MAKALAH MANAJEMEN KONSTRUKSI Oleh Kelomp

TEKNIK SIPIL

MAKALAH
MANAJEMEN
KONSTRUKSI
Kepemimpinan Transformasional
Oleh :

POLITEKNIK NEGERI MANADO

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. kelompok juga bersyukur atas
berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kelompok sehingga kelompok dapat
mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari berbagai sumber. kelompok telah
berusaha semampu kelompok untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang dunia
kepemimpinan.
kelompok sadar bahwa makalah yang kelompok buat ini masih jauh dari sempurna,
karena itu kelompok mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kelompok mohon bantuan dari dosen

pengajar.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan merupakan alternative bacaan yang
berguna bagi pembaca lainnya.
Demikianlah makalah ini kelompok buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
kelompok mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kelompok mengucapkan terima kasih.

Manado, 06 September 2017

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam sebuah tatanan social, baik organisasi formal maupun nonformal selalu ada
seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih
tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur
orang lainnya. Biasanya orang seperti itulah disebut pemimpin atau manajer. Dari kata pemimpin
itulah kemudian muncul istilah kepemimpinan setelah melalui proses yang panjang.
Masalah kepemimpinan muncul seiring bersamaan dengan sejarah manusia. Dalam
kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan tertentu pada
manusia. Apakah orang-orang dalam masyarakat atau organisasi tidak dapat menjalankan tugas
dan fungsinya tanpa adanya pimpinan? Pimpinan diperlukan, sedikitnya terdapat empat macam

alasan yaitu;
a.

Karena banyak orang memerlukan figure pemimpin

b.

Dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya

c.

Sebagai tempat pengambil alihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya

d.

Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan
Namun, di dalam pemahaman sehari-hari seringkai terjadi tumpang tindih antara
pengguna istilah pemimpin dan manajer. Dalam praktek, seseorang yang seharusnya
menjalankan fungsi kepemimpinan lebih tampil sebagai seorang manager, namum ada pula
seseorang yang memiliki posisi sebagai seorang manager kenyataanya menunjukan kemampuan

sebagai pemimpin
Pendekatan dan penelitian tentang kepemimpinan terus berkembang sejak munculnya
istilah pemimpin dan kepemimpinan tersebut. Oleh karena itu, kepemimpinan pada ahakikatnya
adalah :

a. Proses mempengaruhi atau member contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
b. Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan, dan kerjasama yang semangat dalam mencapai tujuan bersama.
c. Kemampuan untuk mempengaruhi, member inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang
atau kelompok untuk mencapai tujuan yang di harapkan.
d. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu.

RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain sebagai
berikut:
a.

Konsep Kepemimpinan Tranformasional


b. Tokoh Dengan Gaya Kepemimpinan Transformasional Di Indonesia
c. Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transformasinal
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari Latar belakang dan Rumusan masalah diatas sebagai berikut:
a. Mengetahui konsep dan definsi dari Kepemimpinan Transformasional
b. Mengetahui tokoh dan gaya kepemimpinan transformasional di Indonesia
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari gaya kepemimpinan tranformasional

PEMBAHASAN
KONSEP KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Diantara teori kepemimpinan yang unggul adalah teori kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha
mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota
organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa
ditekan atau tertekan.
Konsep awal tentang Kepemimpinan Transformasional ini dikemukakan oleh Burn yang
menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah peroses dimana pimpinan
dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.
Untuk memperjelas posisi kepemimpian transformasional (mentransformasi nilai-nilai) ia
membedakannya dengan kepemimpinan transaksional (jual beli nilai-nilai). Dalam pengertian

lainnya, pemimpin transformasional mencoba untuk membangun kesadaran para bawahannya
dengan menyerukan cita-cita yang besar dan moralitas yang tinggi seperti kejayaan, kebersamaan
dan kemanusiaan.
Menurut Burn, pemimpin bukan saja pemimpin yang memungkinkan terjadinya proses
pertukaran dengan kemauan atau keinginan para pengikutnya, atau Pemimpin Transaksional,
apalagi bagi para pengikutnya yang baru belajar, tetapi dalam proses selanjutnya perlu pemimpin
yang dapat mengangkat dan mengarahkan pengikutnya ke arah yang benar, ke arah moralitas dan
motivasi yang lebih tinggi atau sering disebut sebagai Pemimpin Transformasional. James
MacGregor Burns, dalam Leadership (pemenang Pulitzer Prize), ” But transformational
leadership ultimately becomes moral in that it raises the level of human conduct and ethical
aspiration of both leader and the led, and thus it has a transforming effect on both.”
Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan
perubahan dalam organisasi (dipertentangkan dengan kepemimpinan yang dirancang untuk
memelihara status quo). Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang
membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran
"tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu.
Menindaklanjuti idenya Max Weber mengenai masyarakat law bureaucracy, John
Gregorius Burns menggulirkan ide “kepemimpinan trnsformasional” pada tahun 1978. Menurut
Burns, kepemimpinan transformasional adalah sebuah kepemimpinan yang melibatkan seluruh
elemen anggota organisasi/masyarakat dalam kepemimpinannya. Oleh karena itu, kepimimpinan

