Makalah SOSIOLOGI BENCANA PERSPEKTIF BEN

Makalah

SOSIOLOGI BENCANA
PERSPEKTIF BENCANA GUNUNG MELETUS

OLEH :

RISAL GUNAWAN
(F1B3 14 012)

PROGRAM STUDI TEKNIK TAMBANG KONS. REKAYASA SOSIAL TAMBANG
FAKULATAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur tak hentinya
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya yang
tercurah untuk hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Makalah :

“Perspektif Bencana,”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi
Bencana. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan Makalah ini tidak
lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besearnya kepada kepda berbagai pihak tersebut.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Makalah ini baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kekurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karna itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.

Kendari, 16 Juni 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …….………………………........……………………......

i


KATA PENGANTAR …………………………………………………….........

ii

DAFTAR ISI …………………………………………………….......................

iii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………….......................

iv

BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang ……………………………………………...............
I. 2 Rumusan masalah………………………………………...............

1

1


I. 3 Tujuan …………………………………….............………………

2

I. 4 Manfaat …………………………………………...............………....

2

BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengenalan Tentang Gunung Api……………………………………

3

1.2 Terjadinya Gunung Api……………………………………...............

6

1.3 Dimana Gunungapi Terjadi……………………………………...... 7
1.4 Mengapa Terjadi Gunungapi……………………………………..... 7

1.5 Bagaimana Gunungapi Terbentuk…………………………………… 9
1.6 Jumlah Sebaran Gunungapi…………………………………….......... 11
1.7 Klasifikasi Gunungapi Di Indonesia…………………………………. 13
1.8 Sebaran Gunung Api Berdasarkan Tektonik Lempeng…………........ 14
1.9 Dampak yang diakibatkan oleh bencana gunung berapi…………....... 18
1.10 Cara penanggulangan bencana gunung berapi…………................... 19
1.11 Letusan-Letusan Yang pernah Terjadi di Indonesia…………...... 24
1.12 Hubungan dengan sosiologi bencana/sosiologi lingkungan.............. 30
BAB III PENUTUP
V.1 Kesimpulan ………………………………………………….….......

33

V.2 Saran ……..…….………………………………………………..….

34

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Penampang suatu gunungapi dan bagian-bagiannya.........................
Gambar 2 Tipe letusan gunung api………………………………………….....
Gambar 3 Bentuk Gunung api………………………………………………....
Gambar 4 Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama dengan
pembentukan busur gunungapi……………………………………..
Gambar 5 Penampang bumi……………………………………………………
Gambar 6 Penampang diagram ………………………………………………..
Gambar 7 Pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan kerakSamudera
Hindia dengan kerak Benua Asia…………………………………...
Gambar 8 Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL…...
Gambar 9. Peta lempeng-lempeng tektonik…………………………………….
Gambr 10 Dareah persebaran gunung api di Indonesia ……………………….
Gambar 11 Cincin Api pasifik…………………………………………………..
Gambar 11 Letusan Gunung Kelud ………………………………...................
Gambar 12 Letusan Gunung Merapi…………………………………………...
Gambar 13 Letusan Gunung Galunggung……………………………...……...
Gambar 14 Letusan Gunung Agung…………………………………………....
Gambar 15 Letusan Gunung Krakatau……………………................................

4

5
6
7
9
10
11
15
15
17
17
25
26
27
28
29

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat

didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat dia meletus.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena
pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung
api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin
bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu,
Purwodadi, Jawa Tengah. Masyarakat sekitar menyebut fenomena di Kuwu
tersebut dengan istilah Bledug Kuwu
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang
paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api
Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis
bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya.
Gunung berapi yang aktif mungkin bertukar menjadi separuh aktif, menjadi
padam, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung
berapi mampu menjadi padam dalam waktu 610 tahun sebelum bertukar menjadi
aktif semula. Oleh itu, sukar untuk menentukan keadaan sebenarnya sesuatu
gunung berapi itu, apakah sesebuah gunung berapi itu berada dalam keadaan

padam atau telah mati.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah di buatnya makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sebaran Gunungapi di Indonesia baik di dunia ?
2. bagaimana pembentukkan Gunung Api, tipe-tipe letusan, struktur serta
busur yang ada di Indonesia ?
3. Bagaimana karakteristik Gunung Meletus di Indonesia ?

