Makalah Hadist Ekonomi Mekanisme Pasar

MAKALAH
MEKANISME PASAR
Dosen Pengampu: Abdul Rokhim, M.EI

Disusun oleh:
AISYATUL MAYSAROH
ANNISA’U ROUDLOTUL JANNAH
SITI KHALIFAH
MOH.SOLEH RIDO
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PERBANKAN SYARI’AH
OKTOBER 2015

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT. Karena berkat nikmat dan hidayahnya,makalah ini dapat kami selesaikan

sesuai waktu yang telah ditatapkan.
Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk
tegaknya syi’ar Islam,yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.
Selanjutnya makalah ini kami buat sebagai sarana aplikasi untuk menunjang
tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam yang dibimbing oleh Abdul Rokhim, M.EI.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar makalah selanjutnya dapat
menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata,terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu
suksesnya makalah ini, khususnya kepada dosen kami,Bapak Abdul Rokhim M.Ei
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam kehidupan kita untuk kedepannya.

Wa’alaikum Salam Wr. Wb

2

DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………


i

Kata pengantar ………………………………………………………..…

ii

Daftar isi………………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………... 1
C. Tujuan Penulisan…….………………………………………......... 1
BAB II.PEMBAHASAN MEKANISME PASAR
A. Mekanisme pasar………………………………………………..... 2-3
B. Islam dan sistem pasar.....................................................................

4

C. Harga dan persaingan sempurna pada pasar islam………………..5-8
D. Moral sebagai faktor endogen dalam persaingan di pasar..............8-9
E. Mekanisme pasar dalam perspektif sejarah islam………….…..... 9-11

F. Lembaga hisbah sebagai bentuk pengawasan pasar....................... 11-12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….…....
B. Kritik dan Saran…………………………………….………….....

13
13

C. Daftar pustaka………………………………………….……….... 14

3

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
secara umum dapat disampaikan bahwa kemunculan pesan moral dalam
pencerahan teori pasar, dapat dikaitkan sebagai bagian dari reaksi penolakan
sosialisme dan sekularisme, ataupun secara khusus ideologi – ideologi yang
sudah banyak diasumsikan sebagai sistem yang merusak pasar dan
memosisikan diri sebagai oposisi dari paham pasar bebas dan terbuka di
dunia Arab. Ajaran Islam dengantegasmenolaksejumlahideologiekonomi

yang terkaitdengankeagungan private property, kepentingan investor,
asceticism (menghindarikehidupanduniawi), economic egalitarismnmaupun
authoritarianism
(ekonomiterpimpinataupahammematuhiseseorangataubadansecaramutlak).
B.
1.
2.
3.

RumusanMasalah
Hadistapasajakah yang membahastentangmekanisme pasar?
Apasaja yang dibahas tentang mekanisme pasar?
Apasajaperan-peran yang terdapat dalam mekanisme pasar?

C.
1.
2.
3.

Tujuan Penulisan

Mengetahuihadist yang membahastentangmekanisme pasar
Memahami apa itumekanisme pasar
Mengetahui peran yang terdapat dalam mekanisme pasar

4

BAB II
PEMBAHASAN
MEKANISME PASAR

‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫س ل‬
ِ‫ه ع لللي ْْْْْْْْْه‬
ِ ‫س‬
ُ ‫معل لر‬
‫صارِىّأنّهُ ل‬
ُ ّ ‫صْْْْْْْْلّى الل‬
‫ولللّهِ ل‬

‫ع لنْأبِىقلتلادلةلالن ْ ل‬
ُ ‫ميقُو‬
:‫ل‬
‫ول ل‬
‫سْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْل ّ ل‬
1

)‫م‬
ِ ّ
ِ ِ ‫حل‬
‫م ل‬
‫مولكلث ْ لرةلال ْ ل‬
ْ ‫م‬
ٌ ِ ‫سل‬
ُ ُ‫)رولاه‬
ْ ‫مي ل‬
ّ ُ ‫ّىالْبليْعِّلإِنّهُيُنلّّقُث‬
ْ ُ ‫إِيّاك‬
‫حقُ ل‬


Artinya: Dari Qotadahal-Anshori RA bahwaiamendengarRasul SAW
bersabda:

“hindaribanyakbersumpahdalamberbisnis

karenasesungguhnya

yang

(jualbeli),

demikianitubisalakuterjualkemudianterhapus

(keberkahannya)” (HR Muslim).

‫مقلا ل‬
:‫ل‬
ِ ‫س‬
ِ ‫م لر لر‬
‫صلّىاللّهُعللليْهِول ل‬

ُ ‫ماع لن ْ لر‬
‫سْْْْل ّ ل‬
‫ضيلاللّهُعلنْهُ ل‬
‫ولع لنْالبْنِعُ ل‬
‫ولللّهِ ل‬
‫أ ل‬،‫خيارماللميتّلرقلاوكلاناجميعا‬
ِ ‫فلكُلّولا‬،‫ن‬
ِ ٍ ‫حد‬
ً ِ ‫مابِال ْ ِ ل ِ ل ْ ل ل ّ ل ل ل‬
ُ ‫الر‬
‫منْهُ ل‬
ِ ‫ج لل‬
ّ ‫إذ لاتلبلايلعل‬
‫ل‬
‫ل‬
ْ ‫جبلال‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
‫االخ للرفلتلبلايلعلاع لللىذللِكلّلقلدْول ل‬
‫فلإِنْخلي ّ لرأ ل‬،‫االخ للر‬

‫وْيُخلي ّ ُرأ ل‬
‫حدُهُ ل‬
‫حدُهُ ل‬
‫ل‬
ِ ‫ميلت ْ ُركْولا‬
ِ ٌ ‫حد‬
‫ماالْبليْعلّلقلدْول ل‬
‫منْهُ ل‬
ْ ‫ولإِنْتلّ ّلرقلابلعْدلأنْتلبلايلعلاولل ل‬،ُ‫بليْع‬
‫جبلالْبليْعُ) لرول‬
2
)‫اه ُ الْبُخلاِرى‬
Artinya:“Dan diceritakandariIbn Umar RA, dariRasulullah SAW
bersabda:

“jikaadadua

orang

yang


salingberakadjualbeli,

masing-

masingmerekamempunyaikhiyar (hakmemilih) selagibelumberpisahsemuanya.
Atausalahsatudarikeduanyamemilih

yang

lainnya,

apabilasalahsatudarikeduanyamemilihnyamakakeduanyatelahmelakukanjualbe
lidanhukumjuabelinyaadalahwajib.

Dan

jikakeduanyaberpisahsetelahterjadiakadjualbelidanmasingmasingtidakmeninggalkanuntukmembatalkannya,
makajualbeliituhukumnyawajib” (HR al-Bukhari).
1

2

RiwayatNasa’i,haditske4477
Riwayat al-Bukhari,haditske 2112

5

‫ل‬
‫ل‬
.ِ‫منلابلذلة‬
‫م ل‬
ُ ْ ‫سْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْْةِولال‬
‫مل ل ل‬
ُ ْ ‫ع لنْأبِىهُ لري ْ لرةلأنّهُقلاللنُهِىلعلنْبليْعلتليْنِال‬
‫ل‬
‫ألماالْمللمس ل‬
‫ل‬
ِ ‫صا‬
ِ ‫سكُلّولا‬
ُ ‫ّ ُ ل ل‬
ْ ‫منلابلذلةُأن‬
ِ ٍ ‫حد‬
ِ ْ ‫ةفلأنْيلل‬
‫م ل‬
ُ ْ ‫ملٍولال‬
ّ ‫حبِهِبِغليْرِتلأ‬
‫منْهُ ل‬
‫ماثلوْب ل ل‬
‫(ر‬
ِ ‫صا‬
ِ ‫ميلنْظ ُ ْرولا‬
ِ ‫يلنْبِذ لكُلّولا‬
ِ ٌ ‫حد‬
ِ ٍ ‫حد‬
‫منْهُ ل‬
ْ ‫ماثلوْبلهُإِللىالخلرِولل ل‬
‫منْهُ ل‬
‫ماإِللىثلوْب ِ ل‬
‫حبِهِ ل‬
3

Artinya:

Dari

Abu

Khurairah

RA

)‫م‬
ْ ‫م‬
ٌ ِ ‫سل‬
ُ ُ‫ولاه‬

bahwaRasul

SAW

melarangduajualbeli:mulamasahdanmunabadzah.
Mulamasahadalahsalahsatudarikeduanyamemegangbajutemannyadengantanpa
merenungkan

(berfikir).

Dan

Munabadzahadalahsalahsatudarikeduanya

(pembeli) melemparpakaianpada yang lain dantidakmelihatpadabajutemannya
(HR. Muslim).

-‫م‬
‫ه ع للليْهِ ول ل‬
‫سل ّ ل‬
ُ ّ ‫صلّى الل‬
‫ع لنِابْنِعُ ل‬
‫ ل‬-‫ى‬
ّ ِ ‫م لرع لنِالنّب‬
ْ ‫ل‬
‫ل‬
‫قلا ل‬
ُ‫)رولاه‬
ِ ‫خطْبلةِأ ل‬
ِ ‫خيهِوللليلخْطُبُعلللى‬
ِ ‫جلُعلللىبليْعِأ‬
ُ ‫الر‬
ُ ‫خيهِإِلّأنْيلأذ لنلل ل‬
‫ه ل‬
ّ ُ‫لليلبِع‬:‫ل‬
4
(‫م‬
ْ ‫م‬
ٌ ِ ‫سل‬
ُ
Artinya:

Dari

Ibnu

Umar

dariNabi

SAWbersabda:

seseorangtidakbolehmembeliataspembeliansaudaranyadantidakbolehmelamara
taslamaransaudaranyakecualimendapatizindarinya (HR Muslim).

ِ‫ه ع للليْه‬
ِ ‫م لر لر‬
ُ ‫ضىاللّهُالن ّ لر‬
ُ ّ ‫صلّى الل‬
‫ع لنْاِبْنِعُ ل‬
‫سوْ ُلللّهِ ل‬
5
‫ضك ُ ْ ل‬
(‫م‬
ُ ْ‫مقلال ل لليلبِعُبلع‬
ْ ‫م‬
‫ول ل‬
ٌ ِ ‫سل‬
ُ ُ‫)رولاه‬
‫سل ّ ل‬
‫ض ل‬
ٍ ْ‫معللىبليْعِبلع‬
Artinya: Dari Ibnu Umar RA sesungguhnyaRosulullah SAW
bersabdasebagian

kalian

tidakbolehmembeliataspembeliansebagianyang

lainnya (HR Muslim).

3

Riwayat Muslim,haditske 3878
Riwayat Muslim,haditske 3521
5
Lihat al-Baihaqi,Sunan al-Kubra, Juz 5,)tt, tp(, 344
4

6

A. Islam Dan Sistem Pasar
Dewasa ini, secara umum dapat disampaikan bahwa kemunculan pesan moral
dalam pencerahan teori pasar, dapat dikaitkan sebagai bagian dari reaksi penolakan
sosialisme dan sekularisme, ataupun secara khusus ideologi – ideologi yang sudah
banyak diasumsikan sebagai sistem yang merusak pasar dan memosisikan diri
sebagai oposisi dari paham pasar bebas dan terbuka di dunia Arab. Ajaran Islam
dengan tegas menolak sejumlah ideologi ekonomi yang terkait dengan keagungan
private property, kepentingan investor, asceticism ( menghindari kehidupan
duniawi), economic egalitarismn maupun authoritarianism ( ekonomi terpimpin atau
paham mematuhi seseorang atau badan secara mutlak ).6
Oleh sebab itu, sangat utama bagi umat Islam untuk secara kumulatif
mencurahkan semua dukungannya kepada ide keberdayaan, kemajuan, dan
kecerahan peradaban bisnis dan perdagangan. Islam secara ketat memacu umatnya
untuk bergiat dalam aktivitas keuangan dan usaha – usaha yang meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial.
Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Untuk itu teks
– teks Al- qur’an selain memberikan stimulasi imperatif untuk berdagang, di lain
pihak juga mencerahkan aktivitas tersebut dengan sejumlah rambu atau aturan main
yang bisa diterapkan di pasar dalam upaya menegakkan kepentingan semua pihak,
baik individu ataupun kelompok.
Allah SWT tidak hanya menjamin akses yang memudahkan kaum Quraisy untuk
dapat berperan di pasar, bahkan Al – qur’an pun menjabarkan koreksi kepada bangsa
Arab yang selama itu salah kaprah dengan meyakini bahwa orang akan kehilangan
kemuliaan dan kekharismaannya bila melakukan kegiatan ekonomi di pasar.
Konsep Islam menrgaskan bahwa pasar harus berdiri diatas prinsip persaingan
bebas ( perfect competition). Namun demikian bukan berarti kebebasan tersebut
berlaku mutlak, akan tetapi kebebasan yang dibungkus oleh frame aturan syariah.
Untuk itu pembahasan mengenai struktur pasar dalam konsep Islam akan dimulai
dengan pemahaman akan persaingan bebas, berikut komponen – komponen yang
mengikat pengertiannya tersebut.