bukan hanya terdiri dari orang yang memimpin saja, akan tetapi juga melibatkan anggota
(followers) dalam proses kepemimpinannya

Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pada kondisi masyarakat yang sudah sangat berdaya; batas
kapasitas pribadi antara yang dipimpin dengan pemimpin sudah sangat tipis (artinya sudah samasama pintar). Masyarakat tidak lagi membutuhkan sosok pimpinan yang serba bisa dan
instruksionis, melainkan pemimpin yang bisa menampung aspirasi bersama untuk bersama-sama
diwujudkan dalam tindakan kelembagaan yang sistematis.
Lebih lanjut, kepemimpinan transformasional lebih mengandalkan pertemuan visi
kedepan yang dibangun berdasarkan konsesus bersama antara pemimpin dan anggota. Oleh
karena itu pemimpin tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang bertugas untuk memberikan visi
gerakan dan kemudian mendiseminasikan kepada anggotanya; peminpin justru menjadi
interpreter (penerjemah) visi bersama para anggotanya untuk di transformasikan dalam bentuk
kerja nyata kolektif yang mutual.
A.

TOKOH DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI INDONESIA
1. Dr.Ir. Soekarno
Dr.Ir. Soekarno lahir di Surabaya Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni
1970 pada umur 69 tahun .Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari

penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama
kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang
menamainya.
Pembawaan yang tenang dari beliau dicerminkan dalam gaya bahasa, tutur kata, dan tutur
retorika. Kebijakan dan pemikiran-pemikiran beliau menunjukkan bahwa presiden pertama
Indonesia ini memiliki intelektualitas yang tinggi, berwibawa, dan memiliki fatsun politik.
Beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia)
pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke
penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru
disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan
kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu membuat Belanda
makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931,
Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali
ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian
dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1
Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila.

Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara
aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.Sebelumnya, beliau juga berhasil
merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun
bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung
pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan
MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat
Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal
dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di
dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai
"Pahlawan Proklamasi"
Dalam kancah politik, Soekarno bersama Sutan Sjahrir, Moh. Hatta, atau kawan lainnya tetap
menunjukkan etika yang baik, walaupun dalam berdiskusi mengenai politik tak dipungkiri selalu
ada perdebatan karena perbedaan ideologi. Terhadap rekan-rekan dalam Dewan Pers, beliau juga
tidak menunjukkan sikap dan perilaku kekuasaan atau atasan, namun sikapnya lebih
mencerminkan kerekanan. Oleh karena itu, Soekarno adalah pribadi yang termasuk paling
mempunyai otoritas baik dalam wawasan maupun dalam gudang pengalaman.
Bung Karno sebagai Icon Nasionalis tidak perlu diragukan lagi, dari barat hingga ke timur

negeri ini seolah meng-amini namun sisi lain bung karno sebagai sosok guru bangsa yang juga
memiliki sisi - sisi islamis tentu tak banyak orang yang mengetahuinya terlebih di masa
kepemimpinannya diwarnai dengan benturan – benturan politik dengan kalangan islamis dan
polemik yang menajam seputar dasar negara dengan tokoh paling terkemuka kalangan Islam saat
itu, Mr. Mohammad Natsir.
Nama Bung Karno yang dikenal sebagai Putra Sang Fajar tidak bisa dilepaskan dari tokoh–
tokoh Pergerakan Islam yang Istiqomah berjuang demi cita–cita besar Kemerdekaan Indonesia.
Para pakar sumber daya manusia menemukan bahwa motivasi dan kepuasaan kerja para
karyawan terkait secara langsung dengan hubungan dengan dengan pengawas mereka.
Popularitas dan disertai integritas akan cenderung memudahkan pemimpin dalam hal
pendelegasian tugas. Hal ini pun ditemukan pada sosok Bung Karno, dimana kharisma beliau
mampu menjadi senjata ampuh dan menjadikannya popular dimata pengikutnya.

Setiap kebijakannya dilaksanakan oleh para bawahan dengan memegang kepercayaan dari
atasannya yang tentu memilik integritas dan mampu menjalin hubungan yang baik. Bukti dari
kepemimpinan karismatik diberikan oleh hubungan antara pemimpin dengan pengikut. Seperti
dalam teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang
dalam dan tidak biasa pada pengikut. Para pengikut merasa bahwa keyakinan pemimpin adalah
benar, mereka bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih sayang terhadap
pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau organisasi, mereka

memiliki sasaran kinerja yang tiggi, dan mereka yakin bahwa mereka dapat berkontribusi
terhadap keberhasilan dari misi itu.
Atribusi dari kemampuan yang luar biasa kepada pemimpin amatlah mungkin, tetapi
sebaliknya dari teori oleh Conger dan Kanungo (1987), hal ini tidak dianggap sebagai sebuah
kondisi yang diperlukan untuk kepemimpinan karismatik
Teori Kepemimpinan Ir.Soekarno untuk menggerakkan dan memotivasi orang, pemimpin
harus memiliki visi dan misi yang jelas. Visi dan misi itu harus dirumuskan menjadi tema-tema
yang jelas, jargon, semboyan, dan bahkan kalau perlu lagu atau nyanyian. Kita ingat, dulu
Presiden Ir.Soekarno pintar sekali membuat kata, kalimat, atau semboyan-semboyan, hingga
menjadikan jiwa rakyatnya hidup. Kalimat-kalimat yang keluar dari presiden pertama bangsa ini
mampu menghidupkan dan juga menggerakkan hati rakyat. Misalnya, ia mengatakan bahwa
bangsa Indonesia bukan bangsa tempe, tidak perlu bantuan PBB. Semboyan yang berbunyi rawerawe rantas, malang-malang putung, mampu menghidupkan dan menggerakkan semangat,
apalagi terhadap anak-anak muda. Kita pernah memiliki pemimpin yang mampu menggerakkan
jiwa rakyatnya. Dengan cara itu, bangsa ini sekalipun masih miskin tetapi tidak merasa miskin.
Sekalipun masih kecil, belum memiliki banyak universitas, sarana dan prasarana kehidupan
masih ala kadarnya, tetapi sudah merasa besar dan percaya diri. Sekalipun masih serba
berkekurangan tetapi merasa bangga dengan menjadi bangsa Indonesia. Rakyat merasa merdeka
dan bangga dengan kemerdekaannya itu.
2.


Sri Mulyani Indrawati
Sri Mulyani Indrawati atau biasa disingkat SMI lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26