4. Bagaimana cara penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus ?
5. Bagaimana cara penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus ?
6. Bagaimana cara penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus ?
7. Dimana Letusan-Letusan Yang pernah Terjadi di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan pemahaman tentang sebaran Gunungapi di Indonesia
baik di dunia
2. Mengetahui bagaimana pembentukkan Gunung Api, tipe-tipe letusan,
struktur serta busur yang ada di Indonesia
3. Mengetahui karakteristik Gunung Meletus di Indonesia
4. Mengetahui cara penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus

5. Mengetahui cara penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus
6. Mengetahui cara penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
7. Mengetahui Letusan-Letusan Yang pernah Terjadi di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Tentang Gunung Api

Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi
tempat keluarnya cairanmagma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi.
Matrial yang dierupsikan kepermukaan bumi umumnya membentuk kerucut
terpancung.
Gunungapi diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu (1) erupsi
pusat, erupsi keluarmelalui kawah utama; dan (2) erupsi samping, erupsi keluar
dari lereng tubuhnya; (3) erupsicelah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar
dapat memanjang sampai beberapa kilometer; (4) erupsi eksentrik, erupsi
samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yangmenyimpang
ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri.
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat
lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi

beberapa tipe erupsi: (1) Tipe Hawaiian,yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic
atau mendekati basalt, umumnya berupa semburanlava pijar, dan sering diikuti
leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundansederhana; (2) Tipe
Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburanlava pijar
dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi
benuaatau di tengah benua; (3) Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat
ekslposif dari magmaberviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma
bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung
dalam jumlah besar; (4) Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma
asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkankubah
lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit; (5)
TipeUltra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih
banyak dan luas dari Plinian biasa; (6) Tipe Vulkanian, erupsi magmatis
berkomposisi andesit basaltic sampaidasit, umumnya melontarkan bom-bom
vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan seringdisertai bom kerak-roti atau
permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari
magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik; (7) Tipe
Surtseyandan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang

terjadi pada pulaugunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang

berdanau kawah. Surtseyan merupakanerupsi interaksi antara magma basaltic
dengan air permukaan atau bawah permukaan,letusannya disebut freatomagmatik.
Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapimagma yang berinteraksi
dengan air berkomposisi riolitik.
Bentuk dan bentang alam gunungapi, terdiri atas : bentuk kerucut,
dibentuk oleh endapanpiroklastik atau lava atau keduanya; bentuk kubah,
dibentuk oleh terobosan lava di kawah,membentuk seperti kubah; kerucut sinder,
dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria; maar, biasanya terbentuk
pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan freatik ataufreatomagmatik;
plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.

Gambar 1. Penampang suatu gunungapi dan bagian-bagiannya.(Modifikasi dari
Krafft, 1989)
Struktur gunungapi, terdiri atas : (1) struktur kawah adalah bentuk
morfologi negatif ataudepresi akibat kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif
bundar; (2) kaldera, bentukmorfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya
lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kalderaletusan, terjadi akibat letusan besar

yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kalderaruntuhan, terjadi karena
runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yangsangat
banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian
tubuhgunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi,
terjadi akibat erosi terusmenerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi
kaldera; (3) rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh
gunungapi yang memanjang mencapai puluhankilometer dan dalamnya ribuan
meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan
disebut graben; (4) depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan
deretan pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat
ekspansi volumebesar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak bumi.
Depresi ini dapat mencapaiukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan
meter.

G
a
m
b
a
r
2. Tipe letusan gunung api

Gambar 3. Bentuk Gunung api
2.2 Terjadinya Gunung Api
Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang.
Pengetahuan tentang gunungapiberawal dari perilaku manusia dan manusia
purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut
diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dansebagian
besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa tulang
belulangmanusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.
Sebagai contoh banyak ditemukan kerangka manusia di kota Pompeii
dan Herculanum yangterkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius pada 79
Masehi. Fosil yang terawetkan baik padaabu vulkanik berupa tapak kaki manusia
Australopithecus berumur 3,7 juta tahun di daerahLaetoli, Afrika Timur.
Penanggalan fosil dari kerangka manusia tertua, Homo babilisberdasarkan
potassium-argon

(K-Ar)

didapat

umur

1,75

juta

tahun

di

daerah

Olduvai.Penemuan fosil yang diduga sebagai manusia pemula Australopithecus
afarensis berumur 3,5juta tahun di Hadar, Ethiopia, dan penanggalan umur benda
purbakala tertua yang terbuat darilava berumur 2,5 juta tahun ditemukan di
Danau Turkana, Afrika Timur. Perkembangan benda-benda purba dari yang
sederhana kemudian meningkat menjadi benda-benda yang disesuaikan dengan
kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong, kapak tangan dan lainnya, terbuat
dariobsidian yang berumur Paleolitik Atas.

2.3 Dimana Gunungapi Terjadi
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua,
terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat
penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi
akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samuderayang terjadi akibat
terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.

