PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI PEMBINAAN TERSTRUKTUR

  Volume 7 Nomor 2 Tahun 2015

  ISSN E: 2460-2175

  ISSN P :1693-5799

PEDAGOGIA

  Ketua Yayasan Pakuan Siliwangi Pengarah:

  Siti Chodijah, S.Pd. Dra. Hj. Susi Sutjihati, M .Pd.

  Frekwensi Terbit 4 bulanan STRUKTUR ORGANISASI JURNAL PEDAGOGIA BERDASARKAN SURAT KEPUTUSANDEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILM U PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAKUAN NOM OR :5080/SK/D/FKIP/VIII/2015

  Alamat Redaksi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Jalan Pakuan Kotak Pos 452 Tlp . 0251 8375608 Fax 0251 8375608 Terbit Pertama Tahun 2004

  Tata Usaha/S irkulasi: Ahmad Syarif, M .Pd.

  Rukmini Handayani, M .Pd. Dede Siska Amaliah, M .Pd.I.

  Sandi Budiana, M .Pd. Dr. Yuyun Elizabeth Patras, M .Pd.

  Aip M . Irfan, M .Si. Suci Siti Lathifah, M .Pd.

  Poppy Sofia, M.Pd. Rina Rosdiana, M .Pd.

  Rektor Universitas Pakuan PimpinanUmum: Drs. Deddy Sofyan, M .Pd. Penyunting Ahli :

  Asih Wahyuni, M .Pd.

  Jurnal Ilmiah Pendidikan Pelindung:

  Elly Sukmanasa, M .Pd.

  Suhendra, S.Pd., M .Pd. Dr. Surti Kurniasih, M .Si.

  Dra. Atti Herawati, M .Pd.

  Drs. Aam Nurjaman, M .Pd.

  Prof. Dr. H. Yus Rusyana Dr. Entis Sutisna, M .Pd. Dr. Eri Sarimanah, M .Pd. Drs. H. Dadang Kurnia, M .Pd.

  Pemimpin Redaks: Dr. Rais Hidayat, M .Pd. S ekretaris Redaksi: Istiqlaliah N.H., M .Pd. Redaktur Pelaksana: Gusnadi, S.Pd., M .Pd. Volume 7 Nomor 2 Tahun 2015

  ISSN E: 2460-2175

  ISSN P :1693-5799

  

PENGANTAR

Tidak bisa dipungkiri, saat ini banyak perguruan tinggi menghadapi kesulitan-kesulitan,

apalagi perguruan tinggi swasta (PTS). Kesulitan tersebut misalnya kekurangan dana, sumber daya

manusia yang kurang efektif, manajemen yang amburadul dan masalah -m asalah lainnya.

Membiarkan masalah terus berlajut, tentu akan berakibat pada kualitas pendidikan tinggi baik

kualitas dalam input, process, output maupun out come-nya.

  Masalah di PTS akan terasakan begitu nyata di PTS yang tidak memiliki daya dukung

permodalan. Mahasiswa hanya berpikir yang penting lulus. Sementara dosenya hanya berpikir yang

penting mengajar. Suasana seperti itu diakui oleh Elfindri, mantan koordinator Kopertis X

(Kompas. com, 23 Maret 2013, diakses 10 Maret 2014) yang menyatakan bahwa banyak perguruan

tinggi swasta mengalami berbagai kesulitan.

  Masalah yang dihadapi PTS jika dibiarkan akan berdampak besar pada masa depan

Indonesia. Karena lebih dari 70 persen mahasiswa Indonesia menimba ilmu di PTS. Sehingga harus

ada “pembinaan ekstra” terhadap PTS. Pembinaan dari pemerintah sangat minim, sementara

persoalan internal dan eksternal PTS sangat kompleks, maka mahasiswa yang ada dalam PTS

tersebut akan menjadi korbanya. Karena memajukan pendidikan merupakan kewajiban negara,

maka hendaknya negara tidak tutup mata atas masalah-masalah di PTS.

  Selain meminta negara untuk membantu mencarikan jalan keluar terbaik bagi PTS, dosen

yang ada dalam PTS itu sendiri bisa menjadi solusi. Artinya dosen tidak hanya bisa mengeluhkan

keadaan PTS tempat ia bekerja. Harus kita akui bahwa dosen merupakan sumber daya yang sangat

penting dan merupakan faktor pendukung bahkan menjadi kunci bagi keberlangsungan

efektifitas perguruan tinggi. Jika dosen hanya mengeluhkan tempatnya bekerja, maka keseluruhan

organisasi akan terganggu. Oleh karena itu, dosen harus menjadi solusi PTS.

  Salah satu cara agar dosen mampu berperan dalam mengatasi masalah di PTS yaitu dosen

harus memperkuat dirinya dengan perilaku extra role, yaitu perilaku seseorang dalam organisasi

yang tidak sebatas mampu melaksanakan segala tugas dan kewajibanya dengan sebaik-baiknya,

namun ia menjadi penolong organisasi tempat ia bekerja. Perilaku extra role tersebut dalam istilah

manajemen disebut organizational citizenship behavior (OCB).

