AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SUPLEMEN HERBAL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) DAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.): KAJIAN PUSTAKA Antioxidant Activity Herbal Supplements of Soursop Leaf (Annona muricata L.) and Pericarp of Mangosteen (Garcinia mangostana

  

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SUPLEMEN HERBAL DAUN SIRSAK (Annona

muricata L.) DAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.):

  

Antioxidant Activity Herbal Supplements of Soursop Leaf (Annona muricata L.)

and Pericarp of Mangosteen (Garcinia mangostana L.): A Review

  1

  1

  1 Mega Leny Puspitasari *, Tara Viantya Wulansari , Tri Dewanti Widyaningsih , Jaya Mahar

  1

  1 Maligan , Nur Ida Panca Nugrahini

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email: megalenypuspitasari_thp@rocketmail.com

  

ABSTRAK

  Stres oksidatif merupakan suatu kondisi yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh. Konsumsi suplemen herbal menjadi trend saat ini untuk menjaga kesehatan (preventif) karena dianggap lebih praktis dan tanpa efek samping. Daun sirsak (Annona

  

muricata L) dan kulit manggis (Garcinia mangostana L) merupakan salah satu bahan yang

  digunakan sebagai suplemen herbal dan sangat popular di pasaran. Pada daun sirsak ditemukan senyawa acetogenin yang bermanfaat mengobati berbagai penyakit. Senyawa

  α-

mangostin merupakan senyawa paling banyak yang ditemukan dalam kulit buah manggis

  dan berfungsi sebagai antioksidan. Tingginya kandungan senyawa fenolik telah diketahui memiliki berbagai efek biologis seperti aktivitas antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkhelat logam, peredam terbentuknya oksigen singlet serta pendonor elektron.

  Kata kunci: Daun sirsak, Kulit manggis, Stres oksidatif, Suplemen herbal

  

ABSTRACT

Oxidative stress is a condition which occurs due to the unbalanced condition between

the production of free radical and antioxidant defense system in the body. Nowdays,

consuming herbal supplem ent has become a trend to keep body’s health (preventive)

because it has been assumed more practical without side effects. Soursop leaves (Annona

muricata L) and mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L) are the material used for

herbal supplements which are popular in the market. It was found acetogenin compound in a

soursop leaves which has function to curves several diseases. And

  α-mangostin is a most

founded compound in a mangosteen pericarp which has function to be antioxidant. A high

compound of fenolik have been known having bunch of biological effect such as antioxidant

activity through mechanism as reductor, free radicals scavenging, metal chelators, singlet

oxygen absorber, and electron donor. Keywords: Soursop leaf, Mangosteen skin, Oxidative stress, Herbal supplements

  

PENDAHULUAN

  Pada dekade terakhir ini, perubahan gaya hidup manusia modern yang tidak sehat serta tingkat stres yang semakin tinggi menyebabkan peningkatan penyakit degeneratif. Kontributor utama terjadinya penyakit degeneratif adalah paparan oksidasi yang tinggi (stres oksidatif). Menurut data statistik dari studi Global Status Report on Noncommunicable hampir 36 juta orang di seluruh dunia dan diperkirakan akan terus meningkat sebanyak 70% dari populasi global. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun akibat penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, stroke, dan diabetes 1.

  Stres oksidatif merupakan ketidakseimbangan antara radikal bebas (pro oksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum yaitu kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas 2. Paparan radikal bebas yang terjadi setiap saat menyebabkan masyarakat menjadi lebih protektif sehingga muncul trend mengkonsumsi antioksidan dalam bentuk suplemen herbal sebagai upaya preventif karena dianggap lebih praktis dan tanpa efek samping. Antioksidan mampu bertindak sebagai penyumbang radikal hidrogen atau dapat bertindak sebagai akseptor radikal bebas sehingga dapat menunda tahap inisiasi pembentukan radikal bebas. Daun sirsak (Annona muricata L.) dan kulit manggis (Garcinia

  

mangostana L) merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai suplemen herbal dan

  sangat popular di pasaran karena kaya akan kandungan antioksidan. Daun sirsak adalah tanaman yang mengandung senyawa flavonoid, tannin, fitosterol, kalsium oksalat, dan alkaloid 3. Kulit buah manggis juga kaya akan antioksidan seperti xanthone dan antosianin 4.

