METODE PEMBELAJARAN JOHN DEWEY TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA Adi Suarman Situmorang Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen Email: adisuarmansitumoranguhn@gmail.com ABSTRAK - Jurnal Adi Suarman

  METODE PEMBELAJARAN JOHN DEWEY TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA Adi Suarman Situmorang

  

Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen

  Email:

  

ABSTRAK

  Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah One-Group-Pretest-Postest. Populasi dari penelitian ini adalah 3 kelas yaitu 135 Mahasiswa Prodi Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan. Subjek dalam penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa yang diperoleh dengan teknik Cluster Random

  

Sampling pada grup B. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah efektifitas metode

  pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa berdasarkan ketuntasan belajar,aktifitas proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan belajar mahasiswa. Pada tahap awal sebelum diberi perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretest. Nilai rata-rata pretest adalah 61,36 terdapat 12 mahasiswa yang tuntas belajar dan 18 orang tidak tuntas belajar maka diperoleh persentase ketuntasan klasikal mahasiswa mencapai 40 % dan standart deviasi 10,84. Dengan L hitung < L tabel yaitu 0,138 < 0,161. Jadi,data pretest berdistribusi normal. Nilai rata-rata hasil observasi pada kelas eksperimen 64,83 dan hasil analisis data observasi pada kelas eksperimen diperoleh L = 0,091 L =0,161

  hitung tabel atauL < L sehingga disimpulkan data observasi kelas eksperimen berdistribusi normal. hitung tabel

  Dari observasi diperoleh 13 mahasiswa keaktifannya sangat tinggi,10 mahasiswa keaktifannya tinggi dan 7 mahasiswa keaktifannya sedang. Nilai rata-rata posttest 77,65 terdapat 25 orang mahasiswa yang tuntas belajar sedangkan 5 mahasiswa tidak tuntas dengan standart deviasi 13,28. L hitung = 0,112 dengan L tabel =0,161 karena L hitung < L tabel maka data posttest berdistribusi normal. Oleh karena data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji T . Dari uji T diperoleh t = 19,39 , t = 2,045 karena t > t maka ada peningkatan kemampuan

  hitung tabel hitung tabel

  belajar mahasiswa dengan menggunakan metode pembelajaran John Dewey. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa. Kata Kunci : Metode Pembelajaran John Dewey, Kemampuan Pemecahan Masalah.

  PENDAHULUAN

  Pendidikan adalah proses perubahan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu,dari tidak bisa menjadi bisa,dari yang tidak paham menjadi paham sehingga mampu menjadi manusia yang mewujudkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan pendidikan di Indonesia sekurang-kurangnya menggunakan empat strategi dasar, yaitu : 1) Pemerataan kesempatan untuk memproleh pendidikan. 2) Relevansi.3) Peningkatan Kualitas. 4) Efisiensi. Secara umum srategi ini dapat dibagi menjadi dua dimensi yaitu peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan. Pembangunan peningkatan mutu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas pendidikan. Pemerataan pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama dalam memproleh pendidikan bagi semua usia sekolah (Soekidjo, 2003).

  Adapun pengertian Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 yaitu Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia ,serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara. Sedangkan pengertian Pendidikan menurut para ahli yaitu Soekidjo ( 2003:16 ) menjelaskan bahwa pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. John Dewey mengemukaan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial.

  Proses pendidikan dilakukan tentunya memiliki tujuan dan tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum,seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung jawab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat , bangsa dan negara. Namun pada kenyataannya tujuan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia masih rendah, rendahnya mutu pendidikan ini diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah rendahnya kualitas pedulinya otangtua siswa terhadap pendidikan anaknya khusunya didaerah pedesaan, siswa kurang motivasi dalam belajar, adanya dampak buruk dari alat elektronik seperti TV dan Play Station atau game (Nurhayati, 2010). bentuk tanggung jawab bersama dalam pengelolaan pendidikan. Maka dari itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkakan mutu pendidikan menurut Hadis dan Nurhayati ( 2010:3) yaitu :

  1. Perubahan kurikulum belajar. Kurikulum merupakan dasar atau jadwal pendidikan yang akan diajarkan guru kepada siswa. Perubahan kurikulum ini harus dipertimbangkan dengan matang agar guru dan siswa dapat melaksanakannya dengan baik.

  2. Peningkatan mutu guru. Peningkatan guru bisa dilakukan dengan penyeleksian guru pendidik sebelum mereka mengajar pada suatu sekolah. Dengan adanya seleksi yang tepat ini diharapkan guru benar-benar merupakan tenaga pilihan yang bisa membimbing siswa dengan baik.

  3. Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pada intinya bantuan ini dirancang pemerintah untuk membantu sekolah yang tidak mampu agar bisa menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang layak dan dibutuhkan siswa.

  4. Sarana dan Prasarana pendidikan yang maju dan layak. Bila pendidikan di negara kita ingin maju maka sarana dan prasarana dari pendidikan tersebut harus ditingkatkan lebih baik lagi.

  5. Pemerataan Pendidikan. Pendidikan tidak hanya untuk mereka yang dikota namun didaerah terpencil juga harus mendapatkan pendidikan yang layak. Sebenarnya sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya kualitas pendidikan matematika di sekolah, namun usaha yang dilakukan oleh pemerintah belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi belajar siswanya.

  Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bari secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya (Slameto, 2013:2). Dengan kata lain, belajar sebagai kebutuhan vital karena semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dapat mengetik menjadi dapat mengetik. Tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena belajar. Misalnya, seorang anak yang tidak dapat tengkurap menjadi dapat tengkurap, dari tidak dapat berdiri menjadi dapat berdiri. tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah bahkan sampai ke perguruan tinggi karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, efisien. Sehingga dapat kita katakana bahwa Pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan metode matematika yang sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan, tingkat perkembangan intelektual siswa, prinsip dan teori belajar, keterlibatan siswa secara aktif, keterkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, pengembangan dan pemahaman penalaran matematis (Situmorang, A.S. 2014).

  Peranan matematika sangat penting sekali di dalam dunia pendidikan karena matematika digunakan secara luas dalam segala bidang kehidupan manusia yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak alasan tentang pentingnya matematika, sebagaimana menurut Cockroft ( dalam Abdurrahman 2009:253) juga mengatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:

  1. Selalu digunakan di dalam kehidupan.

  2. Semua bidang studi memerlukan keteramilan maematika yang sesuai.

  3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat,singkat dan jelas.

  4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.

  5. Menungkatkan kemamuan berikir logis,ketelitian,dan kesadaran keruangan.

  6. Memberikan kepuasan terhada usaha memecahkan masalah yang menantang.

  Pada kenyatannya peranan matematika untuk meningkatkan kemampuan siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dikarenakan rendahnya minat siswa untuk belajar belajar matematika dan siswa takut terhadap guru matematika, apalagi siswa selalu beranggapan bahwa guru matematika itu kejam atau killer, jarang ada yang tampil mengajar dengan muka senyum. Sehingga siswa merasa senang sekali kalau guru matematika tidak masuk mengajar. adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa siswa tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.

  Mengingat begitu penting peranan matematika, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Usaha yang telah dilakukan diantaranya mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), seminar, pelatihan guru, penyempurnaan kurikulum dan lain-lain. Namun usaha ini belum memberikan hasil yang memuaskan, karena jika dilihat di lapangan hasil belajar matematika masih rendah jika dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran lain. Depdiknas (2003:1) merumuskan bahwa tujuan dari pembelajaran matematika adalah sebagai berikut : 1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.

  2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran yang divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

  3. Mengembangkan kemampuan penyampaian informasi atau mengkomunikasikan gagasan.

  Pencapaian tujuan tersebut diuraikan dalam bentuk kompetensi dasar yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Untuk membantu siswa dalam menguasai matematika, perlu usaha maksimal agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai seperti yang diharapkan. Salah satu yang dapat dilakukan dalam pembelajaran matematika adalah guru seharusnya dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga siswa dapat memahami konsep matematik dengan baik dan mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dari konsep matematika tersebut.

  Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2008 : 909 ) dikemukaan bahwa “ Kemampuan adalah kesanggupan “. Kemampuan merupakan kesanggupan seseorang dalam melakukan aktivitas. Setiap orang memiliki kemampuan yang pendekatan terhadap situasi belajar dan menghubungkan pengalaman-pengalamannya tentang pelajaran serta cara mereka merespon terhadap metode pelajaran.

  Di dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas No.20 Tahun 2006 memiliki kemampuan sebagai berikut :

  1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

  2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat genralisasi atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

  3. Memecahkan masalah yang meliputi kemapuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

  4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

  5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masalah diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan. Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Maka masalah adalah sesuatu situasi yang harus diselesaikan sesorang individu atau kelompok, akan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.

  Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan pemecahan masalah menjadi salah satu kompetensi yang harus dikembangkan siswa pada materi-materi tertentu. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan juga oleh Branca (Mahuda, 2012: 12) sebagai: 1. Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika.

  2. Pemecahan masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika .

  Sumarmo (Febianti, 2012:14) mengemukakan indikator pemecahan masalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.

  3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika. 4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal. 5) Menggunakan matematika secara bermakna.

  Menurut Polya (Suherman, 2003: 91), solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu: a. Memahami masalah. Langkah ini sangat penting dilakukan sebagai tahap awal dari pemecahan masalah agar siswa dapat dengan mudah mencari penyelesaian masalah yang diajukan. Siswa diharapkan dapat memahami kondisi soal atau masalah yang meliputi: mengenali soal, menganalisis soal, dan menterjemahkan informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal tersebut.

  b. Merencanakan penyelesaian. Masalah perencanaan ini penting untuk dilakukan karena pada saat siswa mampu membuat suatu hubungan dari data yang diketahui dan tidak diketahui, siswa dapat menyelesaikannya dari pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

  c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana. Langkah perhitungan ini penting dilakukan karena pada langkah ini pemahaman siswa terhadap permasalahan dapat terlihat. Pada tahap ini siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam yang diperlukan termasuk konsep dan rumus yang sesuai.

  d. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Pada tahap ini siswa diharapkan berusaha untuk mengecek kembali dengan teliti setiap tahap yang telah ia lakukan. Dengan demikian, kesalahan dan kekeliruan dalam penyelesaian soal dapat ditemukan. Semakin banyak siswa dapat menyelesaikan setiap permasalahan matematika, maka siswa akan kaya akan variasi dalam menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk apapