1. Ari – Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated Performance Measurement System dan Fuzzy Analitycal Hierarchy Process

Vol 2, No 3 Juni 2012

ISSN 2088-2130

Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated
Performance Measurent System dan Fuzzy Analitycal
Hierarchy Process
Ari Basuki
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesia, 60111
Email : aribasuki@trunojoyo.ac.id

ABSTRAK
Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor penting yang dijadikan pertimbangan dalam
persaingan bisnis bagi suatu organisasi, termasuk juga rumah sakit. Metode Integrated Performance
Measurement System (IPMS) adalah salah satu metode pengukuran kinerja yang mendasarkan pada
kebutuhan stakeholder. Salah satu tahapan dalam IPMS adalah membobotkan indikator yang
berpengaruh terhadap capaian kinerja. Mayoritas penelitian yang telah dilakukan, menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode pembobotannya, sedangkan pada
penelitian ini digunakan metode pengembangannya yaitu Fuzzy AHP. Penelitian ini dilakukan pada
bentuk usaha rumah sakit untuk unit bisnis rawat inap. Untuk menentukan nilai kinerja secara
keseluruhan, digunakan sistem Objective Matrix (OMAX), dan hasilnya yaitu nilai kinerja secara

keseluruhan sebesar 7,551496 (dari skala penilaian 1-10). Capaian nilai ini dipengaruhi oleh 6 faktor
dan 17 indikator yang digunakan. Faktor yang memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai kinerja
tersebut, yaitu faktor bentuk pelayanan dengan bobot sebesar 0,5515, dan faktor external party yang
memberikan pengaruh paling kecil dengan bobot sebesar 0,0011. Sedangkan, berdasarkan traffic light
system dalam OMAX, mayoritas indikatornya berada pada kategori hijau, dan hanya 3 indikator yang
berada pada kategori merah.
Kata kunci : Pengukuran kinerja, IPMS, Fuzzy AHP, Objective Matrix.

ABSTRACT
Performance measurement is one of the important factors that is considered in business
competition, including in hospital business. Integrated Performance Measurement System method is
one of the performance measurement methods determining by stakeholder needs. One of the IPMS
steps is weighting indicators that affect performance result. Many prior researches used Analytical
Hierarchy Process (AHP) method as the weighting method, while in this research, it uses Fuzzy AHP.
This research was conducted in the hospital business, specifically in inpatient unit. In order to
measure the total performance, Objective Matrix (OMAX) system is used, and the result is 7,551496
(from the scale 1-10). This result is affected by 6 factors and 17 indicators that are used. The
significant factor affecting the result is serviceform factor with weight score by 0,5515, while as the
least significant factor is external party factor with weigth score by 0,0011. In addition, regarding on
traffic light system in the OMAX method, the majority of the idicators is in green category, and only 3

indicators which are in red category.
Key words :performance measurement, IPMS, Fuzzy AHP, Objective Matrix.

341

Vol 2, No 3 Juni 2012

PENDAHULUAN
Pengukuran kinerja merupakan komponen
dalam performance-based management yang
merupakan suatu aplikasi informasi sistematik
yang dibangun berdasarkan perencanaan,
pengukuran dan evaluasi kinerja menuju
perencanaan strategi. Pengukuran kinerja akan
sangat bermanfaat bagi suatu organisasi, salah
satu manfaatnya yaitu menyediakan suatu
pendekatan yang terstruktur terfokus pada
rencana strategis, tujuan dan performansi. Selain
itu terdapat pula suatu mekanisme pelaporan
pada upper management[1].

Integrated Performance Measurement
System (IPMS) merupakan metode pengukuran
kinerja yang terintegrasi yaitu mengukur kinerja
suatu organisasi (perusahaan) yang dilakukan
secara top-down dengan memperhatikan
kebutuhan dari setiap stakeholdernya dan tetap
memonitor
posisi
perusahaan
terhadap
pesaingnya.
Metode Fuzzy Analytical Hierarchy
Process (FAHP) merupakan pengembangan dari
metode tradisional Analytical Hierarchy Process
(AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty [2]. Pada permasalahan pengambilan
keputusan,
seringkali
muncul
ketidakjelasan/samar (fuzziness) ketika akan

menentukan suatu keputusan. Kondisi ini akan
menyebabkan keputusan yang diambil menjadi
kurang tepat jika menggunakan metode AHP
konvensional [3]. Untuk meminimalkan efek
dari ketidakjelasan tersebut, banyak peneliti
yang menggunakan metode FAHP yang
merupakan pengembangan dari teory yang
dikemukakan oleh Saaty, dan terbukti bahwa
FAHP menghasilkan keputusan yang relative
lebih memuaskan dibandingkan dengan
menggunakan AHP konvensional [2].
Metode IPMS dan FAHP pada penelitian
ini digunakan untuk mengukur kinerja sebuah
rumah sakit yang dikhususkan pada unit rawat
inap.Selama ini, rumah sakit tersebut masih
menggunakan metode pengukuran kinerja
tradisional yang cenderung mengedepankan
aspek keuangan sebagai tolak ukur. Padahal,
apabila dilihat dari bentuk organisasinya, sebuah


rumah sakit itu merupakan unit pelayanan
masyarakat yang bentuknya komplek, dinamis,
multi disiplin, serta dipengaruhi lingkungan
yang berubah. Namun, rumah sakit secara
konsisten juga dituntut untuk tetap menjalankan
misinya sebagai institusi pelayanan sosial
dengan
mengutamakan
pelayanan
pada
masyarakat banyak dan harus memperhatikan
etika pelayanannya supaya tetap bisa bersaing
dengan kompetitornya.
Maka dari itu, dalam menilai kinerja rumah
sakit harus memperhatikan juga kepentingan
stakeholder, tidak cukup hanya dengan
mendasarkan pada aspek keuangan saja. Dengan
menggunakan metode pengukuran kinerja yang
terintegrasi (IPMS), rumah sakit tersebut akan
mampu menterjemahkan visi dan misinya

kedalam strategi organisasi untuk menjadi salah
satu penentu aktifitas atau proses bisnis yang
berlangsung.

METODE
Integrated Performance
System (IPMS)

Measurement

IPMS merupakan sistem pengukuran
kinerja yang dibuat di Centre for Strategic
Manufacturing, University of Strathclyde,
Glasgow
[4].Tujuannya
yaitu
untuk
mendeskripsikan bentuk pengukuran kinerja
dalam arti yang tepat, integrasi, efektif dan
efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, secara

garis besar dideskripsikan menjadi 2 kegiatan
utama, yakni : (1) pendekripsian komponen
pokok dari sistem pengukuran kinerja, (2)
membuat garis arahan pengukuran kinerja
terbaik yang sebaiknya digunakan.
Berikut adalah tahapan – tahapan
pengukuran kinerja dengan menggunakan
metode Integrated Performance Measurement
Systems [5]:
1. Mengidentifikasi stakeholder dan membuat
daftar kebutuhan (requirement) dari setiap
stakeholder yang ada.
2. Melakukan identifikasi dan membandingkan
perusahaan dengan eksternal monitor atau
pesaing perusahaaan yang bergerak dalam

342

Ari Basuki, Pengukuran Kinerja dengan...


3.
4.

5.
6.
7.
8.

bidang
yang
sama
(melakukan
benchmarking).
Menetapkan objective dari bisnis.
Mendefinisikan Key Performance Indicator
(KPI) yang digunakan untuk mengukur
tingkat pencapaian objective bisnis.
Melakukan validasi.
Melakukan spesifikasi masing-masing KPI.
Pembobotan KPI.

Melakukan scoring system.

Fuzzy Analytical
(FAHP)

Hierarchy

Process

Fungsi membership triangular
R[0,1], yang dapat didefinisikan:[6]

μA(x):


0, x  a l

 xa
l


, al  x  a m 

 a a l
 A~ ( x)   m

 au  x , a  x  a 
m
u

 au a m



0, x a u

Operasi aritmatika pada TFN
~
A2  ( L2 , M 2 ,U 2 ) adalah:

(1)


~
A1  ( L1 , M 1 ,U1 )

~
~
A1  A2  ( L1  L2 , M 1  M 2 , U 1  U 2 )
~
~
A1  A2  ( L1 L2 , M 1 M 2 , U 1U 2 )
~
~
A1  A2  ( L1  U 2 , M 1  M 2 , U 1  L2 )
~ ~
A1 / A2  ( L1 / U 2 , M 1 / M 2 , U 1  L2 )
~ 1
A1  (1 / L1 ,1 / M 1 ,1 / U 1 )

dan

(2)

Tabel 1. Fungsi Keanggotaan Skala Linguistik
~
1

~
3
~
5
~
7
~
9

Skala Linguistik
Sama Penting
Sedikit Lebih Penting
Lebih Penting
Sangat Penting
Paling Penting

1

...

a~1n

~
A=

a~12

a~21

1

...

a~2 n

.