  Robbins dan Coulter (2012:373) mendefinisikan “...OCB is disceretionary behavior tha t’s not part of employee’s formal job requirements, but which promotes the effective functioning

of the organization”. Memperhatikan definisi tersebut, OCB merupakan perilaku seseorang

yang melebihi yang dipesyaratkan, perilaku tersebut membuat organisasi lebih efektif.

  Luthans (2011:149) memaparkan dimensi dari OCB yaitu: (1) altruism, perilaku suka

menolong dengan sesama rekan kerja; (2) conscientiousness dalam bekerja, tetap bekerja walaupun

waktu kerja sudah selesai; (3) civic virtue, bekerja secara sukarela untuk memajukan organisasi, (4)

sportmanship , saling mendukung antar sesama rekan dalam tim untuk kesuksesan organisasi, (5)

courtesy , pengertian dan mempunyai empati yang tinggi.

  Berdasarkan paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan jika dosen sudah memiliki OCB yang

tinggi, maka masalah-masalah yang ada di PTS tempat dosen itu bekerja, sangat mungkin bisa

berkurang dan berangsur-angsur dapat teratasi. Oleh sebab itu, mari semua stake holder PTS untuk

  Volume 7 Nomor 2 Tahun 2015

  ISSN E: 2460-2175

  ISSN P :1693-5799

PEDAGOGIA Jurnal Ilmiah Pendidikan

  Nomor ISSN....... ........ ........ ....... ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ...... .. ..... ... ........ ........ ........ .. DAFT AR

  ISI Susuna n Reda ksi..... ........ ........ ........ ........ ........ ....... ........ ........ ........ ........ ........ ........ .... .... .. ...... ........ ........ ...... i P en ga nt a r Reda ks i....... ........ ........ ........ ........ ........ ........ .... ... ........ ........ .... .... ........ ........ ........ ........ ........ ........ i Daftar Isi............................. ....... ....... ........ ....... ....... ....... ....... ....... ....... ........ ....... .. ..... ....... ....... ....... ....... ..... ii iii

  1. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS BIOGRAFI Yulia , Eri Sarima na h, Suhe nd ra

  ................................................................................................. 257

  2. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN GUIDED DISCOVERY LEARNING BERBANTU MEDIA PEMBELAJARAN MUVIS TERHADAP LITERASI SAINS Aldi Yudawan, Bibin Rubini, Surti Kurniasih ............................................................................ 265

  3. ANALISIS PROSES MORFOLOGIS AFIKSASI PADA TEKS DESKRIPTIF PESERTA DIDIK KELAS VII

  ........................................................ 274 Muhamad Ichsan Nurjam’an, Tri Mahajani, Sandi Budiana

  4. UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI PEMBINAAN TERSTRUKTUR Lilik Suhartini

  ........................................................................................................................... 284

  5. ANALISIS TERHADAP POLA ASUH DAN GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI Nur Oktavianti Lestari, Saur M. Tampubolon, Yuyun Elizabeth Patras .................................... 291 MENGIDENTIFIKASI DAN MEMECAHKAN MASALAH PEMBELAJARAN YANG 6. DIHADAPI OLEH MAHASISWA MELALUI STRATEGI LESSON STUDY Atti Herawati, Asih Wahyuni ...................................................................................................... 296 PENI NGKATAN HASIL BELAJAR KOGNI TIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 7. MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING INSIDE OUTSIDE CIRCLE Kartika Nurmala Dewi, Nedin Badruzzaman, Rais Hidayat ....................................................... 302

  8. EVALUASI PROGRAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PADA POLITEKNIK NEGERI MANADO Bernadain D. Polii

  ...................................................................................................................... 307

  284 MENINGKATKA N HASIL BELAJAR BIOLOGI

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM

MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MELALUI PEMBINAAN TERSTRUKTUR

  

Lilik Suhartini

ABSTRACT

This research is action research in school which aims to determine whether through a structured development

efforts can improve the teachers competences in preparing lesson plan at SMP Negeri 3 Ciawi, Bogor, Indonesia.

  

Research instrumen used the observation sheet. Action research was conducted in two cycles. In the first

cycle, through the firts structured development show that the teachers’s competence in preparing lesson plan

is 72% in good category. Its before the treatment was 66.89%. In the second cycle obtained changes in teacher

competence in preparing lesson plan is 87.9%. Its in a very good category. Based on data can be concluded that

through the structured development efforts can improve the teacher competence in preparing lesson plan.

  Keywords: Action research in school, competencies, lesson plans, structured development.

