TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

(SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

AGENG NUGRAHENI

C 0106005

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

commit to user

ii

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

(SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Disusun oleh AGENG NUGRAHENI C0106005

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Sujono, M. Hum. NIP. 195504041983031002

Pembimbing II

Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. NIP. 195710231986012001

Mengetahui, Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. NIP. 196001011987031004

commit to user

iii

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

(SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Disusun oleh : AGENG NUGRAHENI C0106005

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal 03 Mei 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Imam Sutardjo, M. Hum ……………..

NIP. 196001011987031004

Sekretaris

Dra. Sri Mulyati, M. Hum

……………..

NIP. 195610211981032001

Penguji I Drs. Sujono, M. Hum. …………….. NIP. 195504041983031002

Penguji II Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. …………….. NIP. 195710231986012001

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs . Sudarno, M.A.

NIP 195303141985061001

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Ageng Nugraheni Nim : C0106005

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT DISIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 24 April 2010

Yang membuat pernyataan,

Ageng Nugraheni

commit to user

MOTTO

Inti dari hidup ini adalah bagaimana bersyukur dan bersabar. Bersyukur dalam kebaikan dan kesuksesan, serta bersabar dalam keburukan dan kegagalan.

Jujur dan tawakkal akan mempermudah segala fase dalam hidup demi memperoleh akhir yang baik.

Semua takdir Allah adalah yang terbaik bagi kita, yakinlah!

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu percaya padaku, selalu mendoakanku, selalu memberikan yang terbaik untukku, dan yang mendidikku dalam kasih sayang agar menghormati serta menghargai orang lain.

Mas, Mbak, serta adik-adikku yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta

memberikan warna keceriaan dalam hidupku.

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah s. w. t. atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi dengan judul Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik) dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi tersebut merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M. A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini.

2. Drs. Imam Sutardjo, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan ilmunya serta kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan dan pembimbing kedua yang telah memberikan ilmu, kasih sayang dan bimbingannya dengan penuh perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Drs. Sujono, M. Hum., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan waktu, perhatian, kesabaran, dan kebijaksanaan serta bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

commit to user

viii

5. Drs. Mulyoto, M. Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah berkenan mencurahkan perhatian dan nasihatnya kepada penulis selama studi di Jurusan Sastra Daerah.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga.

7. Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga, terima kasih atas cinta kasih, semangat, harapan serta kepercayaannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Wiji, Mbak Hasna, Mbak Tika, Mbak Ipuk, Nastiti, Cincin, Wahyu, serta teman-teman Sasda 2006 dan 2005, terima kasih atas kesetiaan, dukungan, semangat, pinjaman komputer serta bukunya yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Informan yang sangat berjasa atas terselesaikannya skripsi ini, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 24 April 2010

Penulis

commit to user

B. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif .........................

13

1. Tindak Tutur .............................................................

13

2. Tindak Tutur Direktif ...............................................

15

C. Prinsip Kerjasama ...........................................................

17

D. Teori Kesantunan Berbahasa .........................................

19

1. Teori Kesantunan Robin Lakoff ..............................

19

2. Teori Kesantunan Geoffrey Leech ..........................

20

3. Teori Kesantunan Brown dan Levinson ..................

24

E. Praanggapan, Implikatur, Entailment .............................

F. Situasi Tutur ...................................................................

28

G. Peristiwa Tutur ...............................................................

29

H. UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 31

1. Sejarah Singkat Berdirinya UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap ..................

31

2. Struktur Organisasi ..................................................

33 BAB III METODE PENELITIAN .......................................................

39

A. Jenis Penelitian ..............................................................

39

B. Lokasi Penelitian ...........................................................

39

C. Data dan Sumber Data ...................................................

40

D. Alat Penelitian ...............................................................

41

commit to user

xi

E. Populasi dan Sampel.......................................................

41

F. Metode Pengumpulan Data ...........................................

42

G. Metode Analisis Data ....................................................

43

1. Metode Kontekstual .................................................

43

2. Metode Padan ..........................................................

43

H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data ..........................

