TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM PERCAKAPAN SEHARI-HARI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS TADULAKO (KAJIAN PRAGMATIK)

  

TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM PERCAKAPAN

SEHARI-HARI MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS TADULAKO (KAJIAN

  

PRAGMATIK)

  SULHAN

  

  Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tadulako

  

ABSTRAK - Permasalahan dalam penelitian ini adalah (a) bagaimana wujud tindak tutur

  imperatif, dan (b) bagaimana strategi tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari- hari mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia Universitas Tadulako. Penelitian ini bertujuan mendeskrispsikan wujud dan strategi tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia Universitas Tadulako. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik rekam dan teknik catat. Teknik analisis data terdiri dari (a) pengumpulan data, (b) reduksi data, (c) penyajian data, (d) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wujud tuturan imperatif yang digunakan mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia meliputi: (a) perintah, (b) permintaan, (c) ajakan, (d) larangan, (e) permintaan izin, (e) anjuran. Adapun strategi yang digunakan oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia meliputi: (a) strategi langsung, dan (b) strategi tidak langsung.

  Kata Kunci: Tindak Tutur, Tindak Tutur Imperatif, Wujud, Strategi.

  PENDAHULUAN

  Fitrahnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain hal ini disebabkan setiap individu diciptakan dalam keahlian diri yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang membuat terjalinnya kerjasama antar individu, dalam proses interaksi antarsesama, alat yang digunakan untuk menyampaikan keinginan diri adalah lewat bahasa, baik secara verbal maupun nonverbal. Bahasa merupakan alat komunikatif yang efektif untuk menyampaikan gagasan, ide, serta pendapat seseorang. Aslinda dan Leni (2007:1) mengemukakan bahwa bahasa digunakan oleh manusia dalam segala aktivitas kehidupan.

  Menurut Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2014:85) tindak tutur merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar. Tindak tutur digunakan oleh mahasiswa dalam berinteraksi dan bersosialisasi baik secara formal maupun nonformal dalam percakapan.

  Percakapan merupakan interaksi atau hubungan antara dua orang atau lebih yang melakukan pembicaraan memiliki satu makna. Percakapan terdiri atas penutur yang mengucapkan tuturan dan mitra tutur yang mendengarkan tuturan . Suyono (1990:17) mengemukakan bahwa percakapan pada hakikatnya adalah peristiwa berbahasa lisan antara dua orang partisipan atau lebih yang pada umumnya terjadi dalam suasana santai. Percakapan merupakan wadah yang memungkinkan terwujudnya prinsip-prinsip kerja sama dan sopan santun muncul dalam peristiwa berbahasa secara fungsional. Percakapan dalam kehidupan sehari-hari dapat berlangsung di mana dan kapan saja baik dalam situasi formal maupun nonformal seperti kampus. Kehidupan kampus umumnya terdapat mahasiswa yang memiliki berbagai perbedaan ideolgi, agama, suku, budaya, dan karakter. Tetapi, perbedaan itulah yang menyatukan dan terciptalah suatu sistem yang baik.

  Proses berkomunikasi yang berlangsung di kampus dapat berupa pertanyaan maupun deklaratif berupa penyataan. Tuturan imperatif yang berlangsung di lingkungan kampus dapat berisi perintah, larangan, maupun ajakan. Namun, tuturan yang berisi perintah tidak mutlak hanya dituturkan dalam bentuk imperatif, tetapi juga dapat dituturkan melalui tuturan tidak langsung yaitu interogatif yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu tetapi bermakna perintah sesuai dengan konteks, begitu pun dengan kalimat deklaratif yang berfungsi untuk menyatakan sesuatu tetapi bermakna perintah sesuai dengan konteks tuturan dan situasi.

  Misalnya, beberapa orang mahasiswa sedang duduk santai di depan kelas dengan telepon genggam masing-masing kemudian salah seorang dari mereka merasa lapar lalu berkata: Data (1) A: Apakah kalian tidak merasa

  lapar? B: Ya tentu, saya merasa lapar. Tetapi, saya masih asyik dengan game ini.

  C: Saya pun merasa lapar, tapi,

  orang tua saya masih bicara.

  D: Ayo, kita pergi makan. Atau dia berkata dengan kalimat lain.

