Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak Sesi 1 (Revisi Maret 2018) 2
MODUL
PENGASUHAN &
PENDIDIKAN ANAK
PERTEMUAN PENINGKATAN
KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN P2K2
MENJADI ORANGTUA YANG LEBIH BAIK Sesi 1 Pengasuhan anak tidak semata-mata tanggung jawab ibu. Ayah dan ibu memiliki tanggung jawab yang sama meskipun menjalankan peran yang berbeda. Oleh karena itu, kehadiran para ayah di dalam sesi pengasuhan dan pendidikan anak, sangat diharapkan agar mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang sama dengan para ibu, demi meningkatkan kemampuan pengasuhan bersama. Sarankan kepada para ibu untuk mengajak serta suami mereka mengikuti pertemuan ini.
TUJUAN:
- Membangun kesadaran peserta mengenai pentingnya peran mereka sebagai orangtua dan pengaruh mereka terhadap tumbuh kembang anak.
- Membangun kesadaran untuk menggunakan pola pengasuhan yang lebih positif.
LANGKAH 1 PEMBUKAAN
Proses yang perlu dilakukan:
7 M E N I T
1. Ucapkan selamat datang dan terima kasih kepada peserta atas kedatangan mereka.
2. Perkenalkan tujuan dari kegiatan ini, yaitu sebagai pertemuan untuk belajar tentang Pengasuhan dan Pendidikan Anak.
3. Lalu sampaikan nama ke-4 sesi: menjadi orang tua yang lebih baik, memahami perilaku anak, memahami cara anak usia dini, membantu anak sukses di sekolah, serta kegiatan yang akan dilakukan selama pertemuan yaitu berupa diskusi, permainan, menonton film, juga dilanjutkan dengan mempraktikkan cara pengasuhan di rumah.
4. Ajukan pertanyaan berikut pada 3-4 orang peserta: Kenapa kita
harus menjadi orangtua yang lebih baik?
5. Ucapkan terima kasih atas pendapat peserta, lalu sampaikan kesimpulan:
- • Kita akan belajar bersama bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik lagi, karena orangtua yang lebih baik akan membesarkan anak yang hebat!
2. Minta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi.
3.
Hak Anak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh anak, bahkan sejak dia ada di dalam kandungan. Contoh: hak mendapatkan pendidikan dan informasi, makanan sehat, kasih sayang, perlindungan, bermain, dan sebagainya.
Orang tua wajib menyekolahkan anak sampai menyelesaikan pendidikan dasar, makanan sehat, memenuhi kasih sayang, melindungi anak, memberi kesempatan bermain, dan sebagainya.
4. Sampaikan kepada peserta mengenai prinsip-prinsip hak anak, ada empat yaitu: non diskriminasi/tidak membeda-bedakan; kepentingan terbaik untuk anak; kelangsungan hidup dan perkembangan anak; penghargaan terhadap pendapat anak.
5. Beri kesempatan 4 atau 5 orang peserta untuk memberikan contoh prinsip-prinsip hak anak dalam kehidupan sehari-hari.
6. Ucapkan terima kasih dan sampaikan kepada peserta.
HAK PENGASUHAN ANAK LANGKAH 2
Proses yang perlu dilakukan:
20 M E N I T
1. Tempel kartu di dinding atau kertas flip chart berdasarkan kelompok hak dan kewajiban
a. Hak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang.
b. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
7. Sampaikan pertanyaan pada 3-4 peserta di mana saja kemungkinan anak diasuh di luar keluarga inti (Bapak, Ibu, dan Anak) dan apa penyebabnya.
8. Ucapkan terima kasih dan sampaikan bahwa:
a. Peran orang dan keluarga adalah memastikan anak terpenuhi hak-haknya dan men cegah anak dari ke- terpisahan.
b. Pengasuhan di luar keluarga inti, keluarga besar, orangtua
asuh, pengangkatan anak (adopsi), dan pan sebagai pilihan
terakhir harus menyediakan lingkungan terbaik yang dapat
memenuhi kebutuhan kasih sayang anak, dan kelekatan
melalui keluarga pengganti.9. Minta peserta untuk memenuhi hak anak dan mempraktikkan kewajiban orangtua di rumah.
LANGKAH 3 PENGASUHAN DAN DISIPLIN POSITIF
Proses yang perlu dilakukan:
30 M E N I T
1. Pandu peserta untuk berpikir sejenak dan mengingat pengalaman diasuh ketika masih kecil.
2. Beri kesempatan 4 atau 5 orang peserta untuk menyampaikan pengasuhan yang paling berkesan yang pernah mereka terima waktu masa kanak-kanak.
3. Ucapkan terima kasih dan sampaikan kepada peserta:
a. Pengasuhan anak adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan.
b. Pengalaman diasuh ada yang baik dan ada yang tidak baik.
c. Pengalaman pengasuhan yang baik yang peserta terima akan menjadi pembelajaran untuk menerapkan pengasuhan pada anak-anak dan pengalaman pengasuhan yang tidak baik tidak perlu diterapkan pada anak-anak.
2. Meminta peserta bergabung dalam 5 kelompok untuk menyusun piramida pengasuhan.
3. Bagikan kotak piramida pengasuhan kepada masing- masing kelompok.
4. Minta peserta untuk menyusun kotak membentuk sebuah piramida.
Peserta memilih 5 kotak pertama yang dianggap paling penting dalam pengasuhan di bagian dasar bangunan piramida. Kemudian memilih 4 kotak berikutnya yang dianggap penting kedua, pilih lagi 3 kotak, 2 kotak, dan satu kotak terakhir yang diletakkan paling atas, sehingga nampak seperti piramida.
5. Sampaikan pada peserta cerita 2a: Pak Ruslan adalah seorang buruh
bangunan yang bekerja di luar kota (minta peserta mencabut
kotak ayah), sementara istrinya Ibu Lila bekerja sebagai TKW di luar
negeri karena pendapatan Pak Ruslan yang tidak memadai (minta
peserta mencabut kotak ibu). Karena tidak terdaftar secara resmi,
gaji Ibu Lila sering tertunda, sehingga kedua anaknya, Ani dan Budi harus putus sekolah (minta peserta mencabut kotak pendidikan) dan tidak dalam pengasuhan dan kasih sayang orangtua (minta
peserta mencabut kotak kasih sayang). Karena pendapatan yang
tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan makan (minta peserta
mencabut kotak makanan), akhirnya Pak Ruslan memutuskan untuk menjual rumah miliknya (minta peserta mencabut kotak rumah).