45 BAB IV ANALISIS DATA ..................................................................

46

A. Fungsi TTD Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap .........................

3. Meminta Ijin ..........................................................

55

4. Menyarankan .........................................................

58

5. Menganjurkan ........................................................

61

6. Mempersilakan ......................................................

64

7. Mengingatkan ........................................................

67

8. Melarang ................................................................

70

9. Menginterogasi ......................................................

73

10. Menyumpah ...........................................................

76

11. Menantang .............................................................

77

12. Menyapa ................................................................

78

13. Mengharap .............................................................

80

commit to user

xii

B. Faktor yang Melatarbelakangi TTD Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 81

1. Penutur dan Mitra Tutur ........................................

81

2. Konteks Tuturan ....................................................

84

3. Tujuan Tuturan ......................................................

85

4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas .

86

5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal .................

88

C. Kesantunan Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 89

BAB V PENUTUP ..............................................................................

94

A. Simpulan ........................................................................

94

B. Saran ..............................................................................

95 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

97 LAMPIRAN ..........................................................................................

99

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Data Tindak Tutur Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Sidareja

2. Lampiran 2 : Data Informan

3. Lampiran 3 : Gambar UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap

4. Lampiran 4 : Surat Pengantar dari Fakultas Sastra dan Seni Rupa

5. Lampiran 5 : Surat Keterangan dari UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

Daftar Singkatan

UPT : Unit Pelayanan Teknis DISDIKPORA: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga P

: Penutur MT

: Mitra Tutur TTD

: Tindak Tutur Direktif Kasubbag TU : Kepala Sub Bagian Tata Usaha s. w. t.

: Subhanahu wa ta’ala SASDA 2006 : Sastra Daerah 2006 SBLC

: Simak Bebas Libat Cakap SLC : Simak Libat Cakap

TK : Taman Kanak-kanak SD

: Sekolah Dasar

Daftar Tanda

: Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

: Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya.

: Tanda titik dua dapat digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Selain itu tanda titik dua juga digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

? : Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.

commit to user

xv

! : Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.

() : Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

“” : Tanda petik dobel digunakan untuk mengapit tuturan.

‘’ : Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit terjemahan.

/ : Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata atau.

commit to user

xvi

ABSTRAK

Ageng Nugraheni. C0106005. 2010. Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik) . Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu kajian yang mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Lokasi penelitian di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Data penelitian berupa data lisan, wujudnya adalah tuturan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Sumber data lisan berasal dari informan terpilih. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak. Teknik dasar yang dipakai ialah teknik sadap, sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan. Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal.

Hasil analisis data yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat ditemukan ada 13 fungsi, yakni menyuruh, menasihati, meminta ijin, menyarankan, menganjurkan, mempersilakan, mengingatkan, melarang, menginterogasi, menyumpah, menantang, menyapa, dan mengharap; (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat ditemukan ada 5 aspek, yakni penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan sebuah tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal; (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sangat tergantung pada P dan MT. P dan MT dalam melakukan tuturannya ada yang memperhatikan kesopansantunan dan ada yang tidak memperhatikan kesopansantunan berbahasa. Tetapi dengan memperhatikan kaidah sosial dan mempertimbangkan skala pragmatik, P dan MT dapat menjalin hubungan yang mesra dalam kegiatan berkomunikasi. Dalam penelitian ini tuturan yang dianggap paling santun bagi MT adalah tuturan yang memiliki alternatif pilihan sebanyak mungkin, memerlukan biaya sedikit/tenaga sedikit tapi keuntungan yang diperoleh sangat besar dan tuturan yang dituturkan secara tidak langsung.

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

(SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Ageng Nugraheni 1 Drs. Sujono, M.Hum. 2 Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. 3

ABSTRAK

2010. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu kajian yang mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Lokasi penelitian di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Data penelitian berupa data lisan, wujudnya adalah tuturan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Sumber data lisan berasal dari informan terpilih. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak. Teknik dasar

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C 0106005 2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II

yang dipakai ialah teknik sadap, sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan. Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Hasil analisis data yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat ditemukan ada 13 fungsi, yakni menyuruh, menasihati, meminta ijin, menyarankan, menganjurkan, mempersilakan, mengingatkan, melarang, menginterogasi, menyumpah,

menantang, menyapa, dan mengharap; (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat ditemukan ada 5 aspek, yakni penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan sebuah tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal; (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sangat tergantung pada P dan MT. P dan MT dalam melakukan tuturannya ada yang memperhatikan kesopansantunan dan ada yang tidak memperhatikan kesopansantunan berbahasa. Tetapi dengan memperhatikan kaidah sosial dan mempertimbangkan skala pragmatik, P dan MT dapat menjalin hubungan yang mesra dalam kegiatan berkomunikasi. Dalam penelitian ini tuturan yang dianggap paling santun bagi MT adalah tuturan yang memiliki alternatif pilihan sebanyak mungkin, memerlukan biaya sedikit/tenaga sedikit tapi keuntungan yang diperoleh sangat besar dan tuturan yang dituturkan secara tidak langsung.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996: 2). Dari definisi tersebut ilmu pragmatik menekankan pada maksud yaitu makna yang terkait konteks (context dependent) atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditegaskan bahwa hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar dalam pemahaman pragmatik.