6

Mustafa Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. 2006. Jakarta.
Prenadamedia group. Hal: 157-180

7

B. Harga Dan Persaingan Sempurna Pada Pasar Islami
Konsep Islam memahami bahwa pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan
ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif. Pasar tidak
mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak terkecuali negara dengan
otoritas penentuan harga atau private sektor dengan kegiatan monopolistik ataupun
lainnya.
Karena pada dasarnya pasar tidak membutuhkan kekuasaan yang besar untuk
menentukan apa yang harus dikonsumsi dan diproduksi. Sebaliknya, biarkan tiap
individu dibebaskan untuk memilih sendiri apa yang dibutuhkan dan bagaimana
memenuhinya. Inilah pola normal dari pasar atau keteraturan alami dalam istilah Al
– Ghazali berkait dengan ilustrasi dari evolusi pasar. Selanjutnya, Adam Smith
menyatakan serahkan saja pada invisible hand, dan dunia akan teratur dengan
sendirinya. Dasar keputusan dari para pelaku ekonomi adalah voluntary, sehingga
otoritas dan komando tidak lagi terlalu diperlukan. Biaya untuk mempertahankan
otoritas pun diminimalkan.
Dari pemahaman itu, harga sebuah komoditas ( barang dan jasa ) ditentukan oleh
penawaran dan peermintaan, perubahan yang terjadi pada harga berlaku juga
ditentukan oleh terjadinya perubahan permintaan dan perubahan penawaran. Hal ini
sesuai dengan hadis yan diriwayatkan dari Anas bahwasanya suatu hari terjadi
kenaikan harga yang luar biasa dimasa Rasulullah SAW, maka sahabat meminta nabi
untuk menentukan harga pada saat itu, lalu nabi bersabda : Artinya, “ Bahwa Allah
adalah Dzat yang mencabut dan memberi sesuatu, Dzat yang memberi rezeki dan
penentu harga” ( HR. Abu Daud).
Dari hadis itu dapat disimpulkan bahwa pada waktu terjadi kenaikan harga
Rasulullah SAW meyakini adanya penyebab tertentu yang sifatnya darurat. Oleh
sebab itu, sesuatu yang bersifat darurat akan hilang seiring dengan hilangnya
penyebab dari keadaan itu. Dilain pihak rasul juga meyakini bahwa harga akan
kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama ( sifat darurat ). Penetapan
harga menurut rasul merupakan suatu tindakan yang menzalimi kepentingsn psrs
pedagang, karena para pedagang di pasar akan merasa terpaksa untuk menjual
barangnya sesuai dengan harga patokan, yang tentunya tidak sesuai dengan
keridhaannya ( Ahmad Nu’man : 1985 ).

8

Dengan demikian, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk melakukan
intervensi terhadap harga pasar dalam kondisi normal. Ibnu Taimiyah mengatakan
jika masyarakat melakukan transaksi jual beli dalam kondisi normal tanpa ada
bentuk distorsi atau penganiayaan apa pun dan terjadi perubahan harga karena
sedikitnya penawaran atau banyaknya permintaan, maka ini merupakan kehendak
Allah ( Atiyah As – Sayyid Fayyadh : 1997 ).
Harus diyakini nilai konsep Islam tidak memberikan ruang intervensi dari pihak
mana pun untuk menentukan harga, kecuali dan hanya kecuali adanya kondisi
darurat yang kemudian menutup pihak – pihak tertentu untuk ambil bagian
menentukan harga.
a) Peran pasar dalam distribusi barang dan jasa
Pasar terbuka akan mengarahkan kepada distribusi barang dan jasa secara optimal
kepada keseluruhan konsumen, selama daya beli ( purchasing power ) antarpara
konsumen di pasar tidak terpaut berjauhan satu dengan lainnya. Dengan begitu sistem
Islam mengarahkan kepada distribusi kekayaan yang adil dan ihsan, sehingga sebuah
komunitas muslim tidak berkotak – kotak dengan jenjang level kekayaan yang terpaut
berjauhan antara satu jenjang dengan lainnya. Komunitas Islam harus dibentuk dalam
satu kesatuan madani yang menjunjung persaudaraan sesama Muslim. Hal inilah
kemudian yang menegaskan hikmah disyariatkannya instrumen zakat dan batasan –
batasan syariah dalam mencari rezeki.
b) Peran pasar dalam efisiensi produksi
Kontrol dan pembatasan faktor – faktor produksi dalam tatanan nilai Islam
dilakukan dengan memanfaatkan sekali lagi instrumen harga di pasar. Instrumen
harga akan mengarahkan efisiensi bahan baku produksi dalam berbagai macam hasil
produksi permintaan konsumen di pasar. Konsep ini menegaskan bahwa setiap harga
produk yang di bayarkan oleh konsumen mewakili atau meng – cover besar ongkos
produksi yang diperlukan.
c) Peran pasar dalam distribusi pendapatan
Hukum permintaan dan penawaran di pasar sangat berperan dalam menentukan
pendapatan. Hal ini karena pendapatan di pasar dipresentasikan oleh harga ( price )
yang berlaku sebagai alat tukar atas penggunaan jasa ataupun aneka ragam produk.

