tugas sosiologi makalah penceramaran hukum.docx

Nama
Bp
Jurusan

: Miftahul Hasanah
:1313030381
:Muamalah B
KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBUANG SAMPAH

Makna kesadaran hukum dalam masyarakat memiliki arti penting dalam mendukung
tetap tegaknya hukum (law inforcement). Setiap masyarakat yang berada dalam wilayah
negara hukum tentunya dituntut untuk memiliki kesadaran hukum. Beberapa ahli memberikan
pengertian tentang “kesadaran” dan kepatuhan hukum, di antaranya sebagai berikut. Menurut
Soerjono Soekanto dalam bukunya kesadaran hukum dan kepatuhan hokum, Kesadaran
hukum sebenarnya adalah kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia tentang
hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan. Menurut Achmad Sanusi : Dalam
batasan pengertian yang luas kesadaran hukum adalah potensi masyarakat yang harus mem
budaya dengan kaidah sehingga mengikat dan dapat dipaksakan. Menurut Paul Scholten:
Kesadaran hukum tidak lain adalah suatu kesadaran yang ada di dalam kehidupan manusia
untuk selalu patuh dan taat kepada hukum.
Sampah, sebuah kata yang sering kita dengar dan barang yang selalu kita lihat setiap

saat. Dimanapun dan kapanpun kita berada selalu ketemu dengan yang namanya sampah.
Apakah itu sampah ? Ada banyak pengertian yang sering kita temui yang dilontarkan oleh
para ahli dan pakar. Sampai saat ini masih beredar anggapan bahwa sampah merupakan
barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Padahal sebetulnya sampah
merupakan mutiara yang masih terpendam dan kalau dikelola akan menjadi barang yang
sangat berguna.Dalam kamus lingkungan (1994) dinyatakan bahwa Pengertian
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara
biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian.Sampah adalah suatu bahan yang terbuang
atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki
nilai ekonomis (Istilah Lingkungan Untuk Manajemen, Ecolink 1996), Sedangkan dalam
Undang-UndangNo.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia danatau proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah
sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Sampah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Oleh karena
itu, sampah haruslah diolah atau di daur ulang dengan baik agar tidak mencemari lingkungan
dan mengganggu kesehatan manusia. Sampah yang selama ini kita buang begitu saja, ternyata
masih dapat diolah kembali antara lain dalam bentuk kerajinan yang bernilai ekonomi, bercita
rasa seni dan unik. Secara umum pengelolaan sampah dilakukan dalam tiga tahap kegiatan,
yaitu pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir atau pengolahan. Sampah yang
dibuang harus dipilih sehingga tiap bagian dapat di daur ulang secara optimal. Hal ini jauh

lebih baik di bandingkan membuangnya ke sistem pembuangan sampah yang tercemar.
Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak dan mengurangi nilai material yang
mungkin masih bisa dimanfaatkan dari sampah-sampah tersebut.Masalah sampah rasanya
tidak kunjung bisa diselesaikan dengan tuntas. Meskipun sudah banyak upaya-upaya yang
dilakukan oleh pemerintah. Sampah tetap saja terlihat menumpuk di mana-mana. Masyarakat
masih suka membuang sampah sembarangan. Tempat sampah khusus sudah disediakan
seperti tempat sampah khusus bahan organik, tempat sampah khusus plastik, dan tempat
sampah khusus logam. Anehnya tempat sampah itu sepertinya tidak berfungsi. Tempat
sampah organik isinya plastik, sandal, dan sampah-sampah lain campur jadi satu. Seperti yang
diketahui bersama, setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia akan menimbulkan zat

buang. Baik berupa gas, cair, maupun padat. Buangan berbentuk padat biasa kita sebut
sebagai sampah. Dengan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, maka
timbulan sampah yang dihasilkanpun juga meningkat. Menyusuri Jabodetabek, berarti harus
menyiapkan diri untuk menyusuri jejak-jejak pemukiman sampah di tengah pemukiman
warga. Bukan hal baru, masalah sampah yang dibuang tidak pada tempatnya menjadi
bomerang bagi umat manusia.
Kesadaran yang sangat penuh dari tiap-tiap insan terkadang jarang tercermin dari
kesehariannya. Oleh karena itulah, belakangan ini banyak grup, lembaga profit maupun non
profit bahkan pribadi-pribadi yang “ringan tangan” dan “ramah” mulai menggerakkan

