Mencermati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi Global

  DAFTAR

  ISI Warta anggaran | 23 Tahun 2012

LAPORAN UTAMA

  5 LAPORAN KHUSUS

  9 PERENCANAAN ANGGARAN

  13 PNBP 26 PROFIL 30 BERITA 34 LIPUTAN 36 RENUNGAN 46 ENGLISH CORNER

  48 INTERMEZO 49 LAPORAN UTAMA

  5 POJOK FOTO

51 Berdasarkan data historis

  khususnya pada triwulan III 2011, Mencermati Kesiapan seluruh bursa saham di dunia,

  KALEIDOSKOP 53 mengalami volatilitas yang cukup

  Indonesia tinggi dan cenderung terkoreksi negatif tidak terkecuali Indonesia.

  PERISTIWA 58 Selama periode triwulan III 2011,

  Menghadapi Krisis Ekonomi Indeks Harga Saham Gabungan

  Global LAPORAN PROFILE DUTA SPAN (2) :

  Perlu Komitmen dan Kerjasama

  KHUSUS

  Yang Nyata dan Sungguh- Sungguh Agar SPAN Dapat

  Berhasil

  9 Penerapan

30 Klasifikasi Dalam

  CRA (Change Readiness Assessment)

  Penyusunan

  II merupakan salah satu tools yang

RKA-K/L

  berbentuk survey untuk melihat

  Undang-Undang Nomor 17 Tahun

  kesiapan para pegawai DJA dalam

  2003 tentang Keuangan Negara

  menerima perubahan terkait

Bab II Mengenai Kekuasaan

  implementasi SPAN. Partisipasi para

  Keuangan Negara, Pasal 6

  pegawai dalam CRA II dapat dijadikan

  mengatur bahwa “Presiden selaku

  parameter untuk melihat seberapa

  Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan

  jauh komitmen para pegawai untuk

  negara sebagai bagian dari

  mendukung implementasi SPAN

  kekuasaan pemerintahan, dan Kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan, ...

  Redaksi menerima kritik saran, pertanyaan, atau sanggahan terhadap masalah-masalah yang berkait dengan keuangan sektor publik Salam Redaksi Edisi 23 Tahun 2012

  PENGARAH Direktur Jenderal Anggaran

PENANGGUNG JAWAB

  Sekretaris Ditjen Anggaran REDAKTUR

REDAKTUR PELAKSANA

  Warta anggaran |

  Hormat kami, Redaktur

  Akhirnya, selamat menikmati majalah Warta Anggaran, semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca. Salam.

  Tentu untuk lebih memuaskan para pembaca Warta Anggaran, kami tidak lantas berpuas diri atas apa yang telah kami perbuat di tahun 2011. Kami akan terus berupaya memperbaiki Warta Anggaran baik dari sisi desain layout maupun content. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca untuk mewujudkan Warta Anggaran yang lebih bisa diterima di hati para pembaca. Saran dan masukan dapat disampaikan ke redaksi Warta Anggaran : wartaanggaran@gmail.com. Kami sangat berharap agar majalah Warta Anggaran dapat dijadikan salah satu referensi di bidang penganggaran.

  Guna memuaskan para pembaca maka kami berupaya memperbaiki kualitas majalah baik dari sisi penampilan maupun informasi yang akan disajikan kepada pembaca. Untuk itu, mulai edisi 23 tahun 2011 kami menambahkan rubrik baru : Pojok Photographi. Rubrik ini akan berisi tips, triks dan pengetahuan seputar photographi serta foto-foto terbaik hasil karya pegawai DJA.

  Hal penting lainnya adalah dimasukkannya pasal yang mengatur bagaimana penyelesaian krisis dalam UU APBN. Hal ini sebagai bukti bahwa setiap saat Pemerintah melakukan perbaikan terus menerus agar kualitas APBN semakin meningkat dari waktu ke waktu.

  Tahun 2011 merupakan tahun yang penuh dinamika terutama dalam penyusunan APBN 2012. Rapat- rapat pembahasan APBN 2012 yang dilakukan Pemerintah dengan DPR dilakukan secara terbuka sehingga masyarakat luas mengetahui apa yang terjadi dalam pembahasan APBN. Hal ini dilakukan semata- mata demi terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran Negara.

  Apabila ditanya apa resolusi anda dalam menghadapi hari yang baru di tahun yang baru, jawabannya pasti semua ingin menjadi lebih baik dari hari dan tahun sebelumnya. Pun apabila kami - team Majalah Warta Anggaran - ditanya tentang resolusi 2012 jawabnya adalah bisa memberikan informasi penganggaran bagi pembacanya. Berat memang, tapi memang itu harus terus diupayakan agar kebijakan-kebijakan penganggaran dapat disampaikan kepada sebanyak-banyaknya pihak yang membutuhkan informasi.

  Redaksi menerima artikel untuk dimuat dalam majalah ini. Artikel ditulis dalam huruf Arial 11 spasi 1.5 maksimal 5 hal. Artikel dapat dikirim ke wartaanggaran@gmail.com Isi majalah tidak mencerminkan kebijakan Direktorat Jenderal Anggaran

  Gedung Sutikno Slamet Lt. 11 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon : (021) 3435 7505

  Ihsan Maulana Eko Prasetyo ALAmAT

  Niken Ajeng Lestari

  Dana Hadi Mujono Basuki KEUANGAN

  Zunaidi - Arief Masdi - Sudadi

  I.G.A Krisna Murti - Agus Kuswantoro Puji Wibowo - Afrizal - Triana Ambarsari Rini Ariviani - Asrukhil Imro - Mujibuddawah Eko Widyasmoro - Sunawan Agung S. - Achmad

  Meriyam Megia Shahab

DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAPHER

TATA USAHA DAN DISTRIBUSI

23 Tahun 2012

AMA AMA UT UT LAPORAN LAPORAN

  Mencermati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi Global

  23 Tahun 2012 Warta anggaran | Krisis utang dan fiskal di kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang tak kunjung terselesaikan telah memicu kekhawatiran akan kembalinya krisis perekonomian global. Memburuknya kondisi perekonomian di kawasan Eropa yang dipicu risiko gagal bayar Yunani mengakibatkan penurunan rating utang beberapa negara Eropa lainnya, bahkan berujung pada pengunduran diri beberapa kepala pemerintahan.