Agustus 1962. Sebelum menjabat Menteri Keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani
sebelumnya dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
(LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Sri Mulyani ditunjuk menjadi Menteri
Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tuga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono
dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri Mulyani menjadi tokoh yang
hangat diperbincangan berkaitan dengan kasus Bank Century. Di tengah penyelidikan terhadap
Sri Mulyani tiba-tiba saja Bank Dunia menunjuknya sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia.
Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana
Bank Dunia yang membawahi 70 lebih negara. (Sumber:Berirama.com, Wikipedia)
a. Kepemimpinan Sri Mulyani
1) Reformasi birokrasi
Reformasi birokrasi adalah salah satu hal penting yang dijalankan oleh Sri Mulyani
selama masa jabatannya di kementerian keuangan. Saat pelantikan menteri keuangan pengganti
SMI, Presiden SBY menyatakan salah satu tugas menteri keuangan yang baru adalah
meneruskan reformasi perpajakan dan bea cukai yang telah dimulai oleh SMI (Antara
News.com, 20 Mei 2010). Agus Martowarjono, Menteri Keuangan penggantinya menyatakan
bahwa “SMI telah membangun landasan sistem yang kuat di Kementerian Keuangan dan
lingkungannya, dan akan meneruskan apa yang telah dilakukan oleh SMI”.
SMI berhasil mencatat beberapa prestasi penting di bidang pembangunan ekonomi dan
good governance. Salah satunya ialah keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di
Departemen Keuangan melalui terbentuknya transparansi dan akuntabilitas di internal
departemen, upaya itu sekaligus dapat menjadi landasan untuk membuat kebijakan fiskal yang
lebih baik di masa depan. SMI juga berhasil meningkatkan penerimaan negara dari pajak selama
kepemimpinannya. Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak menambah jumlah pemegang nomor
pokok wajib pajak (NPWP) dan kebijakan sunset policy diyakini juga tidak terlepas dari
perannya. Mulai diberikannya insentif fiskal bagi beberapa sektor dan komoditas yang berpotensi
ekspor ataupun menyerap tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang dihasilkan dalam rangka
menjadikan pajak sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional. SMI juga
berkomitmen dalam upaya pembangunan keuangan daerah melalui desentralisasi fiskal dan juga
bisa bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran. Pada 2007,
Depkeu mulai menerapkan sanksi pada daerah-daerah yang kurang disiplin dalam mengelola
APBD, seperti keterlambatan penetapan APBD ataupun kegagalan dalam mengelola DAK. (Blog
Detik.com, 17 Agustus 2009)
Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat kementerian keuangan yang
dipimpinnya dan di tingkat nasional. Sosoknya juga cemerlang di kancah internasional.
Pengaruhnya sangat besar dalam sejumlah forum ekonomi baik dengan negara-negara maju
maupun sesama negara berkembang, misalnya, dalam forum G-20. Ada beberapa forum dalam
lingkup G-20 yang merupakan hasil inisiatif Indonesia dan didorong oleh prakarsa Sri Mulyani,
seperti forum Bali Dialogue of Climate Change.

Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa dia adalah orang yang tegas
dan disiplin, rasional tapi juga tulus. SMI dengan tegas, berani mereformasi seluruh struktur
keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan membuat banyak
terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi, misalnya keputusan
menyelamatkan Bank Century (Vivanews, 5 Mei 2010).

Sri Mulyani dinilai mampu

menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia hingga
mampu melampaui krisis. “Di dalam pengelolaan ekonomi, Indonesia diakui mengalami banyak
kemajuan, baik itu ekonomi makro maupun dari sektor riil. Baik dari indikator-indikator yang
mudah dilihat maupun yang relative susah dilihat, seperti masalah confident dan persepsi,” kata
Sri Mulyani. “Dan diakui, penyumbang terbesar dari kemajuan itu adalah dari Kementerian
Keuangan,” tambahnya lagi.
Menurut Bisnis.com, 5 Mei 2010, kalangan ekonom menilai pengunduran diri SMI
sebagai Menteri Keuangan menyusul posisi barunya sebagai pejabat tinggi di Bank Dunia
merupakan solusi terbaik di tengah tekanan poltik mengenai kasus Bank Century, kerja keras
SMI didukung oleh para pegawainya seperti yang mereka nyatakan dalam website Dirjen
Perbendaharaan (21 Mei 2010), ingin tetap melanjutkan reformasi keuanganyang telah dimulai
SMI. Dalam kebijakan fiskal di masa kepemimpinannya, di Direktorat Jenderal Pajak telah
melakukan reformasi jilid II dengan memperbaiki system data base, dengan melakukan
intesifikasi dan ekstensifikasi dengan menggunakan based marking profiling, dan sisi
governence tata kelola untuk mengurangi penyelewengan maupun tindakan-tindakan yang tidak
baik dari fiskus maupun wajib pajak.

Di bidang perbendaharaan, sudah banyak reformasi yang

dilakukan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga akan ada percepatan treasury
function, pelayanan yang baik mulai dari penggunaan anggaran, pengelolaannya dan juga
reportingnya,
2)

Presentasi Sri Mulyani

Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh
Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di
Singapura. Ia juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah
Forbes tahun 2008 dan sebagai wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe
Asia bulan Oktober 2007, karena prestasinya yang meningkatkan cadangan devisa Indonesia
terus menembus level tertingginya US$ 50 miliar. Pada 2008 bahkan cadangan devisa
Indonesia sudah menembus US$ 60 miliar. Forbes juga menilai, investasi asing terus menanjak
setelah kepemimpinan SMI di Departemen Keuangan yang dinilai gigih memberantas korupsi di
birokrasi, menciptakan insentif pajak dan mempermudah UU. Gelar dari Forbes ini sekaligus
melengkapi berbagai gelar sebelumnya. SMI pada Maret 2008 juga dinobatkan sebagai tokoh
paling berpengaruh di Asia oleh Singapore Institute of International Affair (SIIA). (Topix.com, 2
September 2008)

