PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL
Ni Made Darmiyanti
Gusti Ayu Putu Astuti
Akademi Kebidanan Kartini Bali Email :darmiyanti.md@gmail.com
Abstract : Commercial Sex Workers Knowledge About Sexual Diseases. This study
aims to determine psk knowledge about stds based on education and years on the job.
This research was conducted at location blumbungan puskesmas iii abiansemal. this
research is a descriptive study in which respondents of this study is the psk itself. the
number of samples in this study were 50 respondents, with the method used is the total
population, ie all psk blumbungan location that met the inclusion criteria. The results
showed that almost half of the respondents have less knowledge about stds. the impact
of the lack of knowledge about stds psk causes the disease spread widely.
Abstrak : Pengetahuan Pekerja Seks Komersial Tentang Penyakit Menular
Seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan PSK tentang PMS
berdasarkan pendidikan dan lamanya bekerja. Penelitian ini dilakukan di Lokasi Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas III Abiansemal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana responden dari penelitian ini adalah PSK itu sendiri.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden, dengan metode yang digunakan adalah Total Populasi, yaitu semua PSK dilokasi Blumbungan yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengah dari responden memiliki pengetahuan kurang tentang PMS. Dampak dari kurangnya pengetahuan PSK tentang PMS menyebabkan penyakit ini menyebar luas.
Kata Kunci : Pengetahuan, Pekerja Seks Komersial, Penyakit Menular Seksual
Meningkatnya desakan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan sehari
- – hari namun sulitnya mencari pekerjaan sehingga menjadi pekerja seks komersial merupakan pekerjaan yang termudah sekaligus menghasilkan banyak uang. Penyebab lain diantaranya tidak memiliki modal untuk kegiatan ekonomi, tidak memiliki keterampilan maupun pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga menjadi pekerja seks komersial merupakan pilihan (Suryati dan Anna Vida, 2010).
- – ganti pasangan, berkorelasi pula dengan kecenderungan makin meningkatnya angka pekerja seks komersial (PSK) yang tertular penyakit menular seksual (Manuaba, 2009).
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan yang menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan kesehatan terhadap masyarakat. Peningkatan kesehatan reproduksi di Indonesia masih perlu usaha keras, hal ini disebabkan karena makin maraknya faktor pencetus infeksi alat reproduksi. Diantaranya adalah perilaku seksual yang berganti
Menurut laporan epidemik nasional, Bali menduduki peringkat kedua di Indonesia dalam kasus PMS. Tingginya angka kejadian PMS tidak lepas dari perilaku Pekerja Seks Komersial. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali nomor 16 tahun 2010 tentang Pemberantasan Pelacuran secara tegas menyatakan pelarangan kegiatan prostitusi di Denpasar, namun keberadaan Pekerja Seks Komersial di Blumbungan kian hari kian meningkat (Suprathini, 2008). Di Indonesia, penyakit menular seksual mencapai 8,7% untuk syphilis, Chlamydia 43,5%, gonorrhea 28,6%, dan
trichomoniasis 15,1%. Prevalensi tertinggi di
Maret-April Blumbungan 39 orang Agustus- September Blumbungan 52 orang
50 orang responden yang menggunakan subvariabel pendidikan, dan
Berdasarkan hasil analisa mengenai Pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas III Abiansemal Tahun 2017 terhadap
digunakan adalah kuesioner. Pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan secara umum.
