DOSEN FERRY PRASETYIA, SE
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTA KULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAB I PENDAHULUAN
Dalam konteks hubungannya dengan pemerintahan, apapun bentuk pemerintahan suatu Negara, baik itu Negara federal maupun Negara kesatuan (unitary), akan memunculkan hubungan fiskal antar pemerintah (Fiscal Intergovernmental Relationship). Sebagaimana dikemukakan oleh Norregaard, terdapat perbedaan-perbedaan dalam interval luas dalam struktur kelembagaan dan hubungan keuangan pusat dan daerah, baik Negara yang berbentuk federal maupun Negara yang berbentuk kesatuan.
Menurut Bird dan Vaillancourt, terdapat dua model hubungan antar pemerintahan yang berlaku saat ini. Pertama, federalisme fiskal dan kedua adalah keuangan federal. Dimana contoh negara-negara yang menganut sistem federlaisme fiskal diantaranya adalah sebagai berikut, pada negara maju : Perancis dan Jepang, Negara berkembang : Indonesia, Kolombia, Maroko, Tunisia dan Negara transisi : Cina dan Vietnam.
Secara teoritis negara yang berbentuk kesatuan biasanya menganut model federalisme fiskal akan tetapi, pada prakteknya tidak selalu seperti itu sebab kenyataannya juga berlaku sistem keuangan federal dimana model ini lebih cocok diterpakanuntuk bebrapa negara yang memiliki keanekaragaman dalam aspek geografis dan etnis. Dalam keuangan federal batas-batas resmi, penyerahan fungsi, wewnang serta pembiayaan sudah secara umum ditetapkan dalam undang-undang dan model ini secara teoritis negara berbentuk federal menganut model ini misalnya Amerika Serikat, yang mana model hubungan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah bagian kemudian pemerintah bagian dan pemerintah lokal, masing-masing memiliki kewenangan yang jelas terhadap wilayah, fungsi dan pembiayaan sesuai dengan konstitusi federal.
Sehingga dalam kaitannya dengan hal diatas disini akan dijelaskan pula mengenai bagian-bagian yang akan dibahas pada bab selanjutnya mengenai pengenalan topik mengenai fedralisme fiskal, arumentasi untuk pemerintah yang banyak tingkatan, efisiensi versus stabilitas, akuntabilitas ( pertanggung jawaban ), bukti-bukti pada desentralisasi dan terakhir adalah kesimpulan.
BAB II PENGENALAN
2.1 Pengertian Federalisme Fiskal
Bentuk pemerintahan federalisme fiskal adalah struktur dari tingkatan pemerintah yang masing-masing tingkatan mempunyai sumber dari pendapatan dan mempunyai tanggung jawab.
Federalisme fiskal adalah studi hubungan keuangan antar tingkatan pemerintah dimana sistem ini menggunakan program pemerintah yang meletakkan pada tingkat pemerintah yang berbeda. Berawal dari sebuah prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk semua negara yang berusaha mengaplikasikan desentralisasi fiskal. Jadi federalisme fiskal merupakan perangkat prinsip pedoman untuk rancang keuangan tingkat nasional dan subnasional pemerintah. Konsep federalisme fiskal maksudnya adalah pemerintah tingkat II ( kabupaten/kota) merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah pusat atau dengan kata lain di beberapa negara yang berbentuk federal dimana pemerintahan negara bagian bukan sebagai pelaku otonom.
Dalam model federalisme fiskal, konsentrasi keuangan di pusat demikian tinggi. Dalam bentuk ini kerangka yang sesuai untuk desentralisasi bersifat top down dan berpola dekosentrasi (pelimpahan wewenang pemerintah pusat kepada daerah tingkat II ) , pemerintah pusat dapat secara sepihak menentukan dan mengubah baik tanggung jawab pengeluaran maupun pendapatan Pemerintah Daerah dan pengaturan hubungan keuangan antara pemerintahan dalam upaya mengatasi permasalahan permasalahan. Implikasi dari hubungan fiskal dari model federalisme fiskal ini adalah berbagai bentuk transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Dati I ke Dati II) dalam rangka untuk menggalakan ekonomi regional dan infrastruktur lokal. Biasanaya akan dibelanjakan Pemerintah Daerah sesuai dengan pedoman dan sektor-sektor yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat. Hubungan fiskal dengan model federalisme ini berpengaruh pada berbagai bentuk transfer dari Pusat kepada Daerah. Dalam penerapan desentralisasi fiskal, setiap daerah Dalam model federalisme fiskal, konsentrasi keuangan di pusat demikian tinggi. Dalam bentuk ini kerangka yang sesuai untuk desentralisasi bersifat top down dan berpola dekosentrasi (pelimpahan wewenang pemerintah pusat kepada daerah tingkat II ) , pemerintah pusat dapat secara sepihak menentukan dan mengubah baik tanggung jawab pengeluaran maupun pendapatan Pemerintah Daerah dan pengaturan hubungan keuangan antara pemerintahan dalam upaya mengatasi permasalahan permasalahan. Implikasi dari hubungan fiskal dari model federalisme fiskal ini adalah berbagai bentuk transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Dati I ke Dati II) dalam rangka untuk menggalakan ekonomi regional dan infrastruktur lokal. Biasanaya akan dibelanjakan Pemerintah Daerah sesuai dengan pedoman dan sektor-sektor yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat. Hubungan fiskal dengan model federalisme ini berpengaruh pada berbagai bentuk transfer dari Pusat kepada Daerah. Dalam penerapan desentralisasi fiskal, setiap daerah
Analisis dengan pendekatan grafik
Upaya Pemerataan Kesejahteraan Nasional Melalui Sistem
Desentralisasi Fiskal
Jika permintaan penduduk setempat yang diperhitungkan, maka jumlah permintaannya akan sangat rendah (DA) dan harganya pun rendah (PA), sehingga daerah setempat pasti bisa mengadakannya. Namun, untuk permintaan barang publik tertentu (misal: Perguruan Tinggi), peminatnya juga berasal dari luar daerah (DB) dengan harga PB. Sehingga total permintaannya = DT , dengan biaya = P1. Karena biaya terlalu mahal -> daerah setempat sulit mengadakannya. Agar penyediaan barang publik tersebut tetap terlaksana -> pemerintah Jika permintaan penduduk setempat yang diperhitungkan, maka jumlah permintaannya akan sangat rendah (DA) dan harganya pun rendah (PA), sehingga daerah setempat pasti bisa mengadakannya. Namun, untuk permintaan barang publik tertentu (misal: Perguruan Tinggi), peminatnya juga berasal dari luar daerah (DB) dengan harga PB. Sehingga total permintaannya = DT , dengan biaya = P1. Karena biaya terlalu mahal -> daerah setempat sulit mengadakannya. Agar penyediaan barang publik tersebut tetap terlaksana -> pemerintah
Federalisme fiskal adalah divisi dari pendapatan yang diperoleh dan pertanggungjawaban pengeluaran dana di antara tingkatan pemerintah yang berbeda. Banyak negara memiliki pemerintahan pusat, pemerintahan Negara bagian, dewan kota, dan pada tingkatan terendah, dewan jemaah gereja. Setiap tingkatan memiliki pembatasan pada instrument pajak. Secara bersama-sama pemerintah menetapkan administrasi yang memiliki banyak tingkatan dan saling melengkapi yang memerintah negara berkembang.