9

Konsep distribusi kemudian memanfaatkan instrumen harga untuk menentukan nilai
barang maupun jasa yang ditawarkan di pasar. Dengan demikian setiap pendapatan
yang duterima berlaku sebagai insentif dari kepemilikian faktor – faktor produksi.
d) Peran pasar dalam menentukan upah
Penentuan upah di atur menurut kaidah – kaidah khusus yang di tentukan pada
tahapan sebelum berlakunya penawaran riil atas kerja profesional tersebut di pasar.
Ketentuan tersebut mensinyalir agar upah tidak berada di bawah kemampuan daya
beli kebutuhan dasar atas pemakaina, tempat tinggal dan makanan yang berlaku di
pasar ( maqasyid syariah dengan ketentuan umum sesuai tradisis yang berlaku ).
Bukan hanya itu, Islam bahkan merekomendasikan bahwa upah seorang buruh harus
bisa menutupi kebutuhan untuk rumah tangganya ( Abdul Sami’ Al – Misri : 1995 ).
e) Peran pasar dalam menentukan keuntungan
Produktivitas modal dalam menghasilkan tingkat pengembalian tidak ditentukan
secara pasti dalam nilai presentase tertentu, akan tetapi ditentukan dari presentase
nilai keuntungan yang didapat dari produktivitas modal tersebut ( bagi hasil ).
Dengan demikian keuntungan yang dibolehkan dalam ekonomi berbasis ajaran Islam
datang dari hasil investasi permodalan dalam proses produksi.
Dengan konsep tersebut , Islam telah mewujudkan keseimbangan antara faktor –
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi. Karena dalam sistem ribawi,
proses produksi lebih banyak berpihak pada kepentingan investor dijamin bisa
mengambil keuntungan tanpa harus berhadapan dengan kemungkinan kerugian.
Islam meletakkan kaidah “ Al – gunmu bil gurum wal al kharraj biddhaman”
( tidak ada tingkat pengembalian tanpa adanya risiko return without responsible for
any risk, Gaining income without responsible for any expenses). Kaidah ini
kemudian akan di batasi melalui instrumen pasar yang dikenal dengan istilah sistem
mudarabah. Bila konsep ini yang dikembangkan maka mekanisme pasar Islami tidak
akan menempatkan negara sebagai tak lebih dari pelayan kepentingan pemilik modal
untuk mengambil keuntungan sebanyak – banyaknya dengan mengeksploitasi kaum
pekerja dan rakyat negara berkembang.
f) Peran pasar dalam menentukan tingkat pengembalian hasil lahan

10

Dalam mekanisme pasar Islami, tingkat pengemblian akan selalu berbanding
terbalik dengan ongkos yang diperlukan untuk pengelolaan lahan. Besaran untuk
tingkat pengembaliaan lahan ini disesuaikan menurut tingkat kualitas tanah dan
produktivitasnya. Apabila lahan tersebut berkualitas tinggi, tidak membutuhkan
banyak ongkos produksi, maka tentunya si pengelola akan banyak membutuhkan
ongkos produksi, tentu akan berpengaruh kepada semakin tingginya harga, dan
semakin tingginya harga akan menurunkan permintaan pada hasil produksi. Sedang
sebaliknya jika ongkos produksi kecil, harga akan turun dan permintaan akan naik
( Atiyah As- Sayyid Fayyadh : 1997), ( Ahmad Nu’man : 1985).
C. Moral sebagai faktor endogen dalam persaingan di pasar
Agar pasar dapat berperan secara normal ( alamiah) dan terjamin
keberlangsungannya, di mana struktur dan mekanismenya dapat terhindar dari
perilaku – perilaku negatif para pelaku pasar, maka ajaran Islam juga menawarkan
satu paket aturan moral berbasis hukum syariah yang melindungi setiap kepentingan
pelaku pasar. Aturan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Spiritualisme transaksi perdagangan
Islam mengenal adanya nilai – nilai spiritualisme pada setiap materi yang
dimiliki, yang menjadi sentral dari konsep moralnya adalah semua barang milik
Allah SWT dan bagaimana melakukan transaksi perdagangan yang sesuai dengan
aturan main syariah.
Islam memberikan ajaran kapan seorang muslim dapat melakukan transaksi,
bagaimana mekanisme transaksi dan komoditas barang maupun jasa apa saja yang
dapat diperjualbelikan di pasar muslim. Islam mengatur bagaimana seorang
pedagang dapat mengharmonisasikn aktivitas perdagangan dengan kewajiban
beribadah. Dimana secara umum ajaran Islam tidak memperkenalkan jika aktivitas
bisnis dan perdagangan dapat melupakan kita kepada kehadirat Allah SWT.
Kemudian secara khusus Islam tidak memperkenankan aktivitas pasar berlaku pada
saat masuk waktu shalat jumat. Bagaimana mekanismenya, yang menjadi acuan
adalah konsep yang tidak saling menzalimi dan kesepakatan secara “ at – taradhin”
( suka sama suka ).
2. Aspek hukum dalam mekanisme transaksi perdagangan
Konsep halal dan haram sangatlah jelas dalam mekanisme bisnis dan transaksi di
pasar. Mekanisme suka sama suka adalah panduan dan garis Al – qur’an dalam