  

ABSTRAK

  Penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah yang bertujuan untuk mengetahui apakah melalui upaya pembinaan terstruktur dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran di Sekolah SMP Negeri 3 Ciawi, Kabupaten Bogor.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dua s iklus. Pada siklus I melalui pembinaan pertama menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara kuantitatif rata-ratanya adalah 72 %, sebelum siklus adalah 66,89 % berada dalam katagori baik. Pada siklus II setelah diadakan pembinaan yang ke dua maka diperoleh perubahan kompetensi guru,yaitu secara kuantitatif rata- rata 87,9 % berada dalam katagori sangat baik. Berdasarkan data hasil penelit ian ini maka dapat ditarik kesimpulan,bahwa melalui upaya pembinaan terstruktur dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

  Kata kunci: Penelitian Tindakan, kompetensi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Pembinaan Terstruktur.

  Pendahuluan lama dan pengelolaan pembelajaran tidak sesuai dengan karakteritik siswa dan situasi kelas. Bila

  Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu

  ditelusuri lebih lanjut faktor yang menyebabkan

  proses yang bersifat unik dan kompleks. Dikatakan

  guru belum mampu pengelolaan pembelajaran

  unik karena kegiatan belajar mengajar berkenaan

  dengan tepat karena kompetensi menyusun

  dengan kegiatan dua kelompok manusia yaitu antara

  Rencana Pelakanaan Pembelajaran ( RPP ) belum

  guru dan siswa dalam upaya mengembangkan serta optimal ,bahkan ada yang tidak membuat. meningkatkan kualifikasi kemanusiannya secara manusiawi. Sedangkan dikatakan kompleks karena

  Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kegiatan belajar mengajar senantiasa melibatkan sangat penting untuk dipergunakan dalam proses berbagai aspek dan komponen yang mendasari dan mengajar di kelas .Keuntungan Pembinaan terstruktur saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Oleh ini adalah guru diberikan pembinaan secara bertahap karena itu diperlukan adanya suatu kemampuan dalam dan terprogram,guru diberi contoh dan berlatih dengan mengelola seluruh aspek dan komponen tersebut, pengawasan kepala sekolah dalam menyusun Rencana belajar sehinggamampu menciptakan kegiatan

  Pelaksanaan Pembelajaran sehingga guru dapat mengajar yang efektif dan efisien dalam mencapai menyusun secara mandiri. Dengan demikian apakah tujuan yang telah ditetapkan. melalui pembinaan terstruktur itu dapat meningkatkan

  Kenyataan yang ada berdasarkan supervisi

  kompetensi guru dalam menuyusun Rencana

  terhadap guru masih dominan menggunakan pola

  Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)? Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas dan dapat diarahkan sesuai dengan tujuan penelitian maka penulis membatasi permasalahan hanya pada masalah upaya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran melalui pembinaan terstruktur. Dari latar belakang masalah rumusan masalah yang dapat diangkat adalah: Apakah pembinaan terstruktur dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana pelakanaan pembelajaran?

  Kompetens i berasal dari bahasa Inggris

  competency

  yang berarti kecakapan,kemampuan dan wewenang..Peraturan Pemerintah RI No.74 tahun 2008 BAB II Pasal 3 ayat 1 menjelakan bahwa kompetenasi merupakan seperangkat pengetahuan,dan prilaku yang harus dimiliki,dihayati,dikuasai,dan diaktualisaikan oleh guru dalam melakanakan tugas keprofeionalan. Yang dimaksud dengan profeional adalah ahli atau mahir dalamm melakukan pekerjaannya sesuai dengan ilmu yang telah dimilikinya.

  Nana Sujana ( 2008 ) menjelaskan secara sederhana bahwa kompetensi dapat diartikan: “Seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam rangka melakanakan tugas pokok,fungsi dan tanggungjawab terhadap pekerjaan dan atau jabatan yang disandangnya”.

  Permendiknas RI No.74 tahun 2008 BAB I menjelaskan bahwa Guru adalah pendidik profeional dengan tugas utamanya mendidik,mengajar,mem bimbing,mengarahkan,melatih,dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal,pendidikan dasar dan pendidikan menengah.. Guru dalam proses pembelajaran haru memiliki kompetensi tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melakanakan pendidikan pada umumnya dan pada pembelajaran pada khususnya. Seehubungan dengan hal tersebut Permendiknas RI No.74 tahun 2008 BAB II Pasal 3 ayat 2 menjelaskan kompetensi guru meliputi kompetensia) pedagogik; b) kompetensi kepribadian ; c) kompetensi soial; d) dan kompetensi profeional , yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

  Berdasar kepada definisi di atas, maka kompetensi nilai yang harusdireflekikan dalam berfikir dan bertindak dalam rangka melaksanakan MENINGKATKA N HASIL BELAJAR BIOLOGI 285 tugas pokok,fungsi dan tanggungjawab terhadap pekerjaannya baik yang berhubungan dengan pedagigik,kepribadian,sosial dan professional.