komunitasnya untuk turun secara aktif membersihkan sampah. Caranya bermacam-macam,
mulai dari orang yang diam-diam mengelola sampah pribadi di rumah maupun ketika dimana
saja, sampai teriakan lantang dan sapaan ramah penggiat lingkungan memberikan selebaran
untuk dibaca orang banyak. Mirisnya, hal itu belum menyentuh semua lapisan masyarakat.
Ewick dan Sylbey, merumuskan “kesadaran hukum” itu mengacu ke cara-cara di mana
orang-orang memahami hukum dan institusi-institusi hukum, yaitu pemahaman-pemahaman
yang memberikan makna kepada pengalaman dan tindakan orang-orang. Bagi Ewick dan
Sylbey, “kesadaran hukum” terbentuk dalam tindakan dan karenanya merupakan persoalan
praktik untuk dikaji secara empiris. Dengan kata lain, kesadaran hukum adalah persoalan
“hukum sebagai perilaku” dan bukan “hukum sebagai aturan” norma atau asas”. Membangun
kesadaran hukum tidaklah mudah, tidak semua orang memiliki kesadaran tersebut. Hukum
sebagai Fenomena sosial merupakam institusi dan pengendalian masyarakat.
Didalam masyarakat dijumpai berbagai intitusi yang masing-masing diperlukan
didalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan memperlancar jalannya
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, oleh karena fungsinya demikian masyarakat perlu
akan kehadiran institusi sebagai pemahaman kesadaraan hukum. Dari kejadian pembuangan
sampah secara sembarangan itu dapat kita ketahui dari teori kesadaran hukum bahwa
masyarakat masih kurang dalam pemahaman. tentang kesadaran hukum yaitu jika seseorang
menaati suatu aturan, hanya karena takut terkena sanksi. Kelemahan ketaatan jenis ini, karena
membutuhkan pengawasan yang terus-menerus, yang kedua jika seseorang menaati suatu

aturan, hanya karena takut hubungan baiknya dengan pihak lain menjadi rusak.
A. Fakta sosial pemberlakuan hukum
Buang sampah sembarangan merupakan kebiasaan buruk. Namun demikian, masih
banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Sampah yang dibuang
sembarangan selalu menimbulkan persoalan. Salah satunya banjir akibat sampah yang
menyumbat saluran air. Pemerintah sendiri sudah mencantumkan tentang sampah pada
pengelolaan sampah dalam ketetapan Undang-undang No. 18, tahun 2008. Pada BAB IX,
pasal 29, ayat 1, huruf e, yaitu membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan
dan disediakan. Adapun pengaturan sanksi atau hukuman diserahkan kepada bupati atau
walikota untuk menerapkan peraturannya. Di Kota Malang sendiri sudah memiliki Perda
No 10/2010 tentang Pengelolaan Sampah. Dan adapun larangan bagi setiap orang yang
membuang sampah tidak pada tempatnya yang diatur dalam Perda Kota Malang No
10/2010, pada BAB X, pasal 26 ayat 1 huruf d, yaitu membuang sampah tidak pada
tempat yang telah ditentukan dan disediakan (diantaranya membuang sampah disungai,
saluran, membuang sampah dari kendaraan dan pembuangan-pembuangan pada tempat
lainnya selain yang telah ditentukan dan yang disediakan).

Namun yang terjadi dikota malang masih ada kurangnya kesadaran masyarakat
dalam membuang sampah pada tempatnya. Sebagaimana yang terlihat masih banyak
sampah-sampah ditempat umum maupun disaluran air. Meskipun sampah hanya suatu hal

yang kecil atau hal yang sepele tapi dapat menimbulkan dampak yang besar dan dapat
merugikan banyak orang, misalnya dapat menyebabkan banjir, menimbulkan penyakit,
memperburuk lingkungan dan merusak keindahan kota. Membuang sampah tidak pada
tempatnya jelas sangat merugikan, dan masih banyak kurangnya kesadaran dalam
masyarakat itu sendiri. Jika dilihat seperti yang disebutkan diatas tadi, adanya peraturan
yang mengatur sampah ini jelas melanggar larangan yang telah diatur.
Pada umumnya kesadaran hukum dikaitkan dengan ketaatan hukum atau
efektivitas hukum. Dengan kata lain, kesadaran hukum menyangkut masalah apakah
ketentuan hukum tertentu benar-benar berfungsi atau tidak dalam masyarakat. Untuk
menggambarkan keterkaitan antara kesadaran hukum dengan ketaatan hukum terdapat
suatu hipotesis. Kesadaran hukum yang dimiliki oleh warga masyarakat, belum menjamin
bahwa warga masyarakat tersebut akan menaati suatu aturan hukum atau perundangundangan. Di dalam literatur-literatur hukum yang ditulis oleh pakar-pakar terkenal di
dunia dibedakan adanya dua macam kesadaran hukum yaitu :
1. Legal consciousness as within the law, kesadaran hukum sebagai ketaatan hukum,
berada dalam hukum, sesuai degan aturan hukum yang disadarinya atau dipahaminya.
2. Legal consciousness as against the law, kesadaran hukum dalam wujud menentang
hukum atau melanggar hukum.
Menurut Soerjono Soekanto (9182: 125-256, 1983:96), mengemukakan empat
indikator kesadaran hukum, yaitu:
a. Pengetahuan tentang hukum

