KAJIAN INTERTEKS NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDUL MUIS, WARISAN KARYA CHAIRUL HARUN, DAN RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL

KAJIAN INTERTEKS NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDUL MUIS,

  WARISAN KARYA CHAIRUL HARUN, DAN RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL SUKARDI NPM 1310018512006 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2016

KAJIAN INTERTEKS NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDUL MUIS,

  WARISAN KARYA CHAIRUL HARUN, DAN RANAH 3 WARNA

KARYA AHMAD FUADI

  1) 2) 2) Sukardi , Hasnul Fikri , Eva Krisna 1)

  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

  2), 2)

  Dosen Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

  

sukardi_spd@yahoo.co.id

ABSTRACT

  

This study aimed to describe intertextuality of characterization, plot, setting,

theme which cover issues of education, migration, successful, and ending in

the novel Salah Asuhan by Abdul Muis, Warisan by Chairul Harun, and

Ranah 3 Warna by Ahmad Fuadi.The research is a qualitative research with

descriptive methods. This research uses content analysis method. The

research data obtained of the be undercstood understanding toward the

interaction between concepts that learn in impiris. The object research

coostitute a phenomenon of intertextuality to the novel Salah Asuhan by

Abdul Muis, Warisan by Chairul Harun, and Ranah 3 Warna by Ahmad

Fuadi. These third novel as a source of research data. The steps analysis of

research data are: (1) reading and understanding the data disclosure

intertextual picture that has been collected; (2) that the data have been

collected by using existing formats; (3) analyze the data and disclosures

picture intertextual novel Salah Asuhan by Abdul Muis, Warisan by Chairul

Harun, and Ranah 3 Warna by Ahmad Fuadi; (4) interpret intertextual

research on learning Indonesian language and literature; (5) the conclusion

of the overall results of the interpretation to obtain a description of the

intertextual aspects contained in the novel Salah Asuhan by Abdul Muis,

Warisan by Chairul Harun, and Ranah 3 Warna by Ahmad Fuadi; (6) writing

the report is complete and intact.The research findings indicate that the text

of the novel Salah Asuhan by Abdul Muis, Warisan by Chairul Harun, and

Ranah 3 Warna by Ahmad Fuadi have a meaningful relationship between the

character and characterization, plot, setting, theme, migration, successful,

and end of story. Toword a the cquation vision of the authors to raise the

issue of education and highlight the role of mothers in to continue the

education of children. The third mother character of the novel is responsible

to finish his children education because to be widowed. Thanks to the

persistence of the child and his mother, the child character eventually

succeed in education and life in society. Then, intertextuality this study have

implications with learning Indonesian language and literature. Students can

follow the characters are persistent in demanding science, responsible and

honest. Conclusion The research shows that the writer or the reader is able

to give their views, unable to resist, and receive reflectively through ideology

portrayed by supporting data cited and analyzed.

  PENDAHULUAN

  Kehidupan yang ideal adalah ketika manusia dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dengan seimbang. Kebutuhan jasmani hanya sebatas makan dan minum. Namun, kebutuhan rohani adalah mengendalikan pikiran dan batin agar dapat berdaya guna dengan baik. Manusia perlu mengisi kebutuhan rohani sebagai renungan dan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang diatur oleh norma. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia adalah dengan membaca karya sastra.

  Karya sastra mendapat beragam tanggapan dan sambutan dari para pembaca. Karena pembaca karya sastra berasal dari berbagai kalangan, maka wajar kalau tanggapan atau apresiasi yang diberikan kepada karya sastra tentu saja berbeda-beda karena kemampuan menilai sebuah karya sastra pada setiap orang juga berbeda.

  Karya sastra yang menarik dan bermutu adalah karya sastra yang mampu memberikan inspirasi- inspirasi baru, nilai-nilai, dan cita rasa menjadi inspirasi. Sebagai karya imajinatif, sastra selain berfungsi sebagai hiburan, juga berfungsi untuk menambah pengetahuan dan pendidikan bagi para pembacanya.

  Novel merupakan salah satu karya sastra yang banyak mengandung makna dan pesan. Novel sebagai karya sastra mengemukakan suatu persoalan secara bebas, menyajikan secara lebih banyak, rinci, detail, dan melibatkan berbagai persoalan yang beragam mengenai kehidupan manusia. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata, lengkap dengan peristiwa di dalamnya sehingga tampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur tersebutlah yang menyebabkan sebuah novel menarik dan layak untuk dibaca oleh pembaca.

