laporan dasar perlindungan satu hama pen

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terdapat berbagai pengertian dari hama, seperti menurut Nas (1978) bahwa
serangga dikatakan hama jika serangga tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas
bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen,
pengolahan dan dalam penggunaannya serta dapat bertindak sebagai vektor
penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman hias,
bunga serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya. Menurut Smith
(1983) hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak tanaman
dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Sedangkan dalam
arti yang luas hama merupakan makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan
kuantitas beberapa sumber daya manusia yang berupa tanaman atau binatang yang
dipelihara yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk kepentingan manusia dan
bersifat merugikan, contoh dari hama yang menyerang pertanian seperti belalang
kayu (Valanga rilgricornis), ulat daun (Plutella xylostella), walang sangit
(leptocorisa acuta), kepik (Dasimus Sp), kumbang kelapa (Orycetes rhinocoros)
dan Lalat buah (Dacus Sp), Untuk hama gudang dapat diartikan sebagai hama
yang merusak produk pertanian saat berada digudang

atau pada masa


penyimpanan contoh dari hama gudang yaitu hama buah kopi (stegodium
paniceum), kumbang beras (sitophilus oryzae),dan kumbang kacang hijau
(callosobruchus chinensis) (Haryo, 2008).
Dilihat dari pola serangan dari serangga terdapat serangga yang menyerang
pada saat pra panen atau sebelum panen dan serangga yang menyerang pada pasca
panen. Kedua serangan serangga tersebut berbeda, serangga yang menyerang pra
panen adalah serangga yang menyerang tanaman yang ada pada lapangan, yang
diserang tidak hanya buah atau hasil produksi namun juga bagian dari tanaman
tersebut, seperti daun yang berlubang, pucuk yang patah dan buah yang belum
matang membusuk akibat dari serangga yang menyerang pada pra panen seperti
Ulat daun (Plutella xylostella), Walang sangit (leptocorisa acuta), Kepik
(Dasimus Sp). Sedangkan untuk serangan serangga pasca panen biasanya hanya
menyerang hasil produksi pertanian yang telah disimpan dan bersifat merugikan,

karena yang diserang langsung kepada hasil produksi dan pengendalian yang
dilakukan lebih sulit. Serangan serangga pasa panen seperti gabah padi maupun
beras yang dieserang oleh Kutu beras (Shitopilus orizae) maka bulur-bulir padi
akan patah dan berlubang lubang selain itu serangga yang menyerang pada pasca
panen seperti Kutu kacang hijau (Callosobruchus chinensis) yang sering disebut
juga hama gudang (Siswanto, 2012)

Dengan adanya hama tersebut maka dapat diketahui ordo atau pengolongan
serangga hama biasa dan hama gudang, sehingga dapat membedakan atau
mengklasifikasi antara serangga hama biasa dan hama gudang, selain itu
pengendalian yang dilakukan lebih efektif karena mengetahui jenis dari seranga
hama.
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum dasar perlindungan tanaman dengan materi Pengenalan
Ordo Serangga Hama dan Serangga Hama Gudang, yaitu :
a. Untuk pengenalan serangga hama dan ordo serangga hama, baik dari morfologi
tubuh, tipe mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan, siklus dan mekanisme
penyerangan sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk pengendalian
serangga hama.
b. Mengetahui macam-macam serangga hama yang menyerang produk pertanian
dalam gudang, mengenal bagian tubuh, mengetahui daur hidup dan mengetahui
mekanisme serangan hama tersebut.

