Masalah Penyalahgunaan Napza Bab I Pendahuluan - Masalah Penyalahgunaan Napza

Masalah Penyalahgunaan Napza
Bab I Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang Masalah
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
(Napza) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai Narkoba
(Narkotika dan Bahan/Obat Berbahaya) merupakan masalah yang sangat
kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen, dan konsisten.
Meskipun dalam kedokteran sebagian besar Narkotika, Psikotropika, dan
Zat Adiktif lainnya (Napza) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila
disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar
pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal akan berakibat
sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi
muda.
Maraknya penyalahgunaan napza tidak hanya di kota-kota besar saja,
tetapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia,
mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial

ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan napza paling banyak
berumur antara 15-24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran
strategis perdagangan gelap napza. Oleh karena itu, kita semua perlu
mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan
pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting
dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan napza.
Hawari (1991), berpendapat bahwa kenakalan remaja saat ini sedang
heboh adalah kenakalan remaja yang berupa penggunaan narkotika, alkohol,
dan zat adiktif lainnya, yang dalam istilah kriminologi disebut Napza.
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif adalah zat yang memiliki dampak
terhadap syaraf manusia yang dapat menimbulkan sensasi atau perasaanperasaan tertentu.

1

Kartono (2002), mengungkapkan bahwa penyalahgunaan Narkotika,
Alkohol, dan Zat Adiktif lainnya merupakan wujud dari bentuk kenakalan
remaja.
Berbisnis napza sekarang tidak lagi milik kalangan tertentu saja tetapi
telah menjadi pilihan banyak orang yang terdesak dalam keadaan ekonomi
akibat krisis yang masih berlangsung hingga saat ini. Golongan ekonomi

lemah ini berada pada pilihan yang sulit untuk menolak tawaran menjual dan
menjajakan barang terlarang ini dengan imbalan yang menggiurkan sementara
mereka harus dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya atau keluarganya
akan kelaparan jika mereka tidak melakukannya.
Bagi kalangan tak punya yang terjerumus dalam bisnis napza ini, dapat
diduga akan meningkatkan tindak kriminal karena mereka bersedia melakukan
apapun untuk memenuhi kebutuhan akan napza ini. Dengan demikian masalah
napza semakin menjadi ancaman nasional baik itu dilihat dari perspektif
penghancuran sebuah generasi yang banyak menyebabkan kerugian baik
materi maupun nonmateri.
1.2.

Alasan Pengambilan Judul
Alasan pengambilan judul mengenai masalah penyalahgunaan napza,
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai faktor-faktor atau
penyebab apa saja yang mendorong seseorang menyalahgunakan napza
dan bagaimana kontrol sosial terhadapnya.
2. Untuk


mengetahui

jenis-jenis

napza

yang

disalahgunakan

dan

menunjukkan ciri pemakaian napza yang bersifat patologik yang harus
perlu dibedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial, yang belum
bersifat patologik.
3. Untuk menjelaskan beberapa keadaan yang patut dikenali atau diwaspadai
pada deteksi dini penyalahgunaan napza dan memaparkan tujuan dari
terapi dan rehabilitasi seseorang yang menyalahgunakan napza.
4. Untuk menjelaskan proses pembelajaran seseorang menjadi pengedar
napza dan faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung pengedar dalam

menjalani profesinya sebagai pengedar napza.

2

Bab II Permasalahan
2.1.

Permasalahan
A. Batasan dan Pengertian
1. Napza
Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat

yang

bila

masuk

kedalam


tubuh

manusia

akan

mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap napza. Istilah napza umumnya digunakan oleh
sektor

pelayanan

kesehatan

yang

menitikberatkan


pada

upaya

penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. Napza sering
disebut zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
2. Narkoba
Narkoba adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.
Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat
penegak hukum yang sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan
napza. Ada juga menggunakan istilah Madat untuk napza, tetapi istilah
madat tidak disarankan karena hanya berkaitan dengan satu jenis narkotika
saja, yaitu turunan Opium.
B. Jenis-Jenis Napza yang Disalahgunakan
1. Narkotika
Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis atau semisintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan
kedalam golongan-golongan sebagai berikut :
- Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi

3

sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. (Contoh : heroin/putauw,
kokain, dan ganja).
- Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. (Contoh : morfin dan peditin).
- Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. (Contoh :

Kodein).
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah narkotika golongan I :
- Opiat, yaitu morfin, heroin/putauw, petidin, candu, dan lain-lain.
- Ganja atau kanabis, marihuana, hashis.
- Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, dan daun koka.
2. Psikotropika
Menurut Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan kedalam golongan-golongan
sebagai berikut :
- Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh :
ekstasi, shabu, dan LSD).
- Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai


4

potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh :
amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
- Psikotropika Golongan III
Psikotropika

yang

berkhasiat

pengobatan

dan

banyak

digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

(Contoh : pentobarbital dan flunitrazepam).
- Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
(Contoh