  Sementara itu, Amerika Serikat saat ini sedang menghadapi resesi ekonomi sebagai dampak permasalahan fiskal dan pelemahan di sektor industri. Berbagai analisis menyatakan bahwa berlarut- larutnya penanganan krisis di Eropa dan Amerika Serikat berpotensi menyebabkan perlambatan perekonomian global sebagaimana krisis tahun pada tahun 2008-2009.

  Jika terjadi gejolak pada perekonomian global maka dampaknya secara langsung akan ditransmisikan ke suatu negara melalui jalur pasar keuangan. Krisis Eropa dan Amerika Serikat yang terjadi saat ini telah menyebabkan pasar keuangan di seluruh negara bergejolak. Gejolak tersebut timbul karena aksi penarikan modal oleh investor sebagai akibat meningkatnya sentimen negatif pasar akan risiko investasi, terutama sejak peringkat utang Amerika Serikat diturunkan dan

  Yunani berisiko gagal bayar.. Berdasarkan data historis khususnya pada triwulan III 2011, seluruh bursa saham di dunia, mengalami volatilitas yang cukup tinggi dan cenderung terkoreksi negatif tidak terkecuali Indonesia. Selama periode triwulan III 2011, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami pelemahan yang cukup tajam yaitu sebesar 8,7% meskipun pelemahan tersebut tidak seburuk pelemahan yang terjadi pada bursa saham negara-negara kawasan (lihat Grafik 1). Di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) juga terjadi aksi jual yang cukup besar khususnya selama bulan September 2011.

LAPORAN UT AMA

  Tercatat pada bulan September, asing menjual kepemilikannya pada SBN sebesar Rp29,3 triliun dan pada SBI Rp13,9 triliun (lihat Grafik 2). Jumlah tersebut merupakan aksi jual terbesar s e p a n j a n g berjalannya tahun

  2011.Selanjutnya, dampak krisis ekonomi global juga akan menyebar ke negara- negara di berbagai kawasan melalui jalur perdagangan. Krisis Amerika Serikat dan Eropa saat ini, diperkirakan akan berdampak pada pelemahan perekonomian global dan selanjutnya akan mengganggu p e r t u m b u h a n e k o n o m i n e g a r a - n e g a r a di dunia khususnya dari sisi ekspor.

  Data perekonomian dunia terakhir menunjukkan bahwa indikasi perlambatan ekonomi di berbagai kawasan sudah tampak sejak kuartal II tahun 2011, terutama di negara-negara maju (lihat Grafik 3). Terkait dengan hal tersebut IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia (lihat Tabel 1).

  Sebagai negara dengan sistem perekonomian terbuka, Indonesia tentunya tidak dapat menghindar dari dampak negatif krisis perekonomian global mengingat perekonomian Indonesia saat ini sangat terkait dengan rantai perdangan dunia. Itulah sebabnya IMF turut menurunkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 menjadi 6,2 persen dan 6,4 persen pada tahun 2012. Hal ini menjadi perhatian setiap negara dalam rangka mengantisipasi dampak yang ditimbulkan. Lantas sejauh manakah kesiapan Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi ke depan? Indonesia saat ini dinilai relatif lebih siap menghadapi dampak krisis ekonomi global. Optimisme tersebut antara lain dapat ditunjukkan oleh fundamental perekonomian Indonesia yang cukup baik, serta ditunjang dengan kondisi politik yang stabil. Pemerintah juga telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi

  K

  Mencer mati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi

  • -14.6
  • -25.1 -25.4 -12.7 -8.7 -26.5 -11.4 -18.4 -23.1 -30.0 -25.0 -20.0 -15.0 -10.0 -5.0
  • 0.0 Cina Perancis Jerman India Indonesia Italia Jepang AS EU Persen (%) Grafik 1. Koreksi Bursa Saham Di Dunia, Juli - September 2011 Sumber: CEIC, diolah (2011) -29.29 -13.88 -60 -50 -40 -30 -20 -10 10 20 30 40 J an 1 Fe b 1 Ma r 1 A p r 1 Ma y 1 Ju n 1 J u l 1 A u g 1 S e p 1 O c t 1 N ov 1 D e c 1 J an 1 1 Fe b 1 1 Ma r 1 1 A p r 1 1 Ma y 1 1 Ju n 1 1 J u l 1 1 A u g 1 1 S e p 1 1 O

    c

    t

    1

    R

    1

    ( p t r il iu n ) Grafik 2. Net Foreign Buying (SBN dan SBI) SBI SBN Sumber: Bloomberg, diolah Warta anggaran |

    23 Tahun 2012

      dalam menghadapi krisis ekonomi global ke depan.

      Fundamental Ekonomi Indonesia Cukup Kuat

      Fundamental ekonomi Indonesia pada tahun 2011 memperlihatkan ketahanan yang cukup baik sebagai modal utama dalam menghadapi krisis ke depan. Kuatnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini dapat ditunjukkan oleh beberapa indikator terkini makro ekonomi Indonesia terkini.

    LAPORAN UT AMA

      Di tengah kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia, ternyata pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan triwulan III mampu tumbuh 6,5 persen (yoy). Ekspor, konsumsi, dan investasi masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011. Namun demikian, dampak krisis ekonomi Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan akan mulai terasa pada tahun 2012 terutama terhadap kinerja ekspor Indonesia. Meskipun demikian, perlambatan yang terjadi diharapkan tidak terlalu drastis mengingat total porsi ekspor Indonesia khususnya non migas ke Amerika Serikat dan seluruh Uni Eropa relatif kecil yaitu sekitar 23 persen (posisi Jan – Sep 2011). Saat ini ekspor Indonesia sebagian besar diarahkan ke negara- negara Asia (lihat Grafik 3). Indonesia tetap harus waspada terhadap second round effect krisis Amerika dan Eropa yang akan memukul kinerja ekspor Indonesia, terutama pada saat krisis secara global telah menyebar ke negara-negara Asia.