Populasi dan alat pengumpulan data yang
seluruh PSK yang berada di lokalisasi Blumbungan. Jumlah sampel yang diambil dan disesuaikan dengan kriteria inklusi sebanyak 50 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total
deskriptif menggunakan pendeketan crossectional . Penelitian dilakukan terhadap
Penelitian ini dilakukan dengan metode
METODE
Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Pekerja Seks Komersial tentang Penyakit Menular Seksual di Lokalisasi Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas III Abiansemal Tahun 2017”.
lokalisasi PSK, lokasi ini menjadi wilayah binaan Puskesmas III Abiansemal dengan jumlah PSK 50 orang. Faktor yang mempengaruhi meningkatnya kasus penyakit menular seksual (PMS) adalah pengetahuan PSK tentang PMS kurang. Ini dapat ditunjukan dengan adanya studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2016 di Lokasi Blumbungan menggunakan wawancara kepada 10 orang Pekerja Seks Komersial, ditemukan tujuh dari 10 orang PSK masih belum paham tentang pengertian PMS, cara penularan PMS seperti hubungan seksual yang tidak terlindungi baik melalui vagina, anus, maupun oral, penularan dari ibu ke janin selama kehamilan, persalinan dan sesudah bayi lahir, melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah yang terinfeksi, dan sering berganti-ganti pasangan seksual. Deteksi dini PMS seperti melakukan tes VCT, tes Pap Smear, tes IMS dan pencegahan PMS seperti menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual, rajin menjaga kebersihan organ reproduksi, dan setia pada satu pasangan.
Tanggal Lokasi Jumlah Klien Positif HIV
lima provinsi di Indonesia yaitu Clamydia (56,4%), di Jawa Tengah (gonorrhea 44,0%), di Sumatera Selatan (trichomoniasis 23,6%), di Papua dan Sumatera (syphilis 22,4%). Vallely et al (2010) melaporkan kejadian PMS di Papua antara lain gonorrhea 33,6%,
2017
Puskesmas III Abiansemal melakukan kunjungan ke lokalisasi Blumbungan pada tahun 2017, kunjungan dilakukan hanya 2 kali dalam kurun waktu 3-4 bulan. Tabel 1 Data dari Puskesmas III Abiansemal tentang Pemeriksaan VCT Tahun
kasus, Ulkus Mole 2 kasus.
Candidiasis 415 kasus, Syphilis 78 kasus, Trichomoniasis 17 kasus, Herpes Genital 5
kasus, Gonorrhea sebanyak 527 kasus,
Uretritis Non Gonorrea sebanyak 606
yaitu sejumlah 799 kasus. Selanjutnya,
Servisitis/Prosititis paling sering ditemui
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengatakan hingga semester pertama tahun 2017 sudah ada 3.987 orang bali yang mengidap penyakit menular seksual. Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali terkait dengan infeksi menular seksual, kasus
20/11/2017).
Clamydia 26,1%, syphilis 33,1%, trichomoniasis 39,3% (Harian Tribun Bali,
1 Lokasi Blumbungan merupakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
lamanya bekerja diperoleh informasi sebagai berikut. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
No Pengetahuan Responden Frekuensi (f)
22
3 Kurang
38
19
2 Cukup
18
9
1 Baik
Persentase (%)
Pada era digital saat ini, akses informasi sangat tidak terbatas, dengan smart phone semua informasi dapat diakses kapanpun dan dimanapun serta oleh siapapun, hanya sekarang tergantung dari pribadi masing- masing tentang tertarik apa tidaknya pada PMS itu.
Pengetahuan Responden Tentang PMS
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dicapai (Notoatmodjo, 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan tentang seseuatu hal juga akan semakin meningkat, disamping pendidikan sumber informasi juga sangat menunjang meningkatnya pengetahuan seseorang.
Berdasarkan tabel 3 di atas diperoleh informasi bahwa dari 32 responden yang berpendidikan dasar, sebagian besar (62,5%) berpengetahuan kurang, sedangkan dari 18 orang responden yang berpendidikan Menengah hanya sebagian kecil yang berpengetahuan baik.