.

a~n 2

......

1

a~n1

(3)

Dimana:
~ ~3 ~5 ~7 ~9
1, , , ,

a~ij =

1
~

1
1 ~ 1 ~ 1
~ 1 ~
1 , 3 ,5 ,7 , 9

2. Mendefinisikan rata-rata geometris fuzzy dan
bobot fuzzy setiap kriteria dengan rata-rata.
~
(4)
ri  a~i1  a~i 2  ...  a~in
1
~
~
~
~
(5)
wi  ri  (r1  ...rn )
~
Dimana ain adalah nilai perbandingan fuzzy
dari kriteria i ke n, ~
ri adalah rata-rata
geometris dari nilai perbandingan fuzzy
~
kriteria i terhadapa setiap kriteria dan w
i
adalah bobot fuzzy dari kriteria ke i.
Metodologi Penelitian

Variabel linguistik adalah sebuah variabel
dimana nilainya berupa kata-kata atau kalimat
dalam bahasa alami atau buatan.
Bilangan
Fuzzy

dimensi sistem hirarki berdasarkan penilaian
dengan variabel linguistik.

Skala Bilangan
Fuzzy
(1,1,3)
(1,3,5)
(3,5,7)
(5,7,9)
(7,9,9)

Prosedur untuk menjelaskan bobot kriteria
evaluasi dengan FAHP adalah:
1. Menyusun matrik perbandingan berpasangan
diantara semua elemen/kriteria dalam

1. Identifikasi Stakeholder Requirements
Adalah langkah awal yang harus dilakukan
untuk mengukur kinerja suatu organisasi dengan
menggunakan metode IPMS. Tetapi sebelum itu,
perlu diidentifikasi level of business dalam
organisasi tersebut guna mengetahui lingkup
bisnis yang akan diukur kinerjanya. Dalam
konteks metode IPMS, sebuah organisasi
(perusahaan) dibagi menjadi empat level, yaitu
level bisnis (business), level unit bisnis
(business unit), level proses bisnis (business
process,) dan level aktivitas (activities) [5]. Dan,
hasil identifikasi level of business pada obyek
penelitian ini yaitu :
a. Pada level “bisnis” adalah rumah sakit, yang
merupakan sebuah organisasi atau badan
usaha yang bergerak di bidang pelayanan jasa
kesehatan dengan melakukan berbagai
aktivitas bisnis untuk mewujudkan visi dan
misinya.

343

Vol 2, No 3 Juni 2012
b. Pada level “unit bisnis” adalah seluruh
bagian yang berada didalam rumah sakit
yang melakukan proses bisnis dengan cara
bekerja sama dengan bagian lain untuk
mewujudkan visi dan misi rumah sakit
tersebut. Pada penelitian ini, sebagai unit
bisnis yang dijadikan kajian adalah unit
bisnis rawat inap.
c. Pada level “proses bisnis” adalah proses atau
mekanisme pelayanan kesehatan yang
dilakukan pihak rumah sakit terhadap pasien
pada unit rawat inap di rumah sakit tersebut.
d. Pada level “aktivitas” adalah semua kegiatan
yang dilakukan pada proses pelayanan
kesehatan pada unit rawat inap.
Stakeholder adalah pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan dan hubungan, baik
secara langsung ataupun tidak secara langsung
terhadap suatu organisasi.Pada penelitian ini,
sebagai stakeholder pada unit rawat inapadalah
pihak yayasan rumah sakit, kepala rumah sakit,
tenaga medis yang terdiri atas dokter dan
perawat, karyawan, pemasok, dan pasien.
Stakeholder requirements di diperoleh melalui
proses wawancara kepada setiap stakeholder.
Yang diidentifikasi yaitu berbagai requirements
yang terkait dengan peningkatan kinerja rumah
sakit (unit rawat inap). Berbagai stakeholder
requirements disajikan dalam tabEL 2.
2. Melakukan External Monitor
Dilakukan melalui wawancara dengan
structural
questionnaire
yang
dibuat
berdasarkan
stakeholder
requirements.
Kuisioner ini diberikan kepada pihak-pihak yang
terkait dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
unit bisnis, adakah gap disetiap requirements
antara rumah sakit yang dijadikan sebagai obyek
penelitian dengan rumah sakit pesaing yang
sejenis.
3. Menetapkan Business Objectives
Dalam menentujan tujuan (objectives) sebuah
organisasi, seharusnya juga didasarkan pada
pemikiran sejumlah masukan, yaitu: permintaan
stakeholder, praktek dan performansi bisnis
kelas dunia, competitif gaps dan rencana
pesaing, tingkat performansi dimana organisasi
mampu mencapainya dengan berbagai batasan
yang ada, yang disebut target realistis [D].