:

diazepam,

bromazepam,

fenobarbital,

klonazepam,

klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, Pil koplo, rohip, dum, dan
MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, dan shabu.
- Sedatif dan Hipnotika (obat penenang, obat tidur) : MG, BK, DUM, Pil
koplo, dan lain-lain.
- Halusinogenika : lysergic acid dyethylamide (LSD) dan mushroom.
3. Zat Adiktif Lain
Bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika
dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Beralkohol
Mengandung etanol etil alkohol yang berpengaruh menekan
susunan syaraf pusat dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan
sebagai bahan campuran

dengan narkotika atau

psikotropika

memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol yaitu :
- Golongan A : Kadar etanol 1-5%, (Bir)
- Golongan B : Kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

5

- Golongan C : Kadar etanol 20-45%, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson
House, Johny Walker, dan Kamput)

b. Inhalansia dan Solven
Inhalansia (gas yang dihirup) dan Solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas bensin. Yang
sering disalahgunakan antara lain : Lem, Thinner, Penghapus cat kuku,
dan bensin.
c. Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan napza di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja harus menjadi
bagian dari upaya pencegahan karena rokok dan alkohol sering
menjadi pintu masuk penyalahgunaan napza lain yang berbahaya.
Bahan/obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan
sebagai berikut :
- Sama sekali dilarang : Narkotika golongan I dan Psikotropika golongan
I.
- Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin dan sedatif hipnotika.
- Diperjualbelikan secara bebas : lem, thinner, dan lain-lain.
- Ada batas umur dalam penggunaannya : alkohol dan rokok.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan napza dapat
digolongkan menjadi tiga golongan sebagai berikut :
1. Golongan Depresan (Downer)
Jenis napza yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini membuat pemakainya merasa tenang, pendiam, dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),
Hipnotik (otot tidur), dan Tranquilizer (anti cemas), dan lain-lain.

6

2. Golongan Stimulan (Upper)
Jenis napza yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi aktif, segar, dan bersemangat. Zat yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah amfetamin (shabu dan ekstasi), kafein, dan
Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Jenis napza yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan
daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat
terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
Golongan ini termasuk kanabis (ganja), LSD, dan Mescalin.
Macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di
masyarakat serta akibat pemakaiannya :
1. Opioida
Opioida dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu :
- Opioida alamiah (opiat) : morfin, cpium, dan kodein.
- Opioida semisintetik : heroin/putauw dan hidromorfin.
- Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, dan metadon.
Nama jalannya putauw, ptw, black heroin, brown sugar. Heroin yang
murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak murni
berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang
diolah menjadi morfin kemudian dengan proses tertentu menghasilkan
putauw, dimana putauw mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.
Opioid sintetik yang mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa
ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan
si pemakai akan kehilangan rasa percaya diri hingga tak mempunyai
keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka
sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh. Mulai sering

7

melakukan manipulasi dan akhirnya menderita kesulitan keuangan yang
mengakibatkan mereka melakukan pencurian atau tindak kriminal lainnya.
2. Kokain
Kokain mempunyai dua bentuk yaitu kokain hidroklorid dan free base.
Kokain berupa kristal putih. Rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dari
free base. Free base tidak berwarna putih, tidak berbau, dan rasanya pahit.
Nama jalanan dari kokain adalah koka, coke, happy dust, srepet, snow
salju, dan putih. Biasanya dalam bentuk bubuk putih.
Cara pemakaiannya dengan membagi setumpuk kokain menjadi
beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda
yang

mempunyai

permukaan

datar

kemudian

dihirup

dengan

menggunakan penyedot seperti sedotan. Atau dengan cara dibakar bersama
tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui suatu
proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer disebut
freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka
pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar,
kehilangan

nafsu

makan,

menambah

rasa

percaya,

juga

dapat

menghilangkan rasa sakit dan lelah.
3. Kanabis
Nama jalanan yang sering digunakan ialah grass, cimeng, ganja, dan
gelek, hasish, marijuana, dan bhang. Ganja berasal dari tanaman kanabis
sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ganja terkandung tiga zat utama
yaitu tetrehidro kanabinol, kanabinol, dan kanabidiol. Cara penggunaan
nya adalah dihisap dengan cara dipadatkan mempunyai rokok atau dengan
menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, si
pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebih (euforia),
sering berfantasi, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitif, kering
pada mulut dan tenggorokan.
4. Amphetamines

8

Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa
tahun 1887, dan dipasarkan tahun 1932 sebagai obat. Nama jalannya seed,
meth, crystal, uppers, whizz, dan sulphate. Bentuknya ada yang berbentuk
bubuk warna putih dan keabuan, digunakan dengan cara dihirup.
Sedangkan yang berbentuk tablet biasanya diminum dengan air.
Ada dua jenis amfetamin yaitu sebagai berikut :
- MDMA (methylene dioxy methamphetamin) mulai dikenal sekitar
tahun 1980 dengan nama ekstasi atau Ecstacy. Nama lain xtc, fantacy
pils, inex, cece, cein. Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain
white doft, pink heart, snow white, petir yang dikemas dalam bentuk
pil atau kapsul.
- Methamfetamin ice dikenal sebagai shabu. Nama lainnya shabu-shabu,
SS, ice, crystal, dan crank. Cara penggunaan dibakar dengan
menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya dihisap atau dibakar
dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong).
5. LSD (Lysergic Acid)
Termasuk dalam golongan halusinogen, dengan nama jalanan acid,
trips, tabs, dan kertas. Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas
berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna
dan gambar dan ada juga yang berbentuk pil dan kapsul. Cara
menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan
bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam.
Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti
halusinasi terhadap tempat, warna, dan waktu. Biasanya halusinasi ini
digabung menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang dia
rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya menjadi sangat indah atau
bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid.
6. Sedatif-Hipnotik (Benzodiazepin)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotik (obat tidur).
Nama jalanannya BK, Dum, Lexo, MG, dan Rohyp. Pemakaian
benzodiazepin dapat melalui oral, intravena, dan rectal. Penggunaan

