Analisis Pengaruh Early Warning System E (1)

Analisis Pengaruh Early Warning System (EWS) Terhadap Tingkat Risk
Based Capital (RBC) Pada Asuransi Umum Unit Syariah Periode 2015-2016
U’um Munawaroh
Mahasiswi Jurusan Manajemen Keuangan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
uum.e.munawaroh@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Early Warning System
(EWS) yang diwakili oleh rasio likuiditas, rasio retensi sendiri, rasio beban, dan
rasio investasi terhadap kesehatan perusahaan asuransi syariah Risk Based
Capital (RBC) yang diukur dengan rasio solvabilitas dana tabaru’ perusahaan
asurasi umum unit syariah yang terdaftar di OJK dari tahun 2015 sampai tahun
2016. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi data panel dengan
tingkat signifikansi 5% (0,05). Hasi analisis data menunjukkan bahwa model yang
teat digunakan dalam penelitian ini adalah Random Effect Model (REM). Secara
simultan keempat variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap kesehatan
(RBC) perusahaan asuransi syariah yang diukur oleh rasio solvabilitas. Secara
parsial, variabel beban (0,0000) dan rasio investasi (0,0130) memiliki pengaruh
negative terhadap kesehatan perusahaan asuransi syariah (RBC). Sedangkan
variabel likuiditas (0,2426) dan variabel retensi sendiri (0,4653) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan perusahaan asuransi syariah (RBC).

Keyword: Early Warning System (EWS), Risk Based Capital (RBC), rasio
likuiditas, rasio retensi sendiri, rasio beban, dan rasio investasi.
Pendahuluan
Perkembangan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) di Indonesia
membawa angin segar bagi kelangsungan industri keuangan di Indonesia sendiri.
Pada periode 2012 – 2016 aset IKNB sebesar 63,44% atau meningkat 15,86% setiap
tahunnya. Dengan total asset pada triwulan I sebesar 1.982,46 triliun. Sedangkan
pertumbuhan IKNB syariah hingga September 2017 total asetnya baru mencapai
Rp.98.569 miliar (OJK).

Gambar 1. Pertumbuhan Aset IKNB

Sumber: Laporan Capaian Kinerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2012-2017
Pertumbuhan asset IKNB tersebut salah satunya didukung oleh
perkembangan industri asuransi di Indonesia. Sektor perasuransian sebagai sektor
jasa keuangan Indonesia berperan penting dalam kesetabilan perekonomian
Indonesia melalui manajemen resiko. Melalui sektor perasuransian, pelaku
ekonomi dapat memindahkan resiko kerugiannya, sehingga aktivitas ekonomi
sehari-hari dapat terus dilanjutkan (Setiawan, 2013). Malik (2011) mengungkapkan
bahwa sektor asuransi terintegrasi pada industry keuangan ynag berperan sebagai

lembaga perantara.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa jumlah aset asuransi
syariah secara nasional mencapai Rp 34,3 triliun. Sedangkan untuk aset asuransi
konvensional tercatat Rp 958,06 triliun. Kemudian untuk total aset gabungan
mencapai Rp 992,34 triliun. Deputi Komisioner OJK IKNB I, Edi Setiadi
mengatakan, perbandingan market share antara keduanya mencapai 5,92%
(Laucereno, 2017). Jumlah industry syariah pada akhir September 2017 adalah 12
unit. Sedangkan jumlah perusahaan unit usaha syariahnya adalah 48 unit (statistic
IKNB, 2017).
Utami dan Khoirudin (2016) menyatakan bahwa pengawasan terhadap
kinerja keuangan perusahaan asuransi sangat penting guna mengoptimalkan potensi
pasar dan kepercayaan konsumen. Pada bulan Juni 2017, market share asuransi
tumbuh sebesar 22,1% (yoy). Capaian ini pun di atas pertumbuhan asset industry
konvensional yang hanya 14,43%. Pangsa pasar sendiri dapat ditingkatkan dengan
melakukan kinerja terbaik. Baik dari segi produk maupun kinerja keuangan
perusahaan itu sendiri (Hasbi, 2013). Menurut Ahmed (2010) kinerja perusahaan
tidak sebatas pada peningkatan nilai pasar perusahaan, melainkan bermuara pada
seluruh sektor industry yang berakhir pada kemakmuran ekonomi.
Berdasarkan hal di atas, maka pengawasan terhadap kinerja perusahaanperusahaan asuransi sangat perlu dilakukan, terutama pengawasan terhadap kinerja
keuangannya. Indikator yang menunjukkan bahwa suatu perusahaan dapat


dipercaya salah satunya adalah melihat pada faktor fundamental. Faktor
fundamental dalam perusahaan asuransi tercermin dalam rasio keuangan Risk
Based Capital (RBC) dan Early Warning System (EWS) (Hapsari, Desmiyawati
dan Basri, 2014).
Pentingnya melakukan penelitian ini menurut Ahmed (2010) adalah untuk
mendukung usaha dalam kegiatan perekonomian. Nurlatifah dan Mardian (2016)
menambahkan bahwa penelitian ini terkait pada tingkat penetrasi industry asuransi
syariah di Indonesia yang masih rendah. Selain itu, Putri dan Lestari (2014)
mengungkapkan bahwa panalitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengemabilan
keputusan baik oleh manajer perusahaan, pemerintah maupun untuk calon nasabah.
Untuk mewujudkan kesetabilan perekonomian Indonesia, perlu adanya
peran langsung dari masyarkat dalam menigkatkan sektor asuransi melalui
keterlibatannya. Masyarkat dapat terlibat aktif dengan menjadi nasabah. Untuk
menentukan pilihan tersebut, ada baiknya jika melihat kinerja perusahaan agar tidak
merasa tertipu. Selain itu, peran penggiat asuransi juga sangat dibutuhkan. Salah
satu caranya adalah dengan meningkatkan kinerja asuransi syariah malelui deteksi
dini kinerja keuangan melalui Early Warning System (EWS) terhadap tingkat Risk
Based Capital (RBC).
Tinjauan Teori

Asuransi Syariah
Asuransi syariah secara bahasa berasal dari kata tabaru’ yang bermakna
pertanggungan atau jaminan. Secara prinsip ada dua akad yang digunakan dalam
asuransi syariah ini, yaitu akad tijarrah dan tabaru’. Akad-akad tersebut harus
terhindar dari gharar, riba, maysir, zhulum,barang haram dan maksiat.
Qoyum (2017: 219-223) menyebutkan bahwa secara umum asuransi syariah
terbagi menjadi dua, yaitu asuransi keluarga (famili) dan asuransi umum (kerugian).
Sedangkan menurut produknya ada takaful pribadi, takaful group dan takaful
umum. Takaful pribadi meliputi takaful dana pribadi, dana haji, dana siswa, dan
dana jabatan. Takaful group meliputi takaful al-khairat dan tabungan haji, takaful
kecelakaan siswa, takaful wisata dan perjalanan, takaful kecelakaan group, takaful
pembiayaan. Sedangkan takaful umum menurut produknya meliputi takaful
kebakaran, kendaraan bermotor, rekayasa dan pengangkutan.
Risk Based Capital (RBC)
Risk Based Capital (RBC) merupakan rasio kecukupan modal terhadap
risiko yang ditanggung dan berperan sebagai indikator utama dalam menilai
kesehatan perusahaan asuransi (Utami dan Khoirudin, 2016). Berdasarkan
peraturan ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga
Keuangan Nomor: PER-02/BL/2008, Risk Based Capital atau Batas Tingkat
Solvabilitas Minimum (BTSM)

adalah “Suatu jumlah minimum tingkat
solvabilitas yang ditetapkan, sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup

risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan
kekayaan dan kewajiban”
Merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011
tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan
Prinsip Syariah Pasal 3, perusahaan asuransi syariah harus menjaga Tingkat
Solvabilitas Dana Tabarru’ paling rendah 30% dan untuk perusahaan asuransi
konvensional diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
Pasal 2, perusahaan asuransi konvensional setiap tahun wajib menetapkan target
tingkat solvabilitas paling rendah 120%.
Metode Risk Based Capital (RBC) yang didasarkan atas Keputusan
Direktoral Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) No. Kep. 3607/LK/2004 tentang
pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas yang dapat mengukur suatu
perusahaan sehat (solvent) atau tidak.
Early Warning System (EWS)
Menurut Fuertes (2006), early warning system adalah salah satu alat untuk
menganalisis laoran keuangan serta menjadikannya sebagai informasi melalui

pengolahan terlebih dahulu. Menurut Kurniawan (2007), Early Warning System
(EWS) merupakan tolak ukur berdasarkan analisis rasio keuangan untuk
mengetahui kinerja keuangan perusahaan, khususnya perusahaan asuransi, yang
dibuat oleh The National Association of Insurance Commisioners (NAIC), suatu
lembaga pengawas badan usaha asuransi di Amerika Serikat.
Early Warning System bertujuan agar dapat mengelola keuangan dengan
baik dan mengendalikan operasional perusahaan secara efektif (Agustina, 2012).
Chen (2004) menambahkan bahwa tujuan lainnya adalah untuk mendeteksi adanya
potensi dan ancaman sebelum mempengaruhi kinerja perusahaan. Rasio-rasio Early
Warning System berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No
28 Akuntansi Asuransi Kerugian, Early Warning System (EWS) terdiri solvency
ratio (solvency margin ratio), profitability ratio (underwriting ratio, loss ratio,
commission expense ratio, investment yield ratio), Liquidity ratio ( liability to liquid
assets ratio, premium receivable to surplus ratio, investment to technical reserve
ratio), premium stability ratio ( net premium growth, own retention ratio), technical
ratio (technical reserve ratio).
Malik (2011), menjelaskan bahwa rasio yang paling banyak digunakan
untuk mengukur kinerja operasi adalah rasio kerugian dan rasio beban. Rasio Early
Warning System (EWS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas,
rasio retensi sendiri, rasio beban dan rasio investasi (SAP). Hapsari, Desmiyawati

dan Yesi (2014) dalam penelitiannya, rasio likuiditas berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan asuransi yang listing di BEI. Namun rasio bebean klaim tidak
berpengaruh. Sasiarto (2010), Arifin (2013), Fauzan et.al (2012) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh terhadap rasio
solvabilitas.
Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Utami dan Khoirudin (2016)
serta Nurlatifah dan Mardian (2016) menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak
berpengaruh terhadap risk based capital yang diukur menggunakan rasio
solvabilitas. Melainkan, rasio solvability dipengaruhi oleh rasio agregat surplus,
rasio biaya menejemen dan rasio premi piutang. Joo (2013) mendapati bahwa
ukuran perusahaan dan rasio beban berpengaruh terhadap rasio solvabilitas.
Hipotesa Penelitian
Perumusan uji hipotesis dalam peneltian ini mengacu pada hipotesisi
penelitian sbelumnya, yaitu sebagai berikut:
H1: Rasio likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan perusahaan
asuransi syariah yang diproyeksikan melalui rasio solvabilitas.
H2: Rasio retensi sendiri memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan perusahaan
asuransi syariah yang diproyeksikan melalui rasio solvabilitas.
H3: Rasio beban memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan perusahaan asuransi

syariah yang diproyeksikan melalui rasio solvabilitas.
H4: Rasio Investasi memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan perusahaan
asuransi syariah yang diproyeksikan melalui rasio solvabilitas.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara variabel
independen yaitu rasio keunagan early warning system (EWS) yang dicerminkan
oleh rasio likuiditas, rasio retensi sendiri, rasio beban, rasio investasi terhadap
variabel dependen yaitu rasio solvabilitas dana tabaru’ yang diproksikan dengan
rasio risk based capital (RBC). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian
sebelumnya yang telah diklakukan oleh Utami dan Khoiruddin (2016) yang
meneliti pengaruh rasio keuangan Early Warning System (EWS) terhadap tingkat
solvabilitas perusahaan asuransi jiwa syariah periode 2012-2013. Dalam penelitian
ini penulis menambhakan rasio investasi (SAP).
Populasi yang digunakan adalah perusahaaan asuransi umum unit syariah
yang terdaftar dalam OJK PERIODE 2015-2016. Pengambilan sempel berdasrkan
metode purpose sampling dengan kriteria sempel yaitu perusahaan asuransi umum
unit syariah yang mempublikasikan laporan keuangan periode 2015-2016. Sempel
yang sesuai dengan kriteria tersebut sebanyak 8 perusahaan. Sehingga jumlah
observasinya adalah 16. Kedelapan perusahaan tesebut meliputi PT. Asuransi AXA
Financial Indonesia, PT. Asuransi Tugu Pratama Indonesia, PT. Asuransi Jasa

Raharja Putera, PT. Asuransi Umum Mega, PT. Asuransi Sinar Mas, PT. Asuransi
Central Asia, PT. Asuransi Alians Utama Indonesia, dan PT. Asuransi Adira
Dinamika Insurance.
Analisis data panel dipilih sebagai salah satu metode untuk mengestimasi
observasi. Data panel atau pooled data. Data panel merupakan kombinasi antara
data time series dengan data cross section. Tiga metode yang bisa digunakan untuk

bekerja dengan data panel adalah sebagai berikut: Common Effect Model (CEM),
Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM).
Hasil dan Pembahasan
Pemilihan Model Regresi Data Panel
Uji F-stat (Uji Chow) digunakan untuk menguji model terbaik antara
Common Effect Model dengan Fixed Effect Model. Dari pengujian F-stat ini
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Redundant Fixed Effects Test- Likelihood Ratio

Effects Test

Statistic


d.f.

Cross-section F
Cross-section Chi-square

1.738011 (7,4)
22.345931 7

Prob.
0.3100
0.0022

Sumber: Output Regresi Panel Data Eviews 8
Pada tabel diatas diketahui nilai probabilitas Cross-section Chi-square
sebesar 0.0022 dan nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,05), maka
metode yang dipilih adalah metode Fixed Effect Model. Hasil ini belum merupakan
hasil akhir atas metode pengolahan data karena belum teruji secara statisti. Oleh
karena itu perlu melihat hasil dari metode lain yaitu Random Effect Model dan
pengujiannya secara statistik.
Uji Hausman digunakan untuk membandingkan metode Fixed Effect Model

dengan metode Random Effect Model. Hasil dari Uji Hausman ini adalah untuk
mengetahui metode mana yang sebaiknya dipilih. Berikut ini adalah hasil output
dari Uji Hausman :
Tabel 2 Hasil The Hausman Specification Test

Test Summary
Cross-section random

Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f.
0.963036

4

Prob.
0.9153

Sumber: Output Regresi Panel Data Eviews 8
Berdasarkan hasil pengujian hausman diatas diperoleh nilai probabilitas
cross section random > alpa 5% (0,05). Maka motode pilihan yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode Random Effect Model.

Pemilihan antara metode Fixed Effect Model dengan Random Effect Model
menyarankan, jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih
besar dibanding jumlah individu (N) (T>N) maka disarankan untuk menggunakan
Fixed Effect Model. Sedangkan jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah
waktu (T) lebih kecil dibandin jumlah individu (N) (T

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63