Misalnya Pemerintah pusat biasanya dapat memutuskan instrument pajak apa saja yang disenangi, dan meskipun pemerintah memiliki kebebasan dalam pengeluarannya, pemerintah biasanya memfokuskan kegiatannya pada pertahanan nasional, ketetapan hukum dan tata tertib, infrastruktur dan pembayaran transfer. Kekuatan pajak dari pemerintah suatu negara lebih dibatasi. Di Inggris, pemerintah dapat memungut pajak property saja; di Amerika, komoditas dan pajak pendapatan lokal diberikan.
Pertanggung jawaban pemerintah mencakup pendidikan, infrastruktur daerah, dan ketentuan perawatan kesehatan. Pemerintah daerah menyediakan beberapa jasa, seperti pengumpulan sampah dan tempat parkir. Pertanggungjawaban kepada polisi dan jasa pemadam kebakaran dapat diletakkan pada tingkatan Negara atau daerah. Tingkatan pemerintah tersebut mempunyai hubungan dengan pertanggungjawaban dan pembayaran transfer antara setiap tingkatan yang saling melengkapi.
2.2 Instrumen Fiskal
Dalam pemerintahan suatu negara yang mengembangkan penggunaan dasar keuangan yang sama yang menginstrumentasi pemerintah di negara berkembang. Instrumen fiskal dipergunakan oleh pemerintah pada pada sisi pendapatan dalam bentuk pajak, lisensi dan Dalam pemerintahan suatu negara yang mengembangkan penggunaan dasar keuangan yang sama yang menginstrumentasi pemerintah di negara berkembang. Instrumen fiskal dipergunakan oleh pemerintah pada pada sisi pendapatan dalam bentuk pajak, lisensi dan
Sedangkan pada sisi pembelanjaan hal yang utama dalam pengalokasian instrumen fiskal adalah pembelanjaan pada barang dan jasa, pembelanjaan pemerintah dapat digolongkan seperti arus atau pengeluaran modal manapun. Contohnya, pembelanjaan pemerintah saat ini adalah membiayai aktivitas rumah tangga dari pemerintah yang meliputi pembayaran gaji pegawai pemerintahan, pembayaran tranfer(pemindahan) dan pengeluaran jangka panjang dari barang dan jasa. Pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk aset tetap seperti membangun perlengkapan, pengalokasian sumber dana ke seluruh investasi pada ekonomi.
BAB III ARGUMENTASI UNTUK TINGKATAN PEMERINTAH
Dalam kaitannya dengan suatu argumen yang berhubungan dengan pemerintah dimana dalam argumentasi ekonomi untuk pemerintah mempunyai dua garis besar. Salah satu diantaranya adalah jika terjadinya kegagalan pasar maka pemerintah dapat mengintervensi di bidang ekonomi untuk menaikkan efisiensi. Selain itu, intervensi juga dapat menambahkan ekuitas/keadilan tanpa melihat apakah terjadi efisiensi atau tidak. Dalam menyamakan tingkatan pemerintah kasusnya harus disamakan untuk membuat efisiensi dan ekuitas menjadi objektif dan hasil terbaiknya dengan kombinasi antara pemerintah lokal dan pusat.
Jika suatu keputusan yang tepat sudah dibuat tentang tingkat penetapan barang publik dan tentang pajak, maka hal ini tidak menjadi masalah ketika tingkatan pemerintah diambil. Penyediaan tanpa adanya sumberdaya menjadi sia-sia pada tanggung jawab yang tumpang tindih karena jumlah dari tingkatan pemerintah itu penting untuk adanya penggabungan dan sebuah bentuk untuk tingkatan pemerintah harus melihat perbedaan pada informasi dan proses politik yang diikuti oleh beberapa struktur untuk pencapaian hasil yang terbaik antara pemerintah pusat dan daerah / provinsi.
Keputusan seharusnya diambil pada tingkat nasional jika mereka termasuk pada barang publik yang disediakan oleh perekonomian secara keseluruhan contonya adalah pertahanan dimana setiap orang mempunyai hak yang sama di bawah hukum dan menjadi subjek hukum yang sama. Pemberian ketetapan pusat pada bidang jasa menjadikan suatu kealamian untuk mendukung mereka melalui pajak terpusat yang terorganisir.
Barang publik lain, yang dinamai barang publik lokal, keuntungannya hanya dalam suatu area geografis. Tingkat penawaran dari barang tersebut dapat menjadi faktor penentu dan dibiayai pada tingkat nasional tetapi ada tiga pendapat yang disarankan pada ketetapan tingkatan yang rendah agar
lebih baik. Pertama, faktor penentu pada tingkat lokal atau daerah dapat dihitung dari informasi yang tersedia lebih tepat pada pilihan lokal, pada konteks ini surat suara lokal atau pemilihan daerah dan keadaan pengetahuan lokal mungkin dapat membantu mencapai efisiensi yang lebih baik. Pertama, faktor penentu pada tingkat lokal atau daerah dapat dihitung dari informasi yang tersedia lebih tepat pada pilihan lokal, pada konteks ini surat suara lokal atau pemilihan daerah dan keadaan pengetahuan lokal mungkin dapat membantu mencapai efisiensi yang
Jika pendapat tersebut untuk menentukan dan menyediakan barang publik pada sebuah tingkat lokal atau daerah yang diterima lalu pendapat serupa dapat diulang untuk peraturan lain pada pemerintah misalnya pengontrol eksternalitas dan beberapa aspek dari realokasi pendapatan. Saran pada tingkat pemerintah yang berbeda seharusnya dibuat untuk memastikan jika keputusan yang dibuat yang paling sesuai.