Gambar 4. Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama dengan
dengan pembentukan busurgunungapi. (Modifikasi dari Krafft, 1989)
2.4 Mengapa Terjadi Gunungapi
Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari
teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan
gunungapi. Planet bumi mepunyaibanyak cairan dan air di permukaan. Kedua
factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukandan komposisi magma serta
lokasi dan kejadian gunungapi.
Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama
pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang
timbul dari unsure radioaktif alami, sepertielemen-elemen isotop K, U dan Th
terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas,tetapi kemudian mendingin

secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya.Pendinginan tersebut
terjadi

akibat

pelepasan

panas

dan

intensitas

vulkanisma

di

permukaan.Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi,
dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900
km di bawah muka bumi bergerakmenyebar dan menyempit disekitarnya. Pada
bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawahmuka bumi, material-material
tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagike dalam aliran
konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyaiketebalan
70 120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut
lempengtektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah
konveksi mantel.Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas
mantel, yang disebut jugaastenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau
dekat suhu dimana mulai terjadipelelehan, kosekuensinya beberapa bagian
astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masihpadat. Kerak benua
mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliartahun,
sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak
lebih dari200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak
samudera karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas
astenosfir.

Gambar 5. Penampang bumi. Kerak yang menindih mantel hampir seluruhnya
terdiri dari oksida yangtidak melebur. Proses vulkanik membawa
fragmen batuan ke permukaan dari kedalaman lk.200 km melalui
mantel, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya mineral-mineral
olivine, piroksen dan garnet dalam peridotit pada bagian atas
mantel. (Modifikasi dari Krafft, 1989;Sigurdsson, 2000).

2.5 Bagaimana Gunungapi Terbentuk
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda :
1.

Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikankesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian
membentuk busur gunungapitengah samudera.

2.

Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak
benua. Akibatgesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan

lelehan batuan ini bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian
membentuk busur gunungapi di tepi benua.
3.

Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga
menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi
jalan ke permukaan lelehan batuanatau magma sehingga membentuk busur
gunungapi tengah benua atau banjir lavasepanjang rekahan.

4.

Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan
kesempatan bagimagma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma
ini merupakan banjir lava yangmembentuk deretan gunungapi perisai.

Gambar 6. Penampang diagram yang memperlihatkan bagaimana gunungapi
terbentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera
serta mekanisme peleburan batuan yangmenghasilkan busur
gunungapi, busur gunungapi tengah samudera, busur gunungapi
tengahbenua dan busur gunungapi dasar samudera. (Modifikasi dari
Sigurdsson, 2000).

Gambar 7. Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunungapi terjadi
akibat tumbukan kerakSamudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di
Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalamsehingga bagian akresi muncul
ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll.
(Modifikasi dari Katili, 1974).
2.6 Jumlah Sebaran Gunungapi
Air panas acapkali terdapat disekitar gunung api, oleh karena panas gunung api
merambat kedalam air tanah. Dalam perjalannya ke permukaan air yang panas tersebut
melarutkan berbagai mineral yang berguna untuk kesehatan. Air panas yang keluar dapat
dipergunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit antara lain koreng sampai
kolesterol, tetapi sebelum berendam di air panas gunung api harus tetap waspada akan
kandungan racun yang ada.

Berikut merupakan sebaran gunungapi yang ada di Indonesia :
Jumlah gunung api aktif = 129 bh
Jumlah gunung api yang meletus dalam 400 th terahkir = 70 bh
Luas daerah yang terancam = 16.670 km
Jumlah jiwa yang terancam = 5.000.000 orang
Letusan gunung api dapat merubah jalannya sejarah dan mempengaruhi
kebudayaan manusia, misalnya Gunung Merapi di Jawa Tengah yang meletus