  Data (2) A: Saya merasa lapar

  B: Saya juga. Kalau begitu mari kita pergi makan. Atau dengan kalimat yang lain. Data (3) A: Saya merasa lapar. Ayo kita

  pergi makan

  B: Ayo Kalimat pada data (1) merupakan interogatif namun bermakna imperatif ajakan sehingga respon yang timbul akibat kalimat tersebut berbeda-beda tetapi dapat mereka mengerti bahwa maksud si A adalah mengajak mitra tutur untuk pergi makan, data (2) berupa deklaratif namun bermakna imperatif ajakan sehingga respon yang muncul adalah “saya juga. Kalau begitu

  mari kita pergi makan ” dan data (3)

  berupa imperatif ajakan yang ditandai Tindak imperatif banyak ditemukan dalam percakapan antara penutur dan mitra tuturnya lebih fokus pada kalangan mahasiswa program strudi pendidikan bahasa Indonesia Universitas Tadulako. Mahasiswa bahasa Indonesia adalah individu-individu yang memfokuskan studi dibidang bahasa Indonesia yang mempelajari lebih mendalam tentang seluk beluk bahasa lebih khusus dan kesopanan dalam berbahasa. Proses interaksi yang terjadi dalam percakapan di kampus antarmahasiswa bukan hanya terjadi dalam ruang lingkup kecil yakni kelas tetapi juga berlangsung dalam situasi nonformal. Dalam istilah umum, maha adalah strata tertinggi dalam sebuah kehidupan sedangkan siswa adalah individu yang belajar menuntut ilmu. Jadi, mahasiswa secara harfiah adalah seseorang yang belajar baik di sekolah tinggi, institute, universitas, akademik, maupun di perguruan tinggi (www.academiciindonesia.com/pengertia n-mahasiswa).

  Penelitian ini menggunakan kajian pragmatik sebagai dasar. Ruang lingkup pragmatik sangat luas. Namun pada penelitian ini, peneliti hanya membatasi penelitian pada tindak imperatif, yaitu tindak imperatif dalam kajian pragmatik.

  Peneliti memilih percakapan sehari-hari mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia Universitas Tadulako sebagai sumber kajian karena mahasiswa yang menempuh pendidikan di program studi pendidikan Bahasa Indonesia adalah masyarakat bahasa sehingga mereka sebagai contoh atau tonggak yang baik dalam berbahasa bagi mahasiswa lainnya baik dalam kesantunan memerintah, melarang, maupun meminta yang diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung. Tuturan memerintah maupun meminta dapat diungkapkan secara interogatif dan deklaratif sehingga munculah beragam bentuk ungkapan untuk menyampaikan suatu maksud sehingga prinsip kesopanan terhadap mitra tutur tetap terjaga dan inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti “Tindak Tutur Imperatif dalam Percakapan Sehari-Hari Mahasiswa Program Studi Tadulako (Kajian Pragmatik).

  Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut. (1)

  Bagaimanakah wujud tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tadulako?

  (2) Bagaimanakah strategi tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tadulako?

  Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (3)

  Mendeskripsikan wujud tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tadulako. (4)

  Mendeskripsikan strategi tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tadulako.

  Manfaat penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis

  Manfaat teoretis yang dapat diperoleh berkaitan dengan penelitian tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa di lingkungan kampus khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa Indoensia Universitas Tadulako adalah dapat dijadikan landasan teori dalam penggunaan tindak tutur pada interaksi pembelajaran.

  Menambah pengetahuan peneliti tentang tindak tutur imperatif dan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap pembaca dalam pemakaian bahasa pada lingkungan terutama menyangkut konteks serta penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dari berbagai pihak yang ingin melakukan penelitian dan pengkajian lanjutan yang mendalam terhadap tindak tutur imperatif dalam percakapan mahasiswa.

  Menghindari perbedaan persepsi penulis dan pembaca, maka penulis memberikan batas istlah sebgai berikut.

  1. Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Wijana (dalam Nadar, 2013:4) menyebutan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks.

  2. Wujud pragmatik adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tuturan yang melatar belakanginya.

  3. Kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat imperati dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun.

  4. Tindak tutur merupakan gejala individu, bersifat psikologis dan ditentukan oleh kemampuan berbahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur terjadi peristiwa tutur yang dilakukan penutur kepada mitra tutur dalam rangka menyampaikan komunikasi.

  5. Tindak tutur langsung adalah tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, misalnya kalimat berita untuk memberitakan, kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, ataupun memohon, dan kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu.

  6. Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya, maka maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya.

  7. Grice (dalam Fauzi, 2011:28) mengemukakan secara nomina istilah implikatur mempunyai relasi dengan kata implikasi yang artinya maksud, pengertian, atau dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur (Brown dan Yule dalam Ida Bagus.

  Penelitian ini memfokuskan pada bentuk dan strategi tindak tutur dalam percakapan sehari-hari atau nonformal mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia. Bentuk penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Bodgan dan Traylor (dalam Martang, 2014:28) mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Secara khusus penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata- kata, gambar dan bukan angka.

  Penelitian ini dilaksanakan di kampus Universitas Tadulako Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia pada bulan September

  • – November 2017. Jenis data dalam penelitian ini yakni data lisan yang berupa tuturan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tadulako.

  Sumber data dalam penelitian ini berupa tindak tutur imperatif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

  Indonesia Universitas Tadulako pada saat mereka melakukan tuturan atau percakapan di lingkungan fakultas.