9

dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stress serta sebagai
hipnotik (obat tidur).
7. Solvent / Inhalansia
Uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya aerosol, aica
aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner, dan uap bensin.
Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah umur golongan
kurang mampu/anak jalanan. Efek yang ditimbulkan pusing, kepala terasa
berputar, halusinasi ringan, mual, muntah, gangguan fungsi paru, liver, dan
jantung.
C. Penyalahgunaan dan Ketergantungan
Penyalahgunaan dan ketergantungan adalah istilah klinis/medikpsikiatrik yang menunjukkan ciri pemakaian yang bersifat patologik yang
perlu dibedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial yang belum
bersifat patologik.
1. Penyalahgunaan Napza
Penggunaan salah satu atau beberapa jenis napza secara berkala atau
teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan
fisik, psikis, dan gangguan fungsi sosial.
2. Ketergantungan Napza
Keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga
tubuh memerlukan jumlah napza yang makin bertambah (toleransi),
apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala
putus zat (withdrawal syamptom). Oleh karena itu, ia selalu berusaha
memperoleh napza yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat
melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal.
3. Tingkat Pemakaian Napza
- Pemakaian coba-coba (experimental use) yaitu pemakaian napza
yang tujuannya ingin mencoba untuk memenuhi rasa ingin tahu.
Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini dan sebagian lain berlanjut
pada tahap lebih berat.
10

- Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) yaitu pemakaian
napza dengan tujuan bersenang-senang pada saat rekreasi atau santai.
Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, namun sebagian lagi
meningkat pada tahap yang lebih berat.
- Pemakaian situasional (situasional use) yaitu pemakaian pada saat
mengalami

keadaan

tertentu

seperti

ketegangan,

kesedihan,

kekecewaan, dan sebagainya dengan maksud menghilangkan perasaanperasaan tersebut.
- Penyalahgunaan (abuse) yaitu pemakaian sebagai suatu pola
penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai
oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mampu mengurangi atau
menghentikan,

berusaha

menggunakan walaupu

berulang

kali

mengendalikan,

terus

sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan

menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai
oleh tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik,
perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu,
sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan
tak mampu berfungsi secara efektif.
- Ketergantungan (dependence use) yaitu telah terjadi toleransi dan
gejala putus zat, bila pemakaian napza dihentikan atau dikurangi
dosisnya agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih berat
(ketergantungan), maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebut
memerlukan perhatian dan kewaspadaan keluarga dan masyarakat.
Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pada keluarga dan masyarakat.
2.2.

Anggapan atau Pra Anggapan
Dalam skripsinya Ratu Ramina Sari, menyatakan bahwa faktor-faktor
penyebab seseorang rentan menjadi pengguna obat-obatan penenang adalah
melewati proses belajar. Dari hasil analisanya menunjukkan bahwa terdapat
sejumlah faktor yang membuat seseorang menjadi penyalahgunaan obatobatan penenang, yaitu keluarga, sekolah, kelompok bermain, dan masyarakat.
Penelitiannya
Seseorang

yang

Melatarbelakangi

berjudul,

“Faktor-Faktor

Penyalahgunaan

yang

Mendorong

Obat-Obatan

Penenang”,

11

bertujuan untuk mengetahui mengapa seseorang menyalahgunakan obat-obatn
penenang dan bagaimana kontrol sosial yang ada terhadap seseorang yang
menyalahgunakan obat-obatan penenang.
Dalam

skripsinya

Ambarwidati

Handoyo,

menyatakan

bahwa

penggunaan putauw merupakan suatu gaya hidup dalam fenomena kehidupan
remaja, dan seseorang dapat terlibat didalamnya diakibatkan karena temanteman kelompoknya. Penelitian dia mencoba menjelaskan fenomena proses
belajar seorang remaja menjadi pecandu putauw dan faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan para remaja terjerumus ke dalam pemakaian serbuk heroin
alias putauw ini. Pengendalian sosial dalam arti luas dipahami sebagai usaha
untuk memperbaiki atau mengubah struktur, poltik, ekonomi, sosial secara
keseluruhan.
Dalam skripsinya Rr. Siti Maesaroh Bayu Rini mencoba menjelaskan
bagaimana proses pembelajaran seseorang menjadi pengedar narkoba dan
faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung pengedar narkoba. Dia
menjelaskan bahwa sebuah tingkah laku kriminal atau proposi seseorang yang
tidak sesuai dengan hukum legal merupakan sebuah profesi yang didapatkan
dari proses panjang untuk pembelajaran sebagaimana profesi ilegal pada
umumnya yang juga memerlukan pembelajaran didalamnya.
Berdasarkan anggapan-anggapan diatas, dapat digambarkan bahwa
penyalahgunaan napza/narkoba pada individu umumnya disebabkan selain
adanya keterikatan secara intim terhadap kelompok pengguna narkoba, juga
disebabkan adanya suatu proses pembelajaran yang diperoleh dari lingkungan
sosial terdekat. Penyalahgunaan napza oleh individu-individu di dalam
kelompok tertentu kebanyakan disebabkan oleh suatu dorongan yang berasal
dari luar individu tersebut dan dipengaruhi oleh dorongan-dorongan sosial dan
berpengaruh pada individu bersangkutan, yang pada akhirnya melemahkan
keterikatan individu terhadap kontrol sosial masyarakat dan meningkatkan
keterikatan dengan kelompok pengguna narkoba. Dari pandang sosial,
penyalahgunaan napza adalah produk dari sistem sosial yang menyebabkan
seseorang menginginkan pemuasan keinginannya seketika itu juga.
Penggunaan napza oleh individu pecandu napza, dilihat sebatas
pembelajaran dari kelompok pengguna napza dan lemahnya ikatan individu
dengan kontrol-kontrol sosial masyarakat serta melemahnya keterikatan
12