11

melakukan kontrol terhadap perniagaan yang dilakukan. Teknik sistem dan aturan
main tentang tercapainya tujuan ayat tersebut menjadi ruang ijtihad bagi pakar
muslim dalam menerjemahkan konsep dan implementasinya pada konteks pasar
modern saat ini.
Selain itu, terdapat sejumlah ayat maupun hadis nabi yang memberikan batasan
mekanisme mana saja yang secara khusus dan secara jelas dilarang, sehingga
transaksi muamalah yang dilakukan oleh manusia dapat bermanfaat bagi kehidupan
mereka dan bukan menjadi malapetaka. Prinsipnya, semua yang dilarang itu berarti
haram dan jika masih dikerjakan itu berdosa.7
D. Mekanisme Pasar Dalam Perspektif Sejarah Islam
Suatu ketika di masa Rasulullah, harga di pasar Madinah begitu menggila. Rakyat
kecil menjerit, dan para sahabat pun datang pada Rasulullah, yang juga sekaligus
pemimpin negara, untuk meminta kebijakan beliau. “ Wahai Rasulullah, tentukanlah
harga buat kami,” ujar para sahabat sebagaimana dikutip dari hadis yang
diriwayatkan Anas. Namun ternyata Muhammad menolak permintaan para sahabat
itu. Beliau mengatakan, “ Allah adalah Dzat yang menentukan dan mengatur harga,
penahan, pencurah serta penentu rezeki. Aku mengharapkan dapat menemui
Tuhanku di mana salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezaliman
dalam hal darah dan harta”.
Dari hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dikategorikan sebagai hadis shahih
tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kebijakan membiarkan mekanisme
pasar berjalan dengan sendirinya, tentu dengan bimbingan Allah, sudah menjadi
kebijakan Rasulullah di masa itu. Pdahal Adam Smith, seseorang yang dianggap
sebagai bapak ekonomi modern, baru mengemukakan hal itu sekitar tahun
1776.Teori yang kemudian dikenal sebagai kebijakan Lissez faire berasal dari bahasa
Perancis yang bermakna “ biarkan kami bebas” ini pada intinya adalah satu
kebijakan yang sifatnya memberikan kebebasan yang maksimal kepada para pelaku
dalam perekonomian untuk melakukan kegiatan yang disukainya, dan meminimalan
campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Sistem ini dikenal dengan sebutan
sistem mekanisme pasar bebas. Ada beberapa tokoh pemikir Islam mengenai awal
mekanisme pasar Islami, yaitu :
7

Ibid, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. 2006. Jakarta. Prenadamedia
Group. Hal: 187-180