2

II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Filum yang Berpotensi Sebagai Hama

Terdapat beberapa filum yang diketahui berpotensi sebagai hama tanaman
yaitu Mollusca, Aschelminthes, Chordata, dan Arthropoda. a). Filum Mollusca,
Kelas Gastropoda salah satu kelas anggota filum Mollusca yang banyak berperan
sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang dilindungi oleh
cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot (Achatina
fullica Bowd.), Semperula maculata, siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.),
dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.); b). Filum Aschelminthes atau nematoda,
Nematoda dapat ditemukan pada habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah,
tanaman, binatang, dan manusia. Dengan bentuk dan urukuran sangat kecil,
berbentuk silindris, tidak berwarna (transparan), bilateral simetris, tidak beruas,
mempunyai rongga tubuh semu (pseudocoelomates), bagian kepala agak tumpul,
sedangkan bagian ekornya agak runcing. Cara nematoda menyerang tanaman
bervariasi, yaitu Ektoparasit, Endoparasit, Ektoendoparasit, dan Endoektoparasit
walaupun tidak semua nematoda berperan sebagai hama tanaman atau bersifat
parasitik, namun ada juga yang bersifat saprofag yang tidak merugikan tanaman;
c). Filum Chordata, Filum Chordata mempunyai banyak anggota dan tidak
semuanya berperan sebagai hama tanaman. Anggota filum ini yang banyak
berperan sebagai hama adalah Kelas Mamalia dan kelas Aves. Dari kelas mamalia,
ordo Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling merugikan,
misalnya tupai (Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus

argentiventer). Sedangkan dari kelas aves yang berperan sebagai hama misalnya
burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf. dan Moore)); d). Filum
Arthropoda, Sebagian besar hama tanaman merupakan anggota filum Arthropoda.
Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi menjadi 2 atau 3
bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas dan berpasangan
dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan
diganti. Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai hama berasal dari Kelas
Acharina dan Insecta (serangga) (Mahdona, 2009).

2. 2. Ordo Serangga Hama
Beberapa jenis ordo dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi hama,
yaitu a). Ordo Orthoptera, Orthoptera berasal dari kata orthos yang artinya lurus
dan pteron artinya sayap. Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku
khas, yaitu sayap belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. tipe mulut
nimfa dan imagonya penggigit dan pengunyah. Perkembangan hidup hama ini
termasuk tipe paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada
habitat yang sama. Namun pada stadium nimfa dan imago bersifat merusak
tanaman. Serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah:
Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.), Jangkrik (Gryllus mitratus B.) dan
(Gryllus bimaculatus De G.) dan Anjing tanah (Gryllotalpa africana P); b). Ordo

Hemiptera, Hemi artinya setengah dan pteron artinya sayap. Serangga yang
termasuk ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami
modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal,
sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput serta sayap belakangnya mirip
selaput tipis atau membran. Dengan tipe perkembangan hidup adalah
paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut pada stadium nimfa dan
imago yaitu menusuk dan mengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang
sama.. contoh Jenis serangganya antara lain: Hama pengisap daun teh, kina, dan
buah kakao (Helopeltis antonii), Kepik buah lada (Dasynus piperis), Walang
sangit (Leptocorixa acuta); c). Ordo Homoptera, Homo berarti sama dan pteron
artinya sayap. Serangga golongan ini mempunyai sayap depan berstruktur sama,
yaitu seperti selaput. Terdapat beberapa serangga ordo Homoptera ini mempunyai
dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun
(Aphis sp) yang tidak bersayap. namun bila populasinya tinggi sebagian serangga
membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur-nimfaimago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam
imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis serangga dari ordo
Homoptera ini antara lain: Wereng hijau (Nephotettix apicalis), Wereng cokelat
(Nilaparvata lugens), Kutu loncat (Heteropsylla sp.) dan Kutu dompolan
4


(Pseudococcus citri Risso); d). Ordo Lepidoptera, Lepidoptera berasal dari kata
Lepidos yang berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo
Lepidoptera mirip membran yang penuh denang sisik, Yang merupakan
modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan mudah menempel
pada tangan. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam, yaitu kupu-kupu dan
ngengat.