  Masalah-masalah yang ada dalam masyarakat sering dijadikan sebagai sumber cerita oleh pengarang. Biasanya, apa yang terjadi dalam pengarang memicu sebuah gagasan atau ide pokok yang kemudian melahirkan karya sastra. Novel dapat mengambil sesuatu dalam masyarakat yang berwujud ide atau tema yang sedang berkembang dalam kehidupan kemasyarakatan. Ide atau tema yang ada dalam sebuah novel sangat beragam, sesuai dengan pemikiran dan imajinasi pengarang.

  Di antara gagasan ide pokok yang ditulis dalam suatu karya sastra adalah tentang pendidikan. Tiga diantara penulis novel yang karyanya banyak diminati pembaca dan berkaitan dengan masalah pendidikan adalah novel Salah Asuhan karya Abdul Muis, Warisan karya Chairul Harun, dan Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.

  Novel Salah Asuhan karya Abdul Muis menceritakan semangat seorang ibu untuk menyekolahkan anaknya. Ibu Hanafi berhasil menyekolahkan anaknya, meskipun ia seorang janda. Setelah menyelesaikan pendidikan, Hanafi kemudian bekerja menjadi ambtenaar (PNS di zaman Belanda).

  Novel Warisan karya Chairul pendidikan yang sudah ditempuh tokoh utama bernama Rafilus. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan bersama adik-adiknya di Jakarta berkat upaya keras ibunya. Setelah ia berhasil di Jakarta, ibunya menyuruh Rafilus menjemput ayahnya yang sudah lama sakit-sakitan di kampung untuk dibawa ke Jakarta. Meskipun Rafilus ditelantarkan oleh ayahnya di masa kecil, namun ia tetap sayang dan menghargai ayahnya di hari tua ayahnya tersebut.

  Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi menceritakan tentang tokoh utama bernama Alif yang berasal dari Maninjau, Sumatera Barat. Kedua orang tuanya bertekad menyekolahkan Alif ke Pondok Pesantren Madani yang sangat jauh dari kampung halamannya. Alif belajar dengan sangat tekun, meskipun di saat itu pula ia kehilangan ayahnya untuk selamanya. Ibunya tetap melanjutkan pendidikan Alif, walaupun ia telah menjadi orang tua tunggal bagi Alif bersaudara. Alif sukses sehingga akhirnya dapat melanjutkan sekolah ke luar negeri.

  Perjuangan dan semangat dari ibunya membuat Alif berhasil di dunia pendidikan.

  Banyak pelajaran yang dapat diambil dari ketiga novel berlatar Minangkabau ini yang dapat menggugah semangat hidup. Ketiga novel ini menceritakan perjuangan dan kegigihan seorang ibu untuk menyekolahkan anaknya. Dari ketiga novel tersebut banyak yang dapat dipetik dan dijadikan pelajaran hidup oleh pembaca.

KAJIAN TEORI

  Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahas ketiga novel tersebut untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Pertama, ketiga novel ini memiliki perbedaan tahun terbit dan belum pernah diteliti bersamaan. Kedua, novel yang dijadikan objek penelitian mampu menyampaikan berbagai nilai kehidupan, terutama nilai-nilai pendidikan. Ketiga, novel yang dijadikan objek penelitian adalah novel yang mendapat perhatian yang besar dan sambutan yang luas dari masyarakat dan penikmat karya sastra. Ketiga novel tersebut akan dikaji secara intertekstual. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan tentang masalah pendidikan di dalam ketiga teks tersebut.

  Kajian interteks prinsipnya berfungsi untuk membangkitkan memori. Bergerak ketataran lain dengan adanya energi kreativitas, karya seni tidak pernah melukiskan suatu objek yang sama dengan cara yang persis sama. Perbedaan yang dimaksudkan dilakukan melalui bahasa (dalam karya sastra).

  Teeuw (2013:113) mengungkapkan bahwa setiap teks sastra dibaca dan harus dibaca dengan latar belakang teks-teks lainnya; tidak ada sebuah teks pun yang sungguh- sungguh mandiri, dalam arti bahwa dalam penciptaan dan pembacaan tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh, teladan, kerangka; tidak dalam arti bahwa teks baru hanya meneladan teks lain atau mematuhi kerangka yang telah diberikan lebih dahulu; tetapi dalam arti bahwa dalam penyimpangan dan transformasi pun model teks yang sudah ada memainkan peranan yang penting: pemberontakan atau sesuatu yang dapat diberontaki ataupun disimpangi. Pemahaman teks baru memerlukan latar belakang pengetahuan tentang teks-teks yang mendahuluinya.

  Pemahaman secara intertekstual bertujuan untuk menggali secara maksimal makna- makna yang terkandung dalam sebuah teks. Apabila Barthen, misalnya menggali kualitas teks dengan cara menganggap karya sebagai anonimiabitas, yatim piatu, maka Kristeva jusru dengan cara mengembalikannya ke dalam semestaan budaya, meskipun tetap sebagai kebudayaan anonim. Setiap teks harus dibaca atas dasar latar belakang teks-teks lain (Ratna, 2004:173).