individu pengguna napza dengan nilai-nilai positif yang terdapat di
masyarakat. Dengan kata lain, anggapan-anggapan mengenai penyalahgunaan
napza diatas hanya dilihat atau fokus pada proses pembelajaran dan relasi
sosial masyarakat, melainkan kurang memperhatikan aspek individu itu sendiri
kenapa individu dalam suatu kelompok pengguna napza sulit untuk berhenti
menggunakan napza/narkoba.
2.3.

Data atau Fakta
Penyalahgunaan narkotika mulai dideteksi tumbuh dan berkembang
menjadi sebuah masalah sosial di Indonesia sejak tahun 1969. Saat ini,
masalah narkotika sudah menjadi masalah yang meresahkan masyarakat.
Berdasarkan

keterangan

yang

disampaikan

oleh

ketua

Therapeutic

Communities Indonesia (TCI) Inten Soeweno, saat ini terdapat empat juta
korban narkoba di Indonesia dan setengahnya berada di Jakarta. Di indonesia
sendiri pada tahun 1998 pernah dilakukan survey dimana hasil dari survey
menyebutkan bahwa jumlah penggunanya mecapai 1-2% dari total penduduk
yang dihitung dengan jumlah 200.000.000 (dua ratus juta) orang.
Narkoba (Narkotika dan obat-obatan) merupakan barang yang paling
banyak menimbulkan permasalahan sosial saat ini, karena penyalahgunaan
dapat menimbulkan dampak negatif pada daya tahan suatu bangsa. Peredaran
narkoba ini tidak hanya dalam suatu negara, akan tetapi lintas negara dan
dikategorikan dalam kejahatan lintas negara. Sama halnya dengan arus modal
ataupun uang, narkoba tidak mengenal batas-batas negara, tidak memiliki
agama, suku ataupun kebangsaan. Dimana ada permintaan, kesitulah narkoba
mengalir, penyalahgunaan narkoba adalah fenomena global.
Dan dewasa ini penggunaan narkoba makin marak terjadi di Indonesia,
hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan dari tahun ke tahun kasus
penyalahgunaan narkoba cenderung meningkat seperti apa yang dapat dilihat
di tabel di bawah ini :
Tabel I
Jumlah Kasus Narkoba 2005-2008
NO

KASUS

2005

2006

2007

2008

TOTAL
13

1.
2.
3.

NARKOTIKA
PSIKOTROPIKA
BAHAN
ADIKTIF
JUMLAH
% KENAIKAN

8,171
6,733
1,348

9,422
5,658
2,275

11,380
9,289
1,961

10,006
9,780
9,573

38,979
31,460
15,157

16,252

17,355
6,8

22,630
30,4

29,359
29,7

85,596
67

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Dalam empat tahun terakhir terlihat jelas bahwa ada peningkatan
jumlah pemakaian narkoba berdasarkan kasus yang terungkap dari tahun
2005-2008. Dari tahun 2005-2008 kasus narkoba meningkat dari 16.252 kasus
menjadi 29.359, ini menunjukkan bahwa permasalahan narkoba adalah suatu
masalah yang serius. Dengan adanya jumlah kasus yang meningkat, maka
otomatis jumlah pemakai narkoba pun meningkat.
Tabel II
Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Kewarganegaraan 2005-2008
NO

WARGA
NEGARA
1.
WNI
2.
WNA
JUMLAH
% KENAIKAN

2005

2006

2007

2008

TOTAL

22,695
85
22,780

31,571
64
31,635
38,9

36,101
68
36,169
14,3

44,599
95
44,694
23,6

134,96
312
135,278
77

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Tabel III
Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin 2005-2008
NO
1.
2.

JENIS
KELAMIN
PRIA
WANITA
JUMLAH

2005

2006

2007

2008

TOTAL

21,046
1,734
22,780

29,423
2,212
31,635

33,134
3,035
36,169

41,340
3,354
44,694

124,943
10,335
135,278

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Tabel IV
Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Usia 2005-2008

14

NO
1.
2.
3.
4.
5.

USIA
< 16 Tahun
16-19 Tahun
20.24 Tahun
25-29 Tahun
> 29 Tahun
JUMLAH

2005
127
1,668
5,503
6,442
9,040
22,780

2006
175
2,447
8,383
8,105
12,525
31,635

2007
110
2,617
8,275
9,278
15,889
36,169

2008
133
2,001
6,441
10,126
25,993
44,694

TOTAL
545
8,733
28,602
33,951
63,447
135,278

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Tabel V
Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2005-2008
NO
1.
2.
3.
4.