Perkembangbiakan

termasuk

holometabola

(telur-larva/ulat-

pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva tipe mengigit-mengunyah, sedangkan
alat mulut imagonya bertipe pengisap. Stadium serangga yang sering merusak
tanaman adalah larva, sedangkan imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari
bunga-bungaan. Jenis serangga hama yang termasuk ordo Lepidoptera, antara

lain: Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee), Ulat daun kubis
(Plutella xylostella), Ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia
theivora Wls), Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens Walker)
dan lain-lain; e). Ordo Coleoptera, Coleoptera berasal dari kata coleos atau
seludang dan pteron atau sayap. Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap
depan yang mengalami modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang.
Sayap depan atau seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan
bagian tubuhnya. Sayap depan yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan
sayap belakang seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak
berfungsi, namun pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap
depan. Perkembangbiakan termasuk holometabola (telur-larva-pupa-iamgo). Tipe
alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang sama, yaitu menggigit dan
mengunyah. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang merusak
tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang
berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain: Kumbang kelapa atau
kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), Penggerek buah kopi (Stephanoderes
hampei), Penggerek batang cengkeh (Nothopeus fasciatipennis Wat.); f). Ordo
Diptera, Diptera berasal dari kata Di yang artinya dua dan pteron berarti sayap.
Dipteara artinya serangga yang hanya mempunyai sepasang sayap depan sebab
sepasang sayap belakangnya telah berubah bentuk menjadi bulatan atau halter.

Sayap ini berfungsi sebagi alat keseimbangan pada saat terbang, alat untuk
5

mengetahui arah angin, dan juga alat pendengaran. Stadium larva Diptera disebut
tempayak atau belatung atau set. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah
holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva menggigit dan
mengunyah, sedang imagonya memiliki tipe alat mulut menjilat dan mengisap.
Jenis serangga ordo Diptera yang sering merusak tanaman antara lain adalah:
Lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon), Lalat buah (Bactrocera spp.), Lalat
penggerek batang padi (Atherigona exigua); g). Ordo Thysanoptera, Thysanos
artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Merupakan Serangga berukuran sangat
kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan bentuk memanjang, sempit,
membranus, dan pada bagian tepinya terdapat rambut-rambut halus berumbai.
Perkembangan hidup serangga Thysanoptera adalah paurometabola. Tipe alat
mulut nimfa dan imago pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak
daun, bunga, dan buah tanaman. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera yang
sering merusak tanaman antara lain: Thrips hitam pada tanaman jagung
(Heliothrips striatoptera Kob) dan Thrips bawang (Thrips tabaci Lind)
(Munarwan, 2002).
2. 3. Hama Gudang

Hama gudang dapat dikenali dari morfologi hama tersebut, pada umumnya
hama gudang memiliki antena, mata yang majemuk, terdapat abdomen, thoraks,
berwarna coklat, mocong sempit, dengan panjang badan 2,5 sampai 4,5 mm,
dengan kaki 6 kaki, hama gudang biasa memiliki siklus hidup selama 20-32 hari
untuk menyelasaikan siklus hidup dari telur-larva-pupa-imago, dengan massa
hidup kumbang dewasa 23 hari sampai 14 bulan. Hama gudang betina dan jantan
dapat dibedakan dengan melihat morfologi dan cara hidup. Untuk hama gudang
betina biasanya bertelur sedangkan hama gudang betina tidak bertelur, dan dapat
dibedakan dari ukuran hama gudang tersebut, hama gudang betina lebih besar
dibandingkan hama gudang jantan, kemudian moncong hama gudang betina kecil
dan mulus, berbintik-bintik melebar dan licin dan lebih panjang sedangkan hama
gudang jantan memiliki moncong yang kasar dibandingkan dengan hama gudang
betina, berbintik-bintik kasar kusam dan lebih pendek (Herdiyastuti. 2007)
6

III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dengan materi Pengenalan Ordo
Serangga Hama dan Serangga Hama gudang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
1 April