6. Apa yang menyebabkan piramida rubuh?
7. Tanyakan kepada peserta siapa yang paling bertanggung jawab dalam memenuhi aspek pengasuhan dan membangun piramida tersebut dan minta 3 atau 4 orang peserta untuk menjawabnya.
8. Ucapkan terima kasih dan sampaikan bahwa: a. Pengasuhan anak menjadi tanggung jawab orangtua.
b. Pemenuhan kebutuhan anak harus berkelanjutan dan
lengkap, apabila ada salah satu aspek yang hilang akan
berdampak kepada tumbuh kembang anak.c. Pengasuhan yang baik dapat dilakukan dengan disiplin positif.
9. Tanyakan kepada peserta apakah pernah mendengar kata “disiplin”, apa yang mereka ketahui tentang arti disiplin?
10. Minta 3-4 peserta untuk menyampaikan pendapatnya tentang disiplin positif.
11. Ucapkan terima kasih dan sampaikan: disiplin positif adalah mengajarkan secara terus menerus tanpa melakukan hukuman fisik, bentakan, ancaman atau hukuman lainnya. Minta peserta membentuk 2 kelompok untuk memilah kartu yang dibagikan ke dalam kelompok disiplin positif dan bukan disiplin positif. Tempelkan kartu-kartu tersebut pada kertas flip chart atau tembok. Kartu-kartu tersebut berisi: • Memarahi anak ketika melakukan kesalahan.
- Membangun hubungan yang saling menghargai dengan anak.
- Memberikan ancaman kepada anak ketika mereka tidak menuruti perintah.
- Memberikan sanksi/hukuman ketika anak melakukan kesalahan.
- Membiarkan anak melakukan apapun yang mereka mau.
- Mengajari anak untuk dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
- Mengajari kasih sayang.
- Mengajari anak peduli terhadap sesama.
- Mengajari anak menghargai diri sendiri dan orang lain.
- Mengkomunikasikan aturan dengan jelas.
- Mengabulkan semua permintaan anak.
- Selalu membela anak jika sedang berselisih dengan orang lain.
- Meningkatkan kepercayaan diri anak.
- Pemecahan masalah untuk membentuk sikap anak.
- Pengasuhan yang serba membolehkan.
- Tidak ada peraturan, batasan atau tuntutan.
12. Minta 3 atau 4 orang peserta untuk menyampaikan tentang hasil kerja kelompok.
13. Ucapkan terima kasih dan sampaikan pengelompokan yang tepat sebagai berikut:
DISIPLIN POSITIF BUKAN DISIPLIN POSITIF
- Membangun hubungan yang • Memarahi anak ketika sa ling menghargai dengan melakukan kesalahan.
- Mengajari anak untuk dapat anak ketika mereka tidak menentukan mana yang baik menuruti perintah. dan mana yang tidak baik. • Memberikan sanksi/hukuman
- Mengajari kasih sayang. ketika anak melakukan • Mengajari anak peduli terhadap kesalahan.
sesama. • Membiarkan anak melakukan • Mengajari anak menghargai diri apapun yang mereka mau. sendiri dan orang lain. • Pengasuhan yang serba • Mengkomunikasikan aturan membolehkan. dengan jelas. • Tidak ada peraturan, batasan • Meningkatkan kepercayaan diri. atau tuntutan.
- Pemecahan masalah untuk • Mengabulkan semua membentuk sikap anak. permintaan anak.
- Selalu membela anak jika sedang berselisih dengan orang lain.
14. Ucapkan terima kasih dan sampaikan bahwa disiplin positif: • Bukan selalu menyetujui apapun keinginan anak.
• Bukan membiarkan anak melakukan apapun yang diinginkan.
- • Bukan tanpa aturan, batasan, atau harapan.
15. Kemudian sampaikan pada peserta bahwa pengasuhan dengan
kekerasan (bukan positif disiplin) membuat anak ketakutan, cemas, kepercayaan diri anak rendah, sulit mempercayai orang lain, dan memecahkan masalah dengan menggunakan kekerasan.
16. Minta peserta untuk mempraktikkan disiplin positif di rumah.
LANGKAH 4 TUJUAN JANGKA PANJANG PENGASUHAN
Proses yang perlu dilakukan:
15 M E N I T
1. Jelaskan pada peserta bahwa kali ini kita akan sama-sama mempelajari terlebih dahulu mengenai bagaimana menentukan tujuan jangka panjang pengasuhan.
2. Ajaklah peserta untuk merasa nyaman dan minta untuk memejamkan mata dan membayangkan cerita berikut:
Pagi itu anda sudah membangunkan anak-anak dan menyuruh mereka bersiap untuk pergi ke sekolah. Namun anak-anak masih malas bangun sementara Anda harus menyiapkan sarapan dan segera berangkat bekerja.
3. Ulangi cerita tersebut sekali lagi hingga peserta bisa menghayatinya.
Kemudian tanyakan kepada peserta, apa yang peserta ingin anak-
anak tersebut lakukan pada saat itu? Beri contoh seperti: mandi,
sikat gigi, sarapan, menyiapkan alat tulis, memakai sepatu, dan sebagainya.
4. Tulis jawaban peserta dalam flip chart berjudul Tujuan Jangka Pendek.
5. Sampaikan bahwa yang disebutkan oleh peserta adalah tujuan jangka pendek.
6. Sampaikan bahwa tujuan jangka pendek yaitu ketika orangtua/
pengasuh memaksa anak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu saat itu juga. Sebagian besar perilaku orangtua merupakan reaksi terhadap tujuan jangka pendek, dan hal ini menyebabkan stres. Misalnya, meminta anak untuk mandi, sikat gigi, sarapan, memakai sepatu, atau melarang anak pergi, naik ke atas meja, dan sebagainya.
