SD NEGERI SUKAMUKTI I

PENELITIAN TIUNDAKAN KELAS PENERAPAN METODE DEMOSNTRASI DALAM PEMBELAJARAN

KONSEP PERUBAHAN BENDA DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I

Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka)

Diajukan untuk memenuhi syarat unsur pengembangan Profesi Guru dalam

kenaikan pangkat penulis dari Golongan IV/a ke IV/b

Disusun Oleh :

MUHAMAD YUSUF, S.Pd.

NIP. 131 506 701

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN CIKIJING SD NEGERI SUKAMUKTI I

LEMBAR PENGESAHAN

Penerapan Metode Demosntrasi dalam Pembelajaran Konsep Perubahan Benda

di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I

Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka)

Mengetahui/mengesahkan,

Cikijing, November 2008 Kepala Sekolah

Koordinator Perpustakaan

J U M E N A, S.Pd..

T I T I, S.Pd

NIP. 131 166 826

NIP

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Penerapan Metode Demosntrasi dalam Pembelajaran Konsep Perubahan Benda di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka)”

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kelemahan baik dalam penyusunan, dan itu semua semata-mata merupakan keterbatasan dalam pengalamam menyusun makalah, mudah-mudahan makalah ini banyak manfaatnya terutama bagi para guru umumnya bagi dunia pendidikan.. Akhirnya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat dihapkan.demi perbaikan makalah ini

Cikijing, Nopember 2008 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mated yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang dirinci sebagai berikut :

1. Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menylapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.

2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42)

Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali, (1983 : 12) yang menyebutkan bahwa kadar pembelajaran akan bermakna apabila : l. Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap.

3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, metoda demontrasi dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan metoda demontrasi siswa akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.

Kehadiran metoda demontrasi dalam pembelajaran IPA akan lebih mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa.

Berdasarkan hasil renungan yang penulis lakukan setelah melaksanakan pembelajaran IPA tentang perubahan benda, yang dilanjutkan dengan evaluasi, tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka penulis sebagai guru kelas menyadari bahwa kesalahan berada pada guru bukan pada siswa, antara lain pembelajaran berpusat pada guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang ada kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa pasif dan hasil evaluasi dengan rata-rata nilai 5,38, berlatar belakang dari permasalahan tersebut, dipandang perlu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, sebab Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang bersifat individual dan luwes. (Kasihani Kasbolah, 1998:22).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang perubahan benda yang selama ini dianggap sulit oleh siswa.

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan masalah diperinci sebagai berikut :

a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menggunakan metoda demontrasi untuk meningkatkan kernampuan siswa tentang perubahan benda

b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metoda demontrasi dalam meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metoda demontrasi dalam meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan

C. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui dan memahami rencana pembelajaran IPA tentang perubahan benda berdasarkan makanannya dengan menggunakan Metoda demontrasi di Kelas VI SD Negeri Sukamukti I.

b. Ingin mengetahui dan memahami proses berlangsungnya pembelajaran IPA dalam perubahan benda berdasarkan makanannya di Kelas VI SD Negeri Sukamukti I dengan menggunakan alat peraga Metoda demontrasi.

c. Ingin mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa di Kelas VI SD Negeri Sukamukti I dalam konsep perubahan benda berdasarkan makanannya setelah pembelajaran menggunakan alat peraga Metoda demontrasi.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa

1) Dapat menguasai konsep yang dipelajarai dan tidak perbalisme.

2) Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPA.

3) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran IPA.

b. Bagi Guru

1) Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalarn upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

2) Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami bahan ajar/materi tentang konsep perubahan benda berdasarkan makanannya dengan mempergunakan alat peraga Metoda demontrasi.

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teoritis

1. Media Pembelajaran

Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulurn suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran.

Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan pengajaran.

a. Nilai dan Manfaat Media Pengajaran Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;

c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran, berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal- hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

b. Jenis dan Kriteria Memilih Media Pengajaran Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media

c. Cara memilih media pembelajaran

a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.

b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya.

d) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenisnya media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Ada OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran.

e) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalarn bentuk persen bagi siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi.

Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertingggi kualitas belajar mengajar.

Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut:

a) Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para siswa.

b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya

c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Sitausi ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media. Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa, demikian juga model, diorama, media grafis dan lain-lain.

d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta rnemberi analisis atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok.

Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan sikap dan keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru pada hakekatnya mempelajari lambang-lambang verbal dart visual, agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna, disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan guru. Oleh karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila penerima pesan (siswa) dapat memahami makna yang dipesankan oleh guru sebagai lingkungan belajarnya.

Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya atau realisme.

Isi pesan yang akan disampaikannya, suatu objek atau kegiatan nyata yang dipelajari selalu mempunyai aspek-aspek yang tidak bisa dinyatakan seluruhnya secara ilustratif sekalipun melalui bentuk tiga Isi pesan yang akan disampaikannya, suatu objek atau kegiatan nyata yang dipelajari selalu mempunyai aspek-aspek yang tidak bisa dinyatakan seluruhnya secara ilustratif sekalipun melalui bentuk tiga

Pengajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya, namun tidaklah berarti bahwa media harus selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah model. Model sekalipun merupakan gambaran nyata dari objek dalam bentuk tiga dimensi tidak dapat dikatakan realistik sepenuhnya. Sungguhpun demikian model sebagai media pengajaran dapat memberi makna terhadap isi pesan dari keadaan yang sebenarnya.

Studi mengenai penggunaan pesan visual dalam hubungannya dengan hasil belajar menunjukkan bahwa pesan-pesan visual yang moderat (berada dalam rentangan abstrak dan realistik) memberikan pengaruh tinggi terhadap prestasi belajar siswa, yang bila dilukiskan membentuk kurva normal.

2. Hakikat IPA

Sejak ada peradaban manusia, orang lebih dapat mengadakan upaya untuk mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. Mereka telah dapat membedakan hewan atau tumbuhan mana yang dapat dimakan. Mereka telah dapat menggunakan alat untuk mencapai kebutuhannya. Dengan menggunakan alat, mereka telah merasakan manfaat kemudahan- kemudahan untuk mencapai suatu tujuan. Kesemua itu menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan dari pengalaman dan atas dorongan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Berkat pengalaman pula, mereka mengenal beberapa macam tumbuhan yang dapat dijadikan obat dan bagaimana cara pengobatannya.

Mereka telah mampu pula untuk mengadakan pengamatan dan melakukan abstraksi. Dari pengamatan bahwa dengan cara menggosokkan tangan timbul kehangatan, maka timbul gagasan untuk rnenggosokan bambu sehingga ditemukan api. Mulai pengematan terhadap objek Mereka telah mampu pula untuk mengadakan pengamatan dan melakukan abstraksi. Dari pengamatan bahwa dengan cara menggosokkan tangan timbul kehangatan, maka timbul gagasan untuk rnenggosokan bambu sehingga ditemukan api. Mulai pengematan terhadap objek

Dorongan ingin tahu yang telah terbentuk secara kodrati, telah mendorong mereka untuk mengagumi dan mempercayai adanya keteraturan di alam. Hal ini telah mendorong munculnya sekelompok orang ahli berfikir kemudian disebut ahli filsafat. Berkat mereka, pola berpikir manusia lebih sempurna dan penciptaan alat sudah menjadi kebutuhan. Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Dorongan tidak hanya karena ingin tahu tetapi telah meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya.

Penemuan mereka dapat diuji kebenarannya oleh orang lain sehingga dapat diterima secara universal. Dengan demikian, dari pengetahuan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan di dapat melalui percobaan, didukung oleh fakta, menggunakan metode berfikir yang sistematik sehingga dapat diterima secara universal. Ilmu pengetahuan yang diperoleh itu selanjutnya dinamakan produk. Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan merupakan suatu proses. Dimulai dengan adanya masalah, kemudian berupaya untuk mengumpulkan informasi yang relevan, mencari beberapa alternatif jawaban, memilih jawaban yang paling mungkin benar, melakukan percobaan dan memperoleh kesimpulan.

Berdasarkan gambaran mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Pengetahuan Alam, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam.

Perkembangan IPA telah melaju dengan cepat. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan IPA memungkinkan teknologi berkembang. Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan IPA berkembang dengan pesat pula. Inilah salah satu ciri dari abad modern, dan pada abad modern kita sedang berada.

Tujuan Pendidikan IPA, ialah hanya untuk memahami pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep IPA, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu. Dengan lain perkataan, hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses. Keterampilan yang diharapkan ialah dinamakan keterampilan intelektual, atau disebut juga keterampilan proses.