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya. Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar (Harimurti Kridalaksana, 2001:171). Seperti dalam aktivitas sosial, kegiatan berinteraksi baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Dalam berinteraksi, penutur dan mitra tutur saling menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasa dan

commit to user

interpretasi-interpretasi terhadap tindakan, dan ucapan mitra tuturnya. Setiap peserta tutur bertanggungjawab terhadap tindakan penyimpangan kaidah kebahasaan dalam interaksi lingual tersebut. Terlebih lagi bahwa dalam bertutur, setiap peserta tutur banyak dipengaruhi oleh konteks yang menjadi latar belakang tuturan tersebut, karena konteks akan sangat menentukan bentuk tuturan. Di dalam suatu tuturan ada maksud dan faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur.

Searle (1975) (dalam Leech, 193: 164-165) mengemukakan bahwa tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar atau mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu, misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

Salah satu contoh tuturan tindak tutur direktif bahasa Jawa yang terjadi di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah tindak tutur direktif menyuruh berikut ini.

Data 1

: “ Guwe tulung mbak fotokopi ya!” ‘Minta tolong itu difotokopi ya mbak!’

MT : “Endi?”

‘Mana?’

: “ Kuwe kuwe miki bu Ikah.” ‘Itu itu tadi bu Ikah’

Tindak tutur tersebut di atas dilakukan penutur kepada mitra tutur agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Data 1 merupakan contoh tindak tutur direktif yang terjadi di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Tindak tutur direktif menyuruh tersebut dilakukan

commit to user

oleh penutur yang berkedudukan sebagai pengawas TK/SD kepada mitra tutur yaitu PSG yang sedang melakukan magang di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Kata “Tulung” ‘Tolong’ dalam tuturan di atas memberi kesan menyuruh tetapi dengan sedikit merendah. Penggunaan kata tersebut berfungsi untuk menyuruh MT melakukan keinginan penutur dengan sukarela. Maksim yang dikemukakan oleh Grice tercapai dalam tuturan ini, baik maksim kuantitas yaitu memberikan informasi secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh mitra tutur, maksim relevansi yakni memberikan tanggapan secara relevan berdasarkan konteks pembicaraan, serta maksim cara yaitu tuturan tersebut dikomunikasikan secara wajar, tidak bersifat ambigu atau bermakna ganda. Walaupun skala keotoritasan yang dikemukakan oleh Leech terjadi, tetapi P meminimalkan skala keotoritasan tersebut dengan mempergunakan kata “Tulung” ‘Tolong’.

Pelanggaran terhadap skala jarak sosial juga terjadi dalam tuturan pada data 1. MT jauh lebih muda dibandingkan dengan P, umur keduanya terpaut sangat jauh. Tetapi MT menggunakan ragam ngoko untuk menanggapi permintaan P, dan hal ini merupakan pelanggaran skala jarak sosial yang dikemukakan oleh Leech. Berdasarkan skala ini, penutur atau mitra tutur yang berumur lebih muda seharusnya menggunakan ragam yang lebih menghargai mitra tutur atau penuturnya. Hal ini terjadi akibat ketidaktahuan mitra tutur terhadap tingkat tutur yang mengatur kesantunan berbahasa. Oleh karena itu, perlu tindak lanjut yang terarah dan teliti untuk mengatasi ketidaktahuan generasi muda pada masa sekarang ini terhadap kesantunan berbahasa.

commit to user

UPT DISDIKPORA merupakan organisasi yang melaksanakan urusan Pemerintah Pusat dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Propinsi. Sesuai dengan tugasnya, UPT DISDIKPORA bertanggungjawab atas pendidikan, pengajaran dan kebudayaan dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan sebagian besar kegiatan yang ada di masyarakat terpantau oleh UPT DISDIKPORA. Dari kenyataan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa para pegawai yang ada dikantor UPT DISDIKPORA berasal dari background yang berbeda-beda dengan tugas yang berbeda pula sesuai dengan struktur organisasinya. Dengan tugas yang berbeda, para pegawai dihadapkan pula pada pihak-pihak yang berbeda dari jabatan hingga status sosial.

Tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, dimaksudkan sebagai perwujudan penggunaan bentuk-bentuk tuturan berbahasa Jawa yang dipergunakan oleh pegawai. Bentuk-bentuk tuturan tersebut antara lain tindak tutur menyuruh, meminta ijin, permisi, menyela/interupsi, menasihati, merekomendasi, menganjurkan, menegur, melarang, menginterogasi, mempersilakan, memaksa, mengingatkan, menguji, meminta restu, melamar, memperingatkan, melerai, merayu, menantang, menyarankan, menyumpah, mengharap, mengajak, mendesak, memarahi, menagih janji, membujuk, mengusir.

Dalam data di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, ditemukan tuturan antara P dan MT yang termasuk tindak tutur direktif merekomendasi sebagai berikut.

commit to user

Data 2

: “Guwe utusan anu ya kena, utusan PSG.” ‘Itu menyuruh itu juga bisa, menyuruh PSG’

MT : “Anu adoh Pak.”

‘Jauh pak’

: “Anu biasa, biasa mlaku.” ‘Sudah biasa, biasa jalan’

Tindak tutur yang terjadi pada data 2 adalah tindak tutur direktif merekomendasi. Tindak tutur tersebut terjadi antara MT dengan P. MT bermaksud memfotokopi berkas-berkasnya, kemudian P merekomendasikan MT untuk menyuruh PSG memfotokopinya. Penggunaan ragam ngoko dalam tuturan ini menandakan keakraban yang tinggi diantara P dan MT. Frasa “Ya kena” ‘Juga bisa’ dalam tuturan tersebut merupakan penanda lingual yang berfungsi untuk merekomendasi. Penanda lingual tersebut digunakan P untuk memberikan pilihan kepada MT. Kemudian MT menanggapi rekomendasi tersebut dengan menjawab “Anu adoh pak” ‘Jauh pak’ yang berkesan agak tidak setuju dengan rekomendasi yang dilakukan P. Tapi P akhirnya memberi penekanan yang menegaskan bahwa PSG yang direkomendasikan sudah terbiasa berjalan kaki walaupun jauh.

Penelitian yang berjudul “Tindak Tutur Direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap” menggunakan singkatan P untuk penutur dan singkatan MT untuk mitra tutur. Penggunaan P dan MT tersebut bertujuan untuk menghindari penumpukkan peran dalam sebuah tuturan yang memiliki partisipan aktif lebih dari 2. Penumpukkan peran yang dimaksud adalah jika terdapat 2 P dan 1 MT dalam sebuah tuturan, penggunaan

O 1 dan O 2 akan menimbulkan kerancuan. Apabila P kedua disebut sebagai O 3 ,

padahal yang dimaksud dalam tuturan tersebut adalah P secara bersama-sama ikut

commit to user

dalam tindak pertuturan bukan sebagai orang yang dibicarakan dalam pertuturan

tersebut, maka antara P dan O 3 tersebut memiliki peran yang berbeda. Oleh karena

itu, penggunaan P dan MT dirasa lebih tepat digunakan dalam penelitian ini.

Peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai kesantunan bahasa antara lain. (1) “Kesopansantunan Berbahasa Jawa dalam Tindak Tutur Direktif

Masyarakat Tutur Jawa Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten”

(2005) oleh Sri Fafina Lestyaningsih. Penelitian tersebut membahas bentuk kesopansantunan, faktor penentu kesopansantunan, dan strategi komunikasi yang ditempuh untuk mencapai kesopansantunan suatu ujaran.

(2) “Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa dalam Ketoprak “Sinamuring Kasetyan Jati dan Surya Sakembaran”” (2002) oleh Fery Ayuni Dyah Kusumawati yang membahas tentang bentuk tindak tutur direktif, fungsi tindak tutur direktif, maksud, serta derajat kesopansantunan dalam tindak tutur direktif bahasa Jawa dalam Ketoprak “Sinamuring Kasetyan Jati dan Surya Sakembaran”.