Business objectives ini ditentukan/dirumuskan
berdasarkan stakeholder requirements dan hasil
external monitor.
4. Mendifinisikan
Key
Performance
Indicator(s) (KPI) dan Validasi
KPI merupakan indikator kunci yang
digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian
objectives bisnis. Indikator-indikator ini
diperoleh dari studi literatur dan wawancara
secara langsung kepada pihak manajemen rumah
sakit (manajer) dan yayasan. Kemudian,
sejumlah indicator tersebut diuji validasinya
dengan metode face validity untuk melihat
keabsahan dan kesesuaian berbagai indicator
yang mencerminkan kinerja unit bisnis yang
diamati. Pada penelitian ini, setelah dilakukan
proses validasi diperoleh 17 KPI yang
selanjutnya akan digunakan dalam pengukuran
kinerjanya.
5. Melakukan Spesifikasi Masing-Masing KPI
Tujuan dari proses spesifikasi setiap KPI
adalah untuk mendiskripsikan setiap KPI, yaitu
tentang tujuan, keterkaitannya dengan objective,
target dan cara pengukurannya. Spesifikasi KPI
ini digunakan sebagai dasar dalam perhitungan
pencapaian nilai performance. Sebagai contoh
adalah spesifikasi KPI 1 (tingkat pertumbuhan
profit) yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Spesifikasi KPI dilakukan untuk semua KPI
yang telah valid.
6. Pembobotan KPI
Mayoritas penelitian yang menggunakan
metode IMPS, pada tahap proses pembobotan
setiap KPI, dilakukan dengan menggunakan
metode AnalyticalHierarchy Process (AHP).
Pada penelitian ini, digunakan metode Fuzzy
Analytical Hierarkhi Process (FAHP) yang
merupakan pengembangan dari AHP. FAHP
digunakan untuk membobotkan factor-faktor
yang mempengaruhi kinerja rumah sakit, yaitu
Sumber Daya Manusia (SDM), Fasilitas dan
Peralatan
Medis
(FPM),
Pengelolaan
Manajemen (PM), Finansial (F), External Party
(EP), Bentuk Pelayanan (BP), dan juga untuk
membobotkan setiap KPI yang digunakan pada
setiap factor-faktor tersebut. Hasil pembobotan
dari masing-masing factor dan KPI akan
dikalikan untuk memperoleh bobot relative.

344

Ari Basuki, Pengukuran Kinerja dengan...

Bobot relative ini akan mempengaruhi
pencapaian nilai performance akhir.
Tabel 2.Stakeholder requirements, Objectives, dan KPI
Requirements

Adanya peningkatan
pendapatan dan
keuntungan

Adanya sinergi antara
tenaga medis, karyawan
dan manajemen
Karyawan, tenaga medis
bekerja dengan loyal
kepada rumah sakit

Meningkatnya kualitas
dan profesionalisme
SDM

Terealisasinya programprogram kerja yang
direncanakan

Meningkatnya kualitas
pelayanan yang
diberikan

Keuangan rumah sakit
(unit rawat inap) dikelola
secara baik dan
bertanggung jawab
Kesejahteraan karyawan,
tenaga medis
diperhatikan

Terciptanya kerja sama
yang baik antara rumah
sakit dengan pemasok
kebutuhan rumah sakit

Fasilitas rumah sakit
yang semakin baik

Objectives

KPI

Meningkatkan
keuntungan dan
pendapatan

1.