7. Ajaklah peserta untuk kembali menyimak kelanjutan dari cerita yang pertama berikut:
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, sekolah akan segera dimulai. Namun ketika Anda kembali dari dapur, anak belum
bersiap-siap berangkat ke sekolah. Dia malah asyik bermain-
main dan masih mewarnai buku gambarnya.8. Tanyakan kepada peserta, dalam situasi tersebut biasanya: a. Apa yang Anda rasakan? (Misal: kesal, frustasi, marah, dsb).
b. Apa yang terjadi dengan tubuh Anda? (Misal: gemetar, berkeringat, mata melotot, dan sebagainya).
c. Apa yang terjadi dengan nada suara Anda? (misal: berteriak, membentak, mengomel, dan sebagainya) d. Apa yang Anda lakukan? (Misal: mencubit, menampar, menyeret anak, dan sebagainya).
9. Tulis jawaban peserta pada kertas flip chart.
10. Sampaikan kepada peserta bahwa situasi tersebut menandakan
bahwa kita sedang berada dalam kondisi tertekan atau dikenal dengan stres. Dalam menghadapi stres biasanya kita akan marah, gemetar, berteriak, mencubit, menampar, menyeret anak dan lain sebagainya.
Sampaikan pula kepada peserta bahwa ketika orangtua hanya
berfokus pada tujuan jangka pendek, hal itu akan menyebabkan stres yang membuat orangtua kehilangan kendali terhadap dirinya dan memicu terjadinya praktik kekerasan terhadap anak. Dalam situasi tersebut kita akan kehilangan kesempatan untuk memberikan contoh dan mengajarkan perilaku yang baik terhadap anak-anak kita. Bahkan kita akan memberikan contoh yang buruk bagi anak.
11. Ajaklah orang tua untuk kembali menyimak kelanjutan dari cerita yang pertama berikut:
“Bayangkan ini…
Anak kita sekarang sudah dewasa, berusia 20 tahun.”
12. Sampaikan kepada peserta bahwa
beberapa anak di usia tersebut sudah mandiri, bertanggung jawab, mampu membedakan mana yang baik dan buruk.
13. Bagi peserta menjadi dua kelompok dan minta mereka menjawab pertanyaan:
1) Apa yang orangtua harapkan ketika anak sudah menginjak usia tersebut? Pastikan bahwa jawaban yang disampaikan bukan terkait dengan profesi seperti guru, PNS, dokter, dan sebagainya; tetapi, lebih pada kepribadian anak seperti jujur, bertanggung jawab, mandiri, berjiwa sosial tinggi, dan sebagainya. Jika jawaban yang disampaikan peserta terkait dengan profesi seperti guru/ dokter dan sebagainya, tanyakan kembali guru/dokter yang seperti apa, dan sebagainya. 2) Hubungan seperti apa yang Anda inginkan dengan anak pada usia tersebut? Pastikan bahwa jawaban yang disampaikan terkait dengan kualitas hubungan, misalnya menjadi seperti sahabat dengan anak, saling terbuka, saling memberi dukungan, menjadi tempat curhat, akrab, dan sebagainya.
14. Tuliskan jawaban peserta pada flip chart Tujuan Jangka Panjang.
15. Sampaikan pada peserta bahwa tujuan jangka panjang adalah
kepribadian atau karakter baik yang kita inginkan ada pada anak ketika mereka dewasa. Tekanan sehari-hari sebagai orangtua dapat membawa kita terjebak dalam tujuan jangka pendek yang akan menghambat kemajuan tujuan-tujuan pengasuhan jangka panjang yang diinginkan orangtua.
16. Sampaikan bahwa: untuk mencapai tujuan jangka panjang,
seperti misalnya mandiri dan bertanggung jawab, orang tua harus berdiskusi dengan anak seperti: "De, adik kan tahu, ibu
sibuk di dapur pagi-pagi, ade mau nolong ibu kan biar pekerjaan
ibu selesai, ade juga tidak terlambat ke sekolah. Ade belajar mandi sendiri ya, siapin perlengkapan sekolah pada malam sebelumnya...."17. Minta peserta untuk mempraktikkan tujuan jangka panjang di rumah.
LANGKAH 5 MENYEDIAKAN KEHANGATAN DAN BIMBINGAN DALAM PENGASUHAN
Proses yang perlu dilakukan:
25 M E N I T
1. Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan belajar bersama tentang pentingnya menyediakan kehangatan dan bimbingan dalam pengasuhan anak.
2. Lakukan diskusi berpasangan, apa yang dimaksud dengan kehangatan dalam pengasuhan.
3. Minta perwakilan pasangan untuk menyampaikan pendapatnya tentang kehangatan dalam pengasuhan.
4. Ucapkan terima kasih dan sampaikan: kehangatan adalah
menciptakan rasa aman dan percaya sehingga memunculkan dorongan untuk mempelajari sesuatu yang baru; ketika kita merasa aman, kita dapat belajar; kehangatan merupakan hal penting, namun tidak cukup jika berdiri sendiri. Sampaikan
bahwa dalam iklim pengasuhan yang penuh kehangatan, anak-
anak ingin bekerja sama dengan orangtua. Sampaikan bahwa kehangatan dapat menciptakan kerja sama dan mengajarkan nilai-nilai jangka panjang.
5. Minta peserta untuk membuka dan membacakan buku pintar mengasuh anak tentang 6 Pilar Kehangatan:
- Pastikan anak Anda merasa aman.
- Pastikan anak Anda merasa dicintai dalam kondisi apapun.
- Anda menunjukkan cinta lewat kata-kata dan tindakan.
- Anda memahami tentang kebutuhan anak pada usia ini.
- Anda memahami tentang bagaimana perasaan anak pada usia ini.
- Anda memahami bagaimana pemikiran anak pada usia ini.
6. Sampaikan bahwa kehangatan merupakan hal penting dalam pengasuhan, namun perlu dilengkapi dengan adanya bimbingan yang berisi informasi yang diperlukan dalam pengasuhan agar anak berhasil.