  Penelitian ini didasarkan pada banyaknya suplemen herbal dengan klaim tinggi aktioksidan yang hanya mengacu dari penelitian ekstrak bahan dasarnya saja. Namun saat ini bukti klinis menjadi penting adanya terkait dengan keamanan dan keefektifan produk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif dan aktivitas antioksidan suplemen herbal yang diuji secara in vivo pada kondisi stres oksidatif.

  Radikal Bebas dan Stres Oksidatif

  Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai suatu molekul, atom, atau beberapa atom yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya sehingga bersifat sangat reaktif. Suatu molekul bersifat stabil bila elektronnya berpasangan, tetapi bila tidak berpasangan (single) molekul tersebut menjadi tidak stabil dan memiliki potensi untuk merusak 5. Radikal bebas terdiri dari Reactive Oxigen Spesies (ROS), Reactive Nitrogen

  

Species (RNS), dan radikal lainnya. ROS mencakup Oxygen Free Radicals (OFRs) atau

  • radikal oksigen seperti anion superoksida (O

  2  ), radikal hidroksil (OH), radikal peroksil

  1 (ROO), hidrogen peroksida (H O ), dan oksigen singlet ( O ) 6.

  2

  2

  2 Stres oksidatif merupakan ketidakseimbangan antara radikal bebas (pro oksidan) dan

  antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum yaitu kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas 2. Istilah stres oksidatif juga didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi peningkatan level Reactive Oxygen Spesies (ROS). Dalam jumlah normal, ROS berperan pada berbagai proses fisiologis seperti sistem pertahanan, biosintesis hormon, fertilisasi, dan sinyal seluler. Akan tetapi, peningkatan produksi ROS yang dikenal dengan kondisi stres oksidatif memiliki implikasi pada berbagai macam penyakit seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes, gagal jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya 7. Peningkatan ROS tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari metabolisme oksigen, reperfusi oksigen saat kondisi hipoksia, oksidasi hemoglobin dan mioglobin, dan lain-lain 8. ROS dapat memicu proses peroksidasi terhadap lipid. Peroksida lipid tidak saja bertanggungjawab atas perusakan makanan, tetapi yang lebih penting adalah perusakan jaringan tubuh in vivo. Peroksidasi terhadap lipid dalam membran sel akan sangat menganggu fungsi membran, menimbulkan kerusakan yang irreversible terhadap fluiditas dan elastisitas membran yang dapat menyebabkan ruptus membrane sel 9. Salah satu produk akhir dari peroksidasi lipid adalah molondyaldehyde (MDA)

  MDA terbentuk dari peroksidasi lipid pada membran sel yaitu reaksi radikal bebas (radikal hidroksil) dengan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Reaksi tersebut terjadi secara berantai, akibat dari akhir reaksi tersebut akan terbentuk hidrogen peroksida. Lipid hidroperoksida dapat terurai dan dikatalisis oleh logam transisi menghasilkan senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton yang bersifat sitotoksik. Pemecahan ikatan karbon selama peroksidasi lipid menyebabkan pembentukan alkanal seperti MDA 10.

  Antioksidan

  Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas 11. Antioksidan juga dapat diartikan sebagai bahan atau senyawa yang dapat menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi pada substrat atau bahan yang dapat teroksidasi, walaupun memiliki jumlah yang sedikit dalam makanan atau tubuh jika dibandingkan dengan substrat yang akan teroksidasi 12.

  Dikenal ada tiga kelompok antioksidan, yaitu antioksidan enzimatik, antioksidan pemutus rantai dan antioksidan logam transisi terikat protein. Yang termasuk antioksidan enzimatik adalah superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), gluthathion peroksidase (GPx), gluthation reduktase (GR) seruloplasmin. Mekanisme kerja antioksidan enzimatik adalah mengkatalisir pemusnahan radikal bebas dalam sel. Antioksidan pemutus rantai adalah molekul kecil yang dapat menerima dan memberi elektron dari atau ke radikal bebas, sehingga membentuk senyawa baru yang stabil, contoh antioksidannya adalah vitamin E dan vitamin C. Sedangkan antioksidan logam transisi terikat protein bekerja mengikat ion logam

  2+ 2+

  seperti Fe dan Cu contohnya flavonoid dapat mencegah radikal bebas. Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas 12.

  Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebeas dari lemak yang teroksidasi dapat disebabkan oleh empat macam mekanisme reaksi, yaitu: 1). Pelepasan hidrogen dari antioksidan, 2) Pelepasan elektron dari antioksidan, 3). Adisi lemak ke dalam cincin aromatik pada antioksidan, 4). Pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan 13.

  Suplemen Herbal

  Suplemen herbal merupakan produk suplemen yang menggunakan bahan-bahan dari tanaman sehingga bersifat alami dan mengarah pada usaha mengembalikan mekanisme tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Di Indonesia suplemen digolongkan sebagai

  

nutraceutical (masuk dalam golongan makanan). Itulah sebabnya oleh pemerintah makanan

  suplemen boleh dijual secara bebas. Namun tidak boleh diklain memiliki khasiat untuk mengobati penyakit tertentu seperti halnya obat 14.

  Sampai dengan triwulan II tahun 2013, Badan POM telah mengevaluasi berkas pendaftaran suplemen makanan sebanyak 649 berkas 743 dari berkas yang diterima dan memberikan keputusan 361 produk disetujui. Sebanyak 361 produk yang disetujui tersebut terdiri dari 277 produk lokal dan 84 produk impor. Pada triwulan II tahun 2013, sampel suplemen makanan yang dinyatakan tidak memenuhi syarat mutu untuk beredar sebanyak 29 produk dari 1152 produk 15. Hal ini menunjukkan bahwa produksi suplemen makanan oleh industri obat dan makanan semakin meningkat setiap tahunnya dan beberapa diantaranya tidak layak untuk diedarkan. Hal ini menyebabkan konsumen harus pandai dalam memilih suplemen makanan yang berkualitas sehingga dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan konsumen.

  Banyaknya iklan yang beredar di berbagai media juga mempengaruhi peningkatan jumlah konsumen terhadap suplemen makanan. Hasil audit yang dilakukan BPOM tahun 2013, menunjukkan proporsi iklan tidak masuk ketentuan di media cetak sebesar 46.02%, televisi 14.29%, radio 34.62%, media luar ruang 33.33%, dan iklan leaflet/brosur 74.53%. Hal ini dikarenakan pencantuman klaim pada saat diiklankan dianggap berlebihan sehingga dianggap tidak sesuai dengan ketentuan 14. Maraknya produksi berbagai suplemen herbal dengan berbagai klaim untuk berbagai penyakit harus menjadi perhatian khusus. Segala sesuatu yang dilakukan dalam upaya menjaga kesehatan, yaitu pencegahan dan pengobatan penyakit harus berdasarkan bukti ilmiah sehingga pemilihan suplemen herbal perlu lebih dicermati 16.

  Daun Sirsak (Annona muricata L.)

  Daun sirsak memiliki kandungan kimia berupa alkaloid, tannin, dan beberapa kandungan lainnya termasuk senyawa annonaceous acetogenins. Annonaceous acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik merupakan senyawa yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker 17. Kandungan senyawa dalam daun sirsak antara lain steroid/terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin. Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti mikroba, anti virus, pengatur fotosintetis, dan pengatur tumbuh 18.

  Daun sirsak dikenal memiliki zat anti-kanker yang dapat membunuh sel-sel kanker tanpa mengganggu sel-sel sehat dalam tubuh manusia yang disebut acetogenins.

  

Acetogenins adalah senyawa polyketides dengan struktur 30-32 rantai karbon tidak

  bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. Salah satu gugus dari acetogenin adalah fenol sehingga menyebabkan kandungan total fenol yang terdapat pada daun sirsak tergolong tinggi 19. Ekstrak etanol daun sirsak ditemukan asam fenolat dalam bentuk bebas, bentuk glikosida, dan bentuk ester adalah asam kafeat, asam p-kumarat, asam p- hidroksibenzoat, dan asam vanilat. Sedangkan asam ferulat hanya ada dalam bentuk glikosida dan ester

  20. Dari ekstraksi etanol maserasi-perkolasi ditemukan adanya flavanol yang tersulih pada 3-O yang memiliki gugus hidroksi pada posisi 4’, 5, dan 7 serta memiliki glukosa dan satu senyawa gula lain yang belum diketahui sebagai glikonnya. Flavonoid yang ditemukan diduga kaemferol 20. Hasil identifikasi golongan flavonoid menunjukkan ekstrak daun sirsak mengandung flavonoid golongan flavon, dihidroflavonol, flavonol, dan flavanon 21.

  Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak. Selain untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, antikejang, anti jamur, anti parasit, antimikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu, dan lain-lain 17. Daun sirsak berpotensi sebagai antihipertensi, antispasmodik, obat pereda nyeri, hipoglikemik, antikanker, emetic (menyebabkan muntah), vermifuge (pembasmi cacing). Daun sirsak juga memiliki efek yang bermanfaat dalam meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan hormon insulin pada jaringan pankreas serta melindungi dan menjaga sel- sel β-pankreas 22.

  Pada daun sirsak ditemukan senyawa acetogenin yang bermanfaat mengobati berbagai penyakit. Acetogenin berperan serta dalam melindungi sistem kekebalan tubuh serta mencegah infeksi yang mematikan [23]. Daun sirsak mengandung acetogenin yang mampu melawan 12 jenis sel kanker. Banyaknya manfaat sirsak membuat orang mulai beralih mengonsumsi suplemen herbal daun sirsak sebagai alternatif pencegahan dan pengobatan konvensional 3. Pada daun sirsak, telah ditemukan 18 jenis annonaceous

  

acetogenin dan telah terbukti secara in vitro bersifat sitotoksik. Daun sirsak memiliki sifat

  toksik yang tinggi terhadap sel kanker ovarium, serviks, dan sel kanker kulit pada dosis rendah. Acetogenins sering disebut sebagai inhibitor I atau penghambat pertumbuhan sel kanker paling kuat [24].

  Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)

  Komponen utama yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah xanton. Xanton merupakan senyawa yang terdiri dari cincin aromatik trisiklik yang disubstitusi dengan bermacam-macam gugus fenolik, metoksi, dan isoprene [25]. Kulit kayu, kulit buah, dan lateks kering Garcinia mangostana L. mengandung sejumlah zat warna kuning yang berasal dari dua metabolit yaitu mangostin dan β-mangostin [26]. Senyawa turunan xanton yang lain adalah 9-hydroxycalabaxanthone, 3-isomangostin, gartanin, 8- desoxygartanin [25] mangostin dan metoksi- β-mangostin [27]. Senyawa α-mangostin merupakan senyawa paling banyak yang ditemukan dalam kulit buah manggis [4].

  Tabel 1. Kandungan Gizi Kulit Buah Manggis tiap 100 gram

  Komposisi Jumlah

  Kalori 77 kal Protein 3.02 % Lemak 6.45 % Karbohidrat 82.50 % Air 5.87 % Abu 2.17 % Total Gula 2.10 % Antosianin 5.70 - 6.20 mg/g Xanthone 0.70 - 34.90 mg/g Total fenol 50.51 - 54.60 mg/g

  Sumber : [28] Kulit buah manggis digunakan untuk mengobati sariawan, disentri, nyeri urat, sembelit. Ekstrak metanol kulit buah manggis mempunyai efek antiploriferatif dan antioksidan yang poten [29]. Senyawa xanton yang terdapat dalam kulit buah manggis dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara, epidermoid carcinoma, small cell lung

  

cancer dan hepatocellular carcinoma [30]. Senyawa xanton dalam kulit buah manggis dapat

  menghambat pertumbuhan sel kanker usus besar DLD-1 dengan nilai IC metoksi-

  50 β-

  mangostin < β-mangostin < α-mangostin < γ-mangostin [27]. α-mangostin yang terdapat dalam kulit buah manggis mempunyai aktivitas antiploriferatif 6 terhadap sel leukemia HL60 dengan cara menginduksi apoptosis [31]

  . α-mangostin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Mycobacterium tuberculosis dengan nilai IC50 6.

  25 μg/ml, dan mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 1.00 μg/ml [4]. Senyawa α-mangostin merupakan senyawa paling banyak yang ditemukan dalam kulit buah manggis. Senyawa α-mangostin merupakan suatu kristal amorf berwarna kuning yang memiliki titik lebur 180-182°C. Serapan tertingginya pada daerah UV adalah pada panjang gelombang 215, 243 dan 317 nm [32].