2017 pukul 15.00-16.40 WIB bertempat di Laboraturium Jurusan

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu alkohol, gelas aqua, pinset, buku gambar,
stereofoam dan alat tulis dan bahan yang digunakan yaitu Belalang Kayu
(Valanga rilgricornis), Ulat Daun (Plutella xylostella), Walang Sangit
(leptocorisa acuta), Kepik (Dasimus Sp), Kumbang Kelapa (Orycetes
rhinocoros), Lalat Buah (Dacus Sp), Kutu Beras (Shitopilus orizae), Kutu Kacang
Hijau (Callosobruchus chinensis), Kutu daun (Aphis Sp).
3.3. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada saat praktikum adalah :
a.

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum

b.

Menuangkan alkohol kedalam gelas aqua


c.

Memasukan serangga kedalam gelas aqua yang telah terisi alkohol

d.

Mengambil serangga yang telah direndam kemudian menusukan serangga
diatas sterofoam.

e.

Menggambar morfologi serangga diatas buku gambar dan mengidentifikasi
serangga tersebut.

f.

Membersihkan peralatan dan bahan yang telah digunakan

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan pengenalan ordo serangga hama dan serangga hama gudang
N
o
1
2
3
4
5

6
7
8
9

Nama serangga
Belalang kayu
(Valanga rligricornis)
Ulat daun
(Plutella xylostella)
Walang sangit
(leptocorisa acuta)
Kepik
(Dasimus Sp)
Kumbang kelapa
(Orycetes rhinocoros)
Lalat buah
(Dacus Sp)
Kutu beras
(Shitopilus orizae)
Kutu kacang hijau
(Callosobruchs
chinensis)
Kutu daun (Aphis Sp)

Ordo
serangga
Orthoptera
Lepidoptera
Hemiptera
Hemiptera
Coleoptera

Diptera
Coleoptera
Coleoptera
Homoptera

Bagian serangga

Tipe alat mulut

Kepala, sayap, dada, Mengigit dan
abdomen, dan antena
menguyah
Kaki, kepala, badan.
Mengigit dan
menguyah
Kaki, kepala, sayap, Menusuk dan
antena, badan
menghisap
Kaki, kepala, sayap. Menusuk dan
Antena
menghisap
Kaki, kepala, mulut
Mengigit dan
menguyah
Kaki, kepala, sayap, Menusuk dan
antena, badan
menghisap
Kaki, kepala, mulut
Mengigit dan
menguyah
Kaki, kepala, mulut
Mengigit dan
menguyah
Kaki, kepala, mulut, Menusuk dan
sayap
menghisap

Gejala yang ditimbulkan
Daun berlubang – lubang
Daun berlubang – lubang
Hampa (malai padi)
Daun berlubang dan berubah kecoklatan
Menyerang pucuk dan pangkal daun
muda yang belum membuka dan
mengakibatkan daun tergantung seperti
huruf V
Meninggalkan titik atau noda bekas
tusukan dan menjadi busuk
Berlubang dan berbubuk
Berlubang dan berbubuk
Mengkerut dan menggulung

4.2. Pembahasan
4.2.1. Belalang kayu (Valanga rligricornis)

Gambar Belalang kayu (Valanga rligricornis)
(sumber; Dokumentasi pribadi)
Belalang kayu (Valanga rligricornis) termasuk kedalam ordo orthoptera
dengan betuk morfologi berwarna coklat kekuningan,mempunyai antena, kaki
terdiri dari 3 pasang , bentuk sayap lurus dan perut terdapat garis. Belalang kayu
(Valanga

rligricornis)

termasuk

serangga

dengan

tipe

perkembangan

paurometabola dengan siklus hidup dimulai dari telur kemudia menetas menjadi
nimfa, nimfa belalang yang baru menetas akan berganti kuli sekitar 4-6 kali,
setelah melewati masa nimfa belalang kayu (Valanga rligricornis) akan menjadi
dewasa. Belalang kayu (Valanga rligricornis) memiliki tipe alat mulut menggigit
menguyah daun.
Belalang kayu (Valanga rligricornis) memiliki gejala serangan yaitu daun
yang dimakan terlihat dicabik-cabik tidak teratur, hingga sampai tulang jika
serangan berat dan Belalang kayu (Valanga rligricornis) biasanya habitatnya
adalah rumput-rumputan dan lahan pertanian.
Belalang kayu (Valanga rligricornis) dapat dikendalikan secara mekanis
seperti membunuh langsung, secara biologis yaitu dengan predator alami seperti
burung, semut dan binatang yang bersifat predato serta secara kultur teknis.