  Adapun yang dimaksud dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sekurang- kurangnya memuat; tujuan pembelajaran,materi ajar,metode pengajaran,sumber belajar,dan penilaian hasil belajar.RPP dijabarkan dari silabus,dan merupakan skenario proses pembelajaran untuk mengarahkankegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar.

  Secara rinci RPP memiliki komponen sebagai berikut: (1) Kolom identitas mata pelajaran, (2) Standar Kompetensi, (3) Kompetensi Dasar, (4) Indikator pencapaian kompetensi, (5) Tujuan pembelajaran, (6) Materi pembelajaran, (7) Metoda pembelajaran, (8) Kegiatan pembelajaran, (9) Sumber belajar, dan (10) Penilaian.

  Adapun prinsip penyusunan RPP sebagai berikut:

  1. Berorientasi pada silabus mata pekerjaan,

  2. Perumusan indikator pencapaian kompetensi, pemilihan materi pembelajaran, penyusun urutan penyajian mater i, serta penilaian hasil pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada SK dan KD yang ada dalam silabus, (3) Memeperhatikan perbedaan individual siswa, (4) RPP disusun dengan memeperhatiakan kemamapuan prasyarat, kemamapuan awal, keragaman tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, keragaman latar belakang budaya, norma dan tata nilai serta lingkungan sekolah, (5) RPP disusun dengan memepertimbangkan kemungkinan penerapan teknologi informasi dan komunikassi secara terintegrasi dan sistematis dalam pembelajaran, (6) Mendorong adanya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan., (7) Proses pembelajaran dirancang dengan berfokus pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, insiatif, inspirasi, kemandir ian, dan semangat belajar, serta budaya membaca, menulis dan berhitung, (8) Dalam menyusun RPP harus dirancang adanya pemberian penguatan, umpan balik positif, pengayaan, dan remedial terhadap siswa untuk mengatasi hambatan belajar siswa, (9) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokas i waktu dan sumber

  286 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI belajar dalam satu keutuhan kegiatan, dan (10) RPP disusun dengan mengakomodasikan keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

  Sedangkan pembinaan professional menunjuk

  pada proses peningkatan kualifikasi m aupun kemampuan para angota profesi dalam mencapai

  criteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota profesi.Profesionalisasi pada dasarnya serangkaian proses pengembanagan professional

  (professional development ) baik yang dilakukan melalui pendidikan ,latihan,prajabatan,maupun dalam jabatan.Oleh karena itu upaya profesionalisasi merupakan proses yang terus menerus secepat seseorang menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi.

  pembinaan atau pengembangan tenaga kependidikan merupakan usaha-usaha mendaya gunakan,memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja guru di sekolah.Tujuan dari pembinaan ini adalah tumbuhnya kemampuan guru yang meliputi:pertumbuhan keilmuan,wawasan berpikir,sikap terhadap peker jaan,dan keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.

  Dalam melakukan pembinaan ,perlu dilakukan prinsip-prinsip agar efektif,danefisien.Depdikbud ( 1988:2 ) mengemukakan prinsip pembinaan guru adalah sebagai berikut: (1) Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru, (2) Hubungan antara guru dan Pembina guru didasarkan atas kerabat kerja,

  (3) Pembina guru harus memiliki sifat terbuka dan dapat dijadikan teladan, (4) Dilakukan secara terusmenerus, (5) Dilakukan melalui wadah yang ada, dan (6) Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan sinkronisasi secara horizontal dan vertikal.

  Dalam melaksanakan pembinaan guru dapat mengunakan pendekatan pendekatan yang menurut keyakinannya paling efektif dan efisien serta berdasarkan perhitungan yang matang.Adapun pendekatan-pendekatan yang duterapkan dalam pembinaan kemampuan professional guru tersebut antara lain: Pendekatan Ilmiah ,Pendekatan

  Pendekatan ilmiah adalah suatu pendekatan yang dilakukan berdasarkan cirri-ciri ilmu

  pengetahuan,yaitu: rasional,obyektif,dan empir ik. Dalam pendekatan ini seorang Pembina dalam membina kepada guru harus melakukan 3 hal,yakni: (1) mengimplementasikan hasil temuan para peneliti dibidang pengajaran, (2) bersama-sama dengan para peneliti mengadakan penelitian yang berkenaan dengan pendidikan, (3) menerapkan metoda ilmiah dalam menentukan efektivitas pengajaran.

  Pendekatan artistic dalam pembinaan guru adalah suatu pendekatan yang menyandarkan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan pembina sebagai saran untuk mengapresiasi kejadian-kejadian yang bersifat subtleties (halus,lembut) dalam pengajaran yang sangat bermakna di dalam kelas. Pendekatan ini berusaha menerobos keterbatasan yang dimiliki pendekatan ilmiah yang terlalu berani menggeneralisasikan tampilan pengajaran,yang tampak sebagai keseluruhan peristiwa pengajaran. Raka Joni (1975:13-14) mengemukakan pendekatan artistik ini mencoba menempatkan Pembina sebagai instrument observasi untuk mendapatkan data dalam rangka mengambil langkah- langkah pembinaan. Oleh Karen Pembina sendir i yang ditempatkan sebagai instrumennya, maka dialah yang membuat pemaknaan atas pengajaran yang sedang berlangsung.