7. Minta peserta untuk membuka dan membacakan buku pintar mengasuh anak tentang 6 Pilar Bimbingan:
- Memberikan bimbingan berperilaku kepada anak dengan jelas.
- Menyampaikan alasan dengan jelas.
- Mendukung dan membantu anak untuk berhasil.
- Menjadi contoh yang positif.
- Mendukung cara pandang dan pendapat anak.
- Menyelesaikan masalah bersama-sama.
8. Selanjutnya kita akan bermain kartu kehangatan dan bimbingan.
Bagi peserta menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk menempatkan kartu-kartu tersebut, mana yang termasuk kehangatan dan mana yang termasuk bimbingan seperti tertulis pada tabel berikut ini:
APA ITU KEHANGATAN?
- Meyakinkan anak merasa aman
- Meyakinkan anak merasakan dicintai, tanpa syarat
- Menunjukkan cinta dalam kata dan tind>Memikirkan kebutuhan anak di usia ini
- Mempertimbangkan yang anak pikir- kan di usia ini
- Memikirkan bagaimana perasaan anak Anda • Memberikan bimbingan yang jelas untuk anak bers
- Menjadi model yang positif >Memberikan penjelasan untuk setiap alasan
- Mendukung cara pandang dan ide anak
- Mendukung dan membantu anak untuk berhasil
- Menyelesaikan masalah bersama-sama
- Anak kalau capek akan berhenti sendiri.
- Anak menangis adalah olah raga supaya cepat besar.
- Paru-paru dan jantungnya kuat kalau menangis terus, dsb. Kondisi-kondisi di atas ternyata mengancam kelekatan yang aman pada anak. Beberapa contoh membangun kelekatan dengan anak: • Memberikan ASI sampai usia 2 tahun.
- Menggunakan popok kain. Selain membangun kelekatan, menjaga kesehatan, juga mengajarkan anak untuk memiliki kebiasaan mengatur waktu buang air kecil dan besar.
- Membiasakan berkomunikasi dengan anak sejak di dalam kandungan.
- Dan lain-lain.
- Merasa tenteram apabila dekat dengan orang tua/ pengasuhnya.
- Merasa gelisah atau cemas bila jauh.
- Selalu merindukan untuk bertemu dengan orangtua/ pengasuh yang lekat.
- Ramah dan ceria.
- Banyak bertanya.
- Aktif mencari tahu.
- Menyampaikan keinginannya dengan baik.
- Mulai belajar mandiri. >Menghindari kontak mata
- Tidak tersenyum
- Menolak untuk ditenangkan dan diberhentikan tangisnya.
- Tidak peduli jika ditinggalkan oleh orangtua/pengasuh
- Tidak tertarik pada kehadiran orangtua/pengasuh
- Tidak tertarik bergaul dengan teman sebayanya.
- Merasa gelisah atau cemas bila dekat dengan orangtua/ pengasuh.
- Memberi rasa aman
- Merespon dengan penuh empati
- Memastikan keselam
- Mampu bergaul dengan baik
- Memiliki rasa empati
- Mengabaikan/melalaikan kebutuhan anak
- Menjauhkan diri dari anak
- Berlaku kasar, kejam, menaku>Cemas & menghindar
- Menjadi pembangkang, anti sosial, dan agresif
- Memberikan rasa aman, penuh empati, dan memastikan keselamatan anak.
- Belajar memahami anak Anda: bagaimana ekspresi wajahnya, nada suara mereka, cara mengkomunikasikan kebutuhan dengan Anda? • Beri perhatian kepada hal-hal yang disukai anak.
- Menanggapi anak dengan ekspresi yang menyenangkan
- Membina hubungan keluarga yang penuh rasa memiliki, norma, harapan, tanggung jawab.
- Ingatkan diri Anda bahwa membangun hubungan yang baik dengan anak dan mendapatkan kepercayaan mereka perlu waktu.
- Kontinuitas (berkelanjutan): mencakup interaksi antara orang tua dengan anak yang tetap dan berulang.
- Stabilitas,
- Mutualitas,
- Cara ke-1 menjadi orangtua yang lebih baik adalah dengan mengingat hal membahagiakan yang dirasakan sebagai orangtua, karena ini dapat memperkuat kasih sayang orangtua pada anak.
- Selain itu dengan berbagi dan berdiskusi mengenai masalah/ tantangan dalam mengasuh anak, sehingga bisa lebih ringan dalam menghadapi masalah yang ada.
- Peserta diminta untuk memegang kepala, pundak, lutut dan kaki secara berurutan beberapa kali, dan terus melakukannya sesuai ucapan pendamping (4-6 kali)
- Percepat irama penyebutan kepala-pundak-lutut-kaki. Lakukan pengulangan beberapa kali.
- Mulailah bertindak tidak konsisten dengan menyebutkan salah satu bagian tubuh namun memegang bagian tubuh yang berbeda. Misal: menyebutkan kepala namun memegang lutut, menyebutkan pundak namun memegang kaki, menyebutkan kaki namun memegang kepala, demikian seterusnya. Lakukan secara berulang dan makin cepat iramanya.
- Perhatikan apa yang terjadi dengan peserta.
- Lebih mudah mengikuti apa yang kita lihat dari pada apa yang kita dengar, begitu pula dengan anak-anak. Anak-anak akan cenderung mencontoh/meniru perbuatan daripada perkataan orangtua.
- Cara ke-2 menjadi orangtua yang lebih baik adalah sejalan antara perkataan dan perbuatan.
- Cara ke-3 menjadi orangtua yang lebih baik adalah selalu berusaha untuk melihat hal baik yang ada dalam diri masing- masing.
- Pikiran yang positif terhadap diri sendiri akan menjadi dorongan untuk berperilaku dan bertutur kata dengan baik terhadap anak.
- Pujian dari orang lain membuat kita merasa baik/positif terhadap diri sendiri dan mendorong untuk berpikir positif, bertutur kata positif dan bertindak positif.
- • Permasalahan ekonomi keluarga, tanpa sadar membuat orangtua bertindak kasar dan sering marah pada anak sehingga menjadikan keluarga tidak bahagia.
- • Orangtua perlu menyadari bahwa semua hal yang dilakukan sebagai orangtua akan memengaruhi anaknya.