hebat pada tahun 1806, telah memporak - porandakan kerajaan mataram. Semua
anggota kerajaan meninggal dunia. Dalam musibah itu dapat mengalihkan letak
kerajaan dan menjadikan kerajaan yang baru, demikian letusan Gunung Kelud.
Banyak peninggalan kejayaan masa lalu terkubur dalam batuan gunung api, candi
- candi banyak di gali di sekitar Gunung Merapi, Gunung Kelud juga merupakan
saksi bisu sejarah kerajaan Majapahit. Selain peranan penting diatas gunung api
juga mendorong IPTEK di Indonesia. Penyebaran gunung api di Indonesia
merentang sepanjang 700 Km dari Aceh sampai di Sulawesi utara melalui Bukit
barisan, Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Maluku. Sejumlah 129 buah gunung api
ini bergantian meletus sepanjang sabuk gunung api ini dan menewaskan hampir 5
juta penduduk yang bermukim di sekitar daerah bahaya. Letusan gunung api
dapat berupa awan pijar, bom pijar, pasir, debu dan lahar serta gas - gas beracun.
Pada umumnya suatau daerah yang terancam bahaya gunung api di
seluruh Indonesia dapat di perkirakan oleh jawatan Vulkanologi. Berikut jumlah
prakiraan jumlah penduduk yang terancam oleh gunung api. Dari gambaran di
atas tampak bahwa Pulau Jawa memiliki gunung api terbanyak dan bila hal ini di
bandingkan dengan luas Pulau Jawa yang hanya 7 % dari seluruh dataran
Indonesia serta jumlah penduduknya yang padat yaitu lebih kurang 70 % dari
seluruh penduduk Indonesia, maka dapat di fahami bahwa tingkat bahaya gunung
api di Pulau Jawa relatif lebih besar.
Berikut adalah sebaran tipe gunung api yang berada di Indonesia:
Daerah

Tipe - A

Tipe – B

Tipe - C

Jumlah

Sumatera
Jawa
Lombok
Sumbawa
Flores
Laut Banda
Sulawesi
Kep. Seribu
Halmahera

13
21
2
1
2
16
8
6
5
5

12
9
3
1
2
2

6
5
5
5
-

21
35
2
1
2
24
9
13
5
7

Penyebaran Gunung Api di Indonesia menurut beberapa peneliti pada
tahun 2008:
Sumatra : 30 buah
Jawa : 35 buah
Bali dan Nusa Tenggara: 30 buah
Maluku : 16 buah
Sulawesi : 18 buah
Jumlah : 129 buah

2.7 Klasifikasi Gunungapi Di Indonesia
Untuk menentukan pemilihan Prioritas pengamatan gunung api di
Indonesia dapat di bagi dalam 3 (tiga) golongan yang di dasarkan pada tingkat
aktivitasnya, antara lain:
1. Tipe A : gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurangkurangnya satu kali sesudah tahun 1600, jumlahnya 76 buah.
2. Tipe B : gunungapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan
erupsimagmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti
kegiatan solfatara, jumlahnya 29 buah
3. Tipe C : gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah
manusia,namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa
lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah, jumlahnya 24 buah
Letusan suatu gunung api dapat menyapu daerah seluas lebih kurang 10
sampai 20 kilometer di sekitarnya. Bahaya lahar bisa mencapai puluhan
kilometer dari pusat letusan. Abu gunung api dapat menyebar sejauh ratusan
kilometer dan mengancam keamanan penerbangan serta mempengaruhi suhu
seluruh muka bumi.
Pada garis besarnya bahaya gunungapi dapat dibagi atas bahaya langsung
(Primer) dan bahaya Ikutan (sekunder). Bahaya langsung dapat terjadi karena

lemparan batuan seperti lemparan bom, aliran lava, dan hembusan letusan seperti
hembusan awan pijar, gas beracun dan pekatnya hujan abu. Bahaya ikutan adalah
bahaya yang timbul karena aliran lumpur yang tercampur dengan batuan.
PROSEDUR TETAP TINGKAT KEGIATAN GUNUNGAPI :
1. Aktif Normal (Level I) : Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan
dari

hasil

visual,kegempaan

dan

gejala

vulkanik

lainnya

tidak

memperlihatkanadanya kelainan
2. Waspada (Level II) : Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang
tampak secaravisual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala
vulkanik lainnya
3. Siaga (Level III) : Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan
visual/pemeriksaankawah,
mendukung.Berdasarkan

kegempaan
analisis,

dan

perubahan

metoda
kegiatan

lain

saling

cenderung

diikutiletusan
4. Awas (Level IV) : Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi
berupaabu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akandiikuti
letusan utama

2.8 Sebaran Gunung Api Berdasarkan Tektonik Lempeng
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh
magma di bawahnya. Disebabkan ini maka lempeng tektonik ini bebas untuk
menggesek satu sama lain.
Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara perlahanlahan. Sebaliknya pergeseran antara tanah dan batu yang membentuk lempeng
tektonik menyebabkan pergeseran itu berjalan tersentak-sentak. Pergerakan
inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.

Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke arah
kedudukan baru apabila lempeng beralih. Batas lempeng ditandai oleh lingkaran
gempa bumi dan rangkaian gunung berapi.
Signifikansi relatif masing-masing mekanisme

Gambar 8. Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL.
Vektor di sini menunjukkan arah dan magnitudo gerakan,( Drs.Iwan
Geograf, 2009).
Lempeng-lempeng utama

Gamabar 9. Peta lempeng-lempeng tektonik, (Drs.Iwan Geograf, 2009)

Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:


Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua



Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua



Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India
antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua



Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua



Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut Lempeng benua



Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua



Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera
Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India,

Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos,
Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan
benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang
mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan
terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua
di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu.
Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang
disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi
Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya).
Berdasarkan konsep tersebut pemunculan gunungapi dapat dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Gunung api yang muncul di pemekaran kerak tengah samudera.
2. Gunung api di daerah pemekaran kerak benua,
3. Gunung api di daerah penunjaman kerak samudera dibawah kerak samudera.
4. Gunung api di daerah penunjaman kerak benua dibawah kerak benua.
5. Gunung yang muncul sebagai akibat penipisan samudera.

Gambar 10. Dareah persebaran gunung api di Indonesia, (Simkim&siebert,1994).

Gambar 11. Cincin Api pasifik, (Simkim&siebert, 1994).
2.9 Dampak yang diakibatkan oleh bencana gunung berapi
Dampak negative akibat aktifitas gunung berapi ini sering disebut
bencana gunung berapi. Wilayah bencana dapat mencapai hingga radius
jangkauan lava dan abu vulkanik yang dikenal dengan wedus gembel hingga
mencapai jarak 18 km. Akibat negative lainnya dari letusan gunung berapi adalah
gempa vulkanik. Gempa vulkanik yang ditimbulkan gunung berapi di dasar laut
dapat mengakibatkan terjadinya tsunami.
Tapi dibalik peristiwa letusan gunung berapi terdapat dampak
positipnya yaitu:
a) Kesuburan tanah dan banyak bahan tambang
Aliran Lava menghasilkan banyak material isi perut bumi yang keluar
saat terjadinya letusan gunung. Material itu bisa berbentuk pasir, silika, lava,
kristal dan lain sebagainya yang dimuntahkan dari dalam perut bumi dalam
jumlah besar.Kristal bisa dimanfaatkan untuk membuat perhiasan dan
pajangan rumah tangga,Silika bisa dimanfaatkan untuk membuat kaca dan
material lainnya bisa dikembangkan untuk menggerakkan ekonomi.
b) Cuaca berubah
Para ilmuwan telah lama menyelidiki bahwa ledakan besar gunung
berapi bisa mempengaruhi cuaca global dengan cara memuntahkan partikelpartikel ke udara bebas yang dapat menghalangi energy panas matahari dan
dapat mendinginkan suhu udara. Ini tentu sebuah kabar yang baik, mengingat
akhir-akhir ini suhu udara terasa panas yang diperkirakan akan terus berlanjut
hingga mencapai puncaknya pada tahun 2012.
Para peneliti juga meyakini bahwa letusan gunung berapi juga akan
berpengaruh terhadap curah hujan di kawasan Asia. Para peneliti dari
Columbia University's Lamont-Doherty Earth Observatory menyatakan
bahwa letusan besar akan cenderung menyebabkan beberapa kawasan di Asia

tengah mengalami kekeringan, namun akan menyebabkan banyak hujan di
negara-negara Asia Tenggara dan termasuk Vietnam, Laos, Cambodia,
Thailand dan Myanmar .
Sebuah letusan besar akan memuntahkan unsur-unsur belerang yang
akan berubah menjadi partikel kecil di dalam atmosfer yang akan
menghalangi radiasi matahari. Dan akibatnya hal itu akan menurunkan suhu
pada permukaan bumi selama berbulan-bulan, dan bahkan hingga bertahuntahun.
Seperti yang sudah terjadi adalah letusan Gunung Tambora di Pulau
Sumbawa pada 1815, yang berdampak atas membekunya tanaman-tanaman
pertanian di wilayah hingga sejauh New England. Juga letusan Gunung
Pinatubo pada tahun 1991, di Filipina yang mampu menurunkan suhu gobal
sebesar 0,7 oFahrenheit, sehingga mampu untuk menutupi efek gas rumah
kaca selama sekitar setahun.
c) Obyek Wisata yang indah
Sisa-sisa letusan gunung dapat berubah menjadi obyek wisata yang
indah dan mempesona, membentuk danau kawah dan sumber air panas.
2.10 Cara penanggulangan bencana gunung berapi
Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan
gunung api antara lain :
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancamanancamannya;
2. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman;
3. Membuat sistem peringatan dini:
4. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api;

5. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang;
6. Membuat perencanaan penanganan bencana;
7. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan
bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika
diperlukan;
8. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting;
9. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).
Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan
status gunung api lewat radio komunikasi.
Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus
Penanganan yang harus di lakukan pada saat terjadi gunung meletus atau
becana.
a. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus
memperhatikan hal-hal berikut.
a) Lengkapi semua informasi. Dan klasifikasi kebenaran berita
b) Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c) Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan
tim)
d) Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas
yang sudah ditetapkan saat preparednees)
e) Sistem Komunikasi memegang peran penting
b. Tugas pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
a) Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan

semua unit kerja

( fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)
b) Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan
kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air bersih,
transportasi tim dan korban)
c) Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau
bantuan
d) Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
1) Lakukan seleksi korban
2) Untuk memberikan prioritas pelayanan
3) Gunakan Label / Tag

4)
5)
6)
7)
8)

Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda
Memenuhi kebutuhan dasar
Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana
Perlindungan
Pengurusan pengungsi
Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung

api antara lain :
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran
sungai kering dan daerah aliran lahar;
b. Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;
c. Masuk ruang lindung darurat;
d. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;
e. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya;
f. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata;
g. Jangan memakai lensa kontak;
h. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
i. Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.
Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana yaitu:
a. Rehabilitasi
a) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
b) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
d) Pemulihan social psikologis.
e) Pelayanan kesehatan
f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g) Pemulihan social ekonomi budaya
h) Pemulihan keamanan dan ketertiban
i) Pemulihan fungsi pemerintahan, dan
j) Pemulihan fungsi pelayanan public.
b. Rekonstruksi

a)
b)
c)
d)

Pembangunan kembali prasarana dan sarana
Pembangunan kembali sarana social masyarakat
Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang

lebih baik
e) Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan
dunia usaha dan masyarakat.
f) Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya
g) Peningkatan fungsi pelayanan public, dan
h) Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.
Peran Perawat dalam Tanggap Bencana
Peran perawat pada pra-bencana:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan,

palang

merah

nasional,

maupun

lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal
berikut.
a) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
c) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
d) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
e) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau poskoposko bencana.
f) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.

g) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
ambulans
h) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat
bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang
sesuai.
Peran Perawat dalam intra bencana:
a. Bertindak cepat
b. Melakukan pertolongan pertama
c. Menentukan status korban berdasarkan triase
d. Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
e. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan
pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban
selamat.
f. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
g. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create
leadership).
h. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk
jangka waktu 30 bulan pertama.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009)
adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik,
wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana.
Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom
dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu
mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan menunjukkan
gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu

perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat
pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan
sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan
keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun
LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di
sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan
lewat kemampuan yang dimilikinya.
2.11 Letusan-Letusan Yang pernah Terjadi di Indonesia
Gunung meletus bagi bangsa ini bukanlah sesuatu yang asing. Berabad
silam, letusan – letusan gunung berapi di negeri ini sudah pernah terjadi.
Berikut beberapa letusan gunung berapi yang sangat besar yang terjadi di
Indonesia.

1. Gunung Kelud

Gambar 11. Letusan Gunung Kelud

Sejak abad ke-15, Gunung Kelut telah memakan korban lebih dari
15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih
dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah
dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini
setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat
banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelut tercatat meletus pada tahun 1901,
1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali
meningkat aktivitasnya. Pola ini membawa maternity ahli gunung api pada
siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.
2. Gunung Merapi
Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung
berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi,
dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng
Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu,
dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu,
letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan
kubah-kubah lava.

Gambar 12. Letusan Gunung Merapi
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar
sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar
antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada
tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu.
Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan M ataram
Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930
menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.

3. Gunung Galunggung
Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882
(VEI=5). Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana
expose Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah
menunjukkan bahwa expose keruh tersebut panas dan kadang muncul
kolom asap dari dalam kawah.

Gambar 13. Letusan Gunung Galunggung
Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan
menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan
panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti
aliran-aliran

sungai.

Letusan

ini

menewaskan

4.011

jiwa

dan

menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan
selatan sejauh 40 km dari puncak gunung.

4. Gunung Agung
Gunung Agung terakhir meletus pada 1963-64 dan mas ih aktif,
dengan sebuah kawah besar dan sangat dalam yang kadang-kadang
mengeluarkan asap dan abu. Iranian kejauhan, gunung ini tampak kerucut,
meskipun didalamnya terdapat kawah besar.
Dari puncak gunung, adalah mungkin untuk melihat puncak
Gunung Rinjani di pulau Lombok, meskipun kedua gunung sering tertutup
awan. Pada tanggal 18 Februari 1963, penduduk setempat mendengar
ledakan keras dan melihat awan naik dari kawah Gunung Agung.