9

4.2.2. Ulat Daun (Plutella xylostella)

Gambar Ulat Daun (Plutella xylostella)
(sumber; Dokumentasi pribadi)
Ulat Daun (Plutella xylostella) termasuk kedalam ordo lepidoptera dengan
bentuk morfologi yang memiliki kaki, kepala berwarna hitam bulat, dengan tubuh
berwarna hijau dan terdiri dari empat instar. Ulat Daun (Plutella xylostella)
termasuk kedalam perkembangan holometabola dengan siklus hidup diawali
dengan bertelur 3-6 hari, yang terdiri dari 4 instar. Larva instar pertama jika keluar
dari telur langsung menggerek kedalam daun, instar berikutnya baru keluar dari
daun sampai instar keempat, setelah itu akan menjadi pupa. Ulat Daun (Plutella
xylostella) memiliki tipe alat mulut menggigit kemudian menguyah daun.
Gejala serangan yang disebabkan oleh ulat Daun (Plutella xylostella) yaitu
daun berlubang-lubang, jika intensitas serangan tinggi pada daun hanya akan
tersisa urat daun. Habitat dari ulat daun (Plutella xylostella) adalah pada lahan
pertanian yang tanamannya kubis.
Pengendalian ulat daun (Plutella xylostella) dapat dilakukan dengan kultur
teknis seperti melakukan pergiliran tanaman, pengendalian hayati dengan cara
melepaskan musuh alami berupa predator dan parasitoid seperti mengunakan lalat
(Thachinid macrocentrus homonae), secar mekanis yaitu membuat perangkap dan
menangkap langsung.

10

4.2.3. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)

Gambar Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
(sumber; Dokumentasi pribadi)
Walang Sangit (Leptocorisa acuta) termasuk kedalam ordo hemiptera
dengan bentuk morfologi berwarna hijau kecoklatan, memiliki antena yang
panjang, memiliki sayap, kepala dan badan. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
memiliki tipe perkembangan paurumetabola dengan siklus hidup dimulai ari
stadia telur, kemudian nimfa dan imago. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
memiliki tipe alat mulut menusuk lalu menghisap malar padi.
Gejala serangan yang disebabkan walang Sangit (Leptocorisa acuta) yaitu
hilang cairan biji padi menyebabkan biji padi menjadi mengecil, malai yang
dihisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Habitat walang Sangit
(Leptocorisa acuta) biasanya direrumputan dan tanaman yang berada disekitar
tanaman padi.
Pengendalian hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta) dapat dilakukan
secar biologis yaitu dengan memanfaatkan agen hayati pengendali hama walang
Sangit (Leptocorisa acuta), kultur teknis yaitu menanam tanaman perangkap, dan
secara mekanis atau mengunakan perangkap.