      Pertumbuhan ekonomi yang cukup menjanjikan pada tahun 2011 juga didukung oleh stabilitas moneter yang terkendali. Tingkat Inflasi sampai dengan bulan Oktober 2011 relatif rendah yaitu berada pada level 4,4 persen (yoy) dan sampai dengan akhir tahun 2011 diperkirakan berada dibawah 5 persen. Di sisi lain, meskipun menghadapi tingginya tekanan eksternal beberapa waktu terakhir yang sempat melemahkan posisi rupiah namun nilai tukar rupiah sampai dengan akhir Oktober masih mengalami apresiasi sekitar 5 persen (jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2010).

      Di sisi lain, berdasarkan posisi cadangan devisa saat ini, otoritas moneter dinilai masih memiliki ruang yang cukup untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ke depan. Posisi cadangan devisa Indonesia sampai dengan bulan Oktober 2011 mencapai sebesar US$113,96 miliar atau cukup untuk membiayai 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Jumlah tersebut masih berada di atas standar International Monetary Fund (IMF) yang menetapkan batas aman cadangan devisa adalah untuk 3 sampai 4 bulan. Dengan demikian, stabilitas sektor moneter diharapkan akan tetap dapat terjaga dengan baik. Dari sisi perbankan, Indikator industri ini juga menunjukkan kondisi yang cukup baik sebagaimana tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR), Rasio Kredit Bermasalah (Non Performing Loan/NPL), dan pertumbuhan penyaluran kredit. Posisi CAR pada bulan September 2011 mencapai sekitar 16 persen atau jauh di atas standar minimal BI sebesar 8 persen. Sedangkan NPL pada periode yang sama yaitu sebesar 2,7 persen atau relatif masih cukup rendah jika dibandingkan standar maksimum BI sebesar 5 persen. Sampai dengan triwulan

      III 2011, penyaluran kredit perbankan juga masih menunjukkan peningkatan sebesar 24,2 persen (yoy) yang sebagian besar ditujukan untuk pembiayaan kegiatan ekonomi produktif. Indikator kinerja keuangan pemerintah relatif masih cukup sustainable. Defisit APBN cukup terkendali dibawah batas maksimum sebesar 3 persen terhadap PDB. Rasio utang pemerintah (sekitar 25% terhadap PDB) masih jauh dibawah

      ASEAN 21% CHINA 12% JEPANG 11%

      INDIA 9% USA 10% UNI EROPA 13% Korea Selatan 4%

      Lainnya 20% Grafik 3. Ekspor Non Migas Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Jan-Sept 2011)

      Warta anggaran |

      23 Tahun 2012

      Mencer mati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi Perkiraan Awal (Juni 2011) Perkiraan Terkini (Sept 2011) Perkiraan Awal (Juni 2011) Perkiraan Terkini (Sept 2011) Dunia 4,3 4,0 4,5 4,0 Negara Maju 2,2 1,6 2,6 1,9 AS 2,5 1,5 2,7 1,8 Zona Eropa 2,0 1,6 1,7 1,1 UK 1,3 1,1 2,3 1,6 Jerman 3,2 2,7 2,0 1,3 Jepang -0,7 -0,5 2,9 2,3 Cina 9,2 9,5 8,8 9,0 Negara Berkembang 6,6 6,4 6,4 6,1 Asean-5 5,4 5,3 5,7 5,6 Indonesia 6,2 6,4 6,5 6,3 Malaysia 5,5 5,2 5,2 5,1 Philipina 5,0 4,7 5,0 4,9 Thailand 4,0 3,5 4,5 4,8 Vietnam 6,3 5,8 6,8 6,3 Sumber: World Economic Outlook, IMF Tabel 1 : Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Kawasan 2011 2012 ambang batas maksimal sebesar 60% terhadap PDB. Rasio tersebut juga relatif lebih rendah di antara negara-negara di kawasan Asia. Disamping itu, tabungan pemerintah dalam bentuk Saldo Anggaran Lebih (SAL) cukup memadai sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit APBN apabila diperlukan (lihat Tabel 2).

    LAPORAN UT AMA

      3 Nilai Tukar (Rp/USD) 8.610,3 8.740,0 8.800,0

      Mencer mati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi

      Warta anggaran |

      2012 Tabel 2 : Indikator Makro Ekonomi

      5 Rasio Utang (% thd PDB) 25,0 25,0 24,0 2011 Indikator No

      4 Defisit APBN (% thd PDB) 2,1 1,7 1,5

      Langkah Antisipasi Pemerintah

      Ibarat pepatah “Sedia Payung Sebelum Hujan”, pemerintah sedini mungkin telah mempersiapkan kebijakan untuk mengantisipasi krisis ekonomi Amerika Serikat dan Eropa sebelum berkembang menjadi krisis global yang semakin memburuk. Dari sisi fiskal, pemerintah telah mempersiapkan langkah-langkah kebijakan apabila terjadi keadaan darurat yang perlu mendapatkan penyelamatan dari APBN. Langkah antisipasi tersebut secara legal dituangkan di dalam UU APBN Perubahan Tahun Anggaran 2011 (pasal 36A) dan UU APBN Tahun Anggaran 2012 (pasal 40, 41, dan 43).

      1 Pertumbuhan Ekonomi (yoy) 6,5 6,5 6,7

      Realisasi s.d Oktober

    Outlook

      Wisynu Wardhana dan Arif Kelana Putra Seksi Analisis Ekonomi Makro, Subdit Analisis Ekonomi Makro dan Pendapatan Negara Direktorat Penyusunan APBN, DJA - Kemenkeu

      Kuatnya fundamental perekonomian domestik dan kebijakan antisipasi krisis yang dipersiapkan pemerintah cukup menggambarkan optimisme kesiapan Indonesia dalam menghadapi dampak krisis ekonomi global. Kesiapan tersebut tentunya perlu diikuti dengan ketepatan dan efektifitas implementasi kebijakan baik dari sisi waktu maupun instrumen yang digunakan dalam mitigasi krisis.