(3) “Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukkan Wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono” (2009) oleh Kenfitria Diah Wijayanti yang membahas tentang bentuk tindak tutur direktif, fungsi dan makna, faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif dalam pertunjukkan wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono.

commit to user

(4) “Kesantunan Berbahasa Jawa oleh Pedagang Keturunan Arab di Pasar Beteng Surakarta (Suatu Kajian Pragmatik) (2009) oleh Dyah Ayu Nur Ismayawati yang membahas tentang bentuk, faktor yang melatarbelakangi, dan fungsi kesantunan berbahasa Jawa oleh pedagang keturunan Arab di pasar Beteng.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hal itu dikarenakan instansi yang dijadikan objek adalah instansi yang memantau hampir seluruh kegiatan yang ada di masyarakat. Masyarakat yang diamati pun berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Masyarakat yang diamati dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berbahasa Jawa subdialek Banyumas. Objek penelitian ini adalah sebuah instansi, maka sangat dimungkinkan terjadi komunikasi antara pegawai yang berkedudukan tinggi dengan yang lebih rendah dan sebaliknya, maupun komunikasi antara pegawai dalam jabatan yang sama. Hal ini akan menimbulkan variasi kebahasaan yang sangat penting untuk diteliti.

Beberapa hasil penelitian tersebut sebagai referensi penelitian ini. Selain itu, penelitian tersebut berguna sebagai acuan untuk menambah wawasan peneliti. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

Pertama, di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap masih menggunakan bahasa Jawa untuk melakukan komunikasi. Bahasa Jawa yang digunakan di kecamatan Sidareja kabupaten Cilacap adalah bahasa Jawa Cilacap yang merupakan subdialek Banyumas. Yang menjadi keunikan

commit to user

dalam hal ini adalah bahwa bahasa Jawa Cilacap berbeda dengan bahasa Jawa standar yaitu bahasa Jawa Surakarta. Hal ini menjadi salah satu faktor yang sangat menarik untuk diteliti, karena kebanyakan penelitian lebih memilih objek berbahasa standar daripada bahasa yang bersubdialek Banyumas. Bahasa sebagai sarana penyampaian informasi juga memiliki maksud ujaran yang tersirat dalam tuturan. Untuk mengetahui maksud ujaran diperlukan suatu kajian pragmatik. Oleh karena itu, peneliti mengkaji tindak tutur direktif bahasa Jawa yang digunakan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap dengan suatu kajian pragmatik.

Kedua, pegawai yang bekerja di kantor UPT DISDIKPORA kecamatan Sidareja kabupaten Cilacap berasal dari daerah yang berbeda dan berhadapan dengan pihak-pihak yang berbeda pula sesuai dengan tugas masing-masing. Sehingga dimungkinkan adanya variasi kebahasaan dalam berinteraksi dengan pegawai lain. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui seperti apakah fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Ketiga, dalam penyampaian tuturannya penutur dipengaruhi beberapa faktor yang melatarbelakangi sehingga terjadi ragam bahasa dalam pengujaran kalimatnya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor apa sajakah yang melatarbelakangi tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Keempat, berdasarkan penelitian terdahulu tentang kajian pragmatik yang pernah dilakukan, penelitian tentang tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap belum pernah

commit to user

dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

B. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian yang berjudul Tindak Tutur Direktif Bahasa

Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik) dibatasi agar tidak meluas. Oleh karena itu, objek kajian dari penelitian ini adalah fungsi tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif yang dilakukan oleh penutur, serta kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti dari batasan masalah di atas adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap? Masalah ini dikaji untuk mengetahui fungsi dari tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

2. Faktor apa sajakah yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap? Masalah ini dikaji untuk mengetahui faktor apa sajakah yang melatarbelakangi penggunaan

commit to user

tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

3. Bagaimanakah kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap? Masalah ini dikaji untuk mengetahui seberapa santunkah tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang dapat dirinci adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

2. Mendeskripsikan faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

3. Mendeskripsikan kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

commit to user

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis berupa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi penelitian linguistik, khususnya masalah tindak tutur direktif bahasa Jawa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan masyarakat dapat memakai ujaran yang santun di berbagai ranah. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya, digunakan sebagai materi pengajaran bahasa Jawa bagi Guru bahasa Jawa, dan dapat digunakan sebagai sumbangan terhadap pengembangan dan pembinaan bahasa Jawa.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini meliputi lima bab, yaitu sebagai berikut.

Bab I adalah Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, meliputi pengertian pragmatik, tindak tutur dan tindak tutur direktif, prinsip kerjasama, teori kesantunan berbahasa,

commit to user

praanggapan, implikatur, entailment, situasi tutur, peristiwa tutur, serta sejarah dan struktur organisasi UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Bab III adalah Metode Penelitian. Metode Penelitian ini mencakup bentuk dan jenis penelitian, lokasi penelitian, data penelitian, alat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode penyajian data.

Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan, merupakan hasil analisis mengenai tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Bab V adalah Penutup. Berisi tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

commit to user

12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pragmatik

Cukup banyak kiranya batasan atau definisi mengenai pragmatik. Menurut Putu Wijana, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996: 2).

George Yule (2006: 3) menyebutkan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Dari pengertian pragmatik yang telah dipaparkan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari maksud penutur.

B. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif

1. Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar (Harimurti Kridalaksana, 2001:171). Di dalam mengatakan suatu kalimat, seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat itu. Di dalam pengucapan kalimat ia juga “menindakkan” sesuatu. Dengan pengucapan kalimat “Arep ngombe apa?” ‘Mau

commit to user

minum apa?’. Si pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni menawarkan minuman. Seorang ibu rumah pondokan putri, mengatakan “Sampun jam sanga” ‘Sudah jam sembilan’. Ia tidak semata-mata memberi tahu keadaan jam pada waktu itu; ia juga menindakkan sesuatu, yaitu memerintahkan si mitra tutur supaya pergi meninggalkan rumah pondokannya.

Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya. Austin (1962)(http://yswan.staff.uns.ac.id/2009/04/08/pragmatik/) mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

1. Lokusi Lokusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya. Di sini maksud atau fungsi ujaran itu belum menjadi perhatian. Jadi, apabila seorang penutur (selanjutnya disingkat P) Jawa mengujarkan “Aku ngelak” ‘saya haus’ dalam tindak lokusi kita akan mengartikan “aku” ‘saya’ sebagai ‘pronomina persona tunggal’ (yaitu si P) dan “ngelak” ‘haus’ mengacu ke ‘tenggorokan kering dan perlu dibasahi’, tanpa bermaksud untuk minta minum.

commit to user

2. Ilokusi Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan. Jadi, “Aku ngelak” ‘saya haus’ yang diujarkan oleh P dengan maksud ‘minta minum’ adalah sebuah tindak ilokusi.

2. Perlokusi Perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan oleh P. Secara singkat, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi mitra tutur. Jadi, jika mitra tutur melakukan tindakan mengambilkan air minum untuk P sebagai akibat dari tindak tutur itu maka di sini dapat dikatakan terjadi tindak perlokusi.

2. Tindak Tutur Direktif

George Yule (2006: 93) menyebutkan bahwa tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu untuk mendorong mitra tutur melakukan sesuatu. Dengan kata lain tindak tutur direktif menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur.

Searle (dalam Leech, 1993: 327) menyebutkan beberapa bentuk tindak tutur direktif (verba direktif), yakni meminta (ask), meminta dengan sangat (beg), memohon dengan sangat (bid), memberi perintah (command), menuntut (demand), melarang (forbid), menganjurkan (recommend), dan memohon (request).

Telah disebutkan sebelumnya bahwa sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

commit to user

Sidareja Kabupaten Cilacap, dimaksudkan sebagai perwujudan penggunaan bentuk-bentuk tuturan berbahasa Jawa yang dipergunakan oleh penutur di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Bentuk-bentuk tuturan tersebut antara lain tindak tutur menyuruh, meminta ijin, permisi, menyela/interupsi, menasihati, merekomendasi, menganjurkan, menegur, melarang, menginterogasi, mempersilakan, memaksa, mengingatkan, menguji, meminta restu, melamar, memperingatkan, melerai, merayu, menantang, menyarankan, menyumpah, mengharap, mengajak, mendesak, memarahi, menagih janji, membujuk, mengusir.

Beberapa data yang ditemukan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut.

Data 3

:” Saya tek pamit dulu.” ‘Saya pamit dulu’

MT :” Ya ya ya.”

‘Iya iya’

Data 4

:” Apa njenengan meng kantor kana bae langsung?” ‘Bagaimana jika anda ke kantor di sana langsung’

MT :” Meng nganah?”

‘Ke sana?’

:” Nggih…” ‘ Iya’

Data 5

:” Seniki ten pundi?” ‘Sekarang di mana?’

MT :” Niku teng mriku.”