Dalam suatu lembaga guru guru sebagai salah satu ”key people” keberhasilan pendidikan, karena

  Sergiovani dan Starrat (1974:113) mengemukakan bahwa cirri-ciri pendekatan artistik adalah sebagai berikut: (1) Menaruh perhatian terhadap karakter ekspresif tentang peristiwa pengajaran yang terjadi, (2) Memerlukan ahli seni dalam bidang pendidikan yang dapat memelihara sesuatu yang halus dan untuk menjangkaunya perlu dengan rsa dalam pengajaran, (3) Mengekspresikan setiap kontribusi unit para guru yang dibina terhadap pengembangan siswa, (4) Menaruh kehidupan kelas secara keseluruhan, (5) Memerlukan hubungan yang baik antara Pembina dan guru, (6) Memerlukan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat menggali potensi guru, (7) Memerlukan kemampuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan setiap peristiwa pengajaran yang ter jadi, (8) Menerima kenyataan bahwa Pembina dengan segala kelebihan dan kekurangannya kepekaan dan pengalamannya merupakan instrument pokok.

  Pendekatan klinis dalam pembinaan guru dapat dikatakan konvergensi diantara keduanya.Dalam pendekatan klinis, pembinaan guru dilakukan secara kolegal dan kesejawatan. Melalui hubungan seperti ini maka kemampuan mengajar guru dapat ditingkatkan. Pendekatan klinis adalah suatu pertemuan tatap muka antara pembina dan guru yang membahas tentang hal mengajar di dalam kelas guna perbaikan mengajar dan pengembangan profesi.

  Ada beberapa prinsip dasar dalam pendekatan klinis, antara lain: (1) Tujuan primer, pembinaan dengan teknik supervisiklinik adalah untuk memperbaiki pengajaran dengan mengobservasi, mengalalis is dan akhirnya mengubah prilaku yang berlangsung di kelas, (2) Pembinaan dengan pendekatan klinis menghendaki kerelas ian tatap muka antara Pembina dengan guru, (3) Tujuan utama pendekatan ini adalah membantu guru melihat seobyektif mungkin, apa yang secara aktual berlangsung di kelas. Prosesnya di desain menyangkut “performance “ bukan “ personality “,

  (4) Pendekatan ini berproses paling baik bila korelasian antara Pembina dan guru diwarnai “mutual trust” (saling mempercayai ) bukan saling mencurigai dan rasa kolegalitas, (5) Pendekatan ini hendaknya merangsang otonomi professional dan professional guru.

  Pembinaan adalah :a)proses perbuatan, cara membina; b) Pembaharuan,penyempurnaan;c) Usaha ,tindakan dan kegiatan yang dilakukansecara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,Departemen Pendidikandan Kebudayaan1989, Balai Putaka). Terstruktur adalah usaha bagaimana seuatu disusun atau dibangun. ( Kamus besar Bahasa Indonesia,Departemen pendidikan dan Kebudayaan (1989 ),Balai Pustaka.

  Berdasar pada definisi diatas Pembinaan terstruktur adalah suatu usaha atau upaya tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terusun,atau dibangun agar secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini dilakanakan di SMP Negeri 3 Ciawi, Kecamatan, Ciawi, Kabupaten Bogor, Provini Jawa Barat.dengan sasaran 19 guru PNS semua mata pelajaran yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 13 perempuan. Dari semua guru ini rata

  • – rata berpendidikan S1, hanya 3 yang berpendidikan 2015 sampai dengan 14 April 2015.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan MENINGKATKA N HASIL BELAJAR BIOLOGI 287

  dalam Penelitian Tindakan sekolah (PTS) ini adalah pengamatan langsung (observasi), angket dan wawancara (interview) terhadap guru-guru. Data yang diperoleh diolah dan dianalis is dengan menggunakan statistik dekriptif guna menentukan tingkat kompetensi guru pada setiap siklus. Untuk keperluan analis is deskriptif dengan menggunakan suatu kriteria standar sebagai berikut: Tingkat penguasaan 81% - 100% dikategoriakan baik sekali, Tingkat penguasaan 61% - 80% dikategoriakan baik, Tingkat penguasaan 41% - 60% dikategorikan cukup, Tingkat penguasaan 21% - 40% dikategorikan kurang, Tingkat penguasaan 1% - 20% dikategorikan kurang sekali.

  Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Menyusun jadwal pembinaan, (2) Melaksanakan pembinaan .memberi contoh,melakukan latihan,melakukan pengawasan, dan melakukan kerja secara mandiri, (3) Mengidentifikai kekurangan dan kelemahan berdasarkan hasil observasi, (4) Melaksanakanpembinaan terhadap komponen yang masih memiliki kekurangan atau kelemahan .

  Indikator keberhasilan dalam pelakanaan penelitian ini adalah adanya peningkatan prosentase penilain RPP minimal 10 % pada setiap siklus. Apabilatercapai peningkatan lebih dar i 10%, dianggap antusias,aktivitas dan kompetensi guru setiap siklus mengalami peningkatan. Siklus dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah ini, peneliti melaksanakan sebanyak dua siklus.

  Hasil Penelitian

  Berdasarkan angket, wawancara yang disampaikan kepada 19 guru PNS di lingkungan SMP Negeri 3 Ciawi dan observasi diperoleh informasi bahwa guru-guru ada yang belum membuat RPP secara rutin. Guru mengajar tanpa menggunakan RPP. Hal ini menggambarkan motivasi dan kompetensi guru sangat rendah, asumsi peneliti jika kompetensi guru rendah maka tidak akan dapat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik, maka dapat dipastikan proses pembelajaran tidak akan efekif dan efisien karena tidak memiliki pedoman dan alat ukur yang jelas untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil pembelajaran. Dalam upaya memperbaiki kemampuan guru dalam membuat RPP, peneliti melakukan tindakan sekolah dalam 2 siklus.

  288 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI Siklus I Perencanaan. Perencanaan dilakukan dengan menyusun jadwal pembinaan, dan menyusun instrument penelitian.

  Pelaksanaan. Pada siklus ini peneliti menyampaikan maksud untuk melaksanakan pembinaan dilingkungan SMP Negeri 3 Ciawi. Pembinaan ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah di susun. Pada setiap pertemuan pembinaan dihadir i oleh seluruh guru yaitu 21 orang, dengan kegiatan sebagai berikut: (1) Melakanakan pertemuan dengan semua guru.untuk memperlancar pembinaan, (2) Menjelakan definisi,manfaat,ciri-ciri dan tujuan penelitian, (3) Menjelakan maksud setiap indikator dan instrumen, (4) Melakanakan pembinaan I berdasarkan instrument penelitian.

  Adapun pembinaan ini terfokus pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ,dengan rincian sebagai berikut: Pengertian RPP,komponen RPP,Prinsip penyusunan RPP dan Langkah-langkah penyusunan RPP.Mengingat kompetensi guru-guru di SMP 3 Ciawi masih belum optimal maka proses pembinaan ini diawali dengan memberi contoh langkah- langkah dan prosedur penyusunan RPP, kemudian dilanjutkan dengan latihan tentunya tidak terlepas dengan pengawasan, pada akhirnya mereka dapat menyusun RPP secara mandiri.

  Observasi. Pengamatan dilakanakan bersamaan dengan pelaksanaan pembinaan. ,terhadap 21 orang guru. Pengamatan berdasarkan indikator dan instrumen.Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh melalui pengamatan. Mengidentifikasi komponen-komponen yang masih dianggap bernilai kurang. Menghitung nilai has il kiner ja guru dan dirata-rata.dalam kemampuan menyusun rencana pelakanaan pembelajaran.

  Has il observasi pada siklus I menunjukkann rata- rata kompetensi guru di SMP Negeri 3 Ciaw i, berada dalam katagor i baik yaitu pada prosentase 72 %, dari Pra siklus 66,83 %, ini menunjukkan kenaikan 5,17 % .Akan tetapi secara kuantitatif gambaran kompeteni guru dalam menyusun rencana pelaksanaan belum mencapai target indikator keberhasilan 10 %. Penyusunan RPP harus mencapai kategori Baik sekali sesuai dengan tuntutan keprofesian seorang Guru . Artinya hasil Siklus I masih belum mencapai harapan ,atau masih kurang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka diperlukan penelitian tahap ke dua.

  Agar lebih jelas kompetensi guru dalam melaksanakan penyusunan rencana pelakanaan pembelajaran ( RPP ) pada setiap guru, maka dapat dilihat hasilnya pada diagram berikut ini.

  Diagram.1 Kemampuan guru dalam penyusunan recana pelakanaan pembelajaran

  Pra Siklu s

  I Refleksi. Setelah selesai melaksanakan penelitian

  tindakan sekolah pada siklus I peneliti menyampaikan ketidak puasan hasil pengamatan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran kepada semua guru yang ada di SMP Negeri 3 Ciawi.

