BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI

  3.1 Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dari 9 maret 2015 hingga 16 maret 2015 di laboratorium penyakit hutan IPB.

  3.2 Alat dan Bahan :

  Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

  1. Tempe

  2. Mikroskop cahaya 3.kaca objek 4. selotip 5.kamera

  6.Media PDA

  7.Alat sterilisasi

  3.3 Metode

  3.3.1 Sumber R. oligosporus

  Untuk mendapatkan isolat Rhizopus oligosporus dalam penelitian ini diperoleh dari hasil isolasi beberapa tempe yang dibungkus dengan daun pisang. Pemeliharaan isolat melalui regenerasi setiap hari dengan menginokulasikan pada media Potato Dextrose agar (PDA) dan diinkubasi 300 C selama 7 hari. Selanjutnya dilakukan pengamatan mengenai perkembangan dari isolate jamur.

  3.3.2 Media

  Media untuk menumbuhkan jamur menggunakan media agar Potato Dextrose agar (PDA). Setiap 1000 ml media dibuat dari 200 g kentang, 20 g glukosa, 20 g agar, 0,1 g kloramphenikol serta disterilkan pada 1210 C selama 15 menit. Isolat jamur yang diperoleh dari koloni jamur di media agar Potato Dextrose agar (PDA) dipindah dan disimpan pada media PDA sebelum diidentifikasi lebih lanjut. Setiap 1000 ml media dibuat dari 200 g kentang, 20 g glukosa, 20 g agar, serta disterilkan pada 1210 C selama 15 menit.

  3.3.3 Pelaksanaan Penelitian

  Tahapan isolasi dan purifikasi Rhizopus spp dilakukan dengan mengambil secara aseptik isolat dominan dari tempe, tempe yang diinokulasikan pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dan diinkubasi pada 300 C selama 24 jam sampai terbentuk koloni. Pemindahan isolat (pemurnian) diulang sampai isolat benar-benar murni.

  3.3.4 Identifikasi R. Oligosporus.

  Pengamatan dilakukan setiep hari seperti mengukur pertambahan diameter penyebaran jamur tempe yang tumbuh di media PDA. Apabila warna isolate berubah menjadi hitam maka isolate sudah terkontaminasi tetapi jika berwarna kuning maka itu adalah spora drai isolate yang akan bereproduksi. Isolat murni dikatakan berhasil jika warna isolate adalah putih.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

  Tabel 1. Data hasil pertambahan diameter jamur tempe Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Mingg u Pertambahan

  0.5

  0.5

  0.8

  1.7

  2

  2.3

  3 diameter (cm) ( kanan) Pertambahan

  0.5

  0.5

  0.7

  1.6

  1.9

  2.0

  2.2 diameter (cm) ( kiri)

  Grafik 1. Pertambahan diameter isolate jamur selama 7 hari pengamatan

  3.5

  3

  2.5

  2 ( kanan)

  1.5 ( kiri)

  1

  0.5 Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

  4.2 Pembahasan Pada isolate jamur tempe pada ulangan pertama, isolate mulai menunjukkkan tanda-tanda

kontaminasi pada hari ke 2 pengamatan yaitu warna isolate disisi kiri menjadi hitam dan semakin

hari warna hitam itu semakin menyebar hingga pada akhir pengamatan ½ dari media PDA sudah

penuh dengan isolate yang terkontaminasi. Pada sisi kanan isolate menunjukkkan tanda

kontaminasi pada hari ketiga, pada hari kedua isolate belum terkontaminasi tetapi isolate

terkontaminasi karena terserang oleh sisi kiri yang sudah terkontaminasi. Karena isolate dari

kedua sisi terkontaminasi maka dilakukan pemurnian tahap 2. Pada pemurnian tahap ini isolate

  

tidak mengalami kontaminasi sehingga ada hari ketujuh dapat dilakukan pengamatan di bawah

mikroskop.

  Sampel isolate jamur tempe di ambil sedikit dan diamati di bawah mikroskop. Struktur

tubuh jamur tempe Hifanya bercabang banyak tidak bersekat saat masih muda dan bersekat

  setelah menjadi tua Reproduksi vegetatif dengan cara membentuk spora tak berflagel (aplanospora) dan generatif dengan cara gametangiogami dari dua hifa yang kompatibel/konjugasi dengan menghasilkan zigospora. R. oligosporus mempunyai koloni abu- abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih.Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000 mikro meter dan diameter 10-18 mikro meter. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter. Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan berisi granula, terbentuk pada hifa, sporangiofor dan sporangia.Bentuk klamidospora globosa, elip atau silindris dengan ukuran 7-30 mikro meter atau 12-45 mikro meter x 7-35 mikro meter. R. oligosporus dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35 °C, dengan suhu minimum 12 °C, dan suhu maksimum 42 °C. Proses reprodusinya adalah Hifa + dan hifa – saling berdekatan, setelah bergabung diujung hifa tumbuh bakal gametangium, bakal gametangium berubah menjadi gametangium yang terdiri banyak inti, persatuan gametangium + ( n ) dengan gametangium – ( n ) membentuk zigospora diploid ( 2n ), terbentuk zigospora warna hitam dan inti diploid yang hidup, zigospora tumbuh jadi tumbuhan jamur yang dilengkapi sporangiofor ( tangkai kotak spora ) dan kotak spora ( sporangium ), jika sporangium masak akan pecah keluarlah spora + dan spora – keluar.