  Teknik pengumpulan data merupakan cara dan proses pengambilan dan pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Sukardi (2013:50) menyatakan bahwa observasi pada konteks proses pengambilan informasi atau data melalui media pengamatan. Dalam proses observasi ini peneliti ingin mengetahui bentuk tindak tutur yang digunakan oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jenis observasi yang digunakan oleh peneliti adalah observasi partisipatif difokuskan observasi partisipatif pasif yaitu peneliti turun langsung ketempat objek yang melakukan tuturan namun tidak ikut serta dalam kegiatan bertutur. Peneliti hanya mengamati tuturan mahasiswa dengan menggunakan metode rekam. Teknik observasi partisipatif pasif dilakukan peneliti dengan tujuan agar data yang diperoleh dari tuturan mahasiswa lebih alami atau otentik.

METODE PENELITIAN

  Data dalam penelitian ini berupa tuturan lisan yang secara langsung dan cepat dituturkan sehingga teknik rekam digunakan untuk mengumpulkan data tuturan mahasiswa. Teknik dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang alami atau sebenarnya serta mencegah kelalaian penulis dalam mencatat percakapan yang berlangsung. Dengan perekaman dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin berupa tuturan mahasiswa saat di lingkungan kampus. Proses perekaman dilakukan oleh peneliti pada saat mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia berada dilingkungan kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dalam hal ini situasi nonformal. Peneliti turun langsung ke lokasi membawa alat perekam berupa telepon genggam yang mempunyai aplikasi rekam. Kemudian, peneliti menyalakan aplikasi perekam yang telah disiapkan dan melakukan proses perekaman kepada objek penelitian yaitu mahasiswa program studi bahasa Indonesia yang sedang melakukan tuturan-tuturan lisan antarmahasiswa tersebut. Pengambilan data melalui perekaman dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh objek tersebut.

  Teknik catat digunakan selama proses peremakan dan setelah berlangsung teknik catat digunakan untuk mencatat setting tempat dan waktu tuturan tersebut berlangsung, sedangkan setelah proses perekaman teknik catat digunakan untuk mencatat kembali tuturan-tuturan yang didapatkan setelah proses peremakan dan melakukan pemilahan tuturan baik wujud maupun strategi. .

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena peneliti turun langsung dalam meneliti dan pemerolehan data. telepon genggam yang memiliki aplikasi rekam untuk merekam tuturan percakapan antar mahasiswa dan alat tulis untuk menulis seting tempat dan waktu serta partisipan yang melakukan tuturan.

  Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu menganalisis data. Data yang diperoleh berupa tuturan sehingga teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis data kualitatif. Data diperoleh dari tuturan mahasiswa. Teknik ini digunakan pada saat proses pengumpulan data sampai selesai pengumpulan data dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal menganalisis data, peneliti menggunakan model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2010:337) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi..

  Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu. Jadi, dalam penelitian ini hal-hal yang direduksi oleh peneliti yaitu semua tuturan mahasiswa yang diperoleh melalui teknik rekam difokuskan pada tindak tutur imperatif saja dan membuang tuturan-tuturan yang tidak menyangkut tindak tutur imperatif..

  Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data. mengelompokkan data berdasarkan kategorinya atau kelompoknya masing- masing. Kelompok yang dimaksudkan adalah tuturan mahasiswa yang mengandung makna imperatif sehingga memungkinkan dalam penarikan kesimpulan. Pada tahap penyajian data, peneliti menentukan makna imperatif dalam tuturan mahasiswa kemudian mengklasifikasikan tuturan tersebut ke dalam bentuk-bentuk tuturan imperatif seperti bentuk imperatif larangan, pemberian izin, meminta, menyuruh, dan lain-lain maupun strategi tuturan imperatif seperti strategi langsung dan tidak langsung.

  Sejalan dengan pendapat Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2013:345) langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan data awal yang diperoleh maka dengan ini peneliti menyimpulkan bahwa pada tuturan mahasiswa Fakultas kKguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako memiliki makna imperatif.

HASIL PENELITIAN

  4.1.1 Wujud Tuturan Imperatif

  4.1.1.1 Tuturan Imperatif Perintah

  Pn : Jam berapa masuk sebentar? (a) Mt¹ : Sore. (b) Pn : Baru jam berapa kamu bale ulang nanti? (c) Mt¹ : Tida tau, sebentar jo! (c) Mt² : Wei kamu ibadah kambing, jangan lama-lama! (d) Mt³ : Dimana kita ibadah sebentar? (e) Mt² : Ibadah pertemuan! (f) Mt³ : Siapa tadi kamu bilang kambing? (tertawa) (g) Mt² : Ada kambing di sana ta lepas! (tertawa) (h) Mt² : (memberitahukan Pn dan Mt¹)

  Wei! ibadah wei! ibadah. (i)