Responden Tentang PMS Berdasarkan Pendidikan
III Denpasar Utara Tahun 2012”. Hasil penelitiannya adalah setengah dari responden memiliki pengetahuan kurang. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Luh Putu Anggarini mahasiswa Akademi Kebidanan Kartini Bali yang berjudul “ Pengetahuan Pekerja Seks Komersial Tentang Penyakit Menular Seksual di Lokalisasi Carik Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan yang kurang dari Pekerja Seks Komersial (PSK) diLokalisasi Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas III Abiansemal dari hasil pengamatan peneliti disebabkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya kepedulian mereka mengikuti penyuluhan dan kurangnya minat mereka mencari informasi melalui media cetak maupun media elektronik. Penelitian ini sejenis dengan
Menurut Suryati dan Anna Vida (2010), pekerja seks komersial atau wanita tuna susila atau disebut juga pelacur adalah perempuan yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul. Faktor penyebabnya adalah berlangsungnya perubahan- perubahan sosial yang serba cepat dan perkembangan yang tidak sama dalam kebudayaan, mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri, mengakibatkan timbulnya disharmoni, konflik-konflik eksternal dan internal juga disorganisasi dalam masyarakat dan dalam diri pribadi, sehingga memudahkan individu menimpang dari pola-pola umum yang berlaku
Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh informasi bahwa dari 50 orang responden, sebagian kecil memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 9 orang (18%), hampir setengah responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 19 orang (38%) dan hampir setengahnya memiliki pengetahuan kurang tentang PMS sebanyak 22 orang (44%).
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2017
44 Jumlah 50 100 Tabel 4 : Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengalaman/ Lama Kerja
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2017
Salemba Medika Manuaba, dkk, (2009). Memahami
://rathikumara.com Suryatidan Anna Vida, (2009). Kesehatan
Seluruh Bali. (online) available : http
Supriathini, (2008). Lokalisasi Ada di
Kesehatan , Jakarta : PT. Rineka Cipta
Cipta Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian
Masyarakat , Jakarta : PT. Rineka
Jakarta : EGC Notoatmodjo, (2007). Ilmu Kesehatan
Kesehatan Reproduksi Wanita ,
Remajadan Wanita, Jakarta :
Dari tabel 4 diatas diperoleh informasi bahwa dari 28 orang responden yang bekerja < 6 bulan, sebagian besar (53,5%) memiliki pengetahuan kurang, sedangkan responden yang bekerja 6 bulan sampai 2 tahun sebagian besar (58,8%) juga memiliki pengetahuan kurang, sedangkan untuk responden yang telah bekerja lebih dari 2 tahun, hampir setengahnya (40%) memiliki pengetahuan baik dan cukup.
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi
Menular Seksual
Harian Tribun Bali. (20/11/2015). Penyakit
Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
DAFTAR RUJUKAN Andhyantoro dan Kumalasari, (2012).
Pengetahuan PSK tentang PMS di Lokalisasi Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas III Abiansemal Tahun 2017, didapatkan hampir setengah responden memiliki pengetahuan kurang. Pengetahuan PSK tentang PMS berdasarkan pendidikan di Lokalisasi Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas III Abiansemal Tahun 2017, didapatkan sebagian besar responden dengan pendidikan dasar (SD, SMP) memiliki pengetahuan kurang.Pengetahuan PSK tentang PMS berdasarkan lamanya bekerja di Lokalisasi Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas III Abiansemal Tahun 2017, didapatkan sebagian besar responden dengan lamanya bekerja kurang dari enam bulan memiliki pengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan terhadap responden mengenai Pengetahuan Pekerja Seks Komersial Tentang Penyakit Menular Seksual Di Lokalisasi Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas III Abiansemal Tahun 2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
SIMPULAN
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Supriathini (2009) lamanya bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Lamanya bekerja memungkinkan seseorang menjadi memiliki pengalaman dan ketrampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan dengannya selama periode tertentu. PSK memiliki lamanya bekerja kurang dari enam bulan memiliki pengetahuan kurang tentang PMS. Menurut asumsi peneliti PSK yang memiliki lama bekerja kurang dari 6 bulan kurang memiliki pengetahuan tentang PMS dikarenakan pengalaman yang dimiliki kurang.
Reproduksi , Yogyakarta : Nuha Me