3.1 Biaya Keseragaman
Penetapan keseragaman dari barang publik dan jasa dengan yurisdiksi tentunya hanya akan bertemu dengan kebutuhan keseluruhan dari populasi ketika pilihannya sejenis. Ketika tidak, banyak bentuk dari penetapan keseragaman harus dibicarakan pada kompetisi tingkat permintaan seperti contohnya termasuk beberapa kerugian pada kesejahteraan yang relatif yang ketetapannya dapat dibedakan.
Pendapat ini dapat diilustrasikan dimana terdapat dua kelompok konsumen yang mempunyai perbedaan rasa untuk barang publik ekonomi secara tunggal. Asumsikan bahwa barang publik tersebut dibayar dengan menggunakan pajak pendapatan. Lalu notasikan dua kelompok tersebut menjadi A dan B, kepuasan suatu tipe kelompok konsumen pada i dengan pendapatan yi adalah sebagai berikut : Pendapat ini dapat diilustrasikan dimana terdapat dua kelompok konsumen yang mempunyai perbedaan rasa untuk barang publik ekonomi secara tunggal. Asumsikan bahwa barang publik tersebut dibayar dengan menggunakan pajak pendapatan. Lalu notasikan dua kelompok tersebut menjadi A dan B, kepuasan suatu tipe kelompok konsumen pada i dengan pendapatan yi adalah sebagai berikut :
dimana t adalak tingkat pajak dan G adalah tingkat penetapan barang publik. misalkan jumlah konsumen pada dua grup dengan nA dan nB,
G dan t saling berhubungan dengan
n A t yA + nt G= yB
tingkat kepuasan dapat ditulis pada bentuk barang publik seperti
Sekarang asumsikan pada kelompok B yang mempunyai kerelativan pilihan yang lebih kuat untuk barang publik dari kelompok
A, letakkan pada akun tingkat pajak yang lebih tinggi. Tingkat kepuasan untuk dua kelompok dapat digambar dengan melawan kuantitas dari ketetapan barang publik yang dinotasikan seperti GA dan GB (dengan GA < GB). Sekarang tergantung pada pilihan sebuah ketetapan tingkat keseragaman dan pada tingkat ini jadi G ₒ. asumsikan bahwa kepalsuan antara GA dan GB ( pendapat ini mudah meluas pada kasus dimana kepalsuan keluar dari batas ). kehilangan kesejahteeraan untuk di asosiasikan kemudian menjadi
dibandingkan untuk apa yang akan diterima jika tiap kelompok dapat ditawarkan dengan kuantitas yang lebih disukai. Nilai dari kehilangan dapat diminimalisasikan dengan mengatur lokasi G ₒ jadi keuntungan marginal dari kelompok B dalam dibandingkan untuk apa yang akan diterima jika tiap kelompok dapat ditawarkan dengan kuantitas yang lebih disukai. Nilai dari kehilangan dapat diminimalisasikan dengan mengatur lokasi G ₒ jadi keuntungan marginal dari kelompok B dalam
Analasis ini menunjukan bagaimana keseragaman yang kemudian dapat menjadi mahal pada bentuk kesejahteraan yang dibatalkan. kebijakan keseragaman hanya dapat didukung jika harga pembeda melebihi keuntungan. seperti biaya yang muncul pada koleksi informasi untuk faktor pembeda dan biaya administrasi sebuah sistem pembeda.
3.2 Hipotesis Tiebout
Walaupun biaya keseragaman yang telah diilustrasikan di atas sudah tidak bisa terbantahkan lagi. Hipotesis ini adalah langkah yang lain yang menunjukkan bahwa desentralisasi itu disamakan. Dimana hipotesis tiebout menganalasis koneksi dengan teori barang publik lokal. Selain itu tiebout mengasumsikan sebuah populasi dan komunitas yang cepat, yang ditawarkan pemerintah lokal pada barang publik dan jasa di biaya rata-rata minimum yang disukai oleh pola pilihan individu.
Kemudian, pada masing-masing komunitas dapat menjadi penjual seperti seorang penyedia barang publik lokal secara tunggal. Jika konsumen pada perekonomian mempunyai rasa yang heterogen, dimana akan menjadi keuntungan bersih pada penetapan tingkat yang berbeda yang dimiliki oleh kekuasaan hukum. Untuk pendekatan pada kelompok tertentu dalam masyarakat dengan memilih kekuasaan hukum yang ada untuk kehidupan para konsumen dengan keinginan mereka pada barang publik dan karena itu sebuah keseimbangan efisien harus terjadi. Hipotesis tersebut memberikan petunjuk bahwa terdapat potensi untuk mencapai efisiensi ekonomi. (maximizing social welfare) dalam penyediaan barang publik lokal.
asumsi yang dikemukakan pada model tiebout adalah sebagai berikut :
1. aktivitas pemerintah yang tidak menghasilkan eksternalitas
2. individu yang sepenuhnya gesit. dimana orang-orang dapat berpindah ke tingkat hukum pada jasa publik yang paling disenangi untuk individu tersebut. lokasi dari tempat individu tidak ada pembatasan dimana orang tersebut tinggal dan tidak mempengaruhi pendapatan individu
3. para individu mempunyai informasi yang sempurna dengan peduli pada setiap kepemilikan jasa dan pajak pada masyarakat
4. tidak cukup perbedaan kepemilikan sehingga masing-masing individu dapat mencari satu dari jasa publik bertemu dengan permintaannya
5. untuk setiap bentuk dari pelayanan masyarakat , seorang pengurus suatu kota yang mengikuti pilihan pada masyarakat hal itu merupakan ukuran masyarakat secara optimal
6. masyarakat dibawah ukuran optimalberusaha untuk menarik warga baru untuk menurunkan biaya rata-rata Grafik ilustrasi dari efek hipotesis tiebout
http://www.rri.wvu.edu/WebBook/Goetz/Migx2.htm
Pada grafik di atas (panel 1) menunjukkan penambahan di perubahan permintaan dari tempat yang disukai, (panel 2) pengurangan pada perubahan permintaan dari tempat lawannya dan
(panel 3) efek keuntungan bersih pada perubahan permintaan dan harga.