  4.1.1.3 Tuturan Imperatif Ajakan

  Pn : Tapi kayanya belum jam mo ba latih ini juga Ulan, ba latih nanti jam 2 atau jam 1. (a) Mt : Makan jo, jangan ba cerita! (b) Pn : Iyo ya, kan te mungkin mau ba latih sekarang, kasih ingat saya nanti ee kalau kumpul. (c) Mt : Iyo. (d) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di tempat penjual somai depan gedung Fkip 16 pada pukul 10.03

  4.1.1.4 Tuturan Imperatif Larangan

  tepatnya pada tuturan 7 (b). Tuturan tersebut bermaksud mengajak teman- temannya untuk menanyakan masalah mereka kepada dosen yang lain.

  dan” yang diucapkan oleh mitra tutur¹

  14.29. Tuturan pada data (7) merupakan percakapan beberapa orang mahasiswa ketika berada di ruangan program studi pendidikan bahasa Indonesia. Tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif ajakan ditandai dengan kata “Ayo kita ba tanya sama dosen lain

  (i) Pn : Huu saya takut saya. (j) Mt² : Sini dulu ee, dengar dulu penjelasannya dorang ini. (k) Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada beberapa temannya saat di ruangan program studi pendidikan bahasa Indonesia pada pukul

  Mt² : Siapa ka yang berjanji mau ba tanya tadi itu? Siapa ka? Linda tadi bajanji mau ba tanya itu! (c) Mt¹ : Siapa? (d) Mt² : Linda! (e) Pn : Sebenarnya sama ka tita ditanya itu. (f) Mt² : Iyo. (g) Pn : Karena ka tita yang ba input itu Mt¹ : Mari jo dan tanya sama ka tita.

  lain dan. (b)

  Pn : Jadi mau ba tanya dimana ini? (a) Mt¹ : Ayo kita ba tanya sama dosen

  tuturan mitra tutur¹ yang disampaikan kepada semua teman-temannya yang sedang duduk di Gazebo siang hari. Tuturan tersebut mengandung imperatif permintaan ditandai dengan kata minta yang diucapkan oleh mitra tutur.

  Mt¹ : Haa? (tertawa) (j) Mt² : Ibadah! (k) Mt¹ : Nanti baru kesana. (l) Mt² : Memang kamu ini tidak punya agama. (m) Konteks : Dituturkan oleh seorang temannya ditempat parkir ketika hendak pulang ke rumah pada hari jumat siang pukul 12.15

  minta uangnya kamu seribu yang tida di pake! Apa kita ada tamu di sekret ” yaitu

  Tuturan pada data 4 (b) “Wei,

  Mt² : Te ada uang yang tida di pake! (c) Mt³ : Dipake semua uang ini! (d) Pn : Alfin-alfin, ba sumbang dulu uangmu seribu kata ee. (e) Mt¹ : Eh, kamu tau sari-saribu? (f) Mt³ : Tida, tida di tau. (g) Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa saat datang ke Gazebo bahasa Indonesia pada pukul 12.15

  seribu yang tida di pake! Apa kita ada tamu di sekret. (b)

  Pn : Wey teman-teman, ee dengar dulu (a) Mt¹ : Wei, minta uangnya kamu

  4.1.1.2 Tuturan Imperatif Permintaan

  salah seorang mahasiswa yang sedang duduk di tempat somai ketika melihat teman-temannya yang hendak pulang ke rumah setelah selesai mata kuliah dengan intonasi yang keras

  Ibadah wei !” yang disampaikan oleh

  Tuturan pada data 1 (i) merupakan tuturan imperatif perintah yaitu pada tuturan mitra tutur² “Wei!

  Tuturan pada data 10 (b) merupakan imperatif larangan yang ditandai dengan kata jangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan mitra tutur “Makan jo jangan ba cerita”. Tuturan di atas terjadi ketika dua orang mahasiswa sedang makan somai di belakang gedung FKIP 14. Tuturan tersebut dimaksudkan untuk melarang temannya yang sedang makan bersamanya agar tidak bicara saat makan.

  4.1.1.5 Tuturan Imperatif Permintaan Izin

  Pn : Mas saya pulang ee! (a) Mt¹ : Iyo. (b) Mt² : Iyo pulang saja, ko tida makan lagi kau? (c) Pn : Tida lapar saya! (d) Mt³ : Iyo! Hati-hati di jalan ee! Dia ambe orang nanti kepalamu! (f) Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada penjual somai saat hendak pulang ke rumah pada pukul 13.03.

  Pn : Eh, kesana kita! (a) Mt¹ : Mana nam? (b) Mt² : Tida tau. (c) Mt³ : Nam selalu menghilang. Ayo! (d) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di Gazebo bahasa Indonesia pada pukul 13.07 dituturkan penutur ketika merasa

  4.1.2.1.3 Strategi Langsung Bentuk Ajakan

  Tuturan tersebut terjadi ketika penutur mengganti handphone baru dan kehilangan semua nomor telepon temannya. Tujuan tuturan tersebut yakni agar teman-temannya dapat memebrikan nomor hanphone mereka.

  saya minta nomornya kalian ee ”.