Sesuai dengan tujuan pendidikan itu, maka belajar mempunyai makna sebagai proses yang rnenimbulkan suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan mental yang bukan disebabkan oleh pertumbuhan fisikologis atau pengaruh lain yang bersifat sementara. Dari sinilah sebenarnya sumber pengembangan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan IPA. Bagaimapun pendekatan yang digunakan dan ataupun metode mengajar yang digunakan, kita harus tetap memperhatikan pola berfikir sesuai dengan metode ilmah, agar berkembang juga sikap ilmiah. Untuk lebih jelasnya perhatikan kembali langkah-langkah rnetode ilmiah seperti yang digambarkan pada diagram, beserta keterampilan intelektual apa yang dikembangkan, selama proses belajar mengajar berlangsung.

Perkembangan sosial yang cepat akibat perkembangan teknologi dan industrial sebenarnya mempersulit pemilihan konsep yang penting dan berguna, yang akan dijadikan materi GBPP suatu kurikulum. Tetapi tentunya kita harus menyajikan materi itu sesuai dengan stuktur psikologis yang sesuai dengan perkembangan mental anak, sehingga memudahkan terbentuknya struktrur pengetahuan yang diperoleh anak. Sudah barang tentu struktur materi yang diperoleh anak tidak terlepas dari struktur materi sesuai dengan GBPP.

Sesuai dengan prinsip cara belajar siswa aktif, maka pemilihan metode itu harus berdasarkan pilihan metode mengajar yang akan meningkatkan derajat keaktifan siswa. Persoalan keterbatasan sumber belajar antara lain adalah lingkungan, perpustakaan, alat bantu mengajar, TV, radio, film, dan lain-lain. Sumber belajar-sumber belajar tersebut Sesuai dengan prinsip cara belajar siswa aktif, maka pemilihan metode itu harus berdasarkan pilihan metode mengajar yang akan meningkatkan derajat keaktifan siswa. Persoalan keterbatasan sumber belajar antara lain adalah lingkungan, perpustakaan, alat bantu mengajar, TV, radio, film, dan lain-lain. Sumber belajar-sumber belajar tersebut

Penggunaan teknologi pengajaran tetap memerlukan keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar, mulai dari perencanaan memberi motivasi, penggunaan sumber belajr, memberi bantuan dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa. Guru harus berusaha agar tedapat keseimbangan antara waktu belajar mandiri, belajar kelompok, berdiskusi, dan memberikan informasi dengan menggunakan metode ceramah, ataupun melakukan demonstrasi. Kegiatan kelornpok dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan laboratorium.

Perlu diingat pula bahwa suatu metode mengajar yang baik tidak selalu memberikan hasil belajar yang baik untuk tiap anak. Hasil belajar seorang siswa masih tergantung pada bakat dan minatnya. Sikap dan minat terhadap pelajaran menentukan ketekunan siswa untuk belajar. Ketekunan inilah yang sebenarnya dapat menentukan keberhasilan belajar dalam waktu yang relatif singkat. Jadi faktor waktu dapat diperhitungkan dan digunakan secara efisien setelah kita dapat membiasakan belajar secara tekun. Sedangkan faktor minat dan sikap ini dapat dikembangkan kalau siswa diberi kesempatan untuk belajar secara aktif, disertai rasa gembira, dan tidak membosankan. Kebosanan ini dapat dihindari dengan cara menggunakan berbagai sumber belajar yang bervariasi, dan digunakan metode yang cocok, atau bervariasi pula.

Hasil belajar yang kurang baik, tentu saja akan mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa tidak mernuaskan. Perolehan nilai kurang ini akan menimbulkan perasaan bahwa pelajaran itu sulit. Ketidakpuasan yang berlebihan menirnbulkan rada frustrasi yang pada akhirnya menimbukan kebencian terhadap mata pelajaran tersebut. Tetapi di lain pihak timbul anggapan bahwa pelajaran yang sulit itu adalah lebih berharga. Siswa yang berhasil dalam pelajaran tersebut dianggap mempunyai kelebihan dari Hasil belajar yang kurang baik, tentu saja akan mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa tidak mernuaskan. Perolehan nilai kurang ini akan menimbulkan perasaan bahwa pelajaran itu sulit. Ketidakpuasan yang berlebihan menirnbulkan rada frustrasi yang pada akhirnya menimbukan kebencian terhadap mata pelajaran tersebut. Tetapi di lain pihak timbul anggapan bahwa pelajaran yang sulit itu adalah lebih berharga. Siswa yang berhasil dalam pelajaran tersebut dianggap mempunyai kelebihan dari

Sesuai dengan prisip pengajaran yang telah kita tentukan kita tetap harus berpegang pada metode ilmiah. Tiap langkah metode ilmiah harus dikuasai siswa. Melalui latihan secara bertahap siswa akan memperoleh dan mengembangkan setiap keterampilan intelektual. Melalui pendekatan konsep, para siswa berkesempatan untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan intelektualnya.