  Dari hasil pengamatan penelitian tindakan sekolah ditemukan guru belum membuat RPP seperti ketentuan yang tertuang dalam stándar proses,karena belum mampu dan belum menguasai cara menyusun RPP. terutama mengenai: perumusan tujuan pembelajaran,pemilihan dan pengorganisasian materi ajar,pemilihan sumber/media pembelajaran, scenario ataukegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

  Temuan hasil penelitian tindakan sekolah diampaikan dan didiskusikan, mendapat respon dari semua guru untuk ditindak lanjuti. Akhirnya diputuskan untuk diadakan penelitian tindakan sekolah pada siklus ke -2, dengan mendatangkan tenaga akhli( Pengawas) untuk menjadi penyaji dalam Work shop dalam penyusunan RPP yang baik.

  Siklus ke II Siklus II dalam penelitian tindakan sekolah ini berlangung mulai tanggal 20 Pebruari s.d 14 Maret 2015., dengan tahapan sebagaimana sudah direncanaan.Penelitian tindakan sekolah pada siklus II diawali dengan membuat jadwal pembinaan yang disepakati dan diketahui oleh semua guru yang ada di SMP Negeri 3 Ciawi. Perencanaan. Pada siklus

  II peneliti menggunakan instrument yang sama untuk mengetahui kompetensi guru dalam pelakanaan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

  Pelaksanaan. Peneliti melakukan pembinaan untuk penyusunan rencana pelakanaan pembelajaran pada guru-guru SMP Negeri 3 Ciawi, pada kegiatan penelitian tindakan sekolah s iklus II ,dengan jadwal yang telah disepakati bersama.dan instrument disiapkan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Yang menjadi fokus pembinaan adalah komponen RPP,prinsip penyusunan RPP.dan langkah-langkah penyusunan RPP.

  Observasi. Setelah mengadakan pengamatan dan pe ngawasan terhadap 26 orang guru dalam penyusunan rencana pelakanaan pembelajaran sungguh menggembirakan.Terdapat perubahan kemampuan yang ditunjukkan oleh guru.Mereka menunjukkan motivasi yang tinggi dan peningkatan kompetensi dalam penyusunan rencana pelaksanan pembelajaran.

  Berdasarkan hasil observasi pada s iklus II menunjukkan bahwa rata-rata kompetensi guru di SMP Negeri 3 Ciawi, berada dalam katagori baik yaitu pada prosentase 87,9 %, dari Para siklus 72 %, ini menunjukkan kenaikan 15,9 %. Secara kuantitatif gambaran kompeteni guru dalam menyusun rencana pelaksanaan sudah melebihi target indikator keberhasilan 10 %. Penyusunan RPP sudah mencapai kategori Baik sekali sesuai dengan tuntutan keprofesian seorang Guru. Artinya hasil Siklus

  IIsudah mencapai keberhasilan.

  Agar lebih jelas kompetensi guru dalam melaksanakan penyusunan rencana pelakanaan pembelajaran ( RPP )setiap guru, pada siklus II,maka dapat dilihat hasilnya pada diagram berikut ini.

  Diagram. 2 Hasil Penelitian Siklus II 100 90 80 70

  60 50 40 30 20

  MENINGKATKA N HASIL BELAJAR BIOLOGI 289

  Refleksi. Setelah menyelesaikan penelitian tindakan sekolah siklus II peneliti melakukan refleksi ,mengapa pada siklus I guru-guru tidak mampu menunjukkan kompetens i pedagogiknya dengan baik, itu disebabkan mereka kurang mampumenyusun RPP sesuai dengan estándar BNSP. Setelah diber ikan pembinaan secara terstruktur ternyata guru mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dalam penyusunan RPP, hal ini menunjukkan bahwa peran kepala sekolah diper lukan untuk membangkitkan motivasi, agar guru berusaha meningkatkan kompetensi dalam penyusunan RPP melalui pembinaan yang terus menerus dan ditindaklanjuti.

  Sehubungan dengan perolehan nilai kompetensi guru dalam penyusunan RPP pada siklus II baik ,artinya ada perubahan yang cukup meningkat maka peneliti tidak melanjutkan ke siklus berikutnya. Selain itu akar permasalahannya bahwa guru perlu ditingkatkan kompetensinya dalam menyusun rencana pelakanaan pembelajaran melalui pembinaan terstruktu,baik oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas.Karena itu diharapkan kepala sekolah melakukan pembinaan terstruktur sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

  Pembahasan

  Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) belum optimal. Secara kuantitatif baru mencapai 75% saja rata-rata kompetensi guru termasuk kedalam katagori baik.

  Pada siklus II setelah mereka mengikuti pembinaan secara terstruktur, kompetensi Guru meningkat sehingga hasilnya sangat merujuk bagi keberhasian penelitian.Kompetensi mereka pada pelaksanaan penyusunan RPP secara kuantitatif memperoleh rata-rata nilai 87,9 %,artinya terdapat kenaikan 15,9 % .Hal ini menunjukkan peningkatan

  secara signifikan, karena mencapai estándar peninktan melebihi indikator keberhasilan, yaitu 10%.