  Tuturan pada data 20 (a) merupakan permintaan secara langsung yaitu terlihat pada tuturan penutur “wei,

  Mt¹ : Mentang-mentang HP baru! (b) Pn : Bukan begitu, tadi malam kendati saya cari di WA nomornya kamu(c) Mt² : Mana Hpmu? (d) Pn : (memberikan Handphonnya) (e) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di depan kelas FKIP 15 pukul 09.27

  kalian ee! (a)

  Pn : Wei, saya minta nomornya

  4.1.2.1.2 Strategi Langsung Bentuk Permintaan

  Tuturan pada data 17 (a), langsung yaitu terlihat pada tuturan penutur “Isna ba dudu!”dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temannya ketika mereka sedang bercerita. Tuturan tersebut dimaksudkan penutur untuk menyuruh temannya bernama Isna yang saat itu sedang berdiri agar duduk bersama mereka.

  Pn : Isna ba dudu! (a) Mt¹ : (duduk) (b) Mt² : (tertawa) Nanti disuruh ba dudu baru ba dudu (c) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di teras kelas FKIP 15 dituturkan penutur ketika bercerita bersama teman-temannya dan melihat salah seorang temannya tidak mendapat tempat duduk pukul 09.03

  4.1.2.1.1 Strategi Langsung Bentuk Perintah

  mitra tuturnya bernama Ola dapat menulis KRS lebih dulu daripada berbicara terus menerus.

  Tulis jo dulu” yang dimaksudkan agar

  Tuturan pada data 16 (b) merupakan anjuran seorang mahasiswa kepada salah seorang temannya untuk segera menulis KRS miliknya karena akan dikumpulkan. Tuturan tersebut merupakan imperatif anjuran ditandai dengan kalimat mitra tutur “ola ini ee!

  Pn : Sudah ada ka kita mata kuliah pilihan? Wey belum ada anu! (a) Mt : Ola ini ee! Tulis jo dulu (memberikan KRS) (b) Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada salah seorang temannya saat berada di dalam ruangan kelas FKIP 15 pukul 11.40

  4.1.1.6 Tuturan Imperatif Anjuran

  dimaksudkan untuk berpamitan kepada lawan tuturnya.

  pulang ee”. Tuturan tersebut

  Tuturan pada data 13 (a) merupakan tuturan yang dituturkan oleh seorang mahasiswa ketika hendak pulang ke rumah setelah selesai makan somai. Tuturan tersebut merupakan tuturan permintaan izin yang ditandai dengan kalimat penutur “mas saya

4.1.2 Strategi Tindak Tutur Imperatif

4.1.2.1 Strategi Langsung

  terganggu dengan suasana gazebo yang sangat ribut Tuturan pada data (23) merupakan percakapan beberapa orang mahasiswa ketika hendak beranjak dari tempat duduknya. Salah seorang temannya yang mengucapkan imperatif ajakan secara langsung yang ditandai dengan kalimat penutur pada data 23 (a)“eh kesana kita” dan ditanggapi oleh mitra tutur ketiga dengan kata “ayo”. Penutur mengucapkan kalimat tersebut agar teman-temannya mau ikut

  Pn : Dila! duluan ee! (a) Mt¹ : Pulang ka Iyan? (b) Pn : Iyo. (c) Mt¹ : Sudah? Pak Syamsuddin sudah dapat? (d) Pn : Tida, bimbingan sama ibu Yunidar saja tadi. (e) Mt² : Siapa itu? (f) Mt¹ : Senior itu. (g) Mt² : Senior angkatan berapa? (h) Mt¹ : Senior angkatan 2014. (i) Mt² : Ooh! (j) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di depan ruangan program studi pendidikan bahasa Indonesia pada pukul

  yang jilbab ping! ” merupakan imperatif

  Tuturan pada data (31) merupakan percakapan beberapa orang mahasiswa saat berada di Gazebo bahasa Indonesia. Tuturan yang diucapkan oleh penutur pada data 31 (h) “itu anu siapa?, (j) (menunjuk) itu

  Pn : Eh Mana! (melihat di sekitar gazebo mencari temannya) ada yang liat gledis? (a) Mt¹ : Tida ada yang liat gledis! (b) Pn : Ee kamu sudah tanda tangan? (c) Mt² : Belum (d) Mt¹ : Sini saya tanda tangan! (tertawa) (e) Pn : Baru ka ayu mana? (f) Mt² : Dorang ada masuk (g) Pn : Itu anu siapa? (h) Mt² : Siapa itu? (i) Pn :(menunjuk) Itu yang jilbab ping! (j) Mt² : Mana dia? (k) Pn : Itu sana (menunjuk) (l) Mt² : Imaa..Imaa.. Ima Ima, sini dulu! (m) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di Gazebo bahasa Indonesia pada pukul 12.36 dituturkan penutur ketika ada keperluan dengan temannya yang memakai jilbab ping namun penutur tidak mengetahui namanya sehingga penutur menyuruh mitra tutur dengan strategi tidak langsung bermodus deklaratif