Tiap pendekatan selalu berpangkal pada adanya masalah, untuk dan dengan memecahkan masalah. Karena itu ada yang menemukan metode pemecahan masalah (problem solving). Dilihat dari tujuannya maka hasil belajar harus merupakan suatu penemuan-penemuan konsep atau prisip, yang dilakukan siswa.

Demikianlah usaha para pendidik untuk menyempurnakan proses belajar mengajar IPA, menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi, serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Kebermaknaan hasil belajar akhirnya tidak hanya ditentukan oleh sejumlah pengetahuan yang banyak, tetapi hasil belajar yang lebih bermakna, dilihat dari perkembangan struktur, kognitif, struktur efektif, dan nilai-nilai ilmiah. Nilai-nilai ilmiah menjadi sangat berperan dalam perkembangan kebudayaan bangsa, dalam zaman moderenisasi sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi yang maju dengan sangat cepat.

Langkah lain yang tak kalah penting adalah, mengusahakan agar penemuan siswa lebih bermakna. Biasanya siswa cukup puas kalau semua tugasnya telah selesai dikerjakan. Kepada siswa harus diberikan pengertian, untuk apa jawaban yang diperoleh, dan apa sebenarnya yang diperoleh itu. Alangkah baiknya kalau kepada siswa diberi informasi untuk memberikan penekanan terhadap penemuan siswa. Penemuan ini akan lebih bermakna lagi kalau siswa dapat mengkomunikasikan pada orang lain, temasuk i temannya dan gurunya, dapat dalam bentuk diskusi. Mendiskusikan hasil merupakan langkah untuk membuat penemuan siswa lebih bermakna. Kebermaknaan penemuan siswa dapat juga dinyatakan Langkah lain yang tak kalah penting adalah, mengusahakan agar penemuan siswa lebih bermakna. Biasanya siswa cukup puas kalau semua tugasnya telah selesai dikerjakan. Kepada siswa harus diberikan pengertian, untuk apa jawaban yang diperoleh, dan apa sebenarnya yang diperoleh itu. Alangkah baiknya kalau kepada siswa diberi informasi untuk memberikan penekanan terhadap penemuan siswa. Penemuan ini akan lebih bermakna lagi kalau siswa dapat mengkomunikasikan pada orang lain, temasuk i temannya dan gurunya, dapat dalam bentuk diskusi. Mendiskusikan hasil merupakan langkah untuk membuat penemuan siswa lebih bermakna. Kebermaknaan penemuan siswa dapat juga dinyatakan

Pengetahuan baru harus dapat disimpan dalam struktur kognitif individu. Informasi kadang-kadang diperlukan untuk melengkapi struktur kognitifnya. Informasi ini diperoleh dalam bentuk hafalan. Pengetahuan hafalan ini didistribusikan dalam struktur kognitif, sebagai pengganti konsep yang relevan. Informasi ini tidak membentuk ikatan dengan struktur kognitif.

Pembentukan konsep bermakna sampai terbentuk struktur kognitif dan struktur afektif sebagai hasil belajar melalui bermacam metode mengajar, dapat digambarkan sebagai berikut :

Struktur kognitif

Struktur afektif Hafalan

Belajar lebih bermakna

Belajar Proses langsung

asimilasi Belajar melalui

Pengalaman ceramah langsung

Belajar dari

Bahan cetak

Komputer Komputer

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pada dasarnya sama saja hanya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan mentalnya. Artinya, cara penyajian dan apa yang disajikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak. Pada tingkat SD, perkembangan mental anak baru sampai tingkat berfikir konkret. Pikiran anak terbatas pada objek di sekitar lingkungannya. Pada tingkat ini anak harus dapat mengenal bagian-bagian dari benda seperti, berat, warna dan bentuknya.

Kemampuan ini harus kita kembangkan sampai anak dapat :

a. Menggolong-golongkan dengan berbagai cara, misalkan penggolongan benda atas tingkatan atau perbedaan tertentu.

b. Melakukan penyusunan atau rangkaian yang berurutan

c. Melakukan proses berfikir kebalikan

d. Melakukan berbagai operasi metematik seperti menambah, mengurangi, membagi, mengalikan dan sebagainya.