11

4.2.4. Kepik (Dasimus Sp)

Gambar Kepik (Dasimus Sp)
(sumber; Dokumentasi pribadi)
Kepik (Dasimus Sp) termasuk kedalam ordo serangga hemiptera, dengan
morfologi berbentuk lonjong, berwarna hijau dan bagian belakang hitam, terdapat
3 pasang kaki, antena pendek, dan setengah sayap. Kepik (Dasimus Sp)
merupakan serangga dengan tipe perkembangan paurometabola dengan siklus
hidup berawal dari bertelur dengan massa perkembangan dari telur sampai dewasa
4 sampai 8 minggu. Kepik (Dasimus Sp) memiliki mempunyai tipe alat mulut
menusuk kemudian menghisap buah pada tanaman.
Serangan yang diakibatkan oleh kepik (Dasimus Sp) pada tanaman padi
menyebabkan bulir tanaman padi menjadi hampa atau kosong, pada tanaman bijibijian lainnya menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik hitam dan akhirnya
menjadi busuk. Habitat dari Kepik (Dasimus Sp) aslinya terdapat di Australia
namun sering juga didapatkan pada rerumputan, lahan pertanian dan semak
belukar.
Pengendalian Kepik (Dasimus Sp) dapat dilakukan secara mekanis yaitu
dengan menangkap, membuang dan memusnakan dengan cara dibakar, kemudian
mengunakan perangkap dan dapat juga secara hayati yaitu mengunakan musuh
alami.

12

4.2.5. Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros)

Gambar Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros)
(Sumber; Dokumentasi Pribadi)
Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) temasuk kedalam ordo coleoptera
dengan morfologi berwarna hitam pekat, kaki tajam, bertanduk, dan sayap hitam,
memiliki kepala dan tubuh. Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) termasuk
kedalam tipe perkembangan holometabola dengan siklus hidup melewati stadium
telur kemudian larva, pupa, dan imago. Pada telur akan bertahan 13-23 hari,
setelah itu telur menetas dan menjadi uret hingga menjadi kumbang dewasa
dengan usia 7 sampai 8 bulan. Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) memiliki
tipe mulut menggitit, menguyah dan menyerang akar, batang pada tanaman
kelapa.
Gejala yang ditimbulkan oleh kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) akan
terlihat tergunting membentuk huruf V. Habitat dari Kumbang kelapa (Orycetes
rhinoccros) adalah daerang yang banyak kelapa seperti perkebunan kelapa sawit
dan didalam batang kelapa yang busuk.
Pengendalian kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) dapat dilakukan secara
sanitasi yaitu dengan menebang tanaman yag sudah mati kemudian dibakar atau
digunakan untuk keperluan lain, pemanfaatan feromon yaitu mengunakan
perangkap feronom, pemanfaatan serbuk nimfa yaitu serbuk nimfa dicampur
dengan pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang menjai trmpat
masuk Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros), secara mekanis yaitu dilakukan
dengan menangkap dan membunuh Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros).

13

4.2.6. Lalat buah (Dacus Sp)

Gambar Lalat buah (Dacus Sp)
(Sumber; Dokumentasi Pribadi)
Lalat buah (Dacus Sp) termasuk kedalam ordo diptera dengan morfologi
serangga yang telah dewasa mirip dengan lalat rumah, panjang sekitar 6-8 mm
dan lebar 3 mm. Torak berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam.
Dorsalisnya terdapat 2 garis yang membujur dan sepasang sayap yang transparan.
Pada abdomen terdapat 2 pita yang melintang dan satu pita membujur warna
hitam atau bentuk huruf T yang kadang tidak jelas. Pada lalat betina ujung
abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup
kuat untuk menembus kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih bulat.
Lalat buah (Dacus Sp) termasuk kedalam tipe perkembangan holometabola
dengan siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina dapat
meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat
menghasilkan telur 1.200-1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6-9 hari. Larva
instar 3 dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar untuk
meloncat dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di
dalam tanah. Pupa berumur 4-10 hari dan menjadi serangga dewasa.
Gejala serangan, buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada
bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Larva membuat
saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah
yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi oleh OPT lain, sehingga buah menjadi
busuk dan biasanya jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa. Habitat

14

dari lalat buah (Dacus Sp) yaitu pada tempat yang terdapat banyak buah seperti
diperkebunan kacang-kacangan.
Pengendalian serangga lalat buah (Dacus Sp) dapat dilakukan secara
mekanis yaitu membuat perangkap dan secara kimia melakukan penyemprotan
insektisida dapat juga secara biologis yaitu dengan agen hayati atau mengunakan
predator.
4.2.7. Kutu beras (Sithopilus orizae)