Sri Mulyani adalah seorang pemimpin transformasional dan sekaligus pemimpin
transaksional yang berkarakter, dia memegang teguh etika kerjanya dan memiliki integritas yang
kuat sehingga terkenal sebagai pemimpin yang bersih dari faktor KKN (kolusi, korupsi dan
nepotisme). Dia berani mengambil resiko, melawan arus birokrasi yang ada yang sudah berjalan
bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara melakukan pembaharuan dan reformasi
proses birokrasi di departemen keuangan dan departemen terkait lainnya, seperti bea cukai,
perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra KKN. SMI juga menerapkan sistem reward dan
punishment untuk memacu proses reformasi birokrasi (misal; menaikkan pendapatan pegawai
departemen keuangan tetapi menekankan transparansi dan akuntabilitas pegawai; mendorong
setiap daerah agar menerapkan desentralisasi fiskal tetapi juga bersikap tegas ketika ada daerah
yang terlambat membelanjakan anggaran). Tidaklah mengherankan bila kemudian dia
mendapatkan beberapa penghargaan internasional atas prestasinya memimpin departemen
keuangan dan sebagai mentri koordinator perekonomian sebagai mentri keuangan terbaik Asia
tahun 2006, dan beberapa penghargaan internasional lainnya yang sangat membanggakan bangsa
Indonesia.
3. Jenderal Soeharto
Soeharto adalah presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta,
tanggal 8 juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga pembantu lurah
dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah. Beliau adalah presiden yang
paling lama menjabat dan berkuasa di pemerintahan yaitu salama 32 tahun. Pada masa
pemerintahannya dikenal sebagai Orde Baru.
Soeharto menikah dengan Siti Hartinah ("Tien") dan dikaruniai enam orang anak, yaitu Siti
Hardijanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi
(Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).
1. Gaya Kepemimpinan Soeharto
Diawali dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966 kepada
Letnan Jenderal Soeharto, maka Era Orde Lama berakhir diganti dengan pemerintahan Era Orde
Baru. Pada awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto
adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan keputusan,
tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya serta konsisten
dengan segala keputusan yang ditetapkan.
Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan
Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu
menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta
mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian.

Tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana tentara
memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan
kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan
negara. Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun dengan mengatasnamakan
kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara pembatasan jumlah partai politik, penerapan
sensor dan penahanan lawan-lawan politik. Sejumlah besar kursi pada dua lembaga perwakilan
rakyat di Indonesia diberikan kepada militer, dan semua tentara serta pegawai negeri hanya dapat
memberikan suara kepada satu partai penguasa Golkar.1[2]
Bila melihat dari penjelasan singkat di atas maka jelas sekali terlihat bahwa mantan
Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan, dan sentralistis.
Sebenarnya gaya kepemimpinan otoriter yang dimiliki oleh Almarhum merupakan suatu gaya
kepemimpinan yang tepat pada masa awal terpilihnya Soeharto sebagai Presiden Republik
Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa itu tingkat pergolakan dan situasi yang selalu tidak
menentu dan juga tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Namun, dirasa pada
awal tahun 1980-an dirasa cara memimpin Soeharto yang bersifat otoriter ini kurang tepat,
karena keadaan yang terjadi di Indonesia sudah banyak berubah. Masyarakat semakin cerdas dan
semakin paham tentang hakikat negara demokratis. Dengan sendirinya model kepemimpinan
Soeharto tertolak oleh kultur atau masyarakat. Untuk tetap mempertahkan kekuasaannya
Soeharto menggunakan cara-cara represif pada semua pihak yang melawannya.
Pada masa Orde baru, gaya kepemimpinannya adalah Otoriter/militeristik. Seorang
pemimpinan yang otoriter akan menunjukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain
dengan ciri-ciri :
1. Kecendurangan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam
organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan maratabat
mereka.
2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan
pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Sesuai dengan masalah dan tujuan yang penulis angkat, pengukuran gaya kepemimpinan
Presiden Soeharto di sini diukur dari aspek-aspek: (1) Status kepemimpinan dan kekuasaan; (2)
Orientasi pada hubungan; (3) Orientasi pada tugas; (4) Cara mempengaruhi orang lain, dan (5)
Kepribadian