- Ibu Lili telah berusaha untuk lebih sabar, tidak cepat marah, dan menunjukkan kasih sayang pada anak-anaknya.
- Pada bagian akhir cerita, terlihat bahwa perubahan sikap ibu
- Menjadi orangtua yang baik tidak ditentukan oleh berapa banyak jumlah uang/harta yang kita miliki. Meskipun kehidupan ekonomi sulit, kita tetap bisa menjadi orangtua yang baik dengan belajar mengendalikan emosi.
- Cara ke-4 menjadi orangtua yang lebih baik adalah dengan selalu bersikap, berperilaku dan bertutur kata dengan penuh kasih sayang, tanpa kekerasan.
- Ayah tetap bisa memanfaatkan waktu makan bersama untuk menunjukkan perhatian kepada anak, membantu anak berusia balita untuk makan, bertanya dan mendengarkan cerita dari anak, membacakan cerita sebelum tidur, bercerita kepada anak
- Sebaik apapun seorang ibu dalam mengasuh anak, kehadiran ayah akan memberikan dampak tersendiri. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sehari-hari secara khusus akan membantu anak meningkatkan kemampuan sosial dan prestasi akademik di sekolah. Sedangkan ibu memberikan dampak secara khusus dalam perkembangan kemampuan emosional anak.
- Cara ke-5 menjadi orangtua yang lebih baik adalah dengan saling bekerja sama, ayah dan ibu saling membantu dalam mengasuh anak.
- • Ayah tetap bisa memanfaatkan waktu makan bersama untuk menunjukkan perhatian kepada anak, membantu anak berusia balita untuk makan, bertanya dan mendengarkan cerita dari anak, membacakan cerita sebelum tidur, bercerita kepada anak tentang berbagai hal, atau membantu anak menyelesaikan tugas dari sekolah.
- • Sebaik apapun seorang ibu dalam mengasuh anak, kehadiran ayah akan memberikan dampak tersendiri. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sehari-hari secara khusus akan membantu anak meningkatkan kemampuan sosial dan
- • Cara ke-5 menjadi orangtua yang lebih baik adalah dengan saling bekerja sama, ayah dan ibu saling membantu dalam mengasuh anak.
- Buku Pintar Mengasuh Anak • Film 1.c. Proses yang perlu dilakukan:
- Pak Rusli dan Bu Lili lebih memilih untuk menenangkan Ita dan tidak memenuhi begitu saja permintaan Ita, mereka juga menyampaikan kepada Ita bahwa mereka akan berdiskusi lebih dahulu untuk memutuskan kapan saatnya Ita boleh minum es.
- Orangtua yang baik tidaklah selalu harus memenuhi semua permintaan anak, namun sebaiknya selalu memberikan apa yang menjadi kebutuhan mereka.
- Pak Rusli dan Bu Lili berusaha memenuhi kebutuhan Ita, yaitu membujuk Ita agar mau makan, meskipun saat itu Ita menangis meminta es tong-tong.
- Ibu Lili dan suaminya meluangkan waktu untuk berdiskusi.
- Sangat penting untuk menghindari pertengkaran di hadapan anak karena akan menyebabkan anak menjadi agresif, berperilaku kasar terhadap orang lain, konsentrasi belajarnya terganggu, menjadi penakut dan merasa tidak senang berada di rumah.
- Orangtua bisa saja berbeda pendapat dalam banyak hal.
- Berdiskusi dan menyepakati bersama pasangan untuk tidak menunjukkan kemarahan dan perdebatan di hadapan anak.
- Jika dihadapkan pada potensi/kemungkinan pertengkaran di hadapan anak, cobalah untuk menenangkan diri dan tidak terpancing emosi dengan cara: menarik napas yang panjang, berhitung di dalam hati, berdoa, meminum segelas air, dan tetap tersenyum. Sampaikan kepada pasangan, bahwa Anda akan menanggapi kemarahannya saat sudah lebih tenang dan tidak di hadapan anak.
9. Minta perwakilan peserta untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan memberikan alasan-alasan dari penempatan kartu yang dipilihnya.
10. Minta kelompok lain untuk menanggapi penempelan kartu yang sudah dilakukan oleh masing-masing kelompok.
11. Ucapkan terima kasih dan sampaikan bahwa:
a. Memberikan kehangatan berarti memberikan lingkungan yang
aman secara fisik dan emosional bagi anak untuk mempelajari
hal-hal yang baru.b. Memberikan bimbingan berarti memberikan informasi yang memadai agar anak bisa berhasil.
LANGKAH 6 PENTINGNYA MEMBANGUN KELEKATAN
Proses yang perlu dilakukan:
165 M E N I T
1. Tampilkan film 3a (durasi 6 menit) mengenai kelekatan dalam pengasuhan.
2. Tanyakan kepada 3 sampai 4 peserta mengenai pesan dari video yang sudah ditayangkan.
3. Ucapkan terima kasih dan sampaikan bahwa:
a. Kelekatan dengan anak bukan saja dekat secara fisik tetapi
dibutuhkan juga adanya kedekatan emosional (sensitif) dan
respon cepat (responsive) dari orang tua/pengasuh terhadap
anaknya.b. Kelekatan penting untuk membangun tumbuh kembang anak
yang sehat khususnya pada tahun-tahun awal kehidupan anak
usia 0-3 tahun.c. Kelekatan yang diperoleh anak dengan orang tua/pengasuh di masa-masa awal kehidupannya akan memberikan dampak baik bagi anak yang akan menetap sepanjang hidup. Kelekatan akan membuat anak merasa berharga karena merasa diperhatikan dan disayangi, dan kondisi ini yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak yang sehat.
d. Kelekatan yang tidak berkualitas atau tidak aman akan membuat anak lebih rentan terhadap penyebab stres. Anak- anak yang memiliki kelekatan yang tidak aman lebih cenderung mempunyai harga diri rendah, depresi, masalah dalam berhubungan dengan orang lain, dan memiliki masalah perilaku seperti agresi dan anti sosial.