‘Itu di situ’

commit to user

Data 3 merupakan tindak tutur direktif meminta ijin permisi dan mempersilakan. Hal ini ditunjukkan dengan tuturan yang dituturkan P kepada MT “Saya tek pamit dulu.” ‘Saya pamit dulu’ lalu ditanggapi oleh MT dengan mengatakan “Ya ya ya.” ‘Iya iya’. Kata “pamit” merupakan penanda lingual tindak tutur direktif meminta ijin permisi, sedangkan kata “Ya ya ya” merupakan penanda lingual tindak tutur direktif mempersilakan.

Kemudian Data 4 adalah termasuk tindak tutur direktif menyarankan. P menyarankan MT untuk pergi ke suatu kantor dengan menuturkan ”Apa njenengan meng kantor kana bae langsung? ” ‘Bagaimana jika anda ke kantor di sana langsung’. Konteks tuturan ini menunjukkan bahwa dengan melakukan apa yang disarankan oleh P keadaan MT akan menjadi lebih baik dikarenakan saran tersebut dilakukan demi kebaikan MT itu sendiri.

Data 5 merupakan tindak tutur direktif meminta keterangan atau menginterogasi. P meminta keterangan atau menginterogasi MT tentang keberadaan tamu yang ingin bertemu dengan P dengan menuturkan ”Seniki ten pundi? ” ‘Sekarang di mana?’ lalu MT memberikan keterangan yang jelas dan sesuai keadaan yang ada dengan mengatakan ”Niku teng mriku” ’Itu di situ’ sambil mengacungkan jempolnya ke arah ruangan di mana tamu tersebut berada.

C. Prinsip Kerjasama

Bila ingin mengungkapkan sesuatu biasanya seseorang akan berbicara dengan orang lain, selanjutnya orang lain diharapkan menangkap apa (hal) yang dikemukakan. Dengan adanya tujuan ini, maka seseorang akan berbicara sejelas mungkin, tidak berbelit-belit, ringkas, tidak berlebihan, berbicara secara wajar

commit to user

(termasuk volume suara yang wajar). Hanya saja dalam pragmatik terdapat penyimpangan-penyimpangan, ada maksud-maksud tertentu, dan antara penutur dan mitra tutur harus ada kerjasama agar saling mengetahui maksud dari percakapan yang dilakukan.

Untuk memenuhi komunikasai secara wajar, dan terjadi kerjasama yang baik, maka dalam komunikasi harus memenuhi prinsip (maksim). Ada empat maksim percakapan menurut Grice (1975), yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan (cara) (Grice dalam http://yswan.staff.uns.ac.id/2009/04/08/pragmatik/).

a. Maksim kuantitas

Berbicara sejumlah yang dibutuhkan oleh pendengar. Kalau lebih berarti ada tujuannya. Berikan informasi secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh mitra tutur. Sebagai contoh adalah tuturan berikut.

· Ibu kota Provinsi Jawa Timur Surabaya. Secara kuantitas cukup jelas

· Ibu kota Provinsi Jawa Timur Sura ……

Tuturan ini disampaikan oleh guru, lalu murid menjawab ….. baya…

b. Maksim kualitas

Prinsip yang menghendaki orang-orang berbicara berdasarkan bukti- bukti yang memadai. Misalnya: Buku itu dibuat dari kertas. Bukti

commit to user

cukup memadai, tetapi apabila ada tuturan *Buku itu dibuat dari nasi, bukti tidak memadai.

c. Maksim relevansi Penutur dan mitra tutur berbicara secara relevan berdasarkan konteks pembicaraan. Misalnya:

A : Ini jam berapa?

B : Ini jam 3.

Akan menjadi tidak relevan misalnya apabila B menjawab Ini baju kamu atau Di sana.

d. Maksim cara Tuturan harus dikomunikasikan secara wajar, tidak boleh ambigu (taksa), tidak terbalik (harus runtut). Misalnya:

A : Kamu penjahat kelas kakap, ya?

B : Bukan, mujair.

D. Teori Kesantunan Berbahasa

Ada sedikitnya 3 (tiga) teori tentang kesantunan berbahasa, yaitu: (a) teori kesantunan Robin Lakoff (1972), (b) teori kesantunan Geoffrey Leech (1983), (c) teori kesantunan Brown & Levinson (1987).

1. Teori Kesantunan Robin Lakoff (1972)

Dalam pandangan ini kesantunan dipandang sebagai sebuah indeks sosial (social indexing), dan dapat diidentifikasi dalam bentuk-bentuk referensi sosial, honorifik, dan gaya bicara. Robin Lakoff (1972) (dalam

commit to user

Kunjana Rahardi, 2007: 70) menjelaskan bahwa ada 3 ketentuan yang dapat dipenuhinya kesantunan dalam kegiatan bertutur, yang disebut skala kesantunan. Ketiga skala tersebut adalah: (1) skala formalitas, (2) skala ketidaktegasan, dan (3) skala kesamaan.