Gambar 14. Letusan Gunung Agung

Pada tanggal 24 Februari lava mulai mengalir menuruni lereng
utara gunung, akhirnya perjalanan 7 km dalam 20 hari mendatang. Pada
tanggal 17 Maret, gunung berapi meletus, mengirimkan puing-puing 8-10
km ke udara dan menghasilkan aliran piroklastik yang besar.
Arus ini banyak menghancurkan desa-desa, menewaskan sekitar
1500 orang. Sebuah letusan kedua pada 16 Mei menyebabkan aliran awan
panas yang menewaskan 200 penduduk lain.
5. Krakatau
Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada
di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah
disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau)
yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883.
Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan wave yang
diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal
26 Desember 2004, wave ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera
Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, state dan
Pulau

Rodrigues

dekat Afrika,

4.653

kilometer.

Daya

ledaknya

diperkirakan mencapai 30.000 kali bom corpuscle yang diledakkan di
Hiroshima dan metropolis di akhir Perang Dunia II.

Gambar 15. Letusan Gunung Krakatau

Letusan Krakatoa menyebabkan perubahan iklim global. Dunia
sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang
menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya.
Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatoa ini seben arnya masih kalah dibandingkan
dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung
Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gununggunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat
sedikit.
Sementara ketika Gunung Krakatoa meletus, populasi manusia
sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah
ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan
berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatoa adalah bencana besar
pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan
tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi.
Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan
mengenai letusan tersebut.

2.12 Hubungan dengan sosiologi bencana/sosiologi lingkungan
Sosiologi lingkungan merupakan kajian dalam disiplin ilmu sosiologi
yang perkembangannya menjadi keniscayaan di abad 21 ini. Kajian tentang
lingkungan menjadi kajian interdisipliner karena fenomena lingkungan
bersinggungan dengan kondisi geografis, biologis, teknologi, politik, maupun
sosial-budaya. Persinggungan lingkungan dengan kondisi sosial dijelaskan oleh
Dunlap dan Marshall (2007: 329) sebagai berikut:
There is little doubt that environmental problems will be one of
humanity’s major concerns in the twenty-first century, and it is becoming
apparent that sociologists can play an important role in shedding light on these
problems and the steps that need to be taken to cope with them. While the study
of environmental issues is an inherently interdisciplinary project, spanning the
natural and social sciences as well as humanities………… This stems from
growing awareness of the fact that environmental problems are fundamentally
social problems: They result from human social behavior, they are viewed as
problematic because of their impact on humans (as well as other species), and
their solution requires societal effor.
Relevansi dari interaksi ini untuk sosiologi berasal dari fakta bahwa
populasi manusia tergantung pada lingkungan biofisik untuk kelangsungan
hidup, dan ini pada gilirannya memerlukan melihat lebih dekat pada fungsifungsi yang melayani lingkungan bagi manusia. Tiga fungsi dasar lingkungan
hidup bagi kehidupan manusia , yaitu :
a. Lingkungan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk hidup, mulai
dari udara dan air untuk makanan untuk bahan yang dibutuhkan untuk tempat
tinggal, transportasi, dan berbagai macam barang ekonomis.
b. Lingkungan berfungsi sebagai penyerap limbah. Untuk repositori limbah ini,
baik menyerap atau daur ulang, lingkungan berfungsi

menyerap zat

berbahaya zat (seperti ketika pohon menyerap karbon dioksida kemudian
oksigen kembali ke udara).

c. Manusia, seperti spesies lainnya, juga harus memiliki tempat untuk betahan
hidup, dan lingkungan menyediakan rumah-di mana manusia dqapat hidup,
bekerja, bermain, perjalanan, dan menghabiskan hidup kita.
Jadi, ketiga fungsi lingkungan hidup adalah untuk memberikan kehidupan
ruang atau habitat bagi populasi manusia. Tapi ketika manusia/masyarakat
berlebihan dalam memanfaatkan ketiga fungsi lingkungan maka akan terjadi
permasalahan. Masalah lingkungan dalam bentuk polusi, kelangkaan sumber
daya, dan kepadatan penduduk dan / atau kelebihan penduduk. Dampak dari
terganggunya satu fungsi lingkungan berakibat pula pada fungsi lainnya sehingga
permasalahan lingkungan inipun bisa semakin kompleks.
Masalah lingkungan baru terus muncul, contoh masalah yang muncul
akibat dari kegiatan manusia itu sendiriseperti

banjir, kebakaran hutan

sedangkan masalah yang mucul akibat dari bumi itu sendiri yaitu gunung
meletus, tsunami, tanah longsor. Disinilah bisa dilihat fungsi dari sosiologi
lingkungan memberikan pemahaman pada masyarakat, jika tidak ada dalam
masyarakat akan terkena sendiri dari dampak tersebut.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah yang kami buat yaitu :
Sebaran gunungapi dunia secara geografi dibagi menjadi 19 wilayah
gugusan gunungapi, sebagaia berada, dataran kepulauan dan sebagaian lagi
sebagai gunungapi bawah laut. Jumlah keseluran gunungapi dunia adalah 1526
buah, Indonesia dan kepulauan Andaman yang termasuk wilayah nomor 6