Tiebout menyimpulkan bahwa di bawah kondisi konsumen akan menempatkan kesenangan terbaik pilihan mereka. lebih lanjut jika produksi barang publik yang dipamerkan pengembaliannya tetap untuk skala dan jika masyarakat cukup ada, kemudian konsumen akan berpindah pada masyarakat yang tentu senang dngan piliahanmereka. dengan skala pengembalian yang tetap, masyarakat bahakan satu orang dapat menyediakan jasa pada biaya rata-rata minimum dan ukuran masyarakat menjadi tidak relevan. ini ditujukan untuk menunjukan asumsi yang dibutuhkan pada model pembelanjaan pemerintah daerah, yang mana hasil alokasi maksimal akan berupa pasar swasta.
3.3 Argumentasi Distributif
Daerah yang didasari perekonomian yang berdasarkan pemberian dengan persediaan sumber daya yang berbeda. Beberapa diantaranya mungkin kaya akan sumber daya alam seperti minyak dan tambang, yang lainnya mungkin kekuatannya pada pendidikan yang baik dengan tingkat yang tinggi pada modal SDM, seperti perbedaan pemberian akan merefleksikan perbedaan dalam standar hidup antar daerah.
Pendapatan hak kekayaan(ekuitas) untuk mendapatkan ketetapan keseragaman yakni dimana kemampuan yang berbeda untuk penetapan barang publik antar wilayah yang diikuti dengan target lebih akurat pada sumber daya yang mereka inginkan dan keputusan desentralisasi membuat perijinan beberapa wilayah untuk saling mengkomunikasikan kebutuhan untuk daerah pusat dan perijinan dari pusat inilah yang digunakan untuk membuat perbedaan alokasi bagi setiap daerah.
Proses ini dibentuk untuk pengeluaran standar perbedaan hidup yang disebabkan karena pemberian yang berbeda di setiap wilayah. Dimana tipenya tidak akan ada kompensasi untuk pembeda dari pilihan penetapan barang publik seperti pemeberian lebih untuk suatu daerah yang meminta untuk pengeluaran yang lebih pada barang publik. Selain itu, pendapatan diarahkan kepada daerah dari pengeluaran Proses ini dibentuk untuk pengeluaran standar perbedaan hidup yang disebabkan karena pemberian yang berbeda di setiap wilayah. Dimana tipenya tidak akan ada kompensasi untuk pembeda dari pilihan penetapan barang publik seperti pemeberian lebih untuk suatu daerah yang meminta untuk pengeluaran yang lebih pada barang publik. Selain itu, pendapatan diarahkan kepada daerah dari pengeluaran
BAB IV ALASAN DESENTRALISASI FISKAL
4.1 Efisiensi versus Kemantapan (Stabilitas)
Argumen sebelumnya telah meneliti sejumlah keuntungan desentralisasi fiskal. Hal ini telah melibatkan baik efisiensi dan aspek ekuitas. Masalah yang tersisa adalah struktur optimal apa atau berapa jumlah yang tepat dalam tingkat administrasi.
Kesulitan yang timbul di sini adalah pembagian optimal mungkin berbeda di antara barang publik. Ada banyak barang publik yang disediakan oleh pemerintah jika setiap barang itu dapat dialokasukan pada tingkat yang tepat dari desentralisasi, ini berarti jumlah yang sama besar dari tingkat pemerintah.
Untuk memahami apakah hal ini akan diselesaikan, perlu untuk mempertimbangkan aspek penting desentralisasi yang belum diperkenalkan. Sejauh ini hanya keuntungan yang dipertimbangkan tapi, sekarang saatnya untuk memperkenalkan biaya. Setiap tingkat pemerintahan membawa serta biaya tambahan. Hal ini melibatkan semua faktor yang diperlukan untuk menyediakan administrasi bangunan,staf dan peralatan juga akan membutuhkan kompensasi atas waktu yang dihabiskan untuk kegiatan politik. Biaya tersebut digandakan setiap kali penambahan tingkat pemerintah.
Akibatnya, tidak gratis untuk memperkenalkan lebih lanjut tentang tingkat pemerintahan. Pilihan optimal pada tingkat desentralisasi harus mengambil biaya ini untuk diperhitungkan dan diseimbangkan terhadap manfaat yang ada. Dari proses tersebut akan muncul struktur yang optimal. Hal ini akan bergantung pada ukuran relatif dari biaya dan manfaat tapi kemungkinan besar untuk menghasilkan tingkat desentralisasi sehingga beberapa keputusan diambil pada tingkat yang lebih tinngi dari pada desentralisasi tidak mengeluarkan uang sepeser pun.
Argumen ini digambarkan pada suatu model alokasi sederhana tentang perdagangan skala ekonomi terhadap perdagangan skala ekonomi terhadap keseragaman preferensi. Titik awal adalah bahwa Argumen ini digambarkan pada suatu model alokasi sederhana tentang perdagangan skala ekonomi terhadap perdagangan skala ekonomi terhadap keseragaman preferensi. Titik awal adalah bahwa
Ilustrasi model alokasi sedehana
Sentralisasi dan desentralisasi
Desentralisasi akan meningkatkan efisiensi karena pemerintah daerah memiliki informasi yang lebih baik mengenai kebutuhan penduduknya dibandingkan pemerintah pusat. Keputusan mengenai pengeluaran publik yang dasar-dasar keuangan publik dibuat oleh pemerintah daerah akan lebih responsif terhadap keinginan unsur- unsurnnya dibandingkan dengan keputusan yang dibuat oleh pemerintah pusat dan hal ini erat kaitannya dengan alokasi sumber daya. Sedangkan untuk stabilitas itu sendiri Stabilitas adalah pemindahan dana yang dapat ditingkatan oleh pemerintah ketika aktivitas perekonomian sedang lesu. Selain itu bisa juga dana pemindahan ke daerah dikurangi manakala perekonomian sedang terjadi ledakan. Pemindahan dana-dana pembangunan (capital grants) adalah instrumen yang cocok untuk tujuan tersebut.