      Keuangan dalam rangka menstabilisasi pasar SBN domestik. Selanjutnya, kewenangan pemerintah terkait antisipasi krisis di perluas di dalam UU APBN 2012. Pada tahun 2012, Pemerintah diberikan kewenangan untuk mengambil diskresi kebijakan apabila terjadi (i) penurunan yang signifikan terhadap indikator asumsi ekonomi makro, (ii) krisis sistemik dalam sistem keuangan dan perbankan nasional, serta (iii) kenaikan biaya utang. Diskresi kebijakan tersebut meliputi (i) efisiensi dan efektivitas belanja negara, (ii) penerbitan utang baru di atas target yang ditetapkan serta (iii) mencari alternatif sumber pembiayaan lainnya, Langkah antisipasi pemerintah sebagaimana dijelaskan selanjutnya akan dituangkan secara teknis melalui Crisis Management Protocol (CMP) penanganan krisis. Kementerian Keuangan saat ini sedang menyelesaikan 3 CMP yaitu CMP di pasar Surat Berharga Negara (SBN), CMP di pasar modal, dan CMP di sisi fiskal. Secara teknis CMP ini merupakan Standard Operation Procedure (SOP) dalam mengambil langkah-langkah mitigasi jika terjadi krisis, agar tindakan pencegahan dan pemulihan dapat dieksekusi secara cepat dan efektif. Sementara itu, Pemerintah terus aktif dan intensif melakukan kerjasama dengan berbagai negara dalam mempercepat penyelesaian krisis ekonomi global, baik itu dikawasan regional ASEAN maupun pada forum G20. Di dalam negeri, pemerintah juga siap dengan program-program infrastruktur dan perlindungan sosial dalam rangka memperkuat permintaan domestik di tengah melemahnya permintaan eksternal. Pemerintah juga dinilai memiliki kapasitas fiskal yang cukup memadai untuk memberikan stimulus fiskal tambahan di luar program regular yang telah ada, apabila dibutuhkan dalam rangka mendorong perekonomian domestik seperti pada saat krisis tahun 2009 yang lalu.

      Di dalam UU APBN-P 2011, pemerintah diberikan kewenangan yang bersifat diskresi dalam menghadapi kondisi sudden reversal (penarikan secara tiba-tiba) di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Kewenangan tersebut meliputi tindakan untuk menggunakan SAL oleh Menteri

      2 Inflasi (%) 4,6 4,9 5,3

    23 Tahun 2012

    LAPORAN KHUSUS

      APBN Dari Kaca Mata Akademisi Wawancara dengan Dr. Kodrat Wibowo (Dosen Fakultas Ekonomi – UNPAD) “ APBN 2011 : Sudahkah Menjadi Trigger Bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat ? ” Untuk melengkapi topik bahasan Warta Anggaran pada edisi ini, team WARTA berkesempatan mewawancarai ekonom dari Universitas Padjadjaran – Bandung, Dr. Kodrat Wibowo. Dosen UNPAD yang merupakan alumnus University of Oklahoma, Norman, USA menyampaikan beberapa pandangannya terkait pengelolaan APBN dan kondisi perekonomian di Indonesia. Berikut beberapa pandangannya yang disampaikan kepada team WARTA (Riny, Ully dan Dhana)

      23 Tahun 2012 Warta anggaran |

      Menurut Anda bagaimana peranan APBN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional?

    LAPORAN KHUSUS

      Subsidi berapapun tidak akan cukup jika subsidinya bersifat langsung untuk BBM. Kalau kita mau bicara masalah kesejahteraan, yang perlu dipikirkan yaitu subsidinya harus didorong atau dialihkan ke mana. Memang kita sadari, permasalahan mengenai subsidi tidak akan terselesaikan kalau secara sosial budaya program subsidi BBM ini didistribusikan ke masyarakat secara tidak bijak. Saya menghargai peran pemerintah yang membuat satu image bahwa BBM yang bersubsidi itu untuk masyarakat miskin tetapi halangan komunikasi dari tingkat atas ke bawah tidak mudah. Pada kenyataannya, subsidi BBM malah menggelembung terus, karena budaya kita tidak bisa melihat mana barang yang menjadi haknya dan mana yang bukan haknya sehingga subsidi BBM untuk orang miskin digunakan oleh orang yang mampu. Kita harus mengerti bahwa setiap kebijakan, terutama dalam kebijakan keuangan publik, kita punya masalah mengenai free rider. Apapun kebijakannya,

      Warta anggaran |

      Apapun yg kita punya, utamanya minyak sendiri ada 2 masalah, yaitu sebagai penerimaan dan sebagai beban subsidi. Harga minyak mentah internasional naik kita senang, karena pada awalnya penerimaan kita naik juga tetapi itu bukan sesuatu yang sekaligus kita terima. Pada saat yang sama atau setelah itu beban kita akan meningkat karena ada subsidi. Pemahaman kita adalah bagaimana cara meningkatkan produksi minyak sebesar-

      Meningkatkan produksi minyak nasional, untuk meningkatkan penerimaan migas. Bagaimana menurut Anda mengenai hal tersebut? Lifting minyak kita kan ada targetnya.

      Para free rider ini akan menyembunyikan frekuensi sebenarnya untuk kepentingan dia pribadi dengan membebankan kepada orang lain. Cara mengurangi beban subsidi ada beberapa cara, cara ekstrim yaitu dengan menghilangkan subsidi BBM secara langsung atau bertahap. Cara lain mungkin kita tetap dengan subsidi BBM tetapi dengan teknis di lapangan yang lebih bisa dikendalikan. Intinya, masalah ada di budaya kita, free rider memang tidak pernah menjadi pertimbangan dalam pembentukan kebijakan-kebijakan subsidi.

      free rider akan timbul bahkan di negara- negara maju sekalipun apalagi Indonesia.

      

    Alokasi subsidi sangat besar

    dan itu sangat membebani

    APBN kita. Strategi apa yang

    harus ditempuh pemerintah

    agar subsidi tidak berlebihan?

      APBN merupakan satu bagian dari sisi permintaan yang dianggap mampu memberikan dorongan kepada pertumbuhan ekonomi dengan bantuan

      memang kecil namun kalau kita budayakan akan menjadi pendorong yang cepat dalam pertumbuhan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.