PENDIDIKAN
SD
SLTP
SLTA
PT
JUMLAH

2005
2,542
5,148
14,341
749
22,780

2006
3,247
6,632
20,977
779
31,635

2007
4,138
7,486
23,727
818
36,169

2008
4,404
10,819
28,470
1,001
44,694

TOTAL
14,331
30,085
87,515
3,347
135,278

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Naiknya jumlah pemakai narkoba pada empat tahun terakhir ini
haruslah dicermati penyebabnya. Seperti yang diketahui pemakaian narkoba
memiliki dampak yang serius pada sosial masyarakat khususnya para remaja
sebagai generasi penerus bangsa ini. Selain sebagai penyebab timbulnya
fenomena-fenomena sosial yang merugikan seperti penularan penyakit melalui
jarum suntik, peningkatan perilaku kekerasan yang diakibatkan dampak
pemakaian narkoba, penyalahgunaan napza/narkoba merupakan awal bibit dari
kehancuran bangsa.
2.4.

Hal-Hal yang Menyebabkan Penyalahgunaan Napza
Penyebab penyalahgunaan napza sangat kompleks akibat interaksi
antara faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan, dan tersedianya
zat napza. Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause). Faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan napza adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan napza dimulai atau terdapat pada masa
remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik,
15

maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk
menyalahgunakan napza. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu
mempunyai resiko yang lebih besar untuk menjadi penyalahguna napza. Ciriciri tersebut antara lain :
- Cenderung membrontak dan menolak otoritas.
- Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi,
cemas, psikotik, dan kepribadian dissosial.
- Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku.
- Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (low self-esteem).
- Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif.
- Mudah murung, pemalu, pendiam, mudah merasa bosan, dan jenuh.
- Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran, keinginan
untuk bersenang-senang, dan keinginan untuk diterima dalam
pergaulan.
- Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit
mengambil keputusan untuk menolak tawaran napza dengan tegas.
- Kemampuan komunikasi rendah, melarikan diri dari sesuatu, putus
sekolah, dan kurang menghayati iman kepercayaannya.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Keluarga
- Komunikasi orangtua-anak kurang baik/efektif.
- Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga.
- Orangtua bercerai, berselingkuh, atau kawin lagi.
- Orangtua terlalu sibuk atau tidak acuh.
- Orangtua yang serba memperbolehkan (permisif).
- Oarangtua kurang peduli dan tidak tahu dengan napza.
- Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam
keluarga.
- Orangtua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna napza.
b. Lingkungan Sekolah
16

- Sekolah yang kurang displin.
- Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual napza.
- Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif.
- Adanya murid pengguna napza.

c. Lingkungan Teman Sebaya
- Berteman dengan penyalahguna.
- Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar.
d. Lingkungan Masyarakat atau Sosial
- Lemahnya penegakan hukum.
- Situasi poltik, sosial, dan ekonomi yang kurang mendukung.
3. Faktor Napza
- Mudahnya napza didapat dimana-mana dengan harga terjangkau.
- Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk
dicoba.
- Khasiat farakologik napza yang menenangkan, menghilangkan nyeri,
menidurkan, membuat euforia/fly/stone dan lain-lain.
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang
kelak menjadi penyalahguna napza, akan tetapi makin banyak faktor-faktor
diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna napza.
Penyalahguna napza harus dipelajari kasus demi kasus. Faktor individu,
lingkungan, keluarga, dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar
perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan napza. Karena
faktor pergaulan bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga harmonis
dan cukup komunikatif menjadi penyalahguna napza.
2.5.

Dampak Penyalahgunaan Napza

17

Bila digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Dampak penyalahgunaan
narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai,
kepribadian memakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak
kecanduan narkoba dapat dilihat pada fisik, psikis, maupun sosial seseorang.
1. Dampak Fisik
- Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan syaraf tepi.
- Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti
infeksi akut otot jantung dan gangguan peredaran darah.
- Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti penanahan (abses), alergi,
dan eksim.
- Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernapas, dan pengerasan jaringan paru-paru.
- Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati, dan sulit tidur.
- Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada
endokrin seperti penurunan fungsi hormon reproduksi dan gangguan
fungsi seksual.
- Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara
lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan
amenorhoe (tidak haid).
- Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian. Resikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada
obatnya.
- Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis
yaitu

konsumsi

narkoba

melebihi

kemampuan

tubuh

untuk

menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
2. Dampak Psikis
- Lamban kerja, ceroboh kerja, dan sering gelisah dan tegang.
- Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, dan penuh curiga.

18

- Agitatif, menjadi ganas, dan tingkah laku yang brutal.
- Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
- Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, dan bahkan bunuh
diri.
3. Dampak Sosial
- Gangguan mental, antisosial dan asusila, dan dikucilkan oleh
lingkungan.
- Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
- Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram.
2.6.

Bahaya Napza bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anakanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan
remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa.
Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka
suram atau bahkan hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mecoba-coba mengikuti
trend dan gaya hidup serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun
kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan
remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa
jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah lebih menjadi gawat lagi bila karena penggunaan narkoba,
para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini
telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian.
Bangsa

ini

akan

kehilangan

remaja

yang

sangat

banyak

akibat

penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja
sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.