Dengan demikian anak SD harus sudah dapat mengklasfikasikan sesuai dengan bagian, struktur, dan fungsinya. Dia harus mampu berpikir kebalikan. Misal, Nuri termasuk kelas burung dan burung itu bertelur. Maka anak harus dapat menyimpulkan bahwa nuri dapat bertelur. Meskipun pada tingkatan ini anak belum dapat berfikir abstrak, seperti berhipotesa secara deduktif, tetapi dia sudah dapat membuat hipotesis sederhana, hanya meliputi satu variabel. Dia akan dapat memecahkan masalah dengan baik kalau konkret melakukannya.

Berdasarkan pemikiran diatas maka materi yang disajikan haruslah konsep-konsep dalam bentuk klasifikasi, konsep berkorelasi dan semuanya dalam tingkatan konsep konkret. Tindakan atau menyimpulkan secara menggeneralisasi sudah mengarah ke berpikir abstrak. Demikian juga halnya dengan konsep teoretis. Maka disinlah peran disajikannya model dan percobaan.

Konsep ini harus dicarinya sendiri, kita tidak sekedar memberikan. Guru hanyalah menciptakan lingkungan belajar yang baik agar siswa dapat menemukan sendiri konsep. Konsep yang ditemukan menjadi bermakna Konsep ini harus dicarinya sendiri, kita tidak sekedar memberikan. Guru hanyalah menciptakan lingkungan belajar yang baik agar siswa dapat menemukan sendiri konsep. Konsep yang ditemukan menjadi bermakna

Kegiatan belajar berlangsung atas dasar kemampuan, minat, keperluan dan kebutuhan siswa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan belajar, kemampuan belajar bebas, mandiri, dan kemampuan memecahkan masalah. Guru bersama siswa menelaah tiap aspek yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Tugas guru bukan memberitahukan cara memecahkan masalah. Guru harus pula menciptakan suasana sarana pendidikan yang ada, berhipotesis, dan menarik kesimpulan.

Sesuai dengan uraian terdahulu, proses belajar-mengajar berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan pengajaran sebagai ilmu ditandai dengan penerapan hasil- hasil penelitian, hasil penalaran para ahli psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Dengan demikian maka pengajaran termasuk pengembangan teknologi karena didalamnya tejadi proses penerapan teori-teori ilmu pengetahuan, beserta penjabarannya. DI samping itu proses belajar- mengajar tetap merupakan seni dan kiat karena dalam pelaksanaannya tetap mempertimbangkan hakikat dari guru dan hakikat dari murid. Penerapan pilihan serta implementasi tindakan guru maupun murid tetap berdasarkan pertimbangan pribadi maupun instusi, serta sesuai dengan wawasan kependidikan. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram berikut:

Metode ilmiah

Hakikat

Metode inkuiri

belajar

menemukan konsep dan prinsip

Penemuan dan penerapan keteraturan alam

untuk proses

mental yang

sains tinggi

kelompok

secara demokrasi

Guru sebagai moderator dan

2. Otonomi

Penggerak

secara kegatan maksimal

inkuiri Pengaturan diri

3. Bersifat

secara tidak

kritis

formal Pengaturan

4. Peningkatan Lingkungan

tempat duduk

sifat kreatif

belajar

yang fleksibel

Penggunaan sumber belajar

B. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan, atau jawaban terhadap suatu masalah yang diteliti dan secara teoritis dianggap mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Sudarsono, 1996:65).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah "Pemahaman siswa tentang perubahan benda akan meningkat, jika

BAB III METODOLOGI PENELTTIAN

A. Seting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelian direncanakan pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2008 untuk siklus 1 dan siklus 2 pada hari Jum’at tanggal 12 November 2008

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kabupaten Majalengka, yang merupakan objek Penelitian.

3. Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat itu

Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa. Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena siswa kelas VI itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan konsep perubahan benda

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka sebanyak 29 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 19 orang.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan keluhan guru dalam proses Pembelajaran tentang konsep perubahan benda, dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 5,38 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 79% siswa menjawab kesulitan.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes.

a. Teknik Observasi Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat untuk digunakan sebagai perangkat pengumpul data. Adapun hal-hal yang diobservasi antara lain:

1) Observasi terhadap rencana pembelajaran.

2) Observasi terhadap proses pembelajaran.

3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan.

b. Teknik Tes Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar soal.

b. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Butir Soal tes sebanyak 10 nomor

2. Lembar Observasi, yaitu:

1) Observasi terhadap rencana pembelajaran.

2) Observasi terhadap proses pembelajaran.

