar fisika kelompok yang diajar menggunakan model pembelajaran Two Stay Two

  b. Kecenderungan prestasi belajar fisika yang diajar menggunakan pembelajaran konvensionl yang diikuti oleh 31 siswa memperoleh skor rata-rata 13,258 dan SB = 5,785. Hal tersebut jika dibandingkan dengan kriteria pembelajaran Two Stay Two kurva normal termasuk Stray (TSTS) dan model dalam kategori sedang. Hal pembelajaran konvensional, tersebut berdasarkan asumsi didasarkan pada kenyataan bahwa pada kelompok bahwa siswa lebih tertarik kontrol, siswa meraih untuk belajar Fisika dengan prestasi belajar yang cukup menggunakan model baik menggunakan pembelajaran Two Stay Two pembelajaran konvensional, Stray (TSTS). akan tetapi apabila Penelitian ini memiliki

  beberapa keterbatasan, antara

  pembelajaran dengan

  lain adalah pada penelitian ini

  menggunakan pembelajaran

  memerlukan kesiapan dan Two Stay Two Stray (TSTS), perencanaan yang matang dari hasilnya akan lebih baik. guru dan memerlukan waktu

  2. Secara Komparatif

  yang relatif lama, serta

  Dari data penelitian didapat

  penggunaan biaya yang lebih

  bahwa prestasi belajar fisika tinggi. kelompok yang diajar menggunakan model pembelajaran Two Stay Two

DAFTAR PUSTAKA

  Stray (TSTS) yang diikuti oleh

  Abdul Syukur, dkk. 2005. Ensiklopedi 31 siswa memperoleh skor rata- Umum untuk Pelajar. Jakarta: rata 17,032 dan SB = PT Ichtiar Baru-Van Hoeve. 5,154 dan kelompok yang diajar tanpa menggunakan model

  Anita Lie. 2004. Cooperative Learning, pembelajaran konvensional

  Mempraktikkan Cooperative

  yang diikuti 31 siswa

  Learning di Ruang-Ruang

  memperoleh skor rata-rata Kelas. Jakarta: Grasindo. 13,258 dan SB = 5,785. Hasil uji- t antara kelompok eksperimen

  Depdiknas. 2005. Standar Nasional dan kelompok kontrol adalah

  Pendidikan.Jakarta: Peraturan

  2,712 dan p = 0,009. Maka, Pemerintah No 19 Tahun terdapat perbedaan yang sangat 2005. signifikan antara yang diajar menggunakan model

  Depdiknas. 2006. Garis-garis Besar pembelajaran Two Stay Two

  Program Pengajaran IPA. Stray (TSTS) dan yang diajar Jakarta: Dikdasmen.

  dengan model pembelajaran konvensional. Ini berarti model Enos Taruh. 2003. Konsep Diri dan pembelajaran Two Stay Two

  Motivasi Berprestasi dalam Stray (TSTS) lebih baik untuk Kaitanya dengan Hasil Belajar

  meningkatkan prestasi belajar

  Fisika. Jurnal Penelitian dan

  fisika pokok bahasan Pesawat Pendidikan (hal 15-29) Sederhana.

  Gorontalo :

  IKIP Negeri Adapun perbedaan prestasi Gorontalo. belajar fisika siswa antara yang diajar dengan model Hamzah B Uno. 2009. Perencanaan

  Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

  Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

  Cipta Dep Uswatun Khasana. 2011. Keefektifan

  Mengajar. Jakarta: Rineka

  Zain. 2010. Strategi Belajar

  Yogyakarta: Andi Offset. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan dan

  19/07/2013 Pukul 14:39 Wita. ) Sutrisno Hadi. 2000. Statistik.

  Hasil Belajar, (On Line) (http://elearning. unesa.ac.id/tag/teori-hasil- belajar-gagne-dan-driscoll- dalam-buku-apa di akses

  Sumarno, Alim. 2011. Pengertian

  belajar mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

  Grafindo Persada Sumadi Suryabrata. 2004.Proses

  Pendidikan. Jakarta: Raja

  Cipta Sumadi Suryabrata. 2005.Psikologi

  Penelitian. Bandung: Rineka

  Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur

  Syaiful Karim, dkk. 2008. Buku IPA Membuka Cakra Alam Sekitar.

  Harun Rasyid dan Mansyur. 2008.

  Skala Psikologi. Jakarta: Erlangga.

  Saifuddin Anwar. 2005. Penyusun

  Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  Semarang: IKIP Press Saifuddin Anwar. 2010. Metode

  Penelitian Pendidikan Dan Bidang Non Eksakta Lainnya.

  Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar

  Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

  Roestiyah. 2008. Strategi Belajar

  Fisika 2 Untuk SMPMTs Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

  Marthen Kanginan. 2011. Mandiri

  IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

  Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran

  Bandung: CV Wacana Prima. Kososih Etin Solihatin. 2007.

  Penelitian Hasil Belajar.

  Penggunaan Metode Two Stay Two Stray (TSTS) (TSTS) pada Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Jerman di SMA N I Sedayu. Yogyakarta: FBS UNY Yogyakarta.