b. Pemahaman tentang hukum
c. Sikap terhadap hukum
d. Perilaku hukum
B. Dampak yang diakibatkan oleh sampah
Sampah-sampah yang berserakan, terutama pada tumpukan sampah yang
berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan organisme-organisme yang membahayakan,
mencemari udara, tanah dan air. Sehingga dampak tersebut dapat menyebabkan cukup
banyak masalah bagi manusia dan lingkungan, antara lain:
1) Diare, kolera, dan tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat mencemari air tanah yang biasa di minum
masyarakat. Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah dengan pengelolaan sampahnya yang tidak memadai.
2) Sampah yang dibuang begitu saja berkontribusi dalam mempercepat pemanasan
global, karena sampah dapat menghasilkan gas metan (CH4) yang dapat merusak
atmosfer bumi. Rata-rata tiap satu ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metan.
3) Sampah dapat menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan, salah satunya
yang dibuang ke sungai atau aliran air lainnya. Lama kelamaan akan menumpuk dan
menyumbat
aliran
air,

sehingga
air
tidak
dapat
mengalir
dengan lancar dan akan meluap menyebabkan banjir.
Kesadaraan hukum seringkali diasumsikan, bahwa ketaatan hukum sangat erat
hubungannya dengan kesadaran hukum. Kesadaran hukum dianggap sebagai variabel
bebas, sedangakan taraf ketaatan merupakan variabel tergantung (Soerjono Soekanto &
Mustafa Abdullah, 1982: 208)

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa banyaknya pelanggaran yang
terjadi dikalangan masyarakat berkaitan dengan pembuangan sampah tidak pada
tempatnya adalah dilator belakangi beberapa faktor, diantaranya:
Secara sosiologis:
a. Masyarakat cenderung malas membuang sampah pada tempatnya karena malas untuk
mencari tempat sampah.
b. Terkesan acuh karena lemahnya pengawasan
c. Kurangnya kesadaran antar individu untuk saling mengingatkan.
Secara normative:

a. Penegak hukum cenderung menunggu kegiatan atau event untuk melakukan
pengawasan
Sebagaimana penulis sampaikan diatas merupakan sebuah cerminan bahwa dalam
melaksankan dan menegakan sebuah aturan hukum, diperlukan kajian dan penegakan
secara koprehensif. Sifat komprehensif tersebut baik dari ukuran sosiologis maupun
normative. Sehingga untuk mengatasi masalah yang terjadi tidak hanya dengan
menyalahkan masyarakat atau penegak hukum semata. Maka fungsi huku sebagai sisial
control maupun social engineering dapat berjalan sebagimana mestinya.
Jadi menurut pendapat saya janganlah membuang sampah sembarangan. Buanglah
sampah pada tempatnya. Jagalah kebersihan sejak dini. Kegiatan menjaga kebersihan ini
dapat dimulai dengan mengangkat sampah yang ada disekitar kita dan membuangnya ke
tempat sampah yang tersedia. Pilihlah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali,
hindari seusaha mungkin dalam pemakaian barang barang sekali pakai. Gunakanlah
prinsip 3R yaitu reduce(mengurangi), reuse(menggunakan kembali), recycle(mendaur
ulang). Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa sampah itu merupakan
ancaman yang sangat besar untuk masa depan bangsa. Untuk itu, sebagai generasi muda
kita harus menumbuhkan kreasi-kreasi baru dalam memanfaatkan sampah. Dengan ini,
tanpa kita sadari kita telah menyelamatkan masa depan bangsa dari sampah.
Jagalah kebersihan dan kesehatan diri sendiri, Lakukanlah hal baik dimulai dari
hal yang terkecil walaupun seperti membuang sampah pada tempatnya, hal itu akan

membuat kita hidup nyaman dan bahagia dilingkungan tempat kita tinggal. Mari kita
ciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah untuk sekarang dan juga
untuk masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali, 1982
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta: Rajawali
Press, 1982