Namun, kecermatan dalam menghitung haruslah diperlukan agar tindakan menaikan atau menurunkan dana transfer itu berakibat tidak bertentangan dengan tujuan stabilisasi. Kebijakan moneter dan Namun, kecermatan dalam menghitung haruslah diperlukan agar tindakan menaikan atau menurunkan dana transfer itu berakibat tidak bertentangan dengan tujuan stabilisasi. Kebijakan moneter dan
Studi terkini mengenai antar desentralisasi fiskal dengan pengelolaan sektor ekonomi menemukan bahwa sistem desentralisasi fiskal menawarkan perbaikan potensial yang lebih besar terhadap perbaikan pengelolaan dibandingakan sistem fiskal yang sentralisasi. Untuk negara yang berkembang stabilitas bukanlah hal yang otomatis dapat terwujud dengan diterapkannya desentralisasi fiskal. Contoh nyatanya jika suatu negara mendesentralisasikan tanggung jawab pengeluaran lebih besar dibandingkan dengan sumber-sumber yang tersedia maka tingkat pelayanan akan menurun. Daerah akan menekan pusat untuk mendapatkan tambahan kucuran dana yang lebih besar atau pinjaman yang lebih besar atau kedua-duanya. Sebaliknya jika lebih
pengeluaran yang didesentralisasikan maka mobilisasi dana daerah dapat menurun dan ketidak seimbangan dapat kembali muncul.
4.2 AKUNTABILITAS ( Pertanggung Jawaban )
Pada kaitannya dengan pemerintahan baik pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah erat di dalamnya dengan politisi-politisi. Dimana politisi dapat mengejar berbagai tujuan yang berbeda. Kadang- kadang, mereka
mendedikasikan diri sepenunhnya untuk memajukuan kepentingan umum. Tapi kadang mereka juga dapat mengejar kepentingan mereka sendiri yang bahkan ini berbeda dengan dari konstitusi mereka. Beberapa diantaranya mungkin ingin memperoleh keuntungan pribadi sat di kantor atau secara aktif mencari manfaat dari kantor. Ada pula pendapat yang mengatakan mereka memeperpanjang nikmat yang mereka dapat untuk keluarga dan teman-teman. Tapi, cara yang paling penting dimana mereka dapat bertindak melawan kepentingan konstitusi dengan memilih kebijakan yang memajukan mereka sendiri atau kepentingan kelompok-kelompok khusus.
bersemangat
dan
Akuntabilitas ( pertanggung jawaban ) sering digambarkan sebagai hubungan yang menyangkut saat sekarang ataupun masa depan, antar individu, kelompok sebagai sebuah pertanggungjawaban dalam Akuntabilitas ( pertanggung jawaban ) sering digambarkan sebagai hubungan yang menyangkut saat sekarang ataupun masa depan, antar individu, kelompok sebagai sebuah pertanggungjawaban dalam
Dalam hal ini, pemilihan dapat dilihat sebagai sebuah mekanisme akuntabilitas untuk mengendalikan dan memilih baik atau buruknya sesuatu hal. Tampilan standar akuntabilitas yaitu bagaimana pemilihan yang dilakukan pemilih menetapkan beberapa standar kinerja untuk mengevaluasi pemerintah. Tetapi, pemilihan tidak bekerja dengan baik dalam mengendalikan dan menyortir seorang politisi ada masalah yang berat dalam pemantauan dan mengevaluasi perilaku dalam rangka untuk membuat keputusan tentang apakah pantas atau tidak.
Dalam hal ini Brennan dan Buchanan mempunyai pandangan bahwa desentralisasi merupakan mekanisme efektif untuk mengendalikan pemerintah yang kecenderungan ekspansif. Argumen dasarnya adalah kompetisi antara pemerintah desentralisasi yang berbeda dapat memberikan kekuatan disiplin dan mematahkan kekuatan monopoli dari pemerintah pusat yang besar. Membandingkan kinerja di kantor antara yang lama yang berbeda membantu dalam memilah jenis baik dar jenis buruk serta mengendalikan kualitas dari keputusan mereka.
Pendapat lain tentang mengapa desentralisasi seharusnya memimpin untuk efisiensi dan akuntabilitas yang lebih adalah bahwa pembuat keputusan pusat tidak perlu untuk menyenangkan semua yurisdiksi atau kekuatan hukum untuk terpilih tapi hanya sebagian besar dari mereka. Namun pendapat ini biasanya seimbang terhadap kenyataan bahwa nilai pemegang kantor lebih besar dalam pengaturan terpusat dan dengan demikian politisi lebih bersemangat untuk memenangkan pemilu, yang dalam model badan konvensional politik dapat meningkatkan akuntabilitas dan efisiensi.
BAB V BUKTI PADA DESENTRALISASI
Desentralisasi pada dasarnya adalah penyerahan segala urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau daerah tingkat atasnya kepada pemerintah daerah atau lokal untuk mengurus dan mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Selain itu desentralisasi akan membantu memenuhi korespondensi geografis yang lebih baik antara yang membayar dan menerima manfaat dan juga digunakan untuk adanya kapasitas yang lebih efisien.
5.1 Desentralisasi di seluruh dunia
Tingkat desentralisasi dari aktivitas pemerintah dapat terukur pada beberapa cara yang berebeda, Oates membedakan tiga ukuran desentralisasi fiskal: (i) bagian dari pendapatan publik merupakan total
yang dikumpulkan oleh pemerintah pusat, Ukuran pertama,
berdasarkan pengumpulan pendapatan menimbulkan masalah bahwa pemerintah dapat mengumpulkan pendapatan bagi daerah. Ini menurunkan derajat desentralisasi pada daerah yang mendapatkan kembali sebagian besar dari pendapatan yang dikumpulkan di tingkat pemerintah. (ii) seluruh saham dan pengeluaran publik (termasuk pembayaran redistribusi pendapatan) dimana , pembayaran redistribusi pendapatan juga menurunkan derajat desentralisasi karena redistribusi pendapatan adalah sebagian besar peran pemerintah, terlepas dari bagaimana desentralisasi suatu negara. (iii) saham dari pemerintah pusat merupakan pengeluaran konsumsi pemerintah saat ini, yang dapat menjadi ukuran adalah konsentrasi konsumsi total pemerintah saat ini di mana pengeluaran total pemerintah merupakan jumlah konsolidasi dari seluruh pengeluaran di berbagai tingkat pemerintahan. Konsolidasi adalah hal-hal untuk mencegah penghitungan ganda antar- pemerintah hibah dan transfer atau perpindahan.