      

    Social Responsibility (CSR). Pengaruh swasta

      Di Indonesia, APBN dalam porsinya terhadap PDB tidak mungkin hanya 20- 25% saja sehingga peran pemerintah tidak dominan. Ini berarti bahwa kalau kita bicara mengenai belanja modal yang sedikit, peran swasta yang kita harapkan. Tetapi perlu diingat bahwa pihak swasta mempunyai motif mencari untung. Sehingga swasta tidak dapat diharapkan untuk memberikan perhatian kepada publik secara penuh dan optimal. Dalam hal ini, Pemerintah harus tahu diri, posisinya dalam APBN dan perannya sebagai trigger, sehingga Pemerintah harus mengakomodasi kegiatan swasta. Sedangkan swasta berperan langsung dalam kapasitasnya sebagai lembaga swasta dan tanggung jawab sosialnya, misalnya sebagai Corporate

      

    Bagaimana Anda memandang

    campur tangan swasta dalam

    perekonomian nasional?

      lewat APBN masih kecil terhadap pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya dorongan langsung tetapi juga dorongan yang tidak langsung juga yaitu multiplikasi, ada semacam percepatan. Sedikit saja Pemerintah mendorong, pertumbuhan ekonomi bisa jadi akan lebih cepat. Sebagai bagian yang tidak dapat berdiri sendiri, pola kegiatan perekonomian masyarakat yang bisa menjadi andalan perekonomian nasional dan swasta akan saling mempengaruhi. Ketika kegiatan perekonomian masyarakat agak sedikit lambat atau baru mulai bergerak, swasta tidak dapat berperan banyak. Pada saat itulah peran APBN sangat penting. Kenapa dampak APBN tidak begitu nyata terhadap kesejahteraan masyarakat? Kita harus sadar, dalam hal ini pemerintah hanyalah trigger. Dalam kacamata keilmuan, tidak ada yang namanya perekonomian atau pertumbuhan PDB hanya didorong oleh Pemerintah semata kecuali kita berbicara mengenai sistem perekonomian yang sosialis atau komunis. Sedangkan sistem ekonomi politik kita adalah demokrasi dan membutuhkan dorongan dari pihak swasta. Sebesar-besarnya uang yang digelontorkan melalui APBN tidak ada gunanya kalau tidak men-trigger perekonomian di masyarakat swasta. Memang dalam hal ini, APBN yang ada kita rasakan tidak dapat menjadi trigger secara sempurna dalam perekonomian. Apabila Program-program yang ada sifatnya masih belanja rutin dan tidak langsung mana yang bisa sampai ke swasta kecuali dalam APBN kita mayoritas ada di belanja modal, akan terasa lebih berdampak langsung pada swasta.

      multiplayer. Pengaruh belanja pemerintah

    23 Tahun 2012

      besarnya. Dan itu bukan hanya tanggung jawab Kementerian Keuangan, ini juga berhubungan dengan BP Migas, kontrak dengan pihak asing yang resiko politiknya lebih besar. Dalam hal ini, janganlah berbicara tentang memproduksi dengan sebesar-besarnya. Kita harus mencari strategi lain, ketergantungan subisdi BBM ini harus kita kurangi. Hal ini bukan karena daya beli kita rendah. Memang budaya kita tidak bisa menerima kalau ada yang murah kenapa harus beli yang mahal.

    LAPORAN KHUSUS

      Bagaimana pandangan Anda soal utang luar negeri?

      Tidak haram sebuah negara berhutang bahkan negara yang paling maju pun punya utang banyak, contoh Amerika. Untuk menutupi defisit yang semakin besar, kita mau berusaha mencari jalan keluar yang mana? Kita punya pengalaman yang tidak baik tentang utang luar negeri, makanya kita beralih pada utang dalam negeri yaitu SBN, ORI dll. Kita bisa paham bahwa defisit itu meningkat bukan masalah ketidakmampuan kita, kadang itu suatu strategi. Jika defisitnya berkurang atau mendekati ke balance orang akan menilai kita lebih mampu. Tetapi bagi saya, kalau kita ingin maju kita harus defisit untuk mendorong semua orang seaktif dan seoptimal mungkin menutupi defisit ini. Pilihan utama memang utang, kalau kita bicara utang, misalnya utang dalam negeri, sama kah bahayanya dengan utang luar negeri? Kita melihat utang dalam negeri bisa menunjukkan bahwa tanggung jawab pembiayaan APBN diluar penerimaan dan belanja merupakan tanggung jawab masyarakat umum dimana ada opsi-opsi tertentu yang bisa dijadikan sebagai suatu alat penerimaan. Ini salah satu yang membuat Bank Indonesia agak sulit dalam mencapai target pencairan kredit investasi ke masyarakat. Umumnya, orang akan mencari portofolio yang paling aman, dengan jaminan yang jelas sehingga investasi yang produktif lebih memilih SBN. Pada intinya, utang itu bukan merupakan masalah asal dikelola dengan baik, utamanya utang domestik yang paling bijak.

      Apakah pengelolaan penerimaan perpajakan sudah optimal di mata anda?

      Bagi saya, yang namanya penerimaan negara itu penerimaan pajak. Itu harus menjadi merger source of revenue negara, tidak lagi tergantung SDA, minyak dan lain-lain. Di negara manapun sumbangsih masyarakat itu penting, satu rupiah pun itu adalah tanda kalau masyarakat peduli. Pajak harus didorong menjadi merger dalam APBN kita. Upaya Kementerian Keuangan sudah bagus, salah satunya adalah sensus pajak. Hal ini merupakan satu langkah strategis mengingat kita tahu siapa yang menjadi potensial wajib pajak dengan jumlah wajib pajak yang meningkat sampai 10 kali lipat dari 2005-2010 tetapi belum bisa dimanfaatkan. Jumlah NPWP ini coba disisir kembali dengan kemampuan wajib pajak itu membayar. Jujur saja, saya orang kampus masih bingung dalam mengisi SPT pajak, mana source of income kita yang memang bisa dipajak atau memang budaya terhadap para pihak yang mengambil atau memotong pajak kadang-kadang tidak terbiasa melaporkan kepada pembayar pajak sehingga tidak tahu berapa jumlah pajak yang dibayar. Dan yang lebih krusial penerimaan pajak beberapa tahun terakhir meningkat menuju arah yang dominan dalam penerimaan negara. Pembayar pajak yang dominan itu adalah pajak perusahaan dan mereka riskan terhadap gonjangan bisnis. Ketika mereka mengalami gulung tikar, penerimaan pajak bisa ambrol. Sedangkan pajak dari masyarakat tidak akan hilang sehingga penerimaan pajak kita potensial dari pajak individu. Kemenkeu seharusnya menciptakan mekanisme akuntabilitas/ mekanisme penerimaan pajak sampai ke belanjanya. Secara keilmuan memang tidak tepat karena ada korespondensi pajak dan ada slot tertentu dalam penggunaan pajak. Selama ini di kita, masalah pajak itu adalah masyarakat butuh kejelasan, mereka bayar pajak untuk apa?