  Menurut teori interteks, pembacaan yang berhasil justru apabila didasarkan atas pemahaman terhadap karya-karya terdahulu. Pembaca bukan lagi sebagai konsumen, melainkan produsen, teks tidak dapat ditentukan secara pasti sebab merupakan stuktur dari struktur. Setiap teks menunjuk kembali secara berbeda-beda kepada dan tanpa batas, sebagai teks jamak. Oleh karena itulah, secara praktis aktivitas interteks terjadi melalui dua cara, yakni: (a) Membaca dua teks atau lebih secara berdampingan pada saat yang sama dan (b) hanya membaca sebuah teks tetapi dilatarbelakangi oleh teks-teks lain yang sudah pernah dibaca sebelumnya.

  Culler (dalam Teeuw, 2013:113) menyatakan bahwa setiap teks harus dibaca dengan dilatarbelakangi oleh teks-teks lain sebab setiap teks adalah mozaik kutipan. Setiap teks menyerap dan mentransformasi unsur-unsur dari teks-teks lain yang kemudian diolah berdasarkan tanggapan pengarang yang bersangkutan.

  Riffaterre (dalam Endraswara, 2003:132) menulis bahwa konsep penting dalam intertekstual adalah hipogram, yakni struktur prateks yang dianggap energi puitika teks. Wujud- wujud hipogram menurut Teeuw (2013:132) adalah berupa penerusan konvensi, sesuatu yang telah bereksistensi, penyimpangan, dan pemberontakan konvensi, teks-teks sebelumnya. Selain hipogram, dalam interteks juga dikenal konsep matriks, yakni teks yang dianggap hasil olahan dari teks hipogram. Merumuskan penerapan hipogram pada teks matriks sebagai berikut: (1) ekspansi atau perluasan (pengembangan); (2) konversi atau pemutarbalikan hipogram; (3) modifikasi atau pengubahan yang secara khusus pada tataran sastra terjadi pada manipulasi tokoh atau alur ceritaterlihat berbeda dari karya sebelumnya; dan (4) ekserp atau intisari suatu unsur atau episode dari hipogram.

  Tujuan analisis teks secara interteks adalah untuk menggali dan mengungkapkan makna karya secara lengkap. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penghubungan suatu karya dengan unsur kesejarahanya amatlah penting (Teeuw, 2013:114). Sebagai contoh, sebelum para pengarang Balai Pustaka menciptakan novel, telah ada kaba, hikayat, serta cerita lisan. Begitu seterusnya, sebelum para Pujangga Baru menciptakan puisi-puisi modern telah ada berbagai bentuk puisi lama, angkatan 80-an di negeri Belanda.

  Kajian mata rantai tersebut menunjukkan bahwa karya sastra yang lahir kemudian tidak dapat melepaskan diri dari kerangka sejarah.

  Berdasarkan pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa kajian intertektualitas merupakan memahami dan memberikan makna terhadap karya bersangkutan. Karya tersebut dapat diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau tranformasi dari karya yang lain dan bagaimana memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain yang menjadi hipogramnya, baik berupa teks fiksi, maupun puisi.

METODOLOGI PENELITIAN

  Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Moleong (2010:6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, dan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Ratna (2004:53) menyatakan bahwa metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan mendeskripsikan fakta-fakta tersebut, menganalisis, serta menginterprestasikannya dengan tepat. Proses pencarian data tersebut melalui klasifikasi serta penelitian terhadap fenomena-fenomena yang ada dengan menerapkan suatu standar atau norma tertentu. Selain metode deskriptif, penelitian ini didukung oleh metode analisis isi komunikasi, dan memaknai isi.

  Penelitian ini mengunakan desain content analysis untuk menggali isi dan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dan untuk mengambarkan intertektualitas teks yang terjadi. Holsti (dalam Muhadjir, 1996:51) mengungkapkan

  content analysis mempunyai lima ciri, yaitu:

  (1) teks perlu diproses dengan aturan (2) teks diproses secara sistematis, mana yang termasuk dalam satu kategori mana yang tidak, ditetapkan berdasarkan aturan yang telah dirumuskan; (3) proses menganalisis teks tersebut haruslah mengarah kepada pemberian sumbangan pada teori; (4) proses analisis tersebut berdasarkan pada deskriptif yang dimanifestasikan; dan (5) content

  analysis mengunakan teknik

  kualitatif. Dengan demikan, penggunaan content analysis bertujuan untuk menganalisis dokumen dalam memahami isi makna yang terkandung dalam dokumen tersebut.

  Objek penelitian merupakan gambaran dari interteks pada novel

  Salah Asuhan karya Abdul Muis, Warisan karya Chairul Harun, dan Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.

  Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan mengunakan format inventarisasi data. Dengan format tersebut, diperoleh data tentang interteks dalam novel. Salah Asuhan karya Abdul Muis, Warisan karya Chairul Harun, dan Ranah 3 Warna karya Ahmad diinventarisasikan cermat-cermatnya. format yang sudah ada. Ketiga , Peneliti merupakan perencana, menganalisis data dan pengungkapan pelaksana, pengumpul data, dan gambaran interteks novel Salah penganalisis data. Asuhan karya Abdul Muis, Warisan

  Menurut Ratna (2004:47), karya Chairul Harun, dan Ranah 3 data penelitian kualitatif dalam karya Warna karya Ahmad Fuadi. Keempat, sastra adalah naskah karya sastra menafsirkan interteks penelitian tersebut. Sebagai data formalnya terhadap pembelajaran Bahasa dan adalah kata-kata, kalimat, dan wacana Sastra Indonesia. Kelima, mengambil yang disajikan dalam bentuk kesimpulan dari keseluruhan hasil deskriptif. Data penelitian ini interprestasi untuk memperoleh dikumpulkan dengan perencanaan gambaran tentang aspek interteks yang jelas dan sistematis. yang terdapat dalam novel Salah

  Analisis data bertujuan untuk Asuhan karya Abdul Muis, Warisan mengorganisasikan dan pengolahan karya Chairul Harun, dan Ranah 3 data serta mempermudah langkah- Warna karya Ahmad Fuadi. Keenam, langkah kerja penelitian. Analisis data menulis laporan secara lengkap dan menurut Moleong (2010:244) adalah utuh. proses mengatur urutan data,

  Untuk menguji keabsahan mengorganisasikannya ke dalam data penelitian, maka peneliti urutan suatu pola, kategori, dan mengunakan pendapat Sugiyono satuan uraian dasar. (2012:270—277) yang membagi

  Dalam penelitian ini uji keabsahan data menjadi tiga, penganalisisan data dilaksanakan yakni: uji kredibilitas data, uji dengan beberapa tahap, sebagai

  transferability, dan uji

  berikut. Pertama , membaca dan

  confirmability. Uji kredibilitas atau

  memahami data pengungkapan kepercayaan terhadap data hasil gambaran interteks yang sudah penelitian kualitatif antara lain dikumpulkan. Kedua , dengan: (1) perpanjangan Mengelompokkan data yang sudah pengamatan; (2) peningkatan ketekunan dalam penelitian; (3) triangulasi; (4) diskusi dengan teman sejawat; (5) analisis khusus negatif; dan (6) member check.

  Penelitian ini mengunakan teknik triangulasi. Pengecekan dilakukan berdasarkan teori dan pengamat ahli, dalam hal ini diminta pembimbing I Bapak Dr. Hasnul Fikri, M.Pd. dan Pembimbing II Ibu Dr. Eva Kresna, M.Hum. Dengan menggunakan teknik triangulasi ini akan diperoleh kepastian data, peristiwa, atau masalah yang akan diteliti secara pasti dan sistematis.

  Teknik yang digunakan untuk pengabsahan data yang sudah diintepretasikan dengan melakukan pembuktian yang diambil langsung dari bagian- bagian novel. Bagian-bagian novel yang mengambarkan interteks yang dikutip beberapa baris. Tahap akhir penelitian ini adalah menyimpulkan dan menulis laporan.

  TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tokoh dan Penokohan

  Berdasarkan analisis data terdapat tiga tokoh yang berperan, tokoh tersebut sama-sama tokoh laki- laki, yaitu tokoh Hanafi dari novel

  Salah Asuhan karya Abdul Muis,

  kemudian tokoh Rafilus pada novel

  Warisan karya Chairul Harun, dan

  tokoh Alif pada novel Ranah 3

  Warna karya Ahmad Fuadi. Ketiga

  tokoh dari novel ini berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Untuk melanjutkan pendidikan, mereka harus sama-sama merantau dan rantau yang dituju sama, yaitu Jakarta.