Tabel 19.1 menunjukkan pola dari desentralisasi di dunia dan mengesankan sebuah tren yang jelas. negara maju dunia pertama pada umumnya lebih terdesentralisasi. kebanyakan negara Amerika Tabel 19.1 menunjukkan pola dari desentralisasi di dunia dan mengesankan sebuah tren yang jelas. negara maju dunia pertama pada umumnya lebih terdesentralisasi. kebanyakan negara Amerika
periode 1980-1995. bagaimanapun, konsumsi pemerintah di amerika latin masih lebih tersentralisasi, dengan pembelanjaan / pengeluaran pada level pusat sebanyak 70%, berbeda dengan negara maju yang menghabiskan kurang dari 50% untuk pengeluaran level pusat. negara afrika tersentralisasi dan menunjukkan kenaikan yang kecil pada sentralisasi (
desentralisasi
pada
dengan sebagian besar pngeluaran pemerintah terjadi di tingkat pusat). Antar seluruh daerah, negara maju menunjukan peningkatan yang lebih substansial pada sentralisasi. Melihat rata-rata tingkat dunia ( terdapat kurang lebih 48 negara) juga menjadi sebuah trend umum pada desentralisasi yang lebih baik, dengan pembagian pengeluaran pusat merosot dari 75% di 1975 menjadi 65% di 1995
countries
developed
Russia
n.a
Latin America
Asia
Africa
0,64 Pembagian pendapatan pemerintah pusat pada total pendapatan Sumber : Vernon Henderson’s dataset, 1975-1995,Brown University
World
Negara maju umumnya lebih terdesentralisasi. Di antara semua daerah, negara-negara maju menunjukkan penurunan paling besar dalam sentralisasi.
5.2 Desentralisasi dengan fungsi
Ini sudah terlihat bahwa tingkat desentralisasi substansinya cukup berbeda antar negara. Perintah itu juga untuk mengukur desentralisasi pembelanjaan publik oleh fungsi untuk melihat apakah ini konsisten dengan aturan normatif. Dari sudut pandang normatif tentang penglihatan desentralisasi yang diinginkan ketika dibutuhkan untuk pengeluaran pada dominasi pilihan lokal yang mungkin secara ekonomis.
Statistik keuangan pemerintah pada IMF berisi data untuk merinci aktivitas pemerintah dengan fungsi dan tingkatan. Seluruh pembelanjaan lokal dilihat dari pembelanjaan di tingkat pemerintah pusat, daerah dan provinsi.
19.2 mengindikasi desentralisasi fungsional dari aktivitas pemerintahan negara dengan negara. Pemerumahan dan fasilitas masyarakat adalah yang paling terdesentralisas, dengan rata-rata 71%, diikiuti erat dengan pendidikan dan kesehatan dengan rata-rata 64% masingmasing. desentralisasi paling sedikit yaitu pembelanjaan untuk keamanan sosial dan kesejahteraan yakni 18%. Ini tetap dengan penglihatan normatif dimana pendapatan redistribusi lebih baik dicapai pada tingkat pusat.
social
housing transport total Australia
country
education health
71 63 6 93 62 36 U.K.
Pendapatan daerah adalah a% dari total pendapatan pemerintah dengan fungsi (1995-1999)
Sumber : IMF statistik keuangan pemerintah buku tahunan 2001 .
5.3 Faktor Penentu Desentralisasi
Desentralisasi merupakan proses yang kompleks dan telah disediakan sebuah literatur normatif yang sangat besar tentang cara terbaik untuk mengalokasikan tanggung jawab yang berbeda antara Desentralisasi merupakan proses yang kompleks dan telah disediakan sebuah literatur normatif yang sangat besar tentang cara terbaik untuk mengalokasikan tanggung jawab yang berbeda antara
Batas penting dari pengujian empiris yang ada pada desentralisasi adalah bahwa diabaikannya kekuatan pusat dalam proses desentralisasi, yaitu ancaman pemisahan.
Kemungkinan pemisahan diri telah menjadi kekuatan ampuh untuk membatasi kemampuan pemerintah pusat untuk mengeksploitasi minoritas dalam pemilih untuk kepentingan mayoritas penduduk.
keputusan untuk desentralisasi tidak selalu dipandu oleh pertimbangan efisiensi, tetapi juga didorong oleh kekuatan distribusi dan politik. Ketika daerah kaya, yang mentransfer sejumlah besar pendapatan ke daerah yang lebih miskin, menuntut desentralisasi lebih itu adalah untuk membatasi kontribusi yang bersih. Mereka sering melakukan itu karena mereka tidak percaya lagi pada efek asuransi bersama yang dipindahkan tersebut mungkin mengubah arah dalam waktu dekat.
Daerah kaya menuntut otonomi lebih karena ketimpangan pendapatan daerah adalah seperti asuransi menjadi redistribusi murni. Selain itu, permintaan untuk otonomi lebih diperburuk, benar atau salah, oleh persepsi di daerah kaya yang pemindahan pada daerah sangat dipengaruhi oleh perilaku peluang daerah penerima (yaitu beberapa bentuk masalah moral hazard di tingkat daerah.
BAB VI TEORI MENGENAI FEDERALISME FISKAL
6.1 Menurut Oates
Desentralisasi fiskal akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,karena pemerintah sub nasional/pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-barang publik. Pengambilan keputusan pada level pemerintah lokal akan lebih didengarkan untuk menganekaragamkan pilihan lokal dan lebih berguna bagi efisensi alokasi. Desentralisasi fiskal di negara-negara berkembang apabila tidak berpegang pada standar teori desentralisasi, hasilnya mungkin akan merugikan pertumbuhan
Desentralisasi fiskal memungkinkan untuk melakukan korupsi pada level lokal karena memberikan pertimbangan politikus lokal dan birokrat yang dapat di akses dan peka terhadap kelompok bunga lokal. Oates juga menyatakan bahwa desentralisasi fiskal meningkatkan efisiensi ekonomi yang kemudian berkaitan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi. Perbelanjaan infrastruktur dan sektor sosial oleh pemerintah daerah lebih memacu pertumbuhan ekonomi daripada kebijakan pemerintah pusat. Menurutnya daerah memiliki kelebihan dalam membuat anggaran pembelanjaan sehingga lebih efisien dengan memuaskan kebutuhan masyarakat karena lebih mengetahui keadaannya. Selain itu juga hibah antar pemerintah (disebut sebagai hibah) dirancang untuk menangani anggaran tersebut pada tingkat pemerintahan yang berbeda.