B.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
1

Dalam tinjauan keilmuan, saat ini masih sulit untuk menentukan siapa, kapan, dan
bagaimana ilmu tentang kepemimpinan itu muncul, dalam setiap peradaban yang muncul didunia
selalu didahului dengan lahirnya tokoh pemimpin yang membangun peradaban tersebut. Dalam
ilmu manajemen sendiri, teori tentang kepemimpinan memiliki sebuah sejarah yang bisa dirunut
sebagai berikut : Teori Harapan 1957 – Teori Kepemimpinan yang Motivasional 1960an – Teori
Kepemimpinan yang Efektif 1970an – Teori Gaya Kepemimpinan Humanistik 1980an – Gaya
Kepemimpinan transformasional dan transaksional 1990-sekarang.
Para pengembang teori kepemimpinan mengidentifikasi pendekatan transformasional
sebagai pendekatan kepemimpinan abad ke 21. Dalam konteks tersebut kepemimpinan
transformasional digambarkan sebagai bentuk kepemimpinan yang mampu meningkatkan
komitmen staf; mengkomunikasikan suatu visi dan implementasinya; memberikan kepuasan
dalam bekerja; dan mengembangkan fokus yang berorientasi pada klien. Kepemimpinan
transformasional adalah sebuah sebuah proses yang ada pada para pemimpin dan pengikut untuk
saling menaikan motivasi moralitas dan motivasi yang lebih tinggi (Burns 1978).
Kepemimpinan

transformasional

juga

sering

diartikan

sebagai

sebuah

proses

kepemimpinan dimana para pemimpin menciptakan kesuksesan pada bawahannya dengan
menampilkan lima perilaku (visioner, menginspirasi, merangsang bawahan, melatih bawahan,
membangun tim secara signifikan lebih dari kebanyakan manajer (Boehenke et al.1999) Bass
dan Avolio (1994), mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat
dimensi yang disebutnya sebagai “The Four I’s”:
1. Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati sekaligus
mempercayai (Pengaruh ideal).
2. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan
pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan (Motivasi-inspirasi)
3. Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi
yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan (stimulasi
intelektual).
4. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan
dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir (konsederasi individu).
a. Kelebihan dari kepemimpinan transformasional :
1. Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)
2. Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
3. Mampu memberdayakan potensi karyawan
4. Meningkatkan hubungan interpersonal

b. Kekurangan dari kepemimpinan transformasional :
1. Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin

2. Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
3. Membutuhkan pehatian pada detail
4. Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak
Dalam menerapkan suatu model kepemimpinan maka perlu di perhatikan :
1.

Tingkat keterampilan dan pengalaman tim anda.

2.

Pekerjaan yang dilakukan (rutin atau baru dan kreatif)

3.

Lingkungan organisasional (stabil atau berubah radikal, konservatif atau penuh
petualangan)

4.

Gaya alami pilihan anda.

Penerapan Kepemimpinan Transformasional Dalam Manajemen :
Gaya kepemimpinan transformasional diyakini oleh banyak pihak sebagai gaya kepemimpinan
yang efektif dalam memotivasi para bawahan untuk berperilaku seperti yang diinginkan.
Menurut Bernard Bass dalam rangka memotivasi pegawai, bagi pemimpin yang menerapkan
gaya kepemimpinan transformasional, terdapat tiga cara sebagai berikut:
a. Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha.
b. Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok.
c. Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi
diri.
Menurut Robbins dalam Wahyono (2011), kepemimpinan transformasional adalah
pemimpin yang mampu memberi inspirasi karyawannya untuk lebih mengutamakan
kemajuan organisasi daripada kepentingan pribadi, memberikan perhatian yang baik
terhadap karyawan dan mampu merubah kesadaran karyawannya dalam melihat
permasalahan lama dengan cara yang baru.