3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan penulis disajikan secara bertahap sesuai urutan siklus yang telah dilaksanakan, adapun prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut

a. Seleksi Data

Data yang telah terkumpul dari hasil observasi selama kegiatan penelitian maka diadakan penyeleksian data yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian.

b. Klasifikasi Data

Data yang terkumpul berdasarkan penyeleksian, diklasifikasikan berdasarkan urutan logis untuk disajikan secara sistematis berdasarkan urutan siklus.

c. Prosentase Data

Tahap akhir dari teknik analisis data, dilakukan prosentase data bagi data yang telah terkumpul beradasarkan klasifikasi.

F. Indikator Kinerja

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil tes formatif yang hanya memperoleh nilai rata-rata 5,2 Adapun hasil penelitian yang diharapkan adalah siswa memperoleh nilai rata-rata 7,00

G. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari planning, acting, monitoring, dan reflecting. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model John Elliot yaitu setiap satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah (Depdikbud, 1999:32). Adapun tahap tiap siklus ini adalah sebagai berikut :

Observasi awal Hasil belajar siswa kelas VI Sejumlah 29 siswa

Perlu mengefektifkan penggunaan media audio visual

Refleksi 1

Siklus 1 Rencana 1 Terhadap hasil observasi selama rindakan I

1. Membuat renpel 1. Rencana Pembelajaran

2. Penyediaan alat 3. Membuat instrumen

dengan menggunakan metoda demonstrasi

4. Lembar kerja siswa 2. KBM dengan menggunakan

5. Alat evaluasi metoda demonstrasi

3. hasil evaluasi

Tindakan 1

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai renpel 2. Evaluasi

Observasi

l. Penanaman konsep

Rencana 2

2. Keefektifan penggunaan Perbaikan siklus 1 dan rencana metoda demonstrasi

siklus 2

1. Membuat renpel 2. Lembar kerja siswa

Refleksi 2

3. Alat evaluasi Terhadap hasil observasi

Tindakan 2

Tindakan 2 Sesuai rencana

1. melaksanakan pembelajaran sesuai renpel 2. keefektifan penggunaan

Rencana berikutnya jika Siklus 2 metoda demonstrasi

diperlukan 3. Melaksanakan evaluasi

Observasi

l. Terhadap pelaksanaan 2. Penggunaan metoda demonstrasi 3. Hasil evaluasi

1. Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil orientasi dan identifikasi masalah pengajaran penggunaan alat bantu audio visual. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyusun : (1) Rencana Pembelajaran IPA (2) lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran;

1. Perencanaan Tindakan Penelitian

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Membicarakan rencana penelitian tindakan kelas dengan observer sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA tentang Konsep Perubahan Benda dengan alat bantu audio visual dan meningkatkan pemahaman siswa;

b. Mempersiapkan alat bantu audio visual yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan dalam menjaring data yang digunakan selama kegiatan penelitian, baik pada siklus 1 maupun pada siklus 2 sebagai bahan refleksi setelah kegiatan belajar mengajar selesai.

d. Menyusun rencana Tindakan Penelitian Kelas yang terbagi dalam 2 Siklus, masing-masing siklus terdiri 3 tahap antara lain : (1) Rencana Pembelajaran IPA (2) lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran;

2. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Empat tahap kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus tindakan pembelajaran adalah seperti di bawah ini.

a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan meliputi tahapan sebagai berikut : (a) membuat Rencana Pembelajaran (Renpel) berdasarkan prioritas masalah yaitu penggunaan metoda demontrasi pada pembelajaran IPA tentang konsep perubahan benda, (b) mempersiapkan alat atau media pembelajaran yang akan digunakan yaitu metoda demontrasi untuk setiap kelompok, (c) membicarakan prosedur pelaksanaan pengajaran IPA tentang konsep perubahan benda menggunakan metoda demontrasi dan (d) menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti melaksanakan pembelajaran b. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti melaksanakan pembelajaran

c. Observasi Pelaksanaan Penelitian Peneliti dengan berkolaborasi dengan teman se sekolah melakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran, untuk keperluan analisis dilakukan pemeriksaan lembar pengamatan dan catatan-catatan tentang data yang terkumpul. Hasil observasi sebagai temuan dijadikan sebagai rekomendasi hasil penelitian dan rencana tindakan selanjutnya.

d. Analisis dan Refleksi Pembelajaran Peneliti bersama-sama dengan rekan se SD melakukan analisis dan refleksi data yang terkumpul selama kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dijadikan bahan untuk melakukan tindakan penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

1. Keadaan Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas

VI SD Negeri Sukamukti I pada semester I diperoleh data yaitu dari 29 siswa dikatagorikan pandai sebanyak 5 orang, katagori sedang sebanyak

11 orang, dan katagori kurang sebanyak 13 orang. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat.