Tingkat pertumbuhan
profit

Meningkatkan tingkat
huni rawat inap

2.

Bed Occupation Rate
(BOR)

Meningkatkan
loyalitas karyawan

3.

Tingkat turn over
karyawan tenaga medis

4.

Tingkat absensi karyawan
tenaga medis

Memaksimalkan
kehadiran karyawan
tenaga medis
Meningkatkan
kompetensi keahlian
tenaga medis
Mengoptimalkan rasio
ketersediaan tenaga
medis (dokter
spesialis)
Meningkatkan jumlah
pelaksanaan program
layanan
Meningkatkan jumlah
evaluasi program
Jumlah pasien yang
puas semakin
meningkat
Meminimalkan jumlah
pasien yang komplain
Mengoptimalkan
waktu pelayanan
Rumah sakit membuat
laporan keuangan
secara benar dan rutin
Pembayaran gaji
karyawan dilakukan
secara tepat waktu
Meningkatkan
ketepatan jumlah
kebutuhan bahan/alat
medis yang dikirim
dari pemasok
Meningkatkan
ketepatan waktu
pengiriman bahan/alat
medis yang dikirim
dari pemasok
Menambah
ketersediaan alat
(sarana) medis
Alat (sarana) medis
berfungsi dengan baik

Jumlah pelatihan atau
5. training yang dilakukan per
periode
6.

10.





Tingkat ketepatan waktu
13. pembayaran gaji karyawan
(tenaga medis)
Tingkat ketepatan quantity
14. bahan/alat medis yang
dikirim

Tingkat ketepatan waktu
15. pengiriman bahan/alat
medis

16.

Tingkat penambahan
alat/sarana medis

17.

Tingkat utilitas alat medis
berfungsi dengan baik




















Number of complain/
suggestion

Tingkat ketepatan waktu
laporan keuangan





Taking Care Responsibility
(TCR)

11. TOI

12.



Prosentase jumlah dokter
spesialis yg dimiliki

Tingkat implementasi
7. pelaksanaan program
perbaikan layanan
Jumlah pelaksanaan
8. evaluasi program per
periode
9.

Formula KPI



























345

Vol 2, No 3 Juni 2012

Tabel 3. Spesifikasi KPI 1
KPI 1
Tingkat Pertumbuhan Profit
Mengetahui pertumbuhan profit

Nama KPI
Tujuan
Terkait dengan

Meningkatkan keuntungan dan pendapatan

Target
Formula atau
cara mengukur
Frekwensi
pengukuran
Frekwensi review
Sumber

35% per periode


Tabel 6. Bobot fuzzy tiap kriteria



FPM
BP
PM
SDM
F
EP

1 tahun
1 tahun
Bagian keuangan

Berikut ini proses perhitungan bobot masingmasing faktor tersebut dengan metode FAHP.
a.

Memasukkan data penilaian tingkat
kepentingan antar factor yang diperoleh dari
penilaian expert (ahli) dengan menggunakan
kuisioner ke dalam tabel matrik berpasangan,
yang kemudian dilakukan konversi bilangan
input
ke
bilangan
fuzzy
dengan
menggunakan fungsi keanggotaan skala
linguistik pada Tabel 1. Bentuk matrik
perbandingan berpasangan bilangan fuzzy
seperti Tabel 4.

Tabel 4. Konversi Nilai Kriteria ke Bilangan Fuzzy
SD
M
F
EP

FP
M
BP
P
M

(1/3,1,
1)

(1/5,1/
3,1)

(1/5,1/3
,1)
(1/5,1/3
,1)

(1/5,1/3
,1)
(1/7,1/5
,1/3)

(1/3,1,
1)
(5,7,9)
(1,3,5)

1

(1,3,5)

(1/5,1/
3,1)

(1/5,1/
3,1)
(1, 3,
5)

1

(1,1,3)

(1/3,1,
1)

1

c. Langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan untuk mencari nilai bobot untuk
masing – masing criteria, pada Tabel 6.

1

(3,5,7)

(1/3,1,
3)

(1/7,1/5
,1/3)
(1/3,1,3
)

1

(5,7,9)

(1/9,1/7,
1/5)

1

(1,1,3)

(1,3,5)

(1,3,5)

(1,3,5)

(1,3,5)

(3,5,7)

(1,1,3)

(1/9,1/7
,1/5)

(1/5,1/
3,1)

b. Dari matrik fuzzy berpasangan, langkah
selanjutnya adalah dengan mencari nilai rata
–rata geometris dengan menggunakan
persamaan 5, yang hasilnya ditunjukkan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rata – rata geometris tiap kriteria
FPM
BP
PM
SDM
F

Lower
0,2
0,6
0,007407407
0,022222222
0,142857143

Middle
9
15
0,14285714
1,66666667
1,08888889

Upper
375
525
3
21
27

EP

0,001058201

0,02857143

1

Lower
0,00021
0,00063
7,8E-06
2,3E-05
0,00015
1,1E-06

Middle
0,33424
0,55706
0,00531
0,0619
0,04044
0,00106

Upper
385,19
539,266
3,08152
21,5707
27,7337
1,02717

d. Setelah diperoleh matrik fuzzy bobot untuk
tiap kriteria, kemudian dilakukan proses
defuzzyfikasi,
yang
selanjutnya
akandiperolehbobot akhir tiap kriteria(factor)
seperti yang ditampilkan dalam tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Nilai defuzzyfikasi tiap kriteria
Defuzzifikasi
FPM
128,5082
BP
179,9413
PM
1,028945
SDM
7,210857
F
9,258095
EP
0,342745
Tabel 8. Bobot akhir tiap kriteria
Bobot
FPM
0,3938
BP
0,5515
PM
0,0032
SDM
0,0221
F
0,0284
EP
0,0011

Perhitungan bobot setiap KPI dilakukan juga
dengan menggunakan metode FAHP yang
proses perhitungannya sama dengan proses
perhitungan bobot untuk setiap factor
diatas.Hasil bobot setiap KPI dapat dilihat pada
bagan hirarki kinerja unit rawat inap pada
gambar 1.

346

Ari Basuki, Pengukuran Kinerja dengan...

Kinerja Rumah Sakit
(Unit Rawat Inap)

Bentuk
Pelayanan
(0,5515)

Pengelolaan
Manajemen
(0,0032)

External
Party
(0,0011)

Sumber Daya
Manusia
(0,0221)

Fasilitas dan
Peralatan
(0,3938)

KPI 3
( 0,2450 )

KPI 16
( 0,4729 )

KPI 9
( 0,3371 )

KPI 2
( 0,2564 )

KPI 14
( 0,5000 )

KPI 1
( 0,5208 )

KPI 4
( 0,2623 )

KPI 17
( 0,5721 )

KPI 10
( 0,3804 )

KPI 5
( 0,2452 )

KPI 15
( 0,5000 )

KPI 12
( 0,2251 )

KPI 11
( 0,2825 )

KPI 7
( 0,2501 )

KPI 6
( 0,4927 )

Finansial
(0,0284)

KPI 13
( 0,2541 )

KPI 8
( 0,2483 )

Gambar 1. Hirarki kinerja, bobot faktor dan KPI unit rawat inap

7. Melakukan Scoring System
Untuk mengetahui nilai pencapaian target
kinerja dari masing-masing KPI, perlu dibuatkan
scoring system. Scoring system ini dibuat
bersama-sama dengan traffic light system untuk
memberikan rambu-rambu atau tanda, apakah
nilai score dari KPI tersebut perlu perbaikan
(improvement) atau tidak. Traffic light system
dibuat dengan menggunakan tiga warna
indicator. Warna merah yang menandakan score
dari KPI tidak mencapai target atau di bawah
target dengan score 0-55.
Warna kuning
memberikan indikasi bahwa score yang dicapai
perlu ditingkatkan dengan memberikan batasan
56 – 79. Dan, warna hijau menandakan bahwa
score yang didapat sesuai dengan target yaitu
score 80 - 100.
Nilai kinerja rumah sakit secara keseluruhan
untuk unit bisnis rawat inap diperoleh dari
perkalian antara nilai pencapaian kinerja yang
aktual untuk setiap bobot KPI (bobot relative).
Hasil perhitungan nilai kinerja (performance)
dan kategori level setiap KPI ditunjukkan pada
Tabel 9.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Input dari pengukuran kinerja dengan
metode IPMS adalah berdasarkan stakeholder
requirements yang akan menentukan tujuan
(objectives) yang dicapai. Pencapaian setiap

diukur dengan menggunakan KPI. Hasil dari
proses ini disajikan dalam Tabel 2.
Penilaian kinerja unit rawat inap dirumah
sakit ini, berdasarkan hirarki (gambar 1) terdapat
6 faktor yang berpengaruh secara langsung
terhadap pencapaian kinerjanya. Faktor bentuk
pelayanan, jika dilihat dari nilai hasil
pembobotan (sebesar 0,5515) adalah yang akan
memberikan
dampak
terbesar
terhadap
pencapaian kinerja tersebut, sedangkan faktor
external party dengan bobot hanya 0,0011
merupakan faktor yang tidak terlalu signifikan
pengaruhnya terhadap pencapaian kinerja.
Setiap faktor tersebut memiliki sub faktor,
yaitu berbagai indikator yang mempengaruhi
value dari faktor tersebut. Sebagai contoh, faktor
finansial, value (bagus tidaknya kondisi)
finansial ditentukan dari 3 indikator kunci atau
KPI, yakni indikator 1 (tingkat pertumbuhan
profit), indikator 12 (ketepatan waktu pelaporan
kondisi keuangan), dan indikator 13 (ketepatan
pembayaran gaji karyawan). Diantara ketiga
indikator ini, pertumbuhan profit adalah yang
paling menentukan kondisi finansial karena
memiliki bobot yang paling besar dibandingkan
dengan bobot kedua indikator yang lainnya.
Berdasarkan perhitungan dengan FAHP
diperoleh bobot indikator tingkat pertumbuhan
profit sebesar 0,5208, sedangkan ketepatan
waktu pelaporan dan pembayaran gaji memiliki
bobot yang nilainya hampir sama (0,2251 dan
0,2541)

347

Vol 2, No 3 Juni 2012

Tabel 9. Objectives Matrix
KPI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Actual
22
85
3
92
3
70
70
6
76
11
45
98
100
100
95
2
88

0
0
35
36
0
0
60
0
0
50
30
25
90
90
90
80
0
0

1
3,0
40,7
32,9
8,7
1,0
62,6
8,7
2,1
53,5
27,4
27,2
90,9
90,9
90,9
81,7
2,2
8,7

2
6,1
46,3
29,7
17,4
2,1
65,2
17,4
4,2
57,0
24,8
29,4
91,7
91,7
91,7
83,5
4,4
17,4

3
9,1
52,0
26,6
26,1
3,1
67,8
26,1
6,3
60,4
22,2
31,5
92,6
92,6
92,6
85,2
6,5
26,1

4
5
6
13,7
17,1
20,6
60,5
66,8
73,2
21,9
18,4
14,8
39,2
49,0
58,8
4,7
5,9
7,1
71,8
74,7
77,6
39,2
49,0
58,8
9,4
11,8
14,1
65,7
69,6
73,5
18,2
15,3
12,4
34,8
37,2
39,7
93,9
94,9
95,9
93,9
94,9
95,9
93,9
94,9
95,9
87,8
89,8
91,8
9,8
12,2
14,7
39,2
49,0
58,8
Performance

Untuk
mendapatkan
nilai
kinerja
(performance) pada penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan pendekatan Objective
Matrix (OMAX) dan traffic light system.
Berdasarkan table penilaian kinerja dengan
menggunakan OMAX, kinerja rumah sakit (unit
rawat inap) pada saat ini adalah 7,551496 (dari
skala penilaian 1-10). Capaian nilai kinerja
sebesar ini ditentukan dari 17 indikator kinerja
yang digunakan, dan sebagian besar indikator
tersebut berada di kategori “hijau”, kategori
yang sudah baik kinerjanya. Beberapa indikator
lainterdapat pada kategori “kuning” sebanyak 5
indikator, dan kategori “merah” sebanyak 3
indikator.
Indikator-indikator yang berada
dalam kategori merah, perlu mendapatkan
perhatian serius untuk diperbaiki kondisinya jika
ingin dicapai kinerja (performance) unit rawat
inap rumah sakit tersebut. Posisi indikatorindikator tersebut berdasarkan warnanya dapat
dilihat pada Tabel 9.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja
dengan metode IPMS yang menggunakan FAHP
sebagai metode pembobotannya, unit rawat inap
rumah sakit tersebut menunjukkan kinerja yang
baik dengan nilai kinerja 7,551496 (dari skala
penilaian 1-10).

7
24
79,6
11,3
68,6
8,2
80,6
68,6
16,5
77,4
9,4
42,1
96,9
96,9
96,9
93,7
17,1
68,6

8
28
87
7,2
80
9,6
84
80
19
82
6
45
98
98
98
96
20
80

9
32
94
3,6
90
11
87
90
22
86
3
48
99
99
99
98
23
90

10
35
100
0
100
12
90
100
24
90
0
50
100
100
100
100
25
100

Level
6
8
9
9
3
4
7
3
7
6
8
8
10
10
8
1
9

Weight
0,01479
0,00082
0,05441
0,05826
0,00078
0,10943
0,00080
0,00079
0,18591
0,20979
0,15580
0,00639
0,00722
0,00055
0,00055
0,18623
0,20757

Value
0,088744
0,006564
0,489731
0,524311
0,002354
0,437715
0,005602
0,002384
1,301375
1,258744
1,246390
0,051143
0,072164
0,005500
0,004400
0,186228
1,868148
7,551496

Pencapaian nilai kinerja ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor dan indikator yang
memiliki pengaruh yang tidak sama yang
dicerminkan dari nilai bobot yang tidak sama.
Penggunaan FAHP ternyata juga fleksibel dalam
penerapannya untuk menggantikan AHP yang
banyak digunakan pada penelitian sebelumnya.
Jika diranking, faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja rumah sakit ini yaitu
bentuk pelayanan (0,5515), fasilitas dan
peralatan (0,3938), finansial (0,0284), sumber
daya manusia (0,0221), pengelolaan manajemen
(0,0032) dan external party (0,0011).
Sementara itu, kondisi beberapa faktor
tersebut, jika dinilai dari indikator dalam system
OMAX, beberapa faktor di rumah sakit tersebut
(unit rawat inap) kondisinya masih belum bagus.
Hal ini terlihat dari beberapa indikator yang
berada di kategori merah, yang berarti
kondisinya masih jelek. Meskipun begitu,
mayoritas indikator yang lain kondisinya bagus
(kategori hijau).
Meskipun secara umum capaian nilai
kinerjanya sudah baik, tetapi peningkatan
kinerjanya masih memungkinkan untuk dicapai
dengan cara lebih fokus pada perbaikan kondisi
indikator-indikator yang berada pada kategori
merah, yaitu dengan cara menambah jumlah
pelatihan (training), dan pelaksanaan evaluasi
program, serta mengupayakan penambahan
alat/sarana medis.

348

Ari Basuki, Pengukuran Kinerja dengan...

DAFTAR PUSTAKA

[1] Artley, Willand Stroh, Suzanne.,The
Performance-Based
Management
Handbook:Establishing an Integrated
Performance Measurement Systems.,
Performance-Based Manajemen Special
Interest Group (PBM SIG), 2001

Measurement
Systems.Jurnal
Teknik
Industri, Vol. 9 (2), p.131-143
[6] L. Mikhailov, P. Tsvetinov., 2004.
Evaluation of Services Using AFuzzy
AnalyticalHierarchy Process. Applied Soft
Computing Journal, Elsevier(5), pp. 23–33

[2] Ozdagogly A., Ozdagogly G., 2007.
Comparison of AHP and Fuzzy AHP For
The Multicriteria Decision Making
Processes With Linguistic Evaluations.,
Istanbul Commerce UniversityJournal of
Science, Vol. 6(11), p.65-85
[3] Bouyssou D., Marchant, T., Pirlot, M.,
Perny, P., Tsoukias, A., and Vinke, P.,
Evaluation Models: A Critical Perspective.,
Kluwer, Boston, 2000
[4] Suwignjo P, Baticti US, Carrie AS., 2000.
Quantitative Models For Performance
Measurement
Systems.
International
Journal of Production Economics, (644),
p.231-241
[5] Suartika I.,M., Suwignjo P., Syairuddin B.,
2007.
Perancangan
dan
Sistem
Implementasi Pengukuran Kinerja dengan
Metode
Integrated
Performance

349