  Senyawa α-mangostin cenderung bersifat non polar, sehingga akan mudah larut dalam pelarut-pelarut yang bersifat non polar, seperti heksan [25].

  Fenol

  Senyawa komplek fenol atau biasa disebut polifenol bisa dibagi atas 4 golongan yaitu asam fenolat, flavonoid, stilben dan lignin. Secara umum kekuatan senyawa fenol sebagai antioksidan tergantung dari beberapa faktor seperti ikatan gugus hidroksil pada cincin aromatik, posisi ikatan, posisi hidroksil bolak balik pada cincin aromatik dan kemampuannya dalam memberi donor hidrogen atau elektron serta kemampuannya dalam "merantas" radikal bebas (free radical scavenger). Semua polifenol mampu "merantas" oksigen dan radikal alkil dengan memberikan donor elektron sehingga terbentuk radikal fenoksil yang relatif stabil. Ada hubungan antara kemampuan senyawa fenol sebagai antioksidan dan strukturnya kimianya. Konfigurasi dan total gugus hidroksil merupakan dasar yang sangat mempengaruhi mekanisme aktivitasnya sebagai antiokidan [33].

  Fenol juga merupakan salah satu gugus dari acetogenin yakni senyawa metabolit sekunder dari daun sirsak yang sebenarnya juga merupakan senyawa toksik. Fenol sering digunakan sebagai antiseptik dan antibakteria. Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut [34].

  Flavonoid

  Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok senyawa fenolik yang terbesar yang ditemukan di alam, terutama dapat ditemukan di buah dan sayur. Flavonoid ini merupakan bagian dari golongan polifenol sehingga sama halnya polifenol, flavonoid juga memiliki efek kesehatan baik dalam menangkal radikal bebas. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati [18].

  Di antara sifat-sifat utama yang dapat menjelaskan potensi manfaat kesehatan dari flavonoid adalah aktivitas antioksidanny. Golongan flavonoid memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, dan kalkon [11]. Senyawa flavonoid secara in vitro telah terbukti merupakan inhibitor yang kuat pada lipid peroksidasi, menangkap senyawa oksigen atau nitrogen (ROS atau RNS), menghambat kerusakan hem protein dan pengikatan ion logam. Adanya hidroksilasi dan posisi relatif dari gugus OH merupakan faktor penting yang menentukan kemampuan flavonoid sebagai antioksidan [35]. Flavonoid dapat mengikat superoksida, radikal hidroksil dan peroksil, yang berpengaruh terhadap berbagai langkah dalam aliran arakidonat melalui cyclooxygenase-2 atau lipoxygenase [36].

  Kekuatan aktivitas antioksidan dari flavonoid bergantung pada jumlah dan posisi dari gugus OH yang terdapat pada molekul Semakin banyak substitusi gugus hidroksi pada flavonoid, maka aktivitas antiradikalnya semakin besar. Adanya gugus orto- katekol (3’4’-OH) pada cincin B flavonoid merupakan faktor penentu kapasitas antioksidan yang tinggi [37].

  

SIMPULAN

  Senyawa bioaktif yang terdapat pada suplemen herbal daun sirsak dan kulit manggis mampu memberikan efek antioksidan dalam mencegah timbulnya stres oksidatif. Meskipun suplemen herbal memiliki efek samping yang relatif kecil, perlu diperhatikan juga kepastian bahan aktif dan konsistensinya untuk penggunaan secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Konsumsi suplemen herbal akan menjadi tidak efektif apabila faktor pemicu peningkatan radikal bebas pada tubuh tidak dikurangi yang berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit degeneratif.

  

DAFTAR PUSTAKA

1) Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan: Penyakit Tidak Menular.

  Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta 2) Rush, J.W.E., Denniss, S.G., Graham, D.A. 2005. Vascular nitric oxide and oxidative stress: Determinants of endothelial adaptations to cardiovascular disease and to physical activity. Can J Appl Physiol 30(4): 442-474

  3) Adjie, S. 2011. Dahsyatnya Sirsak Tumpas Penyakit. Pustaka Bunda: Jakarta 4) Jung, HA, Su, BN, Keller, WJ, Mehta, RG, Kinghorn, AD. 2006. Antioxidant xanthones from the pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). J Agric Food Chem, 54(6):

  2077- 2082 5) Yuniastuti, A., 2008. Gizi dan Kesehatan. Cetakan I. Graha Ilmu. Yogyakarta 6) Siswono. 2002. Fast food harus dikonsumsi tercerna. http://www.gizi.net/. Tanggal akses:

  15/08/2014 7) Paravicini, T.M. dan Touyz, R.M. 2008. NADPH oxidase, reactive oxygen species, and

  8) Finaud, J., Lac, G., dan Filaire, E. 2006. Oxidative stress, relationship with exercise and training. Journal Sports Med, 36(4): 327-358 9) Szocs, K. 2004. Endothelial dysfunction and reactive oxygen species production in ischemia/reperfusion and nitrate tolerrance. Gen Physiol Biophys 23: 265-295 10) Evans, C.A.R., Diplock, A.T., and M.C.R Simons. 1991. Techniques in free radical research. Elsevier Science Publishers BV, Amsterdam, 1-50, 125-149 11) Kumalaningsih, S. 2007. Konsentrasi Gula dan Tapioka Terhadap Penerimaan Gel

  Cincau Hitam Manis Dalam Kemasan.Skripsi. THP-FTP. Universitas Brawijaya. Malang 12) Winarsi, H. 2011. Pembentukan Senyawa Oksigen Reaktif dan Radikal Bebas in:

  Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta. Kanisius 13) Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Graha Ilmu. Surabaya 14) Karyadi, Darwin. 1997. Kajian Pengguanaan Rasionil Suplemen Gizi. Lok akarya “Gizi

  Olahraga”. Depkes-KONI-Dep P & K. Jakarta 15) BPOM. 2013. Laporan Kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan Triwulan II Tahun 2013 Report To The Nation. www.pom.go.id. Tanggal akses: 20/08/2014 16) Purwantyas tuti. 2009. Kajian Khasiat dan Keamanan “Daerah Abu-Abu” antara Obat dan

  Makanan: Bagaimana Kebenaran Disampaikan?. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59,

  6:243-250 17) Mardiana, L., dan Ratnasari, J. 2011. Ramuan dan Khasiat Sirsak. Penebar Swadaya.

  Jakarta 18) Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung 19) Wiart, C., 2007. Goniothalamus species: A source of drugs for the treatment of cancers and bacterial infections. Evid Based Complement Alternat Med., 4: 299-311 20) Ideasanti, Soediro S. dan Siti K. 1995. Telaah Senyawa Fenolik Daun Sirsak, Annona muricata L., Annonaceae. Sekolah Farmasi ITB.Tanggal akses: 01/07/2014

  21) Latifah, Wakhidatul. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Gugur. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

  22) Adewole SO, Ezkiel A, Martins C. 2006. Morphological changes and hypoglycemic effects of Annona Muricata Linn. (Annonaceae) leaf aqueous extract on pancreatic Β- cells of streptozotocin-treated diabetic rats. African Journal of Biomedical Research 9:

  173-187 23) Erlinger Thomas P. 2004. Wbc count and the risk of cancer mortality in a national sample of u.s. adults: Results from the second national health and nutrition examination survey mortality study. Cancer Epidemiology, Biomarker & Prevention 13:1052 24) Zuhud, E. A. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia Pustaka.

  Jakarta 25) Walker, E.B., 2007. HPLC analysis of selected xanthones in mangosteen fruit. J. Sep.

  Sci. 30,pp 1229

  • –1234 26) Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Pusat Studi Obat Tradisional. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 27) Akao, Y, Nakagawa, Y. 2008. Anti cancer effects of xanthones from pericarp of mangosteen. International Journal of Molecular Sciences 28) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2010. Kulit Buah Manggis dapat Menjadi Minuman Instan Kaya Antioksidan. Warta Penelitian dan Pengembangan 32(2):3 29) Moongkarndi P, Kosem N, Kaslungka S, Luanratana O, Pongpan N, Neungton N. 2004.

  Antiproliferation, antioxidation and induction of apoptosis by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer cell line. J Ethnopharmacol., 90(1):161- 166

  30) Obolskiy, D., P. Ivo, S. Nisarat, dan H. Michael. 2009. Garcinia mangostana L.: A Phytochemical and Pharmacological Review. http://www.interscience.wiley.com. Tanggal akses: 06/07/2014

  31) Matsumoto K, Akao Y, Kobayashi E, Ohguchi K, Ito T, Tanaka T, Iinuma M, Nozawa Y.