4. Tampilkan film 3b (durasi 3,48 menit) mengenai peran ayah dalam membangun kelekatan.
5. Tanyakan kepada 3 sampai 4 peserta mengenai pesan dari film yang sudah ditayangkan.
6. Ucapkan terima kasih dan sampaikan bahwa:
a. Kelekatan dengan anak tidak dapat tercipta begitu saja tanpa upaya untuk membangun kelekatan tersebut. Untuk itu perlu adanya komitmen orangtua/pengasuh dalam membangun kelekatan dengan anak.
b. Kelekatan yang dibentuk ketika anak usia dini akan menjadi dasar terbangunnya ikatan kasih sayang yang kuat antara anak dengan orang tua/pengasuh.
7. Sampaikan tentang pembentukan kelekatan sesuai tampilan gambar:
KELEKATAN DIBENTUK PADA AWAL-AWAL KEHIDUPAN
Bayi istirahat
Bayi protes biasanya dengan menangis Bayi tidak nyaman atau ada kebutuhan Bayi bermain dan berinteraksi dengan pengasuh
Bayi tenang dan kepercayaan dikembangkan Pengasuh merespon, memangku bayi, kontak mata, bicara dan menenangkan bayi
Saat bapak
memangku anak
Menceritakan sebuah gambar atau bercerita tentang buku, mainanAnak mampu mengatasi stres dengan perilaku normal, bukan dengan perilaku nakal atau agresif
Membentuk landasan bahasa, memperkuat kasih sayang, mendorong kemampuan bahasa anak
Rasa hangat, sentuhan, pandangan, suara dan posisi orangtua/pengasuh akan masuk ke otak anak
8. Sampaikan beberapa kebiasaan yang terjadi dan bertentangan tentang pembentukan kelekatan tersebut, misalnya dengan tampilan gambar berikut:
Bayi istirahat Bayi tidak nyaman Bayi bermain sendiri atau Bayi protes menangis menjadi apati Pengasuh tidak
Bayi menyerah. merespon atau respon Kepercayaan gagal tidak konsisten dikembangkan. Kegusaran berkembang Bayi menangis
Pengasuh tidak merespon atau respon dengan marah-marah
9. Beri penjelasan/penguatan terhadap gambar di atas, bahwa sering kali anak dibiarkan menangis dengan pertimbangan-pertimbangan:
10. Mintalah peserta berpasangan untuk mempraktikkan bentuk dan cara menunjukkan kelekatan.
11. Sampaikan hal-hal penting yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh untuk mencapai kelekatan yang berkualitas: merespon dengan baik; berikan kasih sayang yang tulus; luangkan waktu; berikan empati; lakukan introspeksi; menjadi pendengar yang baik; berikan teladan.
12. Sampaikan bahwa ada kelekatan aman dan ada kelekatan tidak aman. Pola kelekatan yang aman sesungguhnya dibangun dengan perasaan kasih sayang yang mendalam terhadap anak, sehingga mewujud dalam bentuk respon yang penuh kasih sayang terhadap anak, menanggapi atau tidak mengabaikan anak. Sementara pola kelekatan yang tidak aman adalah sebaliknya.
13. Sampaikan juga bahwa ada beberapa jenis kelekatan yang tidak aman, sebagai berikut:
Insecure - avoidant: (tidak aman - menghindar)
Anak mengetahui bahwa pengasuh akan merespon dengan penolakan. Kemudian berdampak anak meminimalisasi relasi dengan orang lain dan sulit berempati.
Insecure - ambivalent/resistant: ( tidak aman - bingung) Anak tidak yakin jika pengasuh akan merespon kebutuhan.
Membentuk anak yang sering bingung, bimbang mendua/ragu.
Insecure - disorganized/disoriented: (tidak aman - disorientasi)
Anak bingung dengan respon pengasuh. Membentuk anak-anak agresif atau sebaliknya menarik diri/mengucilkan diri.
14. Tampilkan tabel tentang ciri-ciri anak dengan kelekatan yang aman dan tidak aman:
CIRI-CIRI KELEKATAN TIDAK AMAN
CIRI-CIRI KELEKATAN AMAN
KELEKATAN AMAN DAMPAK PADA ANAK
KELEKATAN TIDAK AMAN DAMPAK PADA ANAK
15. Minta peserta membentuk 4 kelompok. Dua kelompok memperagakan adegan yang menampilkan situasi kelekatan aman dan kelekatan tidak aman berdasarkan ciri-ciri di atas. Dua kelompok lainnya memperagakan konsekuensi terhadap anak seperti yang ditunjukkan di dalam tabel di atas.
16. Minta perwakilan kelompok untuk mengemukakan perasaan setelah melakukan adegan.
17. Minta perwakilan kelompok untuk menanggapi penampilan kelompok lainnya.
18. Ucapkan terima kasih dan sampaikan bahwa:
a. Pola kelekatan yang aman akan membangun kehangatan dan memberikan landasan terhadap tumbuh kembang anak.
b. Pola kelekatan yang tidak aman akan membuat hubungan yang kurang harmonis dengan anak yang berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak.
19. Sampaikan kepada peserta cara-cara membangun kelekatan yang aman yang dapat dilakukan oleh orangtua/pengasuh, sebagai berikut:
Di samping hal-hal tersebut di atas, perhatikan:
membutuhkan lingkungan yang aman dimana orang tua dan anak dapat terlibat dalam proses saling terikat (bonding).
mengacu pada interaksi antara orangtua dan anak yang memperkuat pentingnya keberadaan satu sama lain.
KATA KUNCI
Kelekatan dengan anak bukan saja dekat secara fisik tetapi dibutuhkan juga adanya kedekatan emosional (sensitif) dan respon cepat (responsive) dari orang tua/pengasuh terhadap anaknya.