      Beban belanja pegawai kita dalam APBN sangat tinggi sehingga salah satu upaya yang ditempuh oleh Pemerintah adalah diberlakukannya Moratorium penerimaan Pegawai Negeri Sipil. Bagaimana Anda memandang hal ini?

      Moratorium itu merupakan langkah insidentil dan responsive. Kita sadari, ini berbahaya kalau ada anggapan masyarakat bahwa mereka harus membayar pajak demi kesejahteraan para PNS. Belanja pegawai yang kita serap itu merupakan belanja langsung yang terkait dengan kinerja. Masyarakat yang membayar terhadap kinerja kita. Kita harus memiliki PNS yang tepat dan berkualitas bukan cuma kuantitas. Bagaimana kita membina PNS yang ada baik di pusat maupun daerah kalau kita masih berhadapan dengan pemikiran masyarakat jangan- jangan kita memperbesar belanja pegawai untuk sesuatu yang tidak terukur. Moratorium memang langkah responsive tetapi bukan langkah yang tepat. Direktorat Jenderal Anggaran bisa mendorong tiap K/L yang mengangkat Reformasi Birokrasi untuk membuat mekanisme penilaian kinerja pegawainya sehingga matriks insentif dan disinsentif bisa dijalankan demi meningkatkan produktifitas pegawai. Saya kira bukan masalah selama memang belanja pegawainya punya output dan outcome yg terukur.

      Warta anggaran |

      23 Tahun 2012 Lahir di Bogor, 15 April 1971, Kodrat Wibowo merupakan salah satu Doktor muda yang dimiliki Universitas Padjajaran Bandung. Doktor yang mempunyai spesialisasi di bidang keuangan publik, mikroekonomi, ekonomi pembangunan dan ekonometrika, saat ini selain ditunjuk sebagai Lektor Kepala di UNPAD Bandung juga sebagai Ketua ISEI Bandung tahun 2011 - 2014. Untuk mempermudah menjalankan tugasnya tersebut, Kodrat Wibowo – yang juga alumnus UNPAD Bandung tahun 1994 jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan – saat ini tinggal di Jl. Antariksa No. 12 Arcamanik Bandung.

      Penyerapan belanja Pemerintah selalu menjadi sorotan karena realisasi penyerapannya selalu menumpuk di akhir tahun. Apa yang menyebabkan penyerapan K/L rendah?

      Bulan Juni kemarin masih ada K/L penyerapannya 10%, mungkin ini salah satu kesulitan kita yaitu keluar dari

    LAPORAN KHUSUS

      framework kalender anggaran. Mekanisme pencairan bisa jadi salah satu penyebabnya.

      Penyerapan yang lemah sangat tergantung dari rencana program dan kegiatan yang K/L punya. Pada saat disetujui mulai dari pagu indikatif sampai definitif tidak pernah jelas kapan mulainya, apa tujuannya dan lain-lain, sehingga membuat K/L terlambat dalam penyerapan. Pada bulan Agustus ada penyerapan 30%, justru yang terserap itu adalah belanja pegawai yang paling mudah, belanja modalnya belakangan dan kegiatan yang sifatnya produktif masih sedikit. Cara paling mudah adalah mencari simpul- simpul aliran dan penyerapan dana APBN, penyerapan yang rendah tandanya belum ada pekerjaan yang dilaksanakan. Ini sudah menjadi penyakit menahun dan menjadi kebiasaan, sampai masyarakat swastapun sudah hafal, sehingga swasta bukan bekerja berdasarkan target bulanan tetapi mereka akan selalu menunggu bulan- bulan rame penyerapan. Seharusnya perlu dipikirkan bagaimana cara membuat real time penyerapan K/L sebagai rewarning system (sistem deteksi dini) untuk melihat mana yang tidak memenuhi target.

      Bagaimana seharusnya mekanisme pengawasan Transfer ke Daerah?

      Harusnya ada suatu sistem informasi yang dibangun untuk memonitor transfer ke daerah. Ada satu celah yang dapat dimanfaatkan yaitu Penguatan Peran Gubernur sebagai wakil pusat di daerah. Kalau peran Gubernur semakin kuat, dia akan mampu melakukan pengawasan uang yang mengalir ke daerah dan kedepan akan dibangun juga yang disebut self assessment,

      pengawasannya dimulai dari daerah itu sendiri. Pengawasan penganggaran tidak akan optimal kalau ada hambatan informasi yang akurat dan cepat. Jangan sampai semua terlambat, masak kita masih mengurusi penyalahan anggaran 2 tahun yang lalu. Sangat kelihatan sekali kita masih lemah dalam masalah pengawasan ini sehingga kasus keluar ketika waktu sudah lewat. Seharusnya kan namanya pengawasan itu selama anggaran berjalan. Mungkin kalau setelah anggaran berjalan itu kewenangan audit.

      Terakhir, terkait dana pendidikan yang dialokasikan sebesar 20 persen dari anggaran belanja keseluruhan, apakah hal ini sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penganggaran?

      Alokasi APBN sebesar 20 % untuk dana pendidikan adalah amanat UU. Suka atau tidak, kondisi ini menyebabkan terjadinya pengkotak-kotakan atau penguncian di beberapa bidang sehingga membuat kemampuan Kementerian Keuangan sebagai pengelola anggaran tidak fleksibel. Kita sering bicara masalah money follow

      function tetapi cuma sekedar cap saja, yang ada sebenarnya resource envelope .