mempuyai 141 buah (9,24%), menempati urutan terbanyak ketiga setalah
Amerika Latin (15,202 buah) dan kepulauan kuril, Kamchatka, serta daratan
utama asia (wilayah nomor 9 & 10, 192 buah). Jajaran gunung api yang
mengelilingi samudra pasifik disebut cincin Api Pasifik. Di Indonesia sebaran
gunung api di kelompokkan menjadi empat busur api, yaitu busur sunda, busur
bunda, busur Halmahera dan busur Sulawesi utara-kepulauan Sangihe.
Berdasarkan kenampakan vokanisme di permukaan serta sejarah letusan
gunungapi aktif di Indonesia di bagi menjadi Tipe A : gunungapi yang pernah
mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600,
Tipe B : gunungapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan
erupsimagmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan
solfatara, Tipe C : gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah
manusia,namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa
lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
Dampak yang diakibatkan oleh bencana gunung berapi Dampak
negative akibat aktifitas gunung berapi ini sering disebut bencana gunung berapi.
Wilayah bencana dapat mencapai hingga radius jangkauan lava dan abu vulkanik
yang dikenal dengan wedus gembel hingga mencapai jarak 18 km. Akibat
negative lainnya dari letusan gunung berapi adalah gempa vulkanik. Gempa
vulkanik yang ditimbulkan gunung berapi di dasar laut dapat mengakibatkan
terjadinya tsunami. Adapun dampak positipnya yaitu:
 Kesuburan tanah dan banyak bahan tambang
 Cuaca berubah
 Obyek Wisata yang indah
Cara penanggulangan bencana gunung berapi
1. Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus, Mengenali tanda-tanda
bencana,Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah
aman,Membuat sistem peringatan dini, Mengembangkan Radio komunitas
untuk penyebarluasan informasi status gunung api, Mencermati dan
memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi

berwenang, Membuat perencanaan penanganan bencana, Mempersiapkan
jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan
dasar, Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
2. Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus yaitu : Mengetahui lokasi
bencana dari informasi yang di dapat, Tugas pengendalian fasilitas dan
logistic
3. Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana yaitu:
 Rehabilitasi.
 Rekonstruksi
Letusan-Letusan Yang pernah Terjadi di Indonesia yaitu :Gunung
Kelud Letusan gunung ini pada tahun 1586, Gunung MerapiLetusan-letusan
kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006,
1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat
seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Gunung Galunggung
Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882

Gunung

Agung Gunung Agung terakhir meletus pada 1963-64 dan mas ih aktif.
Gunung KrakatauKrakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan
berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah
disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang
sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883.
3.2 Saran
Saran kami dapat sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi
dan penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup, korban meninggal dan kerugian harta benda yang besar.
 Pemerintah agar memberikan sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat yang
tinggal di daerah bencana, bagaimana cara mengatasi bencana yang terjadi.

 Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan
pelestarian lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh
kerusakan lingkungan.
 Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar
tidak terjadi korban dan kerugian yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

Allessandro Rumahorbo 2011. https://id.scribd.com/doc/214595954/BencanaGunung-Meletu (Diakses 12 juni 2016).
Anonim 2016 http://wikipedia.com/sebaran gunung api/. (Diakses 11 juni 2016)
Barabai. 2011.https://www.academia.edu/12325397/Makalah_Bencana_Gunung_Mel
etus?auto=download (Diakses 12 juni 2016).
Bronto, Sutikno.2001.Vulkonologi.UGM.Yogyakarta.
Magetsari, dkk.1998.Geologi Fisik.ITB.Bandung.

Nurhadi Prayogi 2013.http://nurhadiprayogi.blogspot.co.id/2013/10/makalah-gunungmeletus.html (Diakses 12 juni 2016).
Program LIPI. Merintis Masyarakat Siaga Bencana (Gempa Bumi & Tsunami), LIPI,
Jakarta, 2008.
Rose. 2009. http://alayrose.blogspot.com/2009/02/letusan-gunung-api.html (Diakses
13 juni 2016).
Suharno.2006.Geologi Untuk Geofisika.Universitas Lampung.Lampung.
Utami linda. 2015. http://www.lindautami.com/2015/09/sosiologi-lingkungan.html
Yudipurnawan. 2007. http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/13/bencana-alamdan-antisipasinya/ (Diakses 14 juni 2016).