  4.1.2.2.1 Strategi Tidak Langsung Memerintah Bermodus Deklaratif

  4.1.2.2 Strategi Tidak Langsung

  13.35 Tuturan pada data (29) merupakan percakapan antara mahasiswa semester satu dan semester tujuh ketika bertemu di depan pintu ruangan program studi pendidikan bahasa Indonesia. Tuturan yang dituturkan oleh penutur merupakan imperatif permintaan izin yang ditandai dengan kalimat penutur pada data 29 (a) “Dila duluan ee” kepada adik kelasnya ketika hendak pulang ke berpamitan ketika penutur hendak pulang.

  4.1.2.1.5 Strategi Langsung Bentuk Permintaan Izin

  4.1.2.1.4 Strategi Langsung Bentuk Larangan

  tuturan penutur tersebut agar mitra tuturnya tidak selalu bercermin dan membawa kaca dimanapun ia pergi.

  usah jo ba kaca-kaca terus le ”. Tujuan

  12.33 Tuturan pada data 26 (a) dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada salah seorang temannya, ketika temannya tersebut selalu memegang kaca dan bercermin. Tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif larangan secara langsung yaitu terlihat pada kalimat penutur “hama ngana ini tida

  (tertawa) (d) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di Gazebo bahasa Indonesia pada pukul

  Mt¹ : (diam) (b) Mt² : Tau dia ini! (c) Mt³ : Dia tadi ini lambat, dia mandi jam 5 ba kaca sampe jam setengah 8.

  ba kaca-kaca terus le! (a)

  Pn : Hama!! ngana ini tida usah jo

  perintah dengan strategi tidak langsung bermodus deklaratif dimana pada saat itu, penutur perlu kepada seorang teman yang tidak diketahui namanya oleh penutur sehingga penutur menyuruh mitra tutur yang berada di gazebo pada siang itu untuk memanggil orang yang dimaksud oleh penutur dan muncullah kalimat penutur memerintah secara tidak langsung kepada mitra tutur.

  4.1.2.2.2 Strategi Tidak Langsung Melarang Bermodus Deklaratif

  Pn : Wei mumu, panas! ko te tau ini Mt¹ : Ha? (b) Pn : Panas! (tertawa) (c) Mt² : Sengaja-sengaja supaya di tegur. (d) Mt : Iaa.. kajuru-juru kamu itu Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di tempat penjual somai samping gedung FKIP 12 pada pukul 10.09.

  Tuturan pada data 34 (a) merupakan imperatif larangan bermodus deklaratif, tuturan tersebut dituturkan oleh seorang mahasiswa laki-laki ketika melihat mahasiswa perempuan datang dengan wajah yang ceria dan terus tertawa datang menghampiri penutur sambil mengejek serta ingin langsung memegang martabak yang masih panas baru selesai digoreng oleh penjual somai, sehingga penutur yang melihat tingkah laku mitra tutur langsung melarang mitra tuturnya untuk memegang martabak yang masih sangat panas tersebut dengan memberitahukan bahwa martabak yang ingin dipegangnya baru selesai diangkat dari minyak panas.

  4.1.2.2.3 Strategi Tidak Langsung Meminta Bermodus Deklaratif

  Pn : Arnii.. (berlari menghampiri mitra tutur) (a) Mt¹ : Apa? (b) Pn : Arni, pulpenku itu. (c) Mt² : Aiiii..(d) Mt³ : Aiiii..(e) Mt¹ : (tertawa) Tida penting saya lee. (f) Pn : Macam-macam ah! (tertawa) (g) Mt² : (tertawa) Torang setia dengan Dila. (h) Mt¹ : (memberikan pulpen) (i)

  Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di depan kelas FKIP 15 ketika penutur dan mitra tutur hendak pulang pada pukul 14.00

  Tuturan pada data 36 (c) merupakan imperatif permintaan bermodus deklaratif. Tuturan tersebut disampaikan ketika penutur dan mitra tutur-mitra tuturnya selesai bercerita di parkiran motor dan hendak pulang ke rumah namun mereka harus pergi ke kelas mengambil tas dan helm, ketika di jalan mau ke kelas penutur meminta dengan menggunakan tuturan imperatif tidak langsung dengan modus deklaratif dengan kalimat “arni pulpenku itu” dan mitra tutur mngerti dengan maksud tuturan penutur yaitu meminta pulpen yang ada padanya sehingga perlakuan dari mitra tutur yaitu memberikan kembali pulpen milik penutur.