19

Bab III Analisa Masalah
3.1.

Masalah Penyalahgunaan Napza yang Berkaitan dengan Kewarganegaraan
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza
a. Faktor Internal
1) Kekuatan
a. Kebijakan pimpinan Polri untuk membentuk Direktorat Narkoba.
b. Telah adanya organ dalam struktur organisasi Polri yang secara
tegas mengatur tugas pokok dan tugas-tugas dalam pemberantasan
penyalahgunaan Narkoba baik secara pre-emtif, preventif, represif,
kuratif, dan rehabilitatif.
2) Kelemahan
a. Secara umum kualitas personil Polri masih sangat rendah,
khususnya dalam bidang penyelidikan dan penyidikan kasus
narkoba.
b. Sikap moral dan perilaku beberapa oknum Polri yang masih ada
yang menyimpang, cenderung mencari keuntungan sendiri.
c. Minimnya anggaran untuk pengungkapan kasus narkoba.
b. Faktor Eksternal
1) Peluang

20

a. Adanya Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang psiko-tropika
dan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika serta
Keppres RI No. 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional.
b. Dukungan masyarakat dan pemerintah terhadap Polri khususnya
dalam memberantas masalah penyalahgunaan narkoba.
2) Kendala atau Ancaman
a. Faktor Politik
Situasi politik yang tidak stabil dan tingginya penyalahgunaan
wewenang seperti korupsi dan kolusi dapat memudahkan
masuknya Narkoba ke negara kita.
b. Faktor Ekonomi
Krisis ekonomi yang belum benar-benar pulih menyebabkan
tingginya

angka

memudahkan

pengangguran
masyarakat

dan

untuk

kemiskinan
dipengaruhi

sehingga
untuk

menyalahgunakan narkoba.
c. Faktor Sosial
Perubahan sosial yang cepat seperti modernisasi dan globalisasi
membuat masyarakat dituntut untuk selalu menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial yang serba baru dan serba mendunia.
d. Faktor Budaya
Adakalanya dalam suatu kebiasaan tertentu, misalnya di daerah
Aceh, berpandangan bahwa ganja itu merupakan sejenis sayur
yang bermanfaat untuk kesehatan.
e. Faktor Hankam
Pada umumnya setiap ada konflik militer seperti di Afganistan,
Aceh, Myanmar, beberapa negara di Amerika Latin dan
sebagainya, maka ada kecenderungan penyalahgunaan narkoba
semakin meningkat.
3.2.

Solusi Mengenai Masalah Penyalahgunaan Napza
Solusi mengenai masalah penyalahgunaan napza dapat dilakukan
dengan cara mengenali beberapa keadaan yang patut diwaspadai atau deteksi
dini penyalahgunaan napza dan melakukan terapi dengan rehabilitasi.
1. Deteksi Dini Penyalahgunaan Napza
21

Deteksi dini penyalahgunaan napza bukanlah hal yang mudah, tetapi
sangat penting artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut.
Beberapa keadaan yang patut dikenali atau diwaspadai adalah :
a. Kelompok Resiko Tinggi
Kelompok resiko tinggi adalah orang yang belum menjadi atau terlibat
dalam penggunaan napza, tetapi mempunyai resiko untuk terlibat dalam hal
tersebut, mereka disebut juga Potential User (calon pemakai golongan rentan).
Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya, namun seseorang dengan ciri
tertentu mempunyai potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna napza
dibandingkan dengan yang tidak mempunyai ciri kelompok resiko tinggi.
Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Anak
Ciri-ciri anak yang mempunyai resiko tinggi menyalahgunakan napza antara
lain :
- Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak
tekun).
- Anak yang sering sakit, mudah kecewa, dan mudah murung.
- Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar.
- Anak yang sering berbohong, mencari atau melawan tata tertib.
- Anak dengan IQ taraf berbatasan (IQ 70-90).
2. Remaja
Ciri-ciri remaja yang mempunyai resiko tinggi menyalahgunakan napza
adalah sebagai berikut :
- Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri, dan
mempunyai citra diri negatif.
- Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar.
- Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas).
- Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung resiko
bahaya atau tinggi.
- Remaja yang cenderung memberontak.

22

- Remaja yang tidak mau mengikuti peraturan yang berlaku, kurang taat
beragama, dan remaja dengan motivasi belajar rendah.
- Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakulikuler dan remaja yang
mudah bosan, jenuh, dan murung.
- Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan
psikoseksual

(pepalu,

sulit

bergaul,

sering

masturbasi,

suka

menyendiri, kurang bergaul dengan lawan jenis ) dan cenderung
merusak diri sendiri.
- Remaja yang berkawan dengan penyalahguna napza.
3. Keluarga
Ciri-ciri keluarga yang mempunyai resiko tinggi antara lain :
- Orangtua kurang komunikatif dengan anak.
- Orangtua yang terlalu mengatur anak dan kurang memberi perhatian
pada anak karena terlalu sibuk.
- Orangtua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar
berprestasi diluar kemampuannya.
- Orangtua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benarsalah yang jelas.
- Orangtua yang tidak dapat menjadikan dirinya teladan.
- Orangtua menjadi penyalahgunaan napza.
- Orangtua yang kurang harmonis, sering bertengkar, orangtua
berselingkuh atau ayah menikah lagi.
b. Gejala Klinis Penyalahgunaan Napza
1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tetapi
secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
- Pada saat menggunakan napza : jalan sempoyongan, bicara pelo
(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, dan curiga.
- Bila kelebihan disis (overdosis) : napas sesak, denyut jantung, dan nadi
lambat, kulit teraba dingin, napas lambat/berhenti, dan meninggal.