12

1. Abu Yusuf (731 – 798 )
Abu Yusuf membantah pemahaman masyarakat tentang mekanisme pasar yang
berlaku pada waktu itu. Pada waktu itu berlaku pemahaman bila jumlah barang yang
ada di pasar sedikit, maka harga barang akan menjadi mahal dan sebaliknya bila
jumlah barang melimpah maka harga barang akan murah. Abu Yusuf mengatakan
bahwa pemahaman tesebut tidak selalu seperti itu. Kadang – kadang makanan
berlimpah, tetapi tetap mahal dan kadang – kadang makanan sangat sedikit tetapi
murah. Murah dan mahal adalah ketentuan Allah.
2. Al – Ghazali ( 1058 – 1111 )
Secara eksplisit imam Ghazali mengaitkan segala kegiatan ekonomi dengan
moral dan akhlak yang terkandung dalam Al – qur’an da Hadis, yaitu berdasarkan
prinsip Tauhid. Berdasarkan prinsip tersebut, Imam Ghazali membagi pelaku
ekonomi dalam tiga kelompok yaitu orang yang merugi, orang yang beruntung, dan
orang yang paling dekat dengan jalan yang lurus. Orang yang merugi adalah pelaku
ekonomi yang lupa akan kehidupan akhirat. Orang yang beruntung adalah pelaku
ekonomi yang selalu memikirkan kehidupan akhirat. Orang yang paling dekat
dengan jalan yang lurus adalah orang yang melakukan aktivitas ekonomi untuk
kehidupan mereka di akhirat.
Dalam kaitannya dengan mekanisme pasar, Imam Ghazali dalam kitab Ihya
Ulumuddin buku ke tiga mengataka : Jika petani tidak mendapatkan pembeli dari
barangnya, ia akan menjual pada harga yang lebih murah. Pada lain tempat Al –
Ghazali mengatakan bahwa mengurangi margin keuntungan denagn menjual pada
harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada
gilirannya akan meningkatkan keuntungan.
3. Ibn Taimiyah ( 1263 – 1328 )
Ibn Taimiyah membantah pendapat masyarakat yang mengatakan bahwa
kenaikan harga merupakan akibat dari ketidak adilan, tindakan melanggar hukum
dari penjual dan kemungkinan adanya manipulasi pasar. Ibn Taimiyah dengan tegas
mengatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran.
Gangguan – gangguan pada kegiatan produksi akan mempengaruhi pada penawaran
barang yang pada giliran selanjutnya akan mempengaruhi harga barang. Ibn

13

Taimiyah juga menganalisis tentang faktor – faktor yang mempengaruhi sisi
permintaan suatu barang.
4. Ibn Khaldun ( 1332 – 1404 )
Teori ekonomi Islam seyogianya merupakan teori yang bersifat inter disiplin,
bukan teori yang bersifat monodisiplin seperti yang kita pahami sekarang. Dengan
menganalisis pemikiran Ibn Khaldun tersebut, Umar Chapra mampu memberikan
kerangka analisis yang dapat digunakan untuk memahami maju mundurnya suatu
bangsa. Para pemikir serta ulama Islam terdahulu sudah memahami mekanisme
pasar sebagai interaksi antara pembeli dengan penjual. Harga yang terjadi di pasar
merupakan hasil interaksi tersebut. Didalam analisis mereka tampak bahwa
kekuasaan Allah serta nilai – nilai moral sangat menonjol di dalam jalannnya
mekanisme pasar. Nilai – nilai moral dalam pelaku ekonomi haruslah berdasarkan Al
– Qur’an dan Hadis.8
E. Lembaga Hisbah Sebagai Bentuk Pengawasan Pasar
Pengetahuan akan pasar mencakup bahasan tentang bagaimana seharusnya
seorang produsen, distributor, dan konsumen berperilaku, bertransaksi, dan
membangun suatu jaringan bisnis. Begitu juga pengetahuan terhadap pengetahuan
terhadap pengawasan secarainternal dan eksternal dalam suatu pasar. Kerangka pasar
dalam ekonomi Islam adalah demand memberikan falah ( welfare ) kepada supplier,
agar supplier terus konstan, dan begitu juga sebaliknya. 9
Pengawasan internal dalam pasar mencakup bagaimana seorang pelaku pasar
bersikap baik dalam segala bentuk transaksi yang dilakukannya. Perilaku yang baik
dalam diri seorang pelaku pasar didasarkan atas dasar ajaran Islam. Ketika seseorang
sudah bersyahadat dan mengaku dirinya sebagai seorang Muslim, maka
kewajibannya tidak hanya berhenti di wilayah ibadah yang bersifat ritual, seperti
shalat. Akan tetapi ketika ketika ia berdagang, memproduksi atau mengkonsumsi
suatu barang dalam segala macam aktivitas lainnya, harus di dasarkan karena
motivasi ibadah kepada Allah. Dengan begitu mekanisme pasar akan terhindar dari
berbagai macam kejahatan dan kecuranagan.
8