  4.1.2.2.4 Strategi Tidak Langsung Meminta Bermodus Interogatif

  Pn : Ninaa!!! Mana sisir? (a) Mt¹ : Tau sisir, ambe saja di situ eh! (b) Mt² : Sisir? ini ee. (c) Pn : (menyisir rambut) Kenapa ko liat-liat saya eh (tertawa dan malu- malu) (d) Mt³ : Begitu saja sayang, sudah cantik kamu begitu! (e) Pn : Hmm..berantakan..ko tau panas! (f) Mt² : Panas! (g) Pn : Kita ini eksotis men! (h) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung saat sedang menunggu dosen di kelas FKIP 15 pada pukul 14.11

  Tuturan pada data 37 (a) merupakan imperatif permintaan bermodus interogatif yang dituturkan oleh penutur yaitu “Ninaa!!! Mana

  sisir

  ?”. jika dilihat struktur kalimatnya tuturan tersebut merupakan tuturan dengan kalimat tanya, namun jika melihat konteks tuturan tersebut merupakan permintaan penutur kepada mitra tutur yaitu meminta sisir dari mitra tuturnya untuk merapikan rambutnya yang sudah acak-acakan.

  4.1.2.2.5 Strategi Tidak Langsung Memerintah Bermodus Interogatif

  Pn : Ko minta minum?(a) Mt¹ : H’mm. (b)

  Pn : Saya juga ee! (c) Mt¹ : Mas ini ee (memberikan uang) (d) Mt² : Mas punyaku di bayarkan sama budi. (e) Mt³ : Belum dikirimkan uang saya. (f) Mt² : (tertawa) Tida juga mas Cuma bermain saya. (g) Konteks : Tuturan tersebut berlangsung di tempat penjual somai di depan gedung FKIP 16 pukul 10.26 merupakan tuturan imperatif perintah bermodus interogatif yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur¹ ketika penutur melihat mitra tutur¹ berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke ke gerobak mas somai dan bertanya kepada mitra tutur apakah ia hendak mengambil air minum? Jika jawaban penutur iya maka penutur memerintahkan kepada mitra tutur agar mengambilkan juga air untuknya. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan penutur “ko minta minum?, saya juga

  ee! dituturkan dengan tujuan menyuruh mitra tutur mengambilkan air minum.

  PEMBAHASAN

  Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut diintegrasikan ke dalam konteks ( Kasher dalam Putrayasa, 2014: 1). Konteks sangat erat kaitannya dengan pragmatik dan tidak dapat dipisahkan antara keduanya, kajian pragmatik adalah suatu kajian yag tidak hanya melibatkan aspek linguistik tetapi juga mempertimbangkan aspek-aspek lain yang melatarbelakangi munculnya tuturan. Hal tersebut bertujuan agar mitra tutur mudah memahami maksud atau tujuan penutur mengucapkan tuturan saat berinteraksi atau berkomunikasi.

  Setelah dilakukan penelitian, penggunaan tindak tutur imperatif cukup dominan digunakan dalam bertutur oleh mahasiswa universitas Tadulako khususnya mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia. Temuan dalam penelitian kali ini terfokus dalam dua aspek sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat. Dua aspek yang dimaksud antara lain wujud dan strategi tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa dilingkungan program studi pendidikan bahasa Indonesia.

  Berdasarkan data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian di lapangan, ditemukan enam wujud tindak tutur imperatif yang di dominan digunakan mahasiswa bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di lingkungan program studi pendidikan memerintah, meminta, mengajak, melarang, meminta izin, dan menganjurkan. Jika dilihat dari hasil yang ditemukan peneliti dalam penelitian kali ini, tuturan yang mendominasi adalah tuturan memerintah dan mengajak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang dipaparkan di atas oleh peneliti.

  Pada penelitian kali ini juga, peneliti menemukan strategi-strategi yang digunakan oleh mahasiswa dalam berinteraksi diantaranya strategi langsung dan strategi tidak langsung. Strategi langsung pada dasarnya memiliki makna yang jelas ketika diucapkan penutur sehingga mitra tutur dapat dengan mudah memahami maksud tuturan penutur baik memerintah, mengajak, maupun melarang, sedangkan strategi tidak langsung pada dasarnya memiliki dua modus yaitu deklaratif dan interogatif sehingga mitra tutur perlu memperhatikan konteks dan situasi tutur pada saat penutur mengucapkan tuturan. Strategi dengan modus deklaratif yang digunakan oleh mahasiswa dalam bertutur yang ditemukan dalam penelitian kali ini yaitu strategi tidak langsung memerintah, melarang, dan meminta, sedangkan strategi tidak langsung dengan modus interogatif yaitu memerintah dan meminta.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan analisis tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia Universitas Tadulako, dapat disimpulkan sebagai berikut.

  1. Pemakaian tindak tutur imperatif dalam percakapan sehari-hari mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia Universitas Tadulako diwujudkan dalam bentuk-bentuk imperatif. Dari hasil penelitian, yang peneliti lakukan di kampus khususnya di lingkungan program studi pendidikan bahasa Indonesia temukan enam wujud tuturan imperatif yang digunakan dalam percakapan sehari-hari program studi bahasa Indonesia.