Di dalam skala kesantunan formalitas dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa nyaman dalam kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada memaksa, dan tidak boleh berkesan angkuh. Skala ketidaktegasan atau seringkali disebut skala pilihan (optionally scale), mengisyaratkan bahwa agar penutur dan mitra tutur dapat saling merasa nyaman dalam bertutur, pilihan-pilihan dalam bertutur harus diberikan oleh kedua belah pihak. Skala kesamaan mengisyaratkan bahwa penutur dapat bersikap santun, orang haruslah bersikap ramah, dan selalu mempertahankan persahabatan antara satu dengan pihak yang lain. Agar tercapai maksudnya, penutur haruslah dapat menganggap mitra tutur sebagai sahabat.

2. Teori Kesantunan Geoffrey Leech

Teori Kesantunan yang disampaikan oleh Geoffrey Leech berupa maksim-maksim. Rumusan tersebut tertuang dalam 6 maksim interpersonal dan berskala 5 macam. Rumusan Leech yang pertama (1993: 206-217) adalah kesantunan yang terbagi menjadi 6 maksim sebagai berikut:

a) Maksim kebijaksanaan/kedermawanan, tact maxim. Ditujukan pada orang lain (other centred maxim). Jenis maksim ini untuk berjanji dan

commit to user

menawarkan (impositif, komisif). Memaksimalkan kerugian diri sendiri, meminimalkan keuntungan diri sendiri.

b) Maksim penerimaan (approbation maxim). Ditujukan pada diri sendiri, bukan pada orang lain (self centred maxim). Maksim penerimaan ini ditujukan untuk menawarkan dan berjanji. Memaksimalkan keuntungan orang lain, meminimalkan kerugian orang lain.

c) Maksim kemurahhatian (generosity maxim). Pusatnya orang lain (other centred maxim ). Maksim ini ditujukan untuk kategori asertif dan ekspresif. Memaksimalkan rasa hormat pada orang lain, meminimalkan rasa tidak hormat pada orang lain.

d) Maksim kerendahhatian (modesty maxim). Pusatnya pada diri sendiri (self centred maxim ). Meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri dan memaksimalkan rasa tidak hormat pada diri sendiri.

e) Maksim kesetujuan atau kecocokan (agreement maxim). Pusatnya pada orang lain (other centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan pendapat dan ekspresif. Memaksimalkan kesetujuan pada orang lain dan meminimalkan ketidaksetujuan pada orang lain.

f) Maksim kesimpatian (symphaty maxim). Pusatnya orang lain (other centred maxim ). Ditujukan untuk menyatakan asertif dan ekspresif. Memaksimalkan simpati pada orang lain dan meminimalkan antipati pada orang lain.

Rumusan Leech yang kedua (1993: 194-199) adalah skala kesantunan yang terbagi menjadi 5 skala sebagai berikut.

commit to user

a) Skala untung-rugi (cost-benefit scale) Skala untung rugi menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin santun tuturan itu. Sebaliknya, tuturan tersebut menguntungkan diri penutur, semakin tidak santunlah tuturan itu. Misalnya:

· Jika saya jadi anda, saya akan memakai bor saya. Tuturan tersebut akan menguntungkan MT, walaupun ide agar MT memakai bor P adalah P tetapi P sama sekali tidak dirugikan.

b) Skala pilihan (optionally scale) Skala pilihan menunjuk pada banyak sedikitnya pilihan yang disampaikan oleh penutur. Semakin banyak pilihan yang diberikan oleh penutur, maka akan semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila semakin sedikit pilihan, maka akan semakin tidak santunlah tuturan itu. Contohnya:

· Apakah anda ingin saya membersihkan jendela? Tuturan tersebut memberikan pilihan kepada MT untuk memilih P atau

MT sendiri yang akan membersihkan jendela. Hal ini akan berbeda jika P tidak memberikan pilihan kepada MT dengan menuturkan

· Apakah anda keberatan membersihkan jendela? Akan terasa lebih santun jika P menuturkan yang pertama, dan

biasanya MT akan menjawabnya dengan “Biar saya yang membersihkan jendela”.

commit to user