Kelekatan paling baik dibangun pada masa anak usia dini, yang akan menjadi dasar untuk perkembangan anak, namun selalu ada kesempatan untuk membangun kelekatan ketika anak sudah besar dengan cara membangun interaksi antara orang tua dengan anak yang tetap dan berulang, membangun lingkungan yang aman dimana orangtua dan anak dapat terlibat dalam proses saling terikat, dan memperkuat pentingnya keberadaan satu sama lain Perasaan kehilangan memberikan kesan yang mendalam dalam ingatan dan perasaan anak dan akan menjadi pengalaman traumatis yang membutuhkan penyembuhan secara mendalam, agar tidak menimbulkan sakit yang terus tersimpan atau bahkan perasaan dendam. Akibat dari kehilangan dapat berpengaruh terhadap fisik dan psikologis. Kehilangan secara fisik lebih banyak diketahui oleh orang lain, kehilangan secara psikologis lebih sedikit dapat dipahami atau diketahui orang lain. LANGKAH 7 SIKAP DAN PERILAKU ORANGTUA
Proses yang perlu dilakukan:
15 M E N I T
1. Minta peserta untuk membuat kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang.
2. Ajak peserta untuk menyampaikan satu atau dua hal yang paling membahagiakan dan satu atau dua hal yang paling menyulitkan yang dirasakan sebagai orangtua secara bergantian dalam kelompoknya. Peserta diminta tidak memberi komentar apapun terhadap teman yang sedang bercerita.
3. Ajak beberapa peserta (3-5 orang) untuk menyampaikan pendapat dalam kelompok besar.
4. Ucapkan terima kasih atas pendapat peserta, lalu sampaikan kesimpulan:
5. Minta peserta untuk mempraktikkan di rumah: Selalu mengingat hal menyenangkan yang dirasakan sebagai orangtua dan mau berbagi kesulitan yang dihadapi sebagai orangtua dengan pasangannya.
6. Sampaikan pada peserta bahwa topik diskusi selanjutnya adalah memahami pentingnya menyamakan perkataan dengan perbuatan sebagai orangtua. Lalu ajak semua peserta untuk berdiri.
7. Berikan informasi bahwa kita akan “bermain terbalik.” Sampaikan instruksi permainannya:
8. Setelah selesai, ajak peserta duduk kembali untuk berdiskusi tentang permainan yang telah dilakukan. Ajukan pertanyaan berikut dan berikan kesempatan 2-3 orang peserta untuk menjawab tiap pertanyaan:
Apa yang terjadi saat permainan? Bagaimana perasaan peserta ke ka pendamping menyebutkan satu bagian tubuh tapi pada kenyataan pendamping memegang bagian tubuh yang berbeda?
Mana yang peserta ikuti: suara pendamping atau gerakan
pendamping?9. Ucapkan terima kasih atas pendapat peserta, lalu sampaikan kesimpulan:
10. Minta peserta untuk mempraktikkan di rumah: Menjaga tutur kata dan perilaku, karena akan dicontoh oleh anak dan selalu bertindak sesuai perkataan.
LANGKAH 8 ORANGTUA YANG BAIK MEMILIKI KONSEP DIRI POSITIF
Proses yang perlu dilakukan:
15 M E N I T
1. Minta peserta untuk membuat kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang. Minta setiap peserta untuk menyampaikan sifat baik yang dilihat atau dirasakan dari peserta lain yang duduk di sebelah kanannya (misal: senang menolong, rajin, senang bercanda, giat bekerja, sopan). Jika peserta tidak terlalu kenal teman di sebelahnya, mereka dapat menyampaikan penampilan fisik yang baik dari teman tersebut (misal: hidung mancung, sering tersenyum, mata yang indah, rambut rapi).
2. Berikan pertanyaan berikut, lalu berikan kesempatan pada 3-4 orang peserta untuk menjawab tiap pertanyaan: Bagaimana perasaan peserta ketika mendengar orang lain menyampaikan hal yang baik tentang diri mereka?
3. Sampaikan kesimpulan:
4. Ajak peserta membuka Buku Pintar Mengasuh Anak mengenai cara untuk mengubah berpikir negatif menjadi berpikir positif dan mintalah beberapa peserta untuk membacakannya secara bergantian.
5. Minta peserta untuk mempraktikkan di rumah: Selalu berpikir positif.
LANGKAH 9 ORANGTUA YANG BAIK PENUH KASIH SAYANG DAN TIDAK MELAKUKAN KEKERASAN
20 M E N I T
Proses yang perlu dilakukan:
1. Tayangkan film 1.a. Jika tidak bisa menayangkan film, ajak peserta untuk melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 1.a.
2. Ajukan pertanyaan berikut dan berikan kesempatan 2-3 orang peserta untuk menjawab tiap pertanyaan.
Bagaimana perasaan Agus? Bagaimana perasaan ibu Lili di bagian awal cerita? Bagaimana dengan hubungan antara ibu Lili dan Agus? Mengapa bisa terjadi demikian?
3. Sampaikan kesimpulan:
4. Sampaikan pada peserta bahwa selanjutnya peserta akan melihat perubahan sikap Bu Lili yang memberikan pengaruh kepada anak- anaknya.
5. Tayangkan film 1.b. Jika tidak bisa menunjukkan film, minta peserta untuk melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 1.b.
6. Ajukan pertanyaan berikut dan berikan kesempatan 2-3 orang peserta untuk menjawab tiap pertanyaan:
Perubahan sikap apa yang ditunjukkan oleh ibu Lili? Bagaimana perasaan anak-anak dengan perubahan sikap ibu Lili tersebut?
7. Ucapkan terima kasih atas pendapat peserta, lalu sampaikan bahwa:
Lili tersebut berdampak baik bagi anak-anaknya, Agus dan Ita bersedia mengikuti ajakan ibu Lili membersihkan air yang tumpah.
8. Sampaikan kesimpulan bahwa :
15 M E N I T
Proses yang perlu dilakukan:
1. Sampaikan pada peserta:
a. Perencanaan harus memperhatikan keselamatan dan terpenuhi kebutuhan anak.
b. Pengasuhan anak di dalam keluarga merupakan pilihan yang paling utama, sedangkan pengasuhan anak di panti merupakan pilihan terakhir.
Sampaikan juga bahwa jika diantara peserta ada orangtua tunggal bukanlah masalah, mereka tetap bisa menjalankan tugas sebagai orangtua dengan baik. Tentunya ada anggota keluarga lain yang dapat membantu mengasuh anak sehari-hari, misalnya kakek, nenek, paman, bibi. Siapapun yang membantu orangtua tunggal dalam mengasuh anak perlu memiliki pengetahuan yang sama mengenai pengasuhan anak, sebagaimana yang didapatkan dalam sesi ini.