  [6] Gunawan Fahmi. (2013). “Wujud Kesantunan Mahasiswa Terhadap Dosen di Stain Kendari:Kajian Sosioprgmatik”. Jurnal Arbitrer. 1, (1), 8-18.

  Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:PT Rineka Cipta.

  [3] Dewi I Gusti Ayu Ratih Sintya, Suandi I Nengah, dan Wisudariani Ni Made Rai.

  (2016). “Jenis, Bentuk, dan Fungsi Tindak Tutur Meme Comik Pada Facebook”. E-

  Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha. 3, (5), 1-11.

  [4] Fahryrozi Muhammad. (2010, Maret).

  Kampus adalah Mata Air Mengaplikasikan Paradigma Kampus Sebagai Center Of Excellence. [Online]. Tersedia: diakses tanggal 26 Maret 2017].

  [5] Fauzi Moch Sony. (2011). Pragmatik dan Ilmu Al- Ma’aniy. Malang: Uin-Maliki Press.

  [7] Kasim Fatma. (2015). Tuturan Perintah dalam Wacana Perkuliahan di Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Tadulako. E-Jurnal Bahasantodea.1, (3), 20-34.

  3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar agar tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

  [8] Lubis Hamid Hasan. (2010). Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa

  [9] Manrapi Martang DG. (2014). Analisis Tindak Tutur Imperatif Guru Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Palu (Kajian Pragmatik). Skripsi Program Strata

  1 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tadulako:tidak diterbitkan. [10] Nadar F.X. (2013). Pragmatik dan Penelitian

  Pragmatik. Yogyakarta:Graha Ilmu.

  [11] Puspitaningrum Adhari. (2017). Strategi Kesantunan Tindak Tutur Imperatif Tokoh Wanita dalam Drama First Class (Kajian Pragmatik). Skripsi Program Strata

  1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro:diterbitkan. Tersedia diakses tanggal 17 Maret 2017.

  [12] Putrayasa Ida Bagus. (2014). Pragmatik.

  Yogyakarta:Graha Ilmu.

  [1] Aslinda dan Syafyahya Leni. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:PT Redika Aditama. [2] Chaer Abdul dan Agustina Leoni. (2004).

  2. Dapat dijadikan bahan rujukan oleh peneliti selanjutnya

DAFTAR RUJUKAN

  2. Strategi yang digunakan mahasiswa saat melakukan interaksi meliputi strategi langsung dan strategi tidak langsung. Strategi langsung yang terdiri dari 1) strategi langsung dalam bentuk perintah “Isna, ba

  kamu seribu yang tida di pake .” (3)

  ajak an, “makan, ayo makan somai

  kita .” (4) larangan, “makan jo jangan ba cerita .” (5) permintaan

  izin, “anu, wei kitorang duluan ee!

  Dila

  .” (6) anjuran, “Ola ini ee! Tulis

  jo dulu ”.

  Keenam macam wujud imperatif tersebut sebagai berikut. (1) tuturan yang mengandung makna imperatif perintah, “wei! ibadah wei.” (2) permintaan, “wei, minta uangnya

  Penelitian ini bisa dijadikan bahan ajar khususnya dalam kajian pragmatik yang membahas tentang tindak tutur imperatif.

  ajakan, “eh, kesana kita” (4) larangan, “hama ngana ini tida usah

  jo ba kaca-kaca terus le! ” (5)

  permintaan izin, “Dila, duluan ee”, 2) strategi tidak langsung dengan modus deklaratif bentuk perintah (1) “itu anak ee, yang pake jilbab

  ping !” (2) larangan, “wei mumu panas, ko te tau ini baru abis digoreng ”, (3) permintaan, “Arni, pulpenku itu

  ” dan strategi tidak langsung bermodus interogatif bentuk permintaan (1) “Ninaa, mana

  sisir ?” (2) perintah, “ko minta minum ?”.

  SARAN

  Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengharapkan kepada pembaca bahwa: 1.

  dudu ” (2) permintaan, “wei, saya minta nomornya kalian ee ” (3)

  [13] Rahardi Kunjana. (2005). Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

  Jakarta:Penerbit Erlangga. [14] Setiawan Hendry. (2013, Februari). Definisi

  Pragmatik Menurut Para Ahli. [Online].Tersedia akses tanggal 18 Maret 2017.

  [15] Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas:Implementasi dan Pengembangannya. Jakarta:PT Bumi Aksara. [16] Sugiyono. (2010). Metode Penelitian

  Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:Alfabeta.

  [17] Suyono. (1990). Pragmatik Dasar-Dasar dan Pengajaran. Malang:Yayasan Asih Asah Asuh Malang.

  [18] Wikipedia. (2017, Maret). Kampus.

  [Online].Tersedia diakses tanggal 26 Maret 2017].

  [19] Zamhari. (2016, Juli). Academik Indonesia.[Online].Tersedia diakses tanggal 20 Maret 2017].