2. Kemampuan Siswa

Dalam kegiatan orientasi dan identifikasi masalah terlebih dahulu dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes awal) tentang aturan konsep perubahan benda. Adapun hasil yang diperoleh dari tes awal adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian

No. Nama Siswa

Nilai

Prosentase Ket.

1. Ani Hamdatul. S

2. Aam Moh. Ansori

3. Adi Adiandra

4. Adinda Garnis Kinasih

5. Adi Putra Pratama

6 60 I

6. Ineu Rahma Agustina

7. Aip Saiful Malik

8. Atin Irma Prihatin

10. Dadin Khoerudin

11. Dede Tri Purnama

12. Denda Nurfitriani

13. Desi Nurmayati

14. Dewi Aminah

15. Elis Padilah

16. Euis Nurindahsari

17. Ina Rosdiana

18. Indra Kurnia

19. Indri Indriani

20. Ipan Sopian

21. Jeni Wirahman

22. Leli Yalianti

23. Linda Sari

24. Muhamad Iman Mul Jaesy

25. Neng Resa Nurislami

26. Nina Siti Maulidah

27. Neng Tika Tri Utami

28. Puput Putriyani

29. Rida Alpani

Berdasarkan data hasil tes awal, maka direfleksi dari mulai kegiatan awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

B. Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1 Tindakan Pembelajaran

Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan metoda demontrasi, dan siswa dalam kegiatan belajar akan dikelompokkan Menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang, dengan tujuan agar siswa dalarn kelompok memperoleh kesempatan yang lebih banyak dalam melaksanakan kegiatan

1. Perencanaan

Untuk menjaring data dalam penelitian, maka langkah selanjutnya membuat lembar observasi, antara lain:

1) Lembar observasi Rancangan Pembelajaran

2) Lembar observasi Pelaksanaan Pembelajaran

3) Lembar observasi Kemampuan Siswa pada Konsep perubahan benda

Tindakan penelitian siklus 1 berdasarkan perencanaan tindakan penelitian yang telah ditetapkan dan hasilnya disusun berdasarkan katagori data dibawah ini :

2. Proses Pembelajaran

a. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada Siklus I meliputi kegiatan guru dalam mengajar siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Proses Pembelajaran Siklus I

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Kegiatan Awal • Guru mengawali kegiatan

• Siswa memperhatikan mengajar dengan mengkondisikan

pembicaraan guru, semula banyak siswa pada situasi belajar yang

yang ngobrol

kondusif dengan melontarkan • Anak-anak kelihatan semakin pe- kata-kata "anak-anak, sekarang

nasaran ingin segera pelajaran kita akan belajar Ilmu

dimulai.

Pengetahuan Alam, tentang • Siswa menjawab pertanyaan guru perubahan benda ".

dengan baik, meski ada beberapa • Guru menyampaikan informasi

orang yang kurang memperhatikan ten-tang materi yang akan

guru, sehingga ketika diberi diajarkan, termasuk

pertanyaan kebingungan menginformasikan belajar kelompok

• Guru memberikan apersepsi de- ngan memberikan beberapa pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan

2 Kegiatan Inti • Guru menjelaskan tentang konsep

• Siswa memperhatikan penjelasan perubahan benda

guru meski ada beberapa orang • Guru membagi siswa dalam 5 ke-

siswa yang kurang lompok, setiap kelompok terdiri

memperhatikan, akan tetapi ketika dari 5 dan 6 orang siswa.

disuruh menjelaskan hampir • Guru membagikan Lembar Kerja

semua siswa memperhatikannya. Siswa (LKS) untuk setiap

• Siswa berkelompok berdasarkan kelompok

kelompoknya masing-masing • Guru menyuruh setiap kelompok

• Siswa menerima Lembar Kerja untuk melaksanakan kegiatan

Siswa.

kelompok • Siswa berkumpul masing-masing • Guru membimbing siswa dalam

kelompok

kerja kelompok • Setiap kelompok melaksanakan • Guru membimbing siswa untuk

kegiatan kelompok sesuai dengan

• Setiap siswa sangat diberi kesempatan untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya, dan kelompok lain sebagai penanya.

• Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pelajaran 3 Kegiatan Akhir • Guru memberikan Lembar

• Siswa mengerjakan soal yang Evasluasi

diberikan oleh guru • Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan Pekerjaan Rumah

b. Hasil Observasi

1. Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi setelah pembelajaran tentang Konsep Perubahan Benda dengan menggunakan alat bantu, maka tingkat pemahaman siswa dapat meningkat, tetapi masih ada beberapa siswa yang masih salah menjawab soal salah satu penyebabnya kurang memperhatikan lintasan yang lain dan ini dijadikan bahan perbaikan pembelajaran pada siklus 2.