      Pengalokasian anggaran seharusnya dikembalikan kepada prinsip money follow function, kecuali anggaran pendidikan yang sudah diamanatkan Undang-undang. Uang harus dialokasikan sesuai dengan apa yang sudah diatur sehingga apa yang menjadi aspirasi tidak terakomasi karena celah anggaran yang tidak dapat bergerak bebas. APBN yang kita harapkan sebagai salah satu pendorong perekonomian di sisi permintaan menjadi pendorong pertumbuhan paling minim peranannya. APBN sebagai trigger perekonomian dapat diimplimentasikan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara langsung.

    23 Tahun 2012

      Warta anggaran |

    PERENCANAAN ANGGARAN

      Penerapan Klasifikasi Anggaran Dalam Penyusunan RKA-K/L Anggaran Penerapan Klasifikasi

      Dalam Penyusunan RKA-K/L

      Oleh : Indro Trikuntjoro

      23 Tahun 2012 Warta anggaran | Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) telah menyelenggarakan sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 101/ PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran tanggal 2 – 3 Nopember 2011, bertempat di Gedung Dhanapala, Jakarta Pusat. Acara tersebut bertujuan agar penerapan klasifikasi anggaran berdasarkan PMK baru dapat diterapkan dalam penyusunan RKA-K/L tahun anggaran 2012. Target utama peserta adalah para perencana di lingkungan DJA dan dari Kementerian Negara/Lembaga.

      PMK Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran merupakan amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA K/L. Klasifikasi anggaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari implementasi pendekatan penganggaran terpadu. Pasal 5 ayat (2) PP No.90 Tahun 2010 menyatakan bahwa “RKA KL disusun secara terstruktur

      dan dirinci menurut klasifikasi anggaran, yang meliputi : (a) klasifikasi organisasi, (b) klasifikasi fungsi, (c) klasifikasi jenis belanja.

      Berdasarkan hal tersebut, PMK No.101/ PMK.02/2011 mengatur pedoman umum klasifikasi organisasi, klasifikasi fungsi, dan klasifikasi jenis belanja. Uraian di bawah ini menjelaskan substansi yang diatur dalam PMK dimaksud dan pemutakhiran penerapan akun belanja.

      Klasifikasi Organisasi

      Amanat Pasal 6 ayat (2) UU No.17 Tahun 2003 menyatakan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memberikan kuasa pengelolaan keuangan negara, salah satunya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga (K/L) yang dipimpinnnya. Masing-masing K/L dapat mengetahui berapa alokasi anggaran yang dikelolanya melalui pengelompokkan alokasi anggaran berdasarkan nomenklatur K/L sebagaimana TUPOKSI yang didelegasikan Presiden. Daftar kelompok pengelola anggaran berasal dari APBN inilah yang kita kenal dengan istilah Bagian Anggaran (BA). Tata cara penilaian suatu K/L menjadi BA telah diatur dalam PMK Nomor 93/ PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA KL. Saat ini, KL yang telah ditetapkan sebagai BA tersendiri berjumlah 113 Unit, tetapi yang saat ini aktif digunakan berjumlah 80 unit.

      klasifikasi fungsi

      Amanat Pasal 7 ayat (1) UU No.17 Tahun 2003 menyatakan bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. Makna tersirat dari pernyataan tersebut, alokasi belanja negara harus diarahkan kepada penyelenggaraan fungsi-fungsi suatu pemerintahan dalam rangka pencapaian tujuan bernegara. Nomenklatur fungsi dan sub fungsi (tercantum dalam lampiran

      II PMK), mengacu kepada Government Finance Statistics tahun 2001 (GFS Manual 2001). GFS Manual 2001 disusun oleh IMF berdasarkan hasil kajian atas penerapan fungsi-fungsi pemerintahan di seluruh dunia. Jumlah fungsi tersebut merupakan fungsi minimal (dasar) pemerintahan yang pasti ada di seluruh negara di dunia. Kesebelas fungsi tersebut terdiri dari : (1) Fungsi Pelayanan Umum; (2) Fungsi Pertahanan; (3) Fungsi Ketertiban dan Keamanan; (4) Fungsi Ekonomi; (5) Perlindungan Lingkungan Hidup; (6) Fungsi Perumahan dan Pemukiman; (7) Fungsi Kesehatan; (8) Fungsi Pariwisata dan Budaya; (9) Fungsi Agama; (10) Fungsi Pendidikan; dan (11) Fungsi Perlindungan Sosial.

      K/L pengemban suatu TUPOKSI yang secara tersurat memiliki kesesuaian dengan nomenklatur fungsi maupun subfungsi dan/atau sesuai dengan penjelasan pada subfungsi (tercantum pada lampiran II PMK ini), K/L tersebut mengelola sebagian keuangan negara pada alokasi belanja negara di kelompok fungsi dimaksud. Ada 2 (dua) fungsi yang perlu mendapat perhatian lebih dalam penerapan penyusunan RKA- K/L: Fungsi Pelayanan Umum; dan Fungsi Pendidikan. Tujuannya agar tidak salah memahami pengelompokan atas fungsi dimaksud. Fungsi Pelayanan Umum tidak identik dengan penyelenggaraan unit layanan umum yang ada pada semua kesekretariatan KL. Fungsi ini harus dilihat sebagai fungsi pemerintahan yang memberikan dukungan kepada penyelenggaraan fungsi utama lainnya. Oleh karena itu tidak

    PERENCANAAN ANGGARAN

      seharusnya alokasi belanja K/L pada

      unit kesekretariatan terpisah dengan unit teknis yang melaksanakan fungsi utama yang lain. Lebih tegasnya, tidak semua K/L melaksanakan fungsi ini.

      Fungsi Pendidikan merupakan amanat Pasal 49 ayat (1) UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Batasan pengertian pendidikan harus dipahami dengan bijak. Saat ini, batasan pengertian pendidikan masih terlalu luas, sehingga pengawasan penggunaan fungsi ini belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Kecenderungan atas penggunaan fungsi ini lebih didominasi oleh kebijakan politis dan sarana bagi KL untuk mendapat alokasi belanja negara.