  Pada novel Salah Asuhan, tokoh utama adalah Hanafi karena tokoh Hanafi lebih banyak menyita waktu penceritaan, mulai dari awal cerita sampai pada akhir cerita. Tokoh Hanafi mempunyai karakter kurang baik karena dipengaruh oleh lingkungan yang selalu bergaul dengan orang Belanda sehingga dapat dikatakan bahwa tokoh Hanafi mengalami salah asuhan sesuai dengan judul novel tersebut. Pada novel Warisan, tokoh utama yang berperan adalah Rafilus karena tokoh Rafilus diceritakan dari awal sampai akhir cerita. Rafilus mempunyai karakter yang baik hati, penyayang, peduli, dan patuh. Ini terlihat ketika Rafilus mengikuti permintaan ibu dan adik-adiknya untuk menjemput ayahnya di kampung untuk dibawa berobat ke Jakarta. Rafilus tetap sayang dan menghargai ayahnya, meskipun mereka dulu ditelantarkan oleh ayahnya. Ayah Rafilus menolak dibawa ke Jakarta karena tidak mau meninggalkan adik, dan kemenakannya, serta harta warisannya yang banyak di kampung. Dengan harta warisan ayah Rafilus yang banyak, ternyata benyak menimbulkan masalah bagi kaum ayah Rafilus karena pewaris harta warisan saudara perempuan ayah Rafilus tidak ada lagi. Berdasarkan permasalahan warisan tersebut, maka pengarang memberi judul novel Warisan .

  Pada novel Ranah 3 Warna, tokoh utama yang berperan adalah Alif Fikri karena tokoh banyak

  Alif mempunyai karakter baik hati, peduli, gigih, saleh, dan pekerja keras. Ini terlihat ketika Alif beruhasa mengubah nasibnya yang kurang beruntung dari teman-temanya di Bandung. Berkat kerja kerasnya, Alif berhasil menjadi menjadi penulis dengan dimuatnya tulisannya di berbagai media masa.

  Berdasarkan pengamatan penulis dari ketiga novel, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketiga tokoh utama. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tokoh dari ketiga novel berhipogram karena terjadi pengulangan atau trasformasi teks

  Salah Asuhan

  pada novel Warisan dan Ranah 3 Warna.

  Alur

  Alur dari ketiga novel memiliki perbedaan. Pada novel Salah Asuhan, alur ceritanya adalah campuran atau maju mundur. pada awal cerita pengarang menceritakan tokoh Hanafi telah bekerja setelah mendapat wawasan atau ilmu pengetahuan selama sekolah di HBS.

  Kemudian pada novel Warisan alur cerita yang terdapat adalah maju karena tokoh Rafilus diceritakan pulang ke kampung untuk menjemput dan membawa ayahnya untuk dirawat di Jakarta. Namun, ayahnya menolak untuk dibawa karena tidak ingin meninggalkan adik dan kemenakannya di kampung hingga akhirnya ketiganya meninggal.

  Novel Ranah 3 Warna juga mempunyai alur maju. Satu dari ketiga novel memiliki perbedaan alur cerita. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tedapat hipogram modifikasi atau pengubahan yang secara khusus atau manipulasi yang terjadi pada alur cerita sehingga terdapat perbedaan dari karya sebelumnya.

  Latar

  Berdasarkan analisis data, terlihat bahwa novel Salah Asuhan memiliki latar cerita yang berawal dari Koto Anau yaitu rumah orang tua Hanafi, kemudan Ibu Hanafi pindah ke Solok untuk menemani Hanafi yang bekerja di Solok karena ibunya tidak mau berpisah dengan anak tunggalnya itu.

  Tokoh Rafilus telah berpendidikan S-1. dan sukses dengan mempunyai perusahaan dan rumah di Jakarta. Setelah sukses ibu dan adik- adik Rafilus beramanat agar ia menjemput ayahnya di kampung untuk mengobati penyakitnya di Jakarta. Namun, ibunya berpesan jangan ikut campur dengan harta pusaka ayahnya.

  Novel Warisan, berlatar di Kuraitaji. Sebelum ayah dan ibu Rafilus berpisah, mereka hidup bersama di Kuraitaji. Namun, setelah perceraian ayah dan ibunya, Rafilus di bawa oleh ibunya merantau ke Jakarta. Selama di Jakarta, Rafilus melanjutkan pendidikan sampai menamatkan S-1. Setelah berhasil di Jakarta, Rafilus kembali ke Kuraitaji Pariaman untuk menjemput ayahnya untuk berobat ke Jakarta.

  Novel Ranah

  3 Warna,

  berlatar di Bayur Maninjau, Sumatera Barat tempat kediaman keluarga Alif. Setelah tamat pesantren di Jawa Timur, Alif pergi merantau ke Bandung untuk melanjutkan kuliah S-

  1. Sewaktu menjalani kuliah di Bandung, Alif mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar Indonesia dengan Kanada. Dengan bekal beasiswa Prancis untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Dengan merantaunya Alif ketiga tempat, yaitu Bandung, Kanada, Prancis, maka pengarang memberi judul novelnya dengan Ranah 3 Warna.

  Dapat disimpulkan bahwa ketiga novel berhipogram ekspansi atau perluasan (pengembangan) karena Pada terdapat pengembangan tempat merantau. Tokoh Hanafi dan Rafilus hanya merantau ke Jakarta. Tokoh Alif merantau dari Bandung sampai ke Kanada dan Prancis. Alif telah menjelajahi tiga negara yang berbeda untuk menambah ilmu pengetahuan.

  Tema dan Masalah Pendidikan

  Novel Salah Asuhan menyiratkan bahwa pengarang memberikan pandangan tentangmasalahkeinginan tokoh Hanafi untuk melanjutkan pendidikan ke Betawi. Keinginan tersebut diperjuangkan oleh ibunya sendirian karena ayah Hanafi sudah tidak ada lagi. Novel Warisan bercerita tentang keinginan Rafilus untuk melanjutkan serta bagaimana perjuangan ibunya untuk melanjutkan pendidikan Rafilus di Jakarta. Perpindahan itu terjadi setelah ibunya berpisah dengan ayahnya. Novel Ranah 3 Warna juga membahas masalah keinginan tokoh Alif Fikri untuk melanjutkan pendidikan dan perjuangan ibunya membiayai kuliah Alif setelah ayahnya meninggal dunia.

  Pada ketiga tokoh terlihat ada hubungan yang bermakna, yaitu sama-sama melanjutkan pendidikan, namun ada perbedaan pada kelanjutan pendidikan mereka. Pada novel Salah

  Asuham, tokoh Hanafi melanjutkan

  pendidikan ke HBS. Pada novel

  Warisan tokoh Rafilus melanjutkan

  pendidikan sampai S-1. Pada novel

  Ranah

  3 Warna,

  tokoh Alif melanjutkan pendidikan sampai S-2. Pada ketiga novel terdapat peningkatan strata pendidikan, yaitu dari sekolah HBS, S-1, hingga sampai S-2. Dapat disimpulkan bahwa antara novel Salah Asuhan karya Abdul Muis, Warisan, dan Ranah 3 Warna, terlihat saling memburu sehingga terjadi tranformasi perulangan teks. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga novel ini memiliki hubungan yang bermakna atau Dalam adat Minangkabau, merantau atau mencari wawasan dan penghidupan yang baru di tempat lain, di luar tanah asal, merupakan kebiasaan. Masyarakat sangat mendorong kebiasaan ini. Para ninik mamak (pemuka adat) dan orang tua menyarankan untuk pemuda Minangkabau merantau jauh-jauh dan sekolah tinggi-tinggi. Menurut adat Minangkabau, pergi merantau akan membawa manfaat yang besar bagi diri dan kaumnya. Bukan disebabkan negerinya miskin atau kehidupannya serba susah, tetapi lebih karena didorong oleh keinginan untuk memelihara dan menambah harta pusaka. Kepergian merantau juga bukan untuk mengusir warganya pergi dari tanah kelahiran, tetapi bertujuan untuk memperluas wawasan seseorang dengan bersosialisasi ke tempat yang berbeda. Pergi merantau diharapkan dapat memperkuat pemahanan terhadap nilai dan adat Minangkabau dengan perbandingan nilai yang berlaku di luar adatnya sehingga penghargaan dan kecintaannya pada adat dan budaya sendiri semakin

  Hanafi yang merupakan tokoh utama dalam novel Salah Asuhan pergi merantau ke Betawi untuk melanjutkan pendidikan di HBS pada zaman Belanda. Setelah tiga tahun bersekolah HBS di Betawi, dengan wawasan yang didapat selama bersekolah di Betawi, Hanafi kemudian bekerja sebagai klerk di kantor Asisten Residen Solok. Tidak lama kemudian, ia pun diangkat menjadi Komis.

  Pada novel Warisan Rafilus juga pergi merantau ke Jakarta bersama ibunya untuk melanjutkan pendidikan sampai S-1. Dengan wawasan yang didapatkannya selama kuliah di Jakarta, Rafilus sukses dengan memiliki perusahaan dan rumah di Jakarta. Kesukses kehidupan di Jakarta membuat Rafilu, ibu, dan adik-adinya teringat kepada ayah mereka di kampung. Meskipun ayah Rafilus telah menelantarkan mereka di waktu kecil, namun Rafilus tetap menyayangi dan menghormati ayahnya. Rafilus tetap ingin membawa ayahnya berobat ke Jakarta.

  Pada novel Ranah 3 Warna untuk menambah wawasan dengan kuliah S-1 di Universitas Padjajaran Bandung. Selama di Bandung, Alif mendapatkan banyak cobaan dan pelajaran, mulai dari ayahnya yang meninggal dunia, masalah keuangan yang tidak pernah cukup untuk memenuhi kehidupannya di Bandung, hingga Alif memutuskan untuk bekerja untuk mencukupi kekurangan uang yang dikirim ibunya. Alif mengambil keputusan untuk menjadi penulis saja dengan belajar kepada Bang Togar. Berkat bimbingan Bang Togar, tulisan Alif dimuat di berbagai media massa sehingga bisa memenuhi kebutuhannya di Bandung dan bisa mengirimkan sedikit uang kepada ibunya di kampung. Belum merasa puas merantau di Bandung, lalu Alif melanjutkan merantau kembali ke Kanada dan Prancis. Sewaktu merantau di luar negeri, Alif mendapat ilmu tentang TV

  broadcasting dan belajar bahasa Prancis.

  Dari ketiga teks terlihat adanya penerusan konvensi dari orang yang merantau dan tempat merantau. Hal itu terlihat dengan jelas pada novel merantau keluar negeri ke Kanada dan Prancis.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga novel ini terdapat hubungan bermakna yang disebut dengan intertekstualitas.

  Ketiga tokoh utama novel sama-sama berhasil dalam pendidikan dan pekerjaan. Pada novel Salah

  Asuhan tokoh Hanafi telah mendapat

  pendidikan di HBS mendapatkan pekerjaan sebagai ambtenaar (pegawai negeri pada zaman Belanda). Pada novel Warisan tokoh Rafilus telah menamatkan S-1, kemudian mempunyai rumah sendiri, dan memiliki perusahaan pula di Jakarta. Pada novel Ranah 3 Warna tokoh Alif juga melanjutkan pendidikan S-1, kemudian telah mencapai impiannya keluar negeri, menjadi penulis terkenal, serta melanjutkan pendidikan S-2 ke Amerika. Dapat disimpulkan bahwa antara ketiga teks saling memburu sehingga terjadi perulangan atau tranformasi teks dari segi kesuksesan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga novel ini terdapat hubungan yang bermakna atau berinterteks antara yang satu dengan Pada novel Salah Asuhan kesuksesan yang telah diraih tokoh Hanafi pada akhir cerita menjadi sirna karena kesombongan dan keangkuhan sifatnya. Akhir kehidupannya berujung dengan penyesalan dan kematian tokoh utama Hanafi. Pada novel Warisan tokoh Rafilus kembali melanjutkan kehidup di Jakarta yang mapan, setelah ia merelakan kepergian ayahnya untuk selama- lamanya. Pada novel Ranah 3 Warna tokoh Alif menikmati kesuksesannya, melanjutkan pendidikan S-2, serta mendirikan sekolah yang bertujuan membagun karakter anak bangsa. Alif juga mengabdi untuk keperluan orang banyak. Pada akhir cerita dapat disimpulkan bahwa terdapat hipogram, yaitu modifikasi atau pengubahan yang secara khusus sehingga satu karya terlihat berbeda dari karya sebelumnya.

  Peneliti menemukan adanya hubungan tokoh dan penokohan, alur, latar, serta tema dan masalah pendidikan yang terdapat pada novel

  Salah Asuhan

  , Warisan, dan Ranah 3 Warna . Pada novel Salah Asuhan berdasarkan kepada tema karena pada cerita terlihat bahwa Hanafi mengalami salah asuh. Hanafi dititipkan kepada orang Belanda waktu sekolah HBS di Betawi, kemudian ia pun bekerja di kantor Asisten Residen Belanda, sehingga pergaulannya dengan orang Belanda saja. Hal itu menyebabkan Hanafi menjadi kebelanda-belandaan.

  Pada novel Warisan judul juga mencerminkan tema karena ayah Rafilus mempunyai harta warisan yang sangat banyak, sedangkan pewarisnya akan punah sehingga semua kerabat jauh mengharapakan warisan ayah Rafilus. Sedangkan pada novel Ranah 3 Warna judul diambil berdasarkan kepada latar. Dengan merantaunya tokoh Alif ketiga tempat, yaitu Bandung, Kanada, dan Perancis membuat Alif mendapatkan tiga warna kehidupan yang berbeda.

  SIMPULAN

  Hasil analisis dan pembahasan data pada penelitian ini menunjukkan bahwa novel Salah Asuhan karya Abdul Muis berhipogram kepada

  Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.

  Hal ini terlihat pada hasilanalisis yang dilakukan pada empat masalah yaitu tokoh dan penokohan,alur, latar, dan tema yang meliputi merantau, sukses, dan akhir cerita. Pada masing-masing analisis karya Abdul Muis, yaitu novel Salah Asuhan menunjukkan adanya hubungan intertekstual dengan karyaChairul Harun, Warisan, dan karya Ahmad Fuadi, Ranah 3

  Warna. Hubungan intertekstual

  tersebut sangat tampak jelas padaanalisis masalah tema. Ketiga novel mengangkat tema pendidikan dan kekeluargaan. Pada analisis kedua tampak tokoh utama memiliki perbedaan (penerusan konvensi) karakter dan tokoh utama. Ketiga novel ini menunjukkan karakter yang berbeda dengan latar belakang yang sama. Pada analisis alur tampak bahwa karya Chairul Harun dan Ahmad Fuadi mengalami modifikasi penulisan. Pada analisis latar, ketiganya menunjukkan persamaan, namun juga terdapat perbedaan yang disebut dengan ekspansi atau perluasan (pengembangan). Hal itu kesemua menimbulkan bahwa karya berintertekstualitas dengan karya

  Chairul Harun dan Ahmad Fuadi.

  Hasil penelitian ini memiliki implikasi dengan kurikulum KTSP 2006 dan kurilum 2013 karena nilai- nilai yang terdapat dalam novel dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi.

  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsik dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Salah Asuhan karya Abdul Muis, Warisan karya Chairul Harun, dan Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi berimplikasi terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 karena novel Salah Asuhan karya Abdul Muis, Warisan karya Chairul Harun, dan Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi merupakan bacaan- bacaan yang dapat menuntun siswa agar bersikap atau bertingkah laku yang religius, jujur, cerdas, tangguh, dan peduli yang diungkapkan melalui tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Dengan demikian, novel Salah karya Chairul Harun, dan Ranah 3 Moeis, Abdul. 2009. Salah Asuhan.

  Jakarta: Balai Pustaka.

  Warna karya Ahmad Fuadi Cetakan ke 39.

  merupakan sebagian bacaan yang Moleong, J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif . dapat mewujudkan dan

  Bandung: Remaja Rosda mengembangkan kurikulum KTSP Karya. Muhadjir, Noeng. 1996. Metode 2006 dan kurikulum 2013 yakni

  Penelitian Kualitatif .

  kurikulum yang berkarakter. Oleh Yogyakarta: Reke Sarasin Muhardi. dan Hasanuddin WS. 2006. sebab itu novel Salah Asuhan karya

  Prosedur Analisis Fiksi : Abdul Muis, Warisan karya Chairul Kajian Strukturalisme .

  Padang: Yayasan Citra Harun, dan Ranah 3 Warna karya Budaya Indonesia.

  Ahmad Fuadi dapat dijadikan bahan Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori

  Pengkajian Fiksi . Yogyakarta:

  bacaan dalam pembelajaran sastra di Gadjah Mada Universty Press. sekolah.

UCAPAN TERIMAKASIH

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hasnul Fikri, M.Pd. dan Dr. Eva Krisna M.Hum. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

  Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori

  dan Terapan . Padang:

  Yayasan Citra Budaya Indonesia. Fuadi, Ahmad. 2011. Ranah 3 Warna.

  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Harun, Chairul.1976. Warisan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, LINGKUNGAN KERJA DAN KOMPETENSI PEGAWAI TERHADAP OCB DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Puskesmas Non Keperawatan di Kabupaten Kerinci)

0 1 12

PENGARUH STRATEGI DIFERENSIASI PRODUK, MERK, PROMOSI DAN SIKAP TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MAKANAN RINGAN PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

0 0 12

PENGARUH SIKAP KERJA KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS REGISTER KEPENDUDUKAN DENGAN VARIABEL PERILAKU KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ARTIKEL

0 0 12

KEWENANGAN PEMBATALAN PERATURAN DAERAH DALAM PERSPEKTIF HAK MENGUJI PERATURAN PERUNDANG-UNDANG (TOETSINGSRECHT) ARTIKEL

0 0 16

KAJIAN PERUBAHAN RUANG DALAM PADA RUMAH PADANG DI KOTA PADANG

0 2 11

KAJIAN TERHADAP PENEMPATAN PAPAN REKLAME UNTUK MENJAGA KUALITAS VISUAL KAWASAN KOMERSIAL DAN KAWASAN KONSERVASI ( Jalan Hamka, Jalan By Pass Indarung, Jalan Pondok dan Jalan Niaga-Padang)

0 0 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MUTU PADA PROYEK PENINGKATAN DAN PEMBANGUNAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN MERANGIN Ahmad Kausari

0 1 10

ANALISIS EFEKTIVITAS PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN SARANA AIR MINUM PROGRAM PAMSIMAS DI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

0 0 19

KAJIAN TATAGUNA LAHAN UNTUK MEMPERKECIL EROSI DI SUB DAS PANINGGAHAN MENGGUNAKAN METODE USLE DAN KAITANNYA DENGAN KEBERLANGSUNGAN SUMBER DAYA AIR DANAU SINGKARAK

0 0 12

PERANAN SMK KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM MENINGKATKAN SUMBERDAYA MANUSIA KAITANNYA DENGAN KETAHANAN KELUARGA (STUDI KASUS SMKN 10 PADANG)

0 1 12