  Agar tampak lebih jelas perubahan kompetensi guru dalam menyusun RPP pada siklu I dan II perhatikan diagram berikut.

  290 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

  Diagram3 Kompetensi guru dalam menyusun RPP

  Pembinaan Terstruktur

  Sehubungan hasil penelitian di atas ,maka kepala sekolah diharapkanselalu melakukan pembinaan terstruktur secara proporsional, berkelanjutan dan mengacu pada tuntutan sertifikasi Guru.

  Kesimpulan

  Kompetens i guru di lingkungan SMP Negeri 3 Ciawi, Kecamatan Ciawi , Kabupaten Bogor dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pembinaan terstruktur.Hal ini terbukti dengan adanya pembinaan terstruktur,yakni secara kuantitatif mendapat nilai rata-rata artinya kompetensi mereka meningkat dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peningkatan Kompetens i guru pada pelaksanaan penyusunan RPP secara kuantitatif memperoleh rata-rata nilai prosentase 72 %, dari Pra siklus, dan pada siklus I 66,83 %, ini menunjukkan kenaikan 5,17 %

  

.Kemudian prosentase kompetensi guru meningkat 87,9 % pada siklus II, artinya terdapat

kenaikan 15,9 % , dari Siklus I 72%. Hal ini menunjukkan peningkatan secara signifikan,

karena mencapai estándar peninktan melebihi indikator keberhasilan, yaitu 10 %.

  Pedagogia, Volume 7 Nomor 2 Tahun 2015

  Atas dasar temuan penelitian di atas di sarankan kepada Kepada kepala sekolah diharapkan membuat program pembinaan tersrtuktur dan melaksanakannya secara konsisten dan berkelanjutan. Kepada para pengawas SMP diharapkan untuk memberikan pembinaan dan supervis i di sekolah binaannya. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor agar dapat menjadikan hasil temuan pengawas SMP sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil atau memutuskan suatu kebijakan sehingga terjadi adanya korelasi antara temuaa pengawas dan kebijakan dinas pendidikan kabupaten Bogor.

  Daftar Pustaka Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakatra, Balai pustaka.

  Depdinas. 2008. Permendiknas, No.74,tahun 2008, tentang Guru.

  Depdiknas. 2007. Permendiknas No.16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Heryawan, Herry, Asep, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran,UT,Jakarta.

  

Pusdiklat Pegawai. 2010. Bahan Pembelajaran Diklat Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah,

Bandung. Rohaeni, Een. 2010.

  RPP Terbaik ….?,Suara Daerah, Edisi 466, Bandung.

  Undang, Gunawan. 2010. Teknik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Sayaga Tama.

  Biodata Penulis Lilik Suhartini, Kepala Sekolah Sekolah Menengah

  Pertama (SMP) Negeri 3 Ciawi, Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor.

PEDOMAN PENULISAN

  

Kami membuka kesempatan bagi Anda untuk mempublikasikan karya ilmiah Anda melalui

Pedagogia. Berikut ini adalah pedoman penulisan karya ilmiah yang merupakan syarat

dipublikasikannya karya tulis ilmiah Anda.

  1. PEDAGOGIA menerima artikel dan jurnal baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris mengenai topik-topik yang berkaitan dengan kependidikan, Bahasa Inggris, Bahasa dan sastra Indonesia, dan Biologi yang belum pernah dipublikasikan di manapun sebelumnya.

  2. Agar dapat dipublikasikan, maka naskah harus ditulis dalam MS Word dengan format .doc, menggunakan ukuran huruf 12 jenis Times New Roman, spasi tunggal dan berkolom 2 kecuali untuk abstrak dan tabel atau gambar yang tidak memungkinkan untuk diperkec il.

  Ukuran kertas A4-size dengan jumlah halaman 10-15.

  3. Artikel akan dikaji oleh para redaktur pelaksana yang kemudian diedit oleh tim editing tanpa mengubah makna.

  4. Artikel yang bukan hasil penelitian harus memuat:(a) Judul; (b) Nama lengkap para penulis

  tanpa gelar; (c) abstrak (maks.100 kata); (d) Kata Kunci; (e) Pendahuluan; (f) Isi; dan (g) referensi.

  5. Artikel hasil penelitian harus memuat: (a) Judul; (b) Nama Lengkap para penulis tanpa gelar; (c) Abstrak (maks. 200 kata); (d) Kata kunci; (e) Pendahuluan yang mencakup kajian pustaka dan tujuan penelitian; (f) Metode; (g) Penemuan; (h) Pembahasan; (i) Simpulan dan Saran; (j) Referensi; dan (k) Appendiks, jika ada.

  6. Referensi harus ditulis secara alfabetis dan kronologis sesuai dengan APA style.

  

7. Naskah dan juga riwayat singkat penulis dikirimkan melalui e mail kepada

rais72rais@gmail.com atau istiqlaliah@gmail.com.

  Bogor, 2015 Redaksi Pedagogia