      Warta anggaran |

      Penerapan Klasifikasi Anggaran Dalam Penyusunan RKA-K/L

    23 Tahun 2012

      Klasifikasi Jenis Belanja

      Amanat Pasal 11 ayat (5) UU No.17 Tahun 2003 menyatakan bahwa belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Klasifikasi jenis belanja lebih diarahkan untuk tujuan manajemen anggaran (baca : transaksi yang bersifat kas) yang sangat penting untuk pengendalian anggaran dan monitoring. Tegasnya, tujuan penerapan jenis belanja pada penyusunan RKA K/L: guna mewujudkan akuntabilitas transaksi sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran yang berperan mencatat transaksi yang telah terjadi, menyajikan dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan.

    PERENCANAAN ANGGARAN

      Pemutakhiran Penerapan Akun Belanja

      3. Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial;

      Penerapan Klasifikasi Anggaran Dalam Penyusunan RKA-K/L

      23 Tahun 2012

      Kepala Seksi Klasifikasi Anggaran Warta anggaran |

      Penulis adalah :

      6. Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Bencana.

      5. Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Kemiskinan;

      4. Belanja Bantuan Sosial untuk Perlindungan Sosial;

      2. Belanja Bantuan Sosial untuk Jaminan Sosial;

      Pengaturan lebih lanjut penerapan jenis belanja dalam penyusunan RKA K/L mengacu pada PMK No.91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar. PMK ini mengatur bahwa Bagan Akun Standar selanjutnya dikelola/dikurangi/ditambah oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (selanjutnya disebut Dit. APK). Dalam rangka penganggaran tahun 2012, Dit. APK melakukan langkah berupa pemutakhiran beberapa akun belanja. Tujuannya jelas: 1) pengguna (para perencana) yang menyusun/menelah dokumen penganggaran mempunyai persepsi sama atas penerapan akun belanja; dan 2) penertiban penggunaan akun belanja dalam pengalokasian anggaran/ belanja sesuai dengan akidah akuntansi yang berlaku umum. Pemutakhiran ini berkaitan dengan dua jenis belanja: Belanja Barang dan Bantuan Sosial.

      Jenis belanja yang digunakan dalam penganggaran: (51) Belanja Pegawai, (52) Belanja Barang, (53) Belanja Modal, (54) Belanja Bunga Utang, (55) Belanja Subsidi, (56) Belanja Hibah, (57) Belanja Bantuan Sosial, dan (58) Belanja Lain-Lain. Sejak tahun anggaran 2011, penerapan klasifikasi jenis belanja pada dokumen RKA K/L dan DIPA menggunakan kelompok 2 (dua) digit. Namun demikian, penyusunan RKA K/L pada formulir kertas kerja tetap menggunakan kelompok 6 (digit) mengacu Bagan Akun Standar (BAS).

      Kelompok transaksi belanja barang ini untuk menampung pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat atau entitas lain yang tujuan kegiatannya tidak termasuk dalam kriteria kegiatan bantuan sosial. Termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok transaksi belanja barang penunjang kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Sedangkan pemutakhiran akun belanja untuk Bantuan Sosial diatur lebih lanjut berupa pengelompokan akun belanjanya. Perbedaan pengaturan akun belanja Bantuan Sosial yang baru dengan yang lama: 1) penetapan kriteria Resiko Sosial (Bultek KSAP No.10 Tahun 2011) yang menjadi dasar klasifikasi belanja bantuan social; dan 2) pengelompokan yang lebih spesifik mengenai Bantuan Sosial. Pengelompokan belanja Bantuan Sosial tersebut terdiri dari :

      4. Belanja Barang untuk Masyarakat atau Entitas lain

      3. Belanja Barang Badan Layanan Umum Kelompok transaksi belanja barang ini untuk menampung semua pendanaan operasional BLU termasuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai BLU.

      2. Belanja Barang Non Operasional Kelompok transaksi belanja barang ini untuk menampung semua pendanaan dalam rangka pelaksanaan strategi pencapaian target kinerja suatu Satker dan umumnya pelayanan yang bersifat eksternal

      1. Belanja Barang Operasional Kelompok transaksi belanja barang ini untuk menampung semua pendanaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu Satker dan umumnya bersifat internal.

      Rincian Belanja Barang dalam PMK terbagi dalam:

      1. Belanja Bantuan Sosial untuk Rehabilitasi Sosial;

      PERENCANAAN ANGGARAN DJA Sukses “Naik Kelas” : Urgensi Dari Perumusan Arah, Proses, Prasyarat, Dan Identifikasi Peluang Serta Tantangannya

      Oleh : Purwiyanto Untuk suatu unit kerja yang mempunyai tugas rutin, proses kenaikan kelas bukanlah menjadi hal yang biasa. Hal ini dikarenakan platform unsur-unsurnya belum tentu secara khusus disiapkan untuk selalu naik kelas. Tentu berbeda dengan para siswa yang memang platformnya adalah naik kelas dan lulus. Meskipun terkait dan bisa didukung dengan baiknya kualitas pelaksanaan tugas rutin, tetapi kenaikan kelas bukanlah tugas rutin itu sendiri. Oleh karena itu, kenaikan kelas harus dikerjakan sejalan tetapi di luar tugas rutin, sehingga memerlukan upaya lebih keras.

    23 Tahun 2012

      Warta anggaran |

    LATAR BELAKANG PERLUNYA NAIK KELAS

      Menteri Keuangan, Agus Martowardojo berkali-kali menekankan agar Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) meningkatkan kemampuan nya sebagai pengelola anggaran negara. DJA diharapkan mampu meningkatkan perannya sehingga dapat “naik kelas” dari hanya sekedar budget administrator menjadi budget analyst.

    PERENCANAAN ANGGARAN

      Sebagai salah satu unit kerja pengelola keuangan negara, DJA mengemban tugas dan fungsi yang semakin berkembang dari waktu ke waktu, baik dalam pengelolaan belanja negara maupun pendapatan negara.