Adapun nilai yang diperoleh siswa pada pembelajar siklus 1 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Perolehan Nilai Pre-Tes dan Pos-Tes Pada Siklus I

Prosentase No

Nilai

Nama Siswa Ket Pre tes Pos Tes Pre tes Pos Tes

1. Ani Hamdatul. S 6 7 60 70 2. Aam Moh. Ansori

4 6 40 60 3. Adi Adiandra

5 5 50 50 4. Adinda Garnis Kinasih

6 6 60 60 5. Adi Putra Pratama

6 7 60 70 6. Ineu Rahma Agustina

5 5 50 50 7. Aip Saiful Malik

5 6 50 60 8. Atin Irma Prihatin

6 7 60 70 9. Eliya

7 6 70 60 10. Dadin Khoerudin

6 7 60 70 11. Dede Tri Purnama

5 6 50 60 12. Denda Nurfitriani

6 7 60 70 13. Desi Nurmayati

15. Elis Padilah 6 8 60 70 16. Euis Nurindahsari

6 6 60 60 17. Ina Rosdiana

6 6 60 60 18. Indra Kurnia

7 8 70 80 19. Indri Indriani

7 7 70 70 20. Ipan Sopian

4 5 40 50 21. Jeni Wirahman

8 9 80 90 22. Leli Yalianti

6 7 60 70 23. Linda Sari

6 7 60 70 24. Muhamad Iman Mul Jaesy

6 8 60 80 25. Neng Resa Nurislami

6 6 60 60 26. Nina Siti Maulidah

4 5 40 50 27. Neng Tika Tri Utami

6 7 60 70 28. Puput Putriyani

7 8 70 80 29. Rida Alpani

Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa pemahaman siswa tentang Konsep Perubahan Benda pada kegiatan pre tes hanya memperoleh nilai rata-rata 5,90 dan setelah dilakukan tindakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan alat bantu, pemahaman siswa meningkat menjadi rata-rata 6,76. Untuk selanjutnya mengetahui hasil observasi tentang rencana pembelajaran, aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam belajar serta faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Lembar Observasi Rencana Pembelajaran Siklus 1

Hasil Observasi No.

Aspek yang Diamati Ket Ya

Tidak 1 2 3 4 5

l.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1) Tujuan Pembelajaran Umum sesuai √ dengan yang tercantum Kurikulum 2004 2) Mencantumkan Kompetensi Dasar

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Indikator telah mengacu pada √ Kompetensi Dasar 2. Indikator terarah pada konsep perubahan

√ benda 3. Indikator telah mencakup ranah

C. Metoda

1. Indikator telah mengacu pada Konpetensi √ Dasar 2. Indikator terarah pada konsep perubahan

√ benda 3. Indikator telah mencakup ranah kognitif,

√ afektif dan psikomotor 4. Menggunakan metoda tugas untuk kerja

√ kelompok

D. Sumber

1. Menggunakan buku sumber berupa buku √ paket IImu Pengetahuan Alam Kelas VI 2. Menggunakan diktat pengalaman guru

√ 3. Menggunakan sumber lain yang relevan

E. Media

1. Media menunjang tujuan pembelajaran √ 2. Media sesuai jumlah kebutuhan

√ 3. Media mudah digunakan

√ 4. Media menarik minat siswa

2 Evaluasi

l. Prosedur evaluasi : a. Diawal

√ b. Diakhir

√ 2. Bentuk evaluasi : a. Objektif

√ b. Esei

√ 3. Jenis evaluasi : a. Tulisan

√ 4. Soal a. Sesuai dengan tujuan

√ b. Sesuai kemampuan siswa

√ c. Jumlah sesuai kebutuhan

Tabe1 4.5 Lembar Observasi Aktifitas Guru dalam Mengajar Siklus 1

Hasil Observasi No.

Aspek yang Diamati Ket Ya

Tidak Tahap Pelaksanaan 1 Kegiatan Awal

l. Mengkondisikan kelas pada situasi √ pembelajaran yang menyenangkan 2. Memotivasi belajar siswa dengan

√ menginformasikan tentang materi pelajaran yang akan diajarkan

3. Melakukan apersepsi mengarah pada √ materi yang akan diajarkan

2. Kegiatan inti dengan tahapan proses

Guru (1) Guru memberi penjelasan tentang