PENUTUP

kesimpulan
Dalam kepemimpinan transformasional, peran seorang pemimpin yang utama adalah
sebagai katalis bagi perubahan yang akan dilaksanakan, artinya pemimpin berperan
meningkatkan sumber daya manusia yang ada dan berusaha memberikan reaksi yang
menimbulkan semangat dan daya kerja yang tinggi bagi anggota, tetapi tidak bertindak sebagai
pengawas perubahan, yang lebih penting lagi adalah tuntutan untuk memiliki visi yang kuat.
Tingkat kepercayaan yang rendah merupakan refleksi dari perilaku kepemimpinan yang
dipersepsikan oleh anggota dari pemimpin yang kurang memiliki kecakapan dalam menjalankan
perannya. Indikasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) perilaku pemimpin yang
terlalu mengawasi (over control) dan terlibat sampai hal kecil (micro-manager), (2) perilaku
pemimpin yang hanya fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol dan jangka pendek (concrete),
dan (3) perilaku pemimpin yang sangat berhati-hati, ragu dalam mengambil keputusan, dan tidak
menyukai perubahan (risk averse). Perilaku tersebut dianggap sebagai penghambat. Tingkat
kepercayaan yang rendah dari perilaku kepemimpinan yang over control menjadikan anggota
bekerja kurang leluasa dan tentu saja akan bersifat kontra-produktif serta berdampak pada
demotivasi sehingga dapat menurunkan kinerja organisasi.
Kepemimpinan transformasional secara khusus menekankan pada pendekatan secara
rasional dan emosional untuk memotivasi anggotanya, dengan harapan dapat menciptakan
komitmen dari anggota dibandingkan dengan loyalitas yang hanya didasarkan intensitas.
Pemimpin yang transformasional yang efektif akan menunjukkan sifat sebagai berikut: (1)
melihat diri sebagai agen perubahan, (2) pengambil resiko yang berhati-hati, (3) memiliki
kepercayaan kepada anggota dan peka terhadap kebutuhannya, (4) mampu membimbing, (5)
fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman, (6) memiliki kemampuan kognitif, disiplin, dan
mampu menganalisis masalah secara berhati-hati, dan (7) memiliki visi
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
a. Kharisma
Kepemimpinan kharismatik diakui oleh sejumlah ahli menjadi nilai penting bagi
kepemimpinan transformasional. Dalam kondisi perubahan lingkungan yang dinamis dengan
turbulensi tinggi dan sulit untuk diprediksi (unpredictable), seorang pemimpin harus mampu
memberikan sifat-sifat kharismatik dalam mengkomunikasikan visi dan misi organisasi.
Kharisma merupakan daya kekuatan memotivasi pengikut dalam menjalankan kegiatan
organisasi. Pemimpin yang memiliki kharisma akan lebih mudah mempengaruhi pengikut agar
bertindak sesuai dengan yang diharapkan untuk keberhasilan suatu organisasi. Pemimpin
kharismatik mampu membangkitkan emosi-emosi yang kuat. Pemimpin diidentifikasi untuk
dijadikan panutan oleh pengikut, dipercaya, dihormati, dan memiliki tujuan yang jelas. Memiliki
integritas terhadap kesesuaian antara exposed values dan enacted values. Nilai-nilai yang
diungkapkan lewat kata-kata.

b. Inspirasional

Pemimpin yang inspirasional didefinisikan sebagai seorang pemimpin yang mampu
mengkomunikasikan suatu visi yang menarik dan berwawasan ke depan. Pemimpin
transformasional memotivasi dan menginspirasi dengan jalan mengkomunikasikan harapan dan
tantangan

kerja

secara

jelas,

serta

mengekspresikan

tujuan-tujuan

penting,

dengan

membangkitkan antusiasme dan optimisme pada anggota.
c. Stimulasi Intelektual
Melalui stimulasi intelektual, pemimpin berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi
berkembang inovasi dan kreativitas. Mampu mendorong pengikutnya untuk memunculkan ideide baru dan solusi kreatif atas masalah-masalah yang dihadapi.
d. Perhatian individual
Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan setiap
individu untuk berprestasi dan berkembang dengan jalan bertindak selaku penasehat.
Berinteraksi dan berkomunikasi secara individual dengan anggota. Tugas yang didelegasikan
akan dipantau untuk memastikan arahan tambahan dan untuk menilai kemajuan yang dicapai.

.

DAFTAR PUSTAKA

http://irma-mintuna.blogspot.com/2013/01/kepemimpinan-irsoekarno.html (di akses pada 07
Maret 2015)
http://rekydot.blogspot.com/2013/01/makalah-kepemimpinan-transformasional.html

(di akses

pada 07 Maret 2015)
https://www.facebook.com/pages/Bram-R-Adiguna-Babam/139952066085153?fref=nf (di akses
pada 07 Maret 2015)
http://erisheri.blogspot.com/2012/11/gaya-kepemimpinan-soeharto.html (di akses pada 07 Maret
2015)
http://mygreenworld.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/16/kepemimpinan-yang-efektif-studikasus-sri-mulyani-indrawati/ (di akses pada 07 Maret 2015)