  2003. Induction of apoptosis by xanthones from mangosteen in human leukemia cell lines. J Nat Prod., 66(8):1124-1127 32) Ee GC, Daud S, Taufiq-Yap YH, Ismail NH, Rahmani M. 2006. Xanthones from Garcinia mangostana (Guttiferae). Nat Prod Res. 20(12):1067-73 33) Mokgope, L.B. 2006. Cowpea Seed Coats and Their Exctrats: Phenolic Composition and

  Use as Antioxidants in Sunflower Oil. University of Pretoria. Afrika 34) Prasetya, Galih H., dan Hendrawan Laksono. 2013. Ekstraksi daun sirsak (Annona muricata l.) menggunakan pelarut etanol. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol.2, No.

  2, Hal 111-115 35) Halliwell, B dan Gutteridge, J.M.C. 2000. Free Radical in Biologi and Medicine. Oxford

  University Press. Newyork 36) Tapas A.M, D.M Sakarkar and R.b Kakde. 2008. Flavonoids as nutraceuticals: A review.

  Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 7(3):1089-1099

  37) Amic D., Davidovic-Amic D., Beslo D., and Trinajstic N. 2003. Structure radical scavenging activity relationship of flavonoids. Croatia Chemical Acta; 76:55-61

Dokumen yang terkait

BERAS ANALOG DARI UBI KELAPA PUTIH (Discorea alata L.): KAJIAN PUSTAKA Artificial Rice from White Greater Yam (Discorea alata L.): A Review

0 2 8

SENYAWA BIOAKTIF PADA UMBI-UMBIAN LOKAL UNTUK PENURUNAN TEKANAN DARAH: KAJIAN PUSTAKA Bioactive Compounds on Local Tubers for Lowering Blood Pressure: A Review

0 0 6

PENGARUH LAMA PENGASAPAN DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP SOSIS FERMENTASI IKAN LELE (Clarias gariepinus) The Effect of Smoking Time and Fermentation on The Fermented Sausage Catfish (Clarias gariepinus) Quality

0 0 10

EKSTRAKSI GELATIN KULIT IKAN LENCAM (Lethrinus Sp) DAN APLIKASINYA UNTUK PRODUK PERMEN JELI

0 0 11

PENGARUH PROPORSI (NIRA : AIR) DAN PROSES PASTEURISASI TERHADAP KUALITAS MINUMAN LEGEN DALAM KEMASAN The Influence of Proportion (Palm Juice : Water) and Pasteurisation Prossesing on The Quality of Legen Drink in A Cup

0 0 8

PENGARUH KONSENTRASI PENGEMULSI LESITIN DAN PROPORSI TAPE SINGKONG TERHADAP KUALITAS FISIK, KIMIA, ORGANOLEPTIK KUE DONAT The Effect Concentration of Lecithin Emulsifier and Proportion of Fermented Cassava Addition to the Quality of Physical, Chemical, an

0 0 10

PENGARUH JENIS PETIS DAN PROPORSI KACANG TANAH : PETIS TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK PEMBUATAN BUMBU TAHU TEK INSTAN The Effect of Petis Types and Proportion Peanut: Petis on Physical, Chemical and Organoleptic Characteristics of Tahu Tek I

0 0 9

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG AMPAS TAHU DAN JENIS KOAGULAN PADA PEMBUATAN TAHU BERSERAT The Effect of Addition Solid Waste of Tofu and Coagulant Type in The Manufacture of Fibrous Tofu

0 0 8

ORGANOLEPTIK DAN KARAKTERISTIK FISIK KEFIR ROSELLA MERAH (Hibiscus sabdariffa L.) DARI TEH ROSELLA MERAH DI PASARAN Organoleptic and Physical Characteristic of Red Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Kefir from Red Rosella Tea in The Market

0 0 8

STUDI PEMBUATAN KEFIR NIRA SIWALAN (Borassus flabellifer L.) (PENGARUH PENGENCERAN NIRA SIWALAN DAN METODE INKUBASI) Study of Making Palm (Borassus flabellifer L.) Sap Kefir (Palm Dilution and Incubation Methods Effect)

0 0 11