  Pada hari kedua jamur tempe sudah mulai terlihat dari kedua sisi dan diameternya bertambah setiap harinya. Hal tersebut karena dalam pertumbuhannya Rhizopus akan menggunakan Oksigen dan menghasilkan CO

  2 yang akan menghambat beberapa organisme

  perusak. Adanya spora dan hifa juga akan menghambat pertumbuhan kapang yang lain. Jamur tempe juga menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan banyak mikrobia. Faktor yang diperlukan saat pertumbuhan isolate jamur tempe adalah oksigen karena dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantongtersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang lainnyasekitar 2 cm.

  Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya. Tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik,yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan. Struktur dari isolate jamur tempe ini adalah stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat (misalnya roti),rizoid merupakan hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan, sporangiofor merupakan hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki sporangium globuler di ujungnya.

  Cara Reproduksi jamur tempe adalah secara vegetatif dengan cara membentuk spora tak berflagel (aplanospora) dan generatif dengan cara gametangiogami dari dua hifa yang kompatibel/konjugasi dengan menghasilkan zigospora Proses pemurnian jamur tempe dilakukan sebanyak dua ulangan. Hal tersebut disebabkan karena pada ulangan pertama jamur tempe mengalami kontaminasi. Kontaminasi terjadi karena adanya mikroorganisme lain yang tumbuh di media tanam jamur tempe. Apapun media jamur tempe yang digunakan berpeluang ditumbuhi kontaminan. Penyebab kontaminasi di budidaya jamur tempe ada 2, yaitu bakteri dan cendawan. Jila ada tanda-tanda yang tidak mirip dengan tanda kehidupan jamur tiram, baik misellium atau tubuh buah berarti dikatakan terkontaminasi atau “gulma”.

  Kontaminasi cendawan pada media bibit PDA jamur tempe ditandai dengan adanya misellium lain selain misellium inti (maksudnya misellium jamur yang dibudidaya). Pertama, jika kontaminasi muncul pada atau dekat dengan bahan tanam yang ditanam, kontaminan bisa diperkirakan berasal dari bahan tanam itu sendiri. Bisa saja bahan tanam dari lapang yang ditanam telah terkontaminasi, atau pemilihan bahan tanam yang kurang steril. Kedua, jika kontaminasi muncul pada media PDA tetapi tidak dekat dengan bahan tanam, biasanya tanda kontaminasi lebih dari satu, kontaminasi bisa dipastikan karena proses penanaman yang kurang steril Kontaminasi cendawan pada media PDA jamur tempe akan terlihat dalam waktu 2-4 hari, ditandai adanya misellium lain selain inti. Misellium kontaminan bisa berwarna lain atau serupa dengan misellium inti jamur tempe. Berikutnya adalah kontaminasi bakteri. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri biasanya terlihat sekitar 7-10 hari. Kontaminasi ditandai dengan adanya lendir di sekitar media, karena pada dasarnya bakteri itu basah atau dari golongan mikroorganisme hewan.

  Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur ini juga mampu menghasilkan protease. Rhizopus oryzae tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian, semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air, jumlah nutrien dalam bahan juga dibutuhkan oleh jamur.

  Ciri-ciri dari jamur ini adalah k oloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu -

Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan, sporangiofora

tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5

sporangiofora) , rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan

sporangiofora sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek),

yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak, kolumela oval hingga bulat, dengan

dinding halus atau sedikit kasar - Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder.

BAB V KESIMPULAN Jamur tempe merupaakan mikro organisme semi anaerob dan organism saprofit. Jamur

  tempe memiliki ciri utama yaitu misellium nya tidak bersekat yang juga merupakan ciri utama dari family Mucoraceae. Jamur tempe terdiri dari misellium, sporangiophore, sporangium, dan spora yang menjadi alat perkembangbiakannya.

  

DAFTAR PUSTAKA

Kasmidjo, R.B. 1990. Tempe : Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya.

  PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta. Pitt, J.I. and A.D Hocking,. 1985. Fungi and Food Spoilage. Academic Press, Australia. Rahayu, K. 1988. Bahan Pengajaran Mikrobiologi Pangan PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta

  UGM Samson, R.A., E.S. Hoekstra, J.C. Frisvad and O. Filtenborg. 1995. Introduction to Food-Borne Fungi. Baarn and Lyngby, Netherlands.

  Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD, Bandung.

Dokumen yang terkait

PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM MENGINFORMASIKAN TELKOMFLEXI MELALUI NEWSLETTER PADA KARYAWAN DI PT TELKOM Tbk DIVRE III BANDUNG

2 38 1

Tinjauan atas pembuatan laporan anggaran Bulan Agustus 2003 pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

0 76 64

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

Uji Efektivitas Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) sebagai Larvasida terhadap Larva Aedes aegypti Instar III

17 90 58

TUGAS OPERASI TEKNIK KIMIA III DIRECT IN

2 62 7

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26