23

- Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,
menguap terus menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air
sehingga takut mandi, kejang, dan kesadaran menurun.
- Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos,
terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada
pengguna dengan jarum suntik).
2. Perubahan Sikap dan Perilaku
- Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah,
sering membolos, pemalas, dan kurang bertanggung jawab.
- Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, dan
mengantuk dikelas atau tempat kerja.
- Sering berpergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa
memberi tahu terlebih dahulu.
- Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar
bertemu dengan anggota keluarga lain di rumah.
- Sering mendapat telepon dan didatangi oleh orang tidak dikenali oleh
keluarga kemudian menghilang.
- Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan,
tetapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang
berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, dan berurusan
dengan polisi.
- Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap
bermusuhan, pencuriga, tertutup, dan penuh rahasia.
c. Peralatan yang Digunakan
Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang
mempunyai kebiasaan menggunakan jenis napza tertentu. Misalnya pada
pengguna Heroin pada dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja
terdapat antara lain :
- Jarum suntik insulin ukuran 1 mL, kadang-kadang dibuang pada
saluran air di kamar mandi.

24

- Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya.
- Sedotan minuman dari plastik.
- Gulungan uang kertas yang digulung untuk menyedot heroin atau
kokain.
- Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet untuk tempat
heroin dibakar.
- Kartu telepon untuk memilah bubuk heroin.
- Botol-botol kecil sebesar jempol dengan pipa pada dindingnya.
2. Tujuan Terapi dan Rehabilitasi
a. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan napza. Tujuan
ini tergolong sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau
mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru
menggunakan napza pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat
ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak
langsung dari napza. Sebagian pasien memang telah abstinensia
terhadap salah satu napza, tetapi kemudian beralih untuk menggunakan
jenis napza yang lain.
b. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps. Sasaran utamanya adalah
pencegahan relaps. Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja
setelah clean, maka ia disebut slip. Bila ia menyadari kekeliruannya
dan ia memang telah dibekali keterampilan untuk mencegah
pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba
bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relaps prevention
programe, program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance
therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk
mencegah relaps.
c. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam
kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi
rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai
sasaran terapi golongan ini.

25

Bab IV Kesimpulan
4.1.

Kesimpulan Naskah
a. Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) atau Narkoba adalah
bahan/zat/obat

yang

bila

masuk

kedalam

tubuh

manusia

akan

mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap napza.
b. Ada tiga faktor penyebab penyalahgunaan narkoba yaitu narkoba,
individu, dan lingkungan serta solusi mengenai masalah penyalahgunaan
narkoba.
c. Penggolongan jenis-jenis narkoba didasarkan pada peraturan perundangundangan

dan

dibagi

menurut

potensi

yang

menyebabkan

ketergantungannya.
d. Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas
kehidupan perasaan yang disebut sistem limbus.

26

e. Ada beberapa pola pemakaian narkoba antara lain pola coba-coba, pola
pemakaian sosial, pola pemakaian situasional, pola habituasi (kebiasaan),
dan pola ketergantungan.
f. Ada empat model pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan
narkoba, dimana setiap model mempunyai strategi atau cara pendekatan,
sesuai disiplin ilmu dari setiap model.
g. Orang tua dapat berperan dalam mencegah dan menanggulangi
penyalahgunaan narkoba dengan mengajarkan standar perilaku, membantu
anak menolak tekanan kelompok sebaya untuk memakai narkoba,
memiliki pengetahuan tentang narkoba, tanda-tanda penyalahgunaannya,
dan mendukung kebijakan sekolah bebas narkoba.
h. Guru

dapat

berperan

dalam

mencegah

dan

menanggulangi

penyalahgunaan narkoba dengan menetapkan peraturan dan tata tertib di
sekolah dan dalam kegiatan sekolah, agar lingkungan sekolah aman dan
terhindar dari pengaruh negatif terhadap kegiatan belajar mengajar dan
membuat program sekolah bebas narkoba.
i. Keterampilan dasar yang perlu dimiliki orang tua dan guru dalam
mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba antara lain cara
berkomunikasi efektif, mendengarkan aktif, keterampilan menolak
tawaran narkoba, dan membantu meningkatkan rasa percaya diri.
4.2.

Saran
a. Perlunya peningkatan kualitas penyidik Polri khususnya pada Direktorat
Narkoba, peningkatan anggaran penyelidikan dan penyidikan kasus
narkoba, peningkatan sarana dan prasarana pendukung, guna lebih
memberdayakan Polri dalam mengungkapkan kasus penyalahgunaan
narkoba.
b. Dengan makin canggihnya modus operandi yang dilakukan jaringan
pengedar dalam menyelundupkan narkoba/prekursor masuk ke Indonesia,
maka aparat Bea dan Cukai perlu dilengkapi dengan sarana/peralatan
deteksi narkoba yang lebih canggih pula seperti detector canggih, dog
detector (dengan anjing pelacak di Bandara), dan lain sebagainya sehingga
dapat menggagalkan masuknya narkoba ke Indonesia.