2. Minta peserta (terutama ayah yang hadir) untuk menceritakan apa saja kegiatan yang biasanya dilakukan ayah bersama anak saat di rumah. Lalu berikan pertanyaan dan dengarkan pendapat dari 3-4 orang peserta.
Apa yang dirasakan ayah saat meluangkan waktu bersama anak? (tanyakan pada ayah yang hadir). Apa yang dirasakan ibu saat ayah ikut berperan dalam pengasuhan di rumah?
3. Simpulkan apa yang mereka sampaikan dan perkuat dengan informasi bahwa:
LANGKAH 11 MELIBATKAN AYAH DALAM
15 M E N I T
Proses yang perlu dilakukan:
1. Sampaikan pada peserta bahwa jika diantara peserta ada orangtua tunggal bukanlah masalah, mereka tetap bisa menjalankan tugas sebagai orangtua dengan baik. Tentunya ada anggota keluarga lain yang dapat membantu mengasuh anak sehari-hari, misalnya kakek, nenek, paman, bibi. Siapapun yang membantu orangtua tunggal dalam mengasuh anak perlu memiliki pengetahuan yang sama mengenai pengasuhan anak, sebagaimana yang didapatkan dalam sesi ini.
2. Minta peserta (terutama ayah yang hadir) untuk menceritakan apa saja kegiatan yang biasanya dilakukan ayah bersama anak saat di rumah. Lalu berikan pertanyaan dan dengarkan pendapat dari 3-4 orang peserta.
Apa yang dirasakan ayah saat meluangkan waktu bersama anak? (tanyakan pada ayah yang hadir). Apa yang dirasakan ibu saat ayah ikut berperan dalam pengasuhan di rumah?
3. Simpulkan apa yang mereka sampaikan dan perkuat dengan informasi bahwa:
prestasi akademik di sekolah. Sedangkan ibu memberikan
dampak secara khusus dalam perkembangan kemampuan
emosional anak.4. Minta peserta untuk mempraktikkan di rumah: Berdiskusi dengan suami dan meminta suami untuk mau terlibat dalam pengasuhan anak.
LANGKAH 12 MEMBUAT KEPUTUSAN BERSAMA
DAN MELAKSANAKAN DENGAN
KONSISTEN20 M E N I T
Alat yang diperlukan:
1. Sampaikan selanjutnya peserta akan berdiskusi tentang cara membuat keputusan bersama pasangan terkait pengasuhan anak.
2. Berikan pertanyaan berikut lalu berikan kesempatan 3-4 orang peserta untuk menjawab tiap pertanyaan:
Pernahkah peserta sebagai suami istri mendiskusikan dan memutuskan bersama berbagai macam hal terkait pengasuhan anak? Apa yang biasanya peserta diskusikan dan putuskan bersama pasangannya?
3. Ucapkan terima kasih atas apa yang telah disampaikan peserta, lalu sampaikan kepada peserta bahwa:
Cara ke-6 menjadi orangtua yang lebih baik adalah ayah dan
ibu berdiskusi dan memutuskan bersama hal yang terkait dengan pengasuhan anak. Dengan cara ini orangtua akan memikul beban yang sama dan merasa mendapat dukungan satu sama lain.
4. Tayangkan film 1.c. Jika tidak bisa menunjukkan film, ajak peserta untuk melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 1.c.
5. Minta peserta untuk mendiskusikan dengan teman di sebelahnya, apa yang telah dipelajari sehubungan dengan sikap Pak Rusli dan Ibu Lili dalam cerita tersebut.
6. Setelah selesai diskusi berpasangan, sampaikan:
Alat yang diperlukan:
15 • Buku Pintar Mengasuh Anak M E N I T • Film 1.d.
Proses yang perlu dilakukan:
1. Sampaikan selanjutnya peserta akan belajar dari keluarga Bu Lili dan Pak Rusli tentang bagaimana mereka menghindari konflik dihadapan anak.
2. Tayangkan film 1.d. Jika tidak bisa menayangkan film, ajak peserta untuk melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 1.d.
3. Sampaikan apa yang dipelajari dari cerita tersebut kepada peserta:
Namun ketika hal tersebut menyangkut pengasuhan anak, maka perbedaan pendapat tersebut sebaiknya tidak ditunjukkan di hadapan anak.
4. Sampaikan :
Cara ke-7 menjadi orangtua yang lebih baik adalah dengan
menghindari perbedaan pendapat ataupun pertengkaran di hadapan anak.
5. Sampaikan cara menghindari pertengkaran dan perbedaan pendapat di hadapan anak yaitu:
6. Sampaikan pada peserta bahwa selanjutnya kita akan belajar cara menahan amarah.
7. Tanyakan pada peserta:
Apa yang biasanya peserta lakukan jika menahan marah?
9. Dengarkan pendapat secara umum, mungkin peserta akan menjawab dengan minum segelas air, mencuci wajah, berdoa dan sebagainya.
9. Sampaikan kepada peserta bahwa pada kesempatan ini kita akan belajar menahan marah dengan melakukan senam wajah.
10. Minta semua peserta untuk berdiri dan melakukan gerakan sesuai arahan pendamping. Sampaikan bahwa senam wajah ini merupakan salah satu latihan untuk dapat membantu menahan emosi.
LANGKAH 14 KEHILANGAN DAN KESEDIHAN MENDALAM PADA ANAK
Proses yang perlu dilakukan:
15 M E N I T
1. Sampaikan pada peserta bahwa materi yang akan dibahas yaitu tentang salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian orang tua/pengasuh yaitu masalah kehilangan dan kesedihan mendalam pada anak.
2. Minta peserta agar merasa nyaman di kursi mereka dan beri arahan agar peserta rileks dengan menyampaikan: bernapaslah dengan lambat dan dalam, kemudian keluarkan napas secara perlahan, biarkan diri anda rileks, pejamkan mata dan resapi cerita yang akan saya bacakan. Kemudian pandu peserta untuk menyimak kisah berikut: