ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS

  

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV AIDS

  PENGERTIAN Human

   Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus jenis retrovirus yang menyebabkan seseorang terinfeksi HIV dan akan berkembang menjadi Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

  HIV adalah retrovirus  yang biasanya menyerang organ vital sistem

  PENGERTIAN HIV secara langsung dan

   tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik.

  Jika HIV membunuh sel T 

  CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter(µL) darah maka kekebalan

  PENGERTIAN  Acquired Immuno Deficiency

  Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala yang menunjukan adanya kelemahan/ kerusakan/ penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.

   AIDS diartikan sebagai bentuk paling

  hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi

  PENGERTIAN Kerusakan progresif pada

   system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam- macam penyakit.

  Serangan penyakit yang  biasanya tidak berbahaya pada orang yang tidak

  

STATISTIK

1987-2014 :  Laki-laki :54%  HIV : 150.296  Perempuan : 29%

  AIDS : 55.799 Tidak melaporkan JK : 

   17%

   NTT : 1.751  Kasus baru terus  Tersebar di 381 meningkat setiap kab/kota dari 498 tahunnya kab/kota (76%)

  Tertinggi pd umur 20- 

  29 tahun (32.9%), 30-

  

  IRT : 6.539  Wiraswasta : 6.203  Karyawan : 5.638  Petani/peternak/nel ayan : 2.324

   Buruh kasar : 2.169  Penjaja seks : 2.052  PNS : 1.658  Heteroseksual

  (61.5%)  Penasun (15.2%)  Perinatal (2.7%)  Homoseksual (2.4%)

TANDA DAN GEJALA

  

 Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda

penyakit.

 Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer

  akut yang lamanya 1

  • –2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu.

   Fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan

  mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

  

 Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi

  AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik , yang paling

TANDA DAN GEJALA

   P a s i e n A I D S b i a s a nya m e n d e r i t a i n fe k s i o p o r t u n i s t i k d e n g a n g e j a l a t i d a k s p e s i fi k , te r u t a m a d e m a m r i n g a n d a n ke h i l a n g a n b e r a t b a d a n .

   I n fe k s i o p o r t u n i s t i k i n i te r m a s u k i n fe k s i M yc o b a c te r i u m av i u m - i n t r a c e l l u l a r e d a n s i to m e g a l ov ir u s .

   C i to m e g a l ov i r u s d a p a t m e nye b a b ka n ko l i t i s d a n r e t i n i t i s s i to m e g a l ov ir u s d a p a t m e nye b a bka n ke b u t a a n .

  Pe n i s il i o s is ya n g d i s e b a b k a n o l e h 

  Pe n i c i l l iu m m a r n e f fe i k i n i a d a l a h i n fe k s i o p o r t u n i s t i k ke t i g a p a l i n g u m u m ( s e te l a h t u b e rk u l o s i s d a n

  KLASIFIKASI

  Stadium I: infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan

  

  sebagai AIDS

   Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil

  dan radang saluran pernafasan atas yang berulang

   Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat

  dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah,dan tuberkulosis.

  TRANSMISI

  1. Penularan melalui hubungan seksual

  2. Paparan dengan cairan tubuh yang terinfeksi

  3. Transmisi ibu ke anak

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN

  

SEKSUAL

  Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara

  

  sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya.

  

 Resiko masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang

  yang belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN

  SEKSUAL Penyakit menular seksual

   meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya luka pada alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfositdan makrofag) pada semen dan sekresi

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN

  

SEKSUAL

  Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan

  

  dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan ber variasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang.

   Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu

  berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin.

   Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.

  Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan

PAPARAN DENGAN CAIRAN TUBUH YANG

  TERINFEKSI Rute transmisi ini

   terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah.

   Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV.

TRANSMISI IBU KE ANAK

  

 Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero

selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat

per salinan . Namun demikian, jika sang ibu memiliki

akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan

dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya

sebesar 1%.

  Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko  infeksi,terutama beban virus pada ibu saat per salinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya ).

  

Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10-

  15%. Risiko ini bergantung pada faktor klinis dan

dapat ber variasi menurut pola dan lama menyusui .

  

DIAGNOSIS

  Pemeriksaan untuk diagnosis HIV dilakukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV, berdasarkan prinsip :

   Konfidensialitas  Persetujuan  Konseling

  Pencatatan

    Pelaporan dan  Rujukan

  Prinsip konfidensialitas artinya hasil pemeriksaan harus dirahasiskan dan hanya dapat dibuka kepada :

   Orang/pasien yang

  bersangkutan

  

  Tenaga kesehatan yang menangani

   Keluarga terdekat dalam

  hal yang bersangkutan tidak cakap

   Pasangan seksual

  

KONSELING

  Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui KTS (Konseling

  

  dan Tes HIV Sukarela/VCT : Voluntar y Conseling Testing) dan TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan/PITC : Provider Initiative Testing dan Conseling).

   KTS : proses konseling sukarela dan tes HIV atas inisiatif individu yang bersangkutan.

   TIPK adalah test HIV dan konseling yang dilakukan kepada

  seseorang untuk kepentingan kesehatan dan pengobatan

  

Diagnosis dilakukan

 melalui pemeriksaan laboratorium HIV dan juga berdasarkan gejala klinis (diagnosis klinis).

DIAGNOSIS KLINIS

   B a t u k l e b i h d a r i 2 - 3 m i n g g u  Pe n u r u n a n b e r a t b a d a n m e ny o l o k > 1 0 %

   P a n a s > 1 b u l a n

   D i a r e > 1 b u l a n

   Pe r h a t i k a n k a n d i d i a s i s o r a l

   H e r p e s z o o z t e r y a n g l u a s , s e r i n g k a m b u h  S a r i aw a r e k u r e n d a n b e r a t

   Pe ny a k i t k u l i t : d e r m a t i t i s s e b o r o i k k a m b u h a n , p s o r i a s i s , d e r m a t i t i s g e n e r a l i s a t a

   L i m f a d e n o p a t i g e n e r a l i s a t a

   I n f e k s i j a m u r k a m b u h a n ( k a n d i d i a s i s v a g i n a / ke p u t i h a n )

   P n e u m o n i a b e r a t b e r u l a n g  T B C 

  R i w aya t p e r i l a k u s e k s u a l 

  R i w aya t p e n g g u n a n a r ko b a 

  R i w aya t p e ke r j a a n : p e l a u t , s u p i r t r u k , d l l  R i w aya t b e ke r j a d i d a e r a h e n d e m i s d e n g a n p e r i l a k u b e r i s i ko t i n g g i  R i w aya t t r a n f u s i

  DIDUGA AIDS BILA : DIAGNOSIS LABORATORIUM : Serologi/deteksi

   antibodi : rapid test, ELISA, Western Blot (untuk konfirmasi)

   Deteksi virus : RT-PCR,

PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

   Sinar X dada  Tes fungsi pulmonal  Biopsi 

  EEG, MRI, CT scan otak , EMG

   dll

INDIKASI DILAKUKAN TEST

  

LABORATORIUM

  Pasien yang secara klinis curiga AIDS

    Orang dengan risiko tinggi  Pasien infeksi menular seksual  Pasangan seks atau anak dari pasien positif HIV

  Sebelum tes harus dilakukan konseling dulu dan harus

   menandatangani surat persetujuan (inform consent).

  

 Konseling dapat dilakukan di klinik VCT oleh konselor terlatih

  dan di tempat praktek , Puskesmas oleh petugas kesehatan

  

KOMPLIKASI

  Oral lesi : kandida, herpes simplek , gingivitis, dll

    Neurologik : dimensia kompleks, toxoplasmosis ensefalitis,

  meningitis, neuropati

  

 Gastrointestinal : Diare, hepatitis, penyakit anorektal : abses,

  fistula, ulkus

   Respirasi : pneuminia, influenza, batuk , TBC  Dermatologik : lesi kulit : herpes simpleks dan zoster,

  dermatitis Otitis media, konjungtivitis

  

PENANGGULANGAN HIV AIDS

  1. Promosi Kesehatan

  2. Pencegahan penularan HIV

  3. Pengobatan, perawatan dan dukungan

PROMOSI KESEHATAN

  Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

  

  pengetahuan masyarakat yang benar dan komprehensif tentang pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta diskriminasi.

   Promosi ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan maupun non kesehatan yang sudah terlatih.

   Masysrakat yang menjadi sasaran promosi kesehatan adalah populasi kunci.

  

 Populasi kunci adalah : pengguna napza suntik , wanita

  pekerja seks (WPS) langsung maupun tidak langsung, pelanggan/pasangan seks WPS, gay, waria, laki

PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI

  Upaya yang dilakukan (ABC)/(ABCDE):   Tidak melakukan hubungan seks

  (Abstinensia ) : bagi yang belum menikah  Setia dengan pasangan (B e faithful) : hanya berhubungan seksual dengan pasangan tetap yang diketahui tidak terinfeksi HIV

   Menggunakan kondom secara konsisten (C ondom Use) : menggunakan kondom bila terpaksa berhubungan seksual yang berisiko atau dengan pasangan yang telah terinfeksi HIV

   Menghindari penggunaan obat/zat aditif (no Drugs)  non seksual

PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI

   Uji saring darah pedonor ; penggunaan

  darah yang aman dari HIV

   Pencegahan infeksi HIV pada tindakan

  medis dan non medis yang melukai tubuh : penggunaan peralatan steril, memenuhi standar operasional prosedur dan kewaspadaan umum (universal precaution), pencegahan infeksi sesuai dengan standar

   Pengurangan dampak buruk pada pangguna

  napza suntik : program layanan alat suntik steril dengan konseling perubahan perilaku

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU

   Pencegahan penularan HIV

  pada perempuan usia reproduktif;

   Pencegahan kehamilan

  yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV;

   Pencegahan penularan HIV

  dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya : pemberian ARV kepada ibu, pilihan cara melahirkan : operasi caesar akan mengurangi

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU

   Pemberian dukungan psikologis,

  sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya.

   Setiap bayi yang lahir dari ibu yang

  terinfeksi HIV harus dilakukan tes serologi HIV (DNA/RNA) dimulai pada usia 6 (enam) sampai dengan 8 (delapan) minggu atau tes serologi HIV pada usia 18 (delapan belas) bulan ke atas.

PENGOBATAN, PERAWATAN DAN

  

DUKUNGAN

  Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak

  

  pengobatan dan perawatan ODHA , jika fasilitasi yang ada tidak mampu maka penderita harus dirujuk

   Setiap orang yang terinfeksi HIV diregistrasi secara nasional

 Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi risiko penularan

  HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik dan meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV

  PENGOBATAN  Pengobatan Terapeutik : meliputi pengobatan ARV (Anti Retro Viral), pengobatan IMS ( Infeksi Menular Seksual) dan pengobatan infeksi opor tunitis

   Pengobatan profilaksis : Pemberian ARV pasca pajanan dan pemberian kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis

   Pengobatan penunjang : tatalaksana gejala : multivitamin, dukungan nutrisi, pendidikan kesehatan, pencegahan komplikasi dan infeksi

PENGOBATAN ARV

   Diberikan setelah

  mendapatkan konseling, mempunyai pengingat minum obat (PMO) dan pasien setuju patuh terhadap pengobatan seumur hidup

  Indikasi :

   jika penderita HIV yang

  telah menunjukan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel limfosit T CD4 < 350

JANGAN MEMULAI ARV JIKA

   Pasien tidak memiliki motivasi  Pengobatan tidak dapat terus menerus seumur hidup  Pengobatan tidak dapat dimonitor

  Penderita mengalami gangguan fungsi ginjal/hati berat

    Adanya penyakit oportunistik/infeksi oportunistik

  terminat / tidak dapat disembuhkan, misalnya limfoma maligna. Pengobatan ARV dimulai di rumah sakit (minimal tipe C) dan

  

  dapat dilanjutkan di Puskes mas atau fasilitas kesehatan lainnya

  

 Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan

  untuk penanggulangan HIV AIDS dijamin oleh pemerintah, yang meliputi : kondom, lubrikan, alat suntik steril, reagensia untuk tes HIV dan IMS. Obat ARV, obat TBC, obat IMS, obat untuk infeksi oportunistik .

  

REHABILITASI

  Rehabilitasi dilakukan melalui rehabilitasi medis dan sosial

  

 Ditujukan untuk mengembalikan kualitas hidup untuk menjadi

  produktif secara ekonomi dan sosial ; pemberdayaan ketrampilan kerja, dll

REAKSI PSIKOLOGIS PASIEN HIV

ASPEK SOSIAL

  Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada ODHA yang

   kondisinya sudah parah.

   Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial

  meliputi pasangan (istri/suami), orang tua, anak , sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor.

ASPEK SPIRITUAL

  Pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien terhadap sakit yang dideritanya, sehingga ODHA akan dapat menerima dengan iklas terhadap sakit yang dialami. Asuhan keperawtan yang diberikan :

   Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien  Pandai mengambil hikmah dari kejadian yang dialami  Meningkatkan ketabahan hati dan keteguhan dalam

  menghadapi cobaan

  

  Dukungan psikologis, sosial dan spiritual yang baik akan

  

Sekian dan Terima

  Kasih