27

c. Perlu membuat lembaga pemasyarakat khusus narkoba pada kota-kota
besar di Indonesia, jika hal ini masih sulit untuk direalisasikan maka perlu
dilakukan pemisahan sel antara narapidana narkoba dan narapidana bukan
narkoba, agar pembinaannya lebih terfokus dan mereka tidak terpengaruh
oleh narapidana kejahatan konvensional lainnya.
d. Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah universal sehingga perlu
usaha bersama baik dari orang tua, guru, tenaga kesehatan, dan instansi
terkait agar tidak bertambah banyak lagi generasi muda yang terjerumus
dalam penyalahgunaan narkoba.
e. Keluarga

merupakan

perisai

utama

untuk

mencegah

anak

dari

penyalahgunaan narkoba sehingga orangtua lebih meningkatkan peran
sertanya dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba
karena narkoba dapat merusak anak setiap saat.

Bab V Penutup
4.1.

Gambar

Selama 2009, BNN Tangani 28.382 Kasus Narkoba
Ada sebanyak 102 tersangka yang masih berusia di bawah 15 tahun,

VIVAnews - Badan Narkotika Nasional menyatakan telah menangani
sebanyak 28.382 kasus penyalahgunaan narkoba selama periode Januari
sampai November 2009. Dari jumlah itu, sebanyak 35.299 orang telah
ditangkap.
28

"Untuk presentasenya dari tahun ke tahun naik," kata Kepala BNN
Komisaris

Jenderal

Gories

Mere,

Kamis

31

Desember

2009.

Gories menyatakan, dari total jumlah penyalahgunaan narkoba itu, sebanyak
9.661 kasus adalah kasus narkotika, 8.698 kasus psikotropika, dan 10.023
kasus bahan berbahaya lainnya.
Sedangkan jumlah tersangka yang sudah ditangkap sebanyak 35.299
orang. Dengan rincian 13.051 orang untuk kasus narkotika, 11.601 orang
untuk kasus psikotropika, dan 10.647 kasus bahan berbahaya lainnya.
Dari pelaku itu, sebagian besar adalah pelaku yang berusia di atas 30
tahun. Ada sebanyak 102 tersangka yang masih berusia di bawah 15 tahun,
serta 1.596 tersangka berusia 16-19 tahun.
Saat ini sebanyak 72 terpidana mati kasus narkoba sedang menunggu
hukuman mati. Lambannya eksekusi ini, Gories menjelaskan, karena para
terpidana itu masih melakukan upaya hukum baik itu grasi ataupun Peninjauan
Kembali.
Sumber : nasional.vivanews.com/news/read/117685-selama_2009_bnn_tangani_28_382_kasus_narkoba

Allen, K.M. 1996. Nursing Care of the Addicted Client. Philadelphia: Lippincott.
BNN. Data Kasus Narkoba. Dapat diakses di

http://www.bnn.go.id/portalbaru/

portal/konten.php?nama=DataKasus&op=det
ail_data_kasus&id=28&mn=2&smn=e.
Handoyono, Ambarwidati. 1999. Suatu Tinjauan Kriminologis Terhadap Proses
Belajar Remaja Menjadi Pacandu Heroin (Putauw). Depok: Skripsi,
Universitas

Indonesia, tidak diterbitkan.

Hawari, Dadang. 1991. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya. Depok:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal 1.
Indrawan. 2001. Kiat Ampuh Menangkal Narkoba. Bandung: C.V. Pionir Jaya, hal
17.
Morgan. 1991. Segi PraktisPsikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Rini, Rr. Siti Maesaroh Bayu. 2006. Proses Pembelajaran Sosial Menjadi Pengedar
Narkoba. Depok: Skripsi, Universitas Indonesia, tidak diterbitkan.

29

Sari,

Ratu

Ramina.

2008.

Faktor-Faktor

yang

Mendorong

Seseorang

Melatarbelakangi

Penyalahgunaan Obat-Obatan Penenang. Depok:

Skripsi, Universitas

Indonesia, tidak diterbitkan.

Smith, CM. 1995. Community Health Nursing; Theory and Practice. Philadelphia:
W.B. Saunders Company.
Sundeen, Stuart. 1998. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis:
Mosby Year Book.
Tasmara, Toto. 1999. Dajal dan Symbol Syetan. Jakarta: Mizan.
The Indonesian Florence, Nightingale Foundation. 1999. Kiat Penanggulangan dan
Penyalahgunaan Ketergantungan Napza. Jakarta.
Tom, Kus, Tedi. 1999. Bahaya Napza bagi Pelajar. Bandung: Yayasan Al-Ghifari.
UNODC.

Drug

Abuse

&

Demand

Reduction.

Dapat

diakses

di

http://www.unodc.org/unodc/drug_demand_reduction.html.
______. Meresahkan, Maraknya Narkoba di Kalangan Pelajar. Dapat diakses di
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/14/utama/313410.html.

30

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

SD NEGERI SUKAMUKTI I

0 0 52

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26