Jusmaliani Muhammad Soekarni. Kebijakan Ekonomi Dalam Islam. 2005.
Yogyakarta. Kreasi Wacana. Hal: 207-212
9
Ika Yunia Fauziah dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Prespektif Maqashid Al-Syariah. 2014. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.
Hal: 213-216

14

Adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh suatu institusi pengawas pasar
yang bisa disebut dengan hisbah. Pengawasan tersebut dilakukan untuk menghindari
perilaku yang menyimpang dari para pelaku bisnis di dalam pasar. Seorang
pengawas pasar ( muhtasib ) mempunyai kewenangan untuk menindak para pelaku
bkejahatan di dalam pasar. Kejahatan tersebut bisa saja berbentuk beberapa
kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi pihak mana pun.
Rasulullah SAW sering kali mengunjungi pasar. Terkadang beliau memberi
nasihat, akan tetapi tak jarang teguran atau pendidikan. Rasulullah juga
menempatkan Said bin Said Ibn al – Ash di pasar Mekkah, sebagai kepala pasar.
Contoh teguran secara langsung yang dilakukan oleh Rasulullah kepada salah satu
pelaku pasar bisa disimak dari suatu Hadis : “ Dari Abu Hurairah r.a bahwa
Rasulullah SAW melewati setumpuk makanan, lalu Belaiau memasukkan tangan
Beliau ke dalamnya. Dan sewaktu jemarinya menjadi basah, Beliau bertanya :
Apakah ini wahai pemilik makanan ? Ia menjawab : terkena air hujan wahai
Rasulullah. Lalu Beliau bersabda : Kenapa tidak kamu letakkan di atas, sehingga
orang dapat melihatnya ? siapa yang menipu maka ia tidak termasuk pengikutku.
Aturan pengawasan ( nidzam al – hisbah ) dimulai dengan ditunjuknya seoserang
untuk mengawasi kegiatan pereknomian yang sedang berjalan. Yaitu seorang
Muslim yang berakal, kuat, bijaksana, jujur, dan berani memerangi keadilan. Adapun
cara – cara ihtisab ( pengawasan ) antara lain :
1. Dengan memberikan teguran kepada yang melanggar
2. Dengan memberikan nasihat ketika teguran tidak berhasil
3. Dengan tidakan (dengan syarat dalam batasan yang wajar )
4. Pelaku kejahatan pasar dipenjara.
Dalam Islam dikenalkan suatu konsep tentang tanggung jawab negara di dalam
mengawasi pertumbuhan ekonomi, yang didalamnya juga membahas tentang
pengawasan negara terhadap praktik – praktik muamalat yang dilarang.

15

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Untuk itu teks
– teks Al- qur’an selain memberikan stimulasi imperatif untuk berdagang, di lain
pihak juga mencerahkan aktivitas tersebut dengan sejumlah rambu atau aturan main
yang bisa diterapkan di pasar dalam upaya menegakkan kepentingan semua pihak,
baik individu ataupun kelompok.
Konsep Islam memahami bahwa pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan
ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif. Pasar tidak
mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak terkecuali negara dengan
otoritas penentuan harga atau private sektor dengan kegiatan monopolistik ataupun
lainnya.
Agar pasar dapat berperan secara normal ( alamiah) dan terjamin
keberlangsungannya, di mana struktur dan mekanismenya dapat terhindar dari
perilaku – perilaku negatif para pelaku pasar, maka ajaran Islam juga menawarkan
satu paket aturan moral berbasis hukum syariah yang melindungi setiap kepentingan
pelaku pasar. Aturan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Spiritualisme transaksi perdagangan
b. Aspek hukum dalam mekanisme transaksi perdagangan
B. KRITIK DAN SARAN
Dengan tersusunnya makalah ini sangatlah banyak terdapat banyak
kekurangan,baik dari segi redaksi atau penulisan kalimat yang kurang mudah untuk di
pahami. Demikian dari itu,agar makalah ini lebih baik lagi kritik dan saran kami
butuhkan untuk melenkapi kekurangannya,dan sebagai refrensi untuk kedepannya.

16

DAFTAR PUSTAKA
RiwayatNasa’i,
Riwayat al-Bukhari
Riwayat Muslim
Riwayat Muslim
Mustafa Edwin Nasution. 2006. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta.
Prenadamedia group.
Jusmaliani Muhammad Soekarni. 2005. Kebijakan Ekonomi Dalam Islam.
Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Ika Yunia Fauziah dan Abdul Kadir Riyadi. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Prespektif Maqashid Al-Syariah.Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.

17