Gambar Kutu beras (Sithopilus orizae)
(Sumber; Dokumentasi pribadi)
Kutu beras (Sithiphilus oryzae) termasuk kedalam ordo coleoptera. Kutu
beras (Sithiphilus oryzae) memiliki tipe perkembangan secara holometabola yaitu
fase telur-fase pupa-fase larva-fase imago dengan siklus hidupnya sekitar 28-90
hari dengan diawali telur diletakan pada tiap bulir beras yang telah dilubangi,
kemudia telur menjadi larva lalu berubah menjadi imago kurang lebih 5 hari.
Secara morfologi kutu beras (Sithopilus orizae) memiliki bagian tubuh terdiri dari
kepala, perut, kaki dan sayap. Tipe mulut kutu beras yaitu mengigit mengunyah.
Gejala yang ditimbulkan oleh kutu beras yaitu patah-patah berwarna kuning
dan berbau. Habitat kutu beras (Sithopilus orizae) yaitu di gudang penyimpanan
beras, atau juga di lumbung padi.
Pengendalian kutu beras (Sithopilus orizae) dapat dilakukan secara mekanis
yaitu menangkap dan membunuh langsung serta dapat mengunakan buah jeruk,
bawang putih dan daun jeruk yang diletakan ditempat beras.

15

4.2.8. Kutu kacang hijau (Callosobruchs chinensis)

Gambar Kutu kacang hijau (Callosobruchs chinensis)
(Sumber; Dokumentasi pribadi)
Kutu kacang hijau (Callosobruchs chinensis) termasuk kedalam ordo
coleoptera, dengan bentuk morfologi berukuran relatif kecil dan berwarna coklat
kehitam-hitaman. Mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang
yang membesar. Bentuk tubuh kumbang atau kutu dewasa kebanyakan bulat atau
lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing.
Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan
pronotumnya halus.
Berdasarkan hasil pengamatan gejala serangan yang disebabkan oleh
Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) terlihat pada biji kacang hijau
( Phaseolus radiatus), yang tampak berlubang dan lama-kelamaan akan hancur
atau retak, tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lamakelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam
produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama
dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi.
Untuk mengendalikan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
dapat dilakukan secara mekanis yaitu membunuh langsung dan melakukan
penyaringan terhadap kacang hijau yang terserang. Kemudia dapat dilakuan
dengan cara meletakan hal yang tidak disukai Kumbang kacang hijau
(Callosobruchus chinensis) ditempat kacang hijau yang belum terserang untuk
mencegah datangnya Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis).

16

4.2.9. Kutu daun (Aphis Sp)

Gambar Kutu daun (Aphis Sp)
(Sumber; Dokumentasi pribadi)
Kutu daun (Aphis Sp) termasuk kedalam ordo homoptera, dengan morfologi
berbentuk seperti pear, warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam,
kuning. Mempunyai kornikel pada bagian ujung abdomen. Kutu daun (Aphis Sp)
termasuk dalam tipe perkembangan paurometabola dengan siklus hidup Imago
dapat hidup selama 28 hari. Satu ekor imago betina dapat menghasilkan 2-35
nimfa/hari. Siklus hidup dari nimfa sampai imago 5-7 hari. Selama satu tahun
dapat menghasilkan 16-47 generasi. Hama ini memiliki tipe alat mulut menghisap
yang menyerang daun pada tanaman.
Gejala serangan kutu daun (Aphis Sp )yaitu serangan berat biasanya terjadi
pada musim kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago
biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan mengkerut,
pucuk mengeriting dan melingkar sehinga pertumbuhan tanaman terhambat atau
tanaman kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu sehinga
menarik datangnya semut dan cendawan jelaga berwarna hitam. Habitat dari Kutu
daun (Aphis Sp) biasanya terdapat didaun tanaman atau daun-duan muda.
Pengendalian hama Kutu daun (Aphis Sp) dapat dilakukan dengan cara
mekanis seperti mengunakan kain kassa dibedengan persemaian, secara kultur
teknis yaitu sanitasi dan pemusnahan gulma serta bagian tanaman yang terserang
dengan cara dibakar, dan secara hayati yaitu dengan memanfaatkan musuh alami
parasitoid dan predator.

17

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a.

Hama merupakan semua herbivora atau organisme pengganggu tanaman yang
dapat merugikan mengakibatkan kerusakan secara fisik tanaman yang
dibudidayakan manusia secara ekonomis. Golongan hama terbesar berasal
dari kelas serangga (insecta). Ordo hama serangga terbagi menjdi 6 ordo yaitu
a). Orthoptera yaitu sayap belakangnya dilipat, dengan tipe mulut menggigit
menguyah, erkembangan hidup paurometabol dan bersifat merusak tanaman;
b). Ordo Hemiptera, dengan morfologi sayap depan yang mengalami
modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di daerah pangkal
menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput serta sayap
belakangnya mirip selaput tipis atau membran. tipe perkembangan hidup
paurometabola, Tipe alat mulut menusuk dan mengisap; c). Ordo Homoptera,
mempunyai sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput. dan ada juga
yang tidak bersayap. Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah
paurometabola, dengan sifat partenogenetik; d). Ordo Lepidoptera, kedua
pasang sayap ordo Lepidoptera mirip membran yang penuh denang sisik,
Yang merupakan modifikasi dari rambut biasa. Perkembangbiakan termasuk
holometabola dengan alat mulut tipe mengigit-mengunyah dan pengisap.
Stadium serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan
imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan; e). Ordo
Coleoptera, memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi, yaitu
mengeras dan tebal seperti seludang yang berfungsi untuk menutupi sayap
belakang dan bagian tubuhnya. Perkembangbiakan termasuk holometabola,
tipe alat mulut menggigit dan mengunyah. Bersifat merusak tanaman, namun
adapula yang bersifat predator; f). Ordo Diptera, mempunyai sepasang sayap
depan sebab sepasang sayap belakangnya telah berubah bentuk menjadi
bulatan atau halter. Perkembangan hidup holometabola dengan tipe alat mulut
menggigit dan mengunyah, serta menjilat dan mengisap; g). Ordo
Thysanoptera, berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang
dengan bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya

terdapat rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup paurometabola.
Tipe alat mulut nimfa dan imago pencucuk-pengisap. Merusak daun, bunga,
dan buah tanaman.
b.

Hama gudang merupakan serangga yang menyerang produk ditempat
penyimpanan (gudang). Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan
hasil selama produk dalam penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan
oleh hama gudang dapat mencapai 10 – 15% dari isi gudang dan juga dapat
menurunkan kualitas produk sehingga petani mengalami kerugian. Pada
umumnya hama gudang yang menyerang berasal dari ordo Coleoptera. Pada
umumnya morfologi hama kumbang terdiri dari caput, antena, alat mulut,
mata mejemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang,
abdomen dan sayap. Pada umumnya hama gudang menyerang produk dengan
meletakkan telurnya dalam produk dan ketika telur tersebut menetas larvanya
akan memakan produk dan menyebabkan lubang-lubang pada produk. Pada
umumnya alat mulut yang dimiliki oleh hama gudang adalah tipe penggigit
dan pengunyah karena produk yang telah terserang akan tampak berlubanglubang akibat digigit oleh hama gudang itu

5.2. Saran
Diharapkan

setiap praktikan harus menjaga kebersihan diri ruang

laboratorium. Selain itu praktikan juga diharapkan melakukan pekerjaan dengan
teliti. Ketika percobaan berlangsung praktikan harus bisa saling berinteraksi
dengan kelompok maupun asisten praktikum.

19