Wallace Oates berpendapat bahwa dalam sistem fiskal dalam pemerintah, ketiga fungsi pemerintah tidak sama-sama cocok untuk semua tingkat pemerintahan dan bahwa efisiensi yang diwujudkan jika fungsi telah sesuai dengan benar disesuaikan dengan tingkat yang tepat dari pemerintah. secara umum, ia berpendapat untuk kontrol pemerintah pusat terhadap kebijakan moneter dan fiskal dalam upaya untuk stabilitas harga dan pekerjaan.
6.2 Menurut Bahl
Dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip money should follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. artinya, setiap penyerahan atau pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksankan kewenangan tersebut. kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan derivatif dari kebijakan otonomi daerah, melalui pelimpahan wewenang pemerintah pusat ke daerah. maksudnya, semakin banyak wewenang yang dilimpahkan maka kecenderungan semakin besar biaya yang dibutuhkan oleh daerah
Mengemukakan dalam aturan yang keduabelas, bahwa desentralisasi harus memacu adanya persaingan di antara berbagai pemerintah lokal untuk menjadi pemenang (there must be a champion for fiscal decentralization). Hal ini dapat dilihat dari semakin baiknya pelayanan publik. Pemerintah lokal berlomba-lomba untuk memahami benar dan memberikan apa yang terbaik yang dibutuhkan oleh masyarakatnya, perubahan struktur ekonomi masyarakat dengan peran masyarakat yang semakin besar meningkatkan kesejahteraan rakyat, partisipasi rakyat setempat dalam pemerintahan dan lain-lain. Desentralisasi fiskal memang tidak secara jelas dinyatakan dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. Namun, komponen dana perimbangan merupakan sumber penerimaan daerah yang sangat penting dalam pelaksanaan desentralisasi. Dalam kebijakan fiskal, dana perimbangan merupakan inti dari desentralisasi fiskal. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikapsikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.
Menurut bahl, desentralisasi fiskal memiliki beberapa keuntungan yaitu
1. Keuntungan dari pemindahan pemerintah yang lebih mendekati masyarakat.argumen efisiensi ini mendorong pemikiran kebanyakan ahli ekonomi
2. Mobilisasi keseluruhan penerimaan dapat ditingkatkan karena desentralisasi dapat memperluas objek pajak
3. Jika desentralisasi fiskal telah cukup jauh berlangsung maka distribusi kota dalam ukuran yang lebih baik akan dihasilkan.
BAB VII TRANSFER ANTAR PEMERINTAH
Transfer antar pemerintah adalah transfer dana yang ditujukan untuk pendidikan dari satu tingkat pemerintahan yang lain. Pembatasan dana dialokasikan untuk pendidikan sangat penting untuk menghindari ambiguitas tentang sumber pendanaan.
Keperluan umum transfer antar pemerintah tidak termasuk (misalnya, hibah bagi hasil, umum hibah pemerataan fiskal, atau distribusi dari pajak bersama dari pemerintah pusat ke provinsi, negara, atau Länder), bahkan di mana transfer tersebut menyediakan dana yang regional atau lokal otoritas menarik untuk membiayai pendidikan. Misalanya, UU No. 22/1999 menggantikan sistem pemerintahan hirarki yang menghubungkan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dengan suatu sistem yang menjamin bahwa pemerintah daerah memiliki otonomi yang lebih besar. Dengan walikota dan bupati yang dipilih oleh DPRD tingkat II dan bukan ditunjuk gubernur, pemerintah kabupaten menjadi bertanggung jawab kepada masyarakat kabupaten dalam suatu cara yang sama sekali baru. Menurut Ryas Rasyid, ‘paradigma baru’ dalam hubungan antar pemerintah membutuhkan suatu perubahan mendasar dari dominasi pusat menjadi dominasi daerah, dengan kabupaten dan kota mendapatkan perluasan kekuasaan yang lebih banyak.
Dalam konteks desentralisasi, kewenangan kepada pemerintah daerah, transfer dana pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Intergovernmental transfer) merupakan hal yang penting dantak bisa terhindari. Intergovemental transfer menjadi penting akibat dari implikasi desentralisasi yang menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan dana di pemerintahan daerah (local). Intergovernmental Transfer juga merupakan sumber penerimaan yang dominan bagi pemerintah daerah di banyak negara, terutama negara-negara berkembang dan tak terkecuali Indonesia.
Meskipun masing-masing program transfer antar pemerintah akan memiliki motivasi sendiri, ada tiga alasan dasar mengapa program transfer antar pemerintah bisa dibentuk :
1. Pemerintah tingkat yang lebih tinggi menyediakan uang untuk mendorong tipe dari program tertentu oleh pemerintah tingkat yang lebih rendah
2. Perpajakan bagi pemerintah tingkat dapat dialihkan kepada pemerintah tingkat yang lebih tinggi, di mana pajak lebih sulit untuk menghindari
3. Program ini dibentuk untuk alasan ekuitas, untuk memberikan negara- negara miskin atau paritas daerah dengan negara-negara kaya atau lokalitas dalam program pendanaan pemerintah. Transfer antar pemerintah telah lama menjadi skema yang utama dari
perimbangan dana di banyak negara. Baik buruknya hasil transfer bergantung pada insentif yang terdapat pada sistem transfer. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam intergovernmental transfer adalah efeknya terhadap hasil kebijakan seperti efisiensi alokasi, redistribusi, dan stabilitas makroekonomi. Aspek terpenting dari intergovernmental transfer bukanlah pada siapa yang menyerahkan atau siapa yang menerima, tetapi pengaruhnya terhadap tujuan kebijakan. Karena tujuan dan kondisi masing-masing negara yang berbeda, tidak ada pola transfer yang sama dan berlaku umum untuk semua negara.
pengalaman bebeberapa negara, intergovernmental transfer bertujuan untuk pencapaian beberapa hal, yakni :
Didalam pelaksanaan
dan
Vertical Equalization Transfer, intergovernmental transfer bertujuan untuk mengoreksi kesenjangan pendapatan yang diperoleh setiap level pemerintahan (pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah local).
Horizontal Equalization Transfer, intergovernmental transfer bertujuan untuk menutup kesenjangan celah fiskal yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah.
Experimenting with new ideas, bertujuan untuk menguji coba suatu program baru yang direncanakan oleh pemerintah sebelum melakukan penyeragaman program ke suma daerah di dalam suatu negara.
Stabilisasi, intergovernmental transfer bertujuan untuk menjaga stabilisasi perekonomian suatu negara.
Memenuhi standar pelayanan minimum, intergovernmental transfer bertujuan untuk melakukan pemenuhan standar pelayanan minimum di tiap-tiap daerah sesuao dengan apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Di dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan intergovernmental transfer,
tiap-tiap negara memiliki pendekatan-pendekatan sendiri tergantung kepada tiap-tiap negara memiliki pendekatan-pendekatan sendiri tergantung kepada
Prinsip-Prinsip Desain Intergovernmental Transfer
Pada dasarnya, intergovernmental transfer dilaksanakan dibeberapa negara dapat dibedakan atas bagi hasil pendapatan atau penerimaan (revenue sharing) dan bantuan (grants) yang pada intinya harus memenuhi beberapa criteria design transfer, yakni :
Otonom, prinsip intergovernmental transfer yang bersifat otonom menekankan agar pemerintah daerah/local memiliki independensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas daerah. Prinsip inilah yang menjadi dasar yang sangat penting di dalam menentukan keberhasilan sebuah desentralisasi fiskal.
Revenue Adequacy, pemerintah daerah semestinya memiliki penerimaan (termasuk transfer) untuk memenuhi semua kewajiban dan tanggungjawab yang diemban oleh pemerintah daerah
Equity atau keadilan, besarnya dana transfer dari pusat ke daerah sewajarnya berhubungan positif dengan kebutuhan fiskal tiap-tiap daerah dan sebaliknya, berkebalikan dengan besarnya kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan.
Transparan dan stabil, formula yang di design harus transparan sehingga dapat diakses oleh masyarakat dan formulanya bersifat stabil sehingga memudahkan pemerintah daerah di dalam menyusun anggaran dan program.
Simplicity atau sederhana, desain transfer sebaiknya disusun dengan sederhana sehingga mudah dipahami, akan tetapi tanpa melupakan atau
mengeliminir factor-faktor objektif di dalam penyusunan formula.
Insentif, intergovernmental transfer harus didesain sedimikian rupa sehingga mampu memberikan insentif kepada daerah yang mampu memenejemen fiskal daerahnya dengan baik dan sebaliknya mampu menangkal dan mengurangi praktik-praktik manajemen fiskal yang tidak efisien. Prinsip – prinsip ini harus menjadi perhatian penting di dalam mendesain
serta melaksanakan intergovernmental transfer sehingga pencapaian tujuan transfer itu sendiri dapat tercapai. Beberapa kegagalan transfer di bebebrapa negara diakibatkan pada kurang diperhatikannya prinsip-prinsip diatas di dalam serta melaksanakan intergovernmental transfer sehingga pencapaian tujuan transfer itu sendiri dapat tercapai. Beberapa kegagalan transfer di bebebrapa negara diakibatkan pada kurang diperhatikannya prinsip-prinsip diatas di dalam
negara, pelaksanaan intergovernmental transfer dapat di sertai dengan syarat-syarat tertentu atau tidak. Dengan demikian, pada dasarnya jenis-jenis transfer dapat dikelompokkan kedalan dua kategori besar yakni transfer tanpa syarat (unconditional transfer, general purpose grant, block grant) dan transfer dengan syarat (conditional grant, categorical grant, specific purpose grant).
Ciri dari unconditional transfer adalah daerah atau local memiliki keleluasaan penuh di dalam mengelola dan mengalokasikan dana yang ditransfer dari pusat. Dan tujuan dari transfer ini adalah horizontal equalization transfer.
Ciri dari conditional grant adalah transfer yang syarat dan ketentuannya telah ditentukan oleh pemerintah pusat dan seringkali tujuan dari transfer ini dianggap penting oleh pemerintah pusat dan akan tetapi bisa saja dianggap tidak penting oleh pemerintah daerah. Conditional Grant ini dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yakni :
Matching Grants. Matching grant adalah transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat
untuk menutup sebagian tau seluruh kekurangan pembiayaan suatu jenis urusan atau program tertentu. Tujuan mengatasi eksternalitas akibat pelayanan public disuatu daerah dapat diselesaikan dengan matching grant.
Matching grants mempunyai keunggulan politis yang sangat penting dalam hal pelibatan daerah, komitmen, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban atas aktivitasnya. Beberapa grants bahkan sangat penting untuk proyek investasi modal. Selain itu, matching grants dapat menyamakan dalam hal perbedaan dan preferensi pembelanjaan dimana perbedaan ini tidak dapat diamati oleh pemerintah pusat. Di negara berkembang, hanya sedikit yang berhasil menerapkan matching grants. Alasannya, mereka lebih memperhatikan aspek redistribusi, bukan efisiensi dalam menetapkan matching rates. Daerah miskin memperoleh bantuan lebih karena memang mereka miskin, bukan karena matching ratenya yang tinggi untuk mendorong mereka menghasilkan jumlah pelayanan yang optimal.
Permasalahan yang paling mendasar dari pendekatan matching adalah sangat membutuhkan informasi. Idealnya, penerapannya membutuhkan Permasalahan yang paling mendasar dari pendekatan matching adalah sangat membutuhkan informasi. Idealnya, penerapannya membutuhkan
Non – Matching Grant Non matching grant adalah transfer dari pusat untuk menambah dana
penyelenggaraan sustu jenis urusan atau program tertentu tanpa mempertimbangkan bahwa pemerintah daerah sendiri telah atau akan mengalokasikan sumber dananya dengan jumlah besar atau kecil.
BAB VIII DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Dalam amandemen kedua Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang- undang. Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah, yang meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya, telah diatur dengan diundangkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Untuk dapat menjalankan hal-hal yang menjadi urusan tiap-tiap tingkat pemerintahan diperlukan suatu pola hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Pola hubungan tersebut mencakup pembagian kewenangan dan hal-hal yang mencakup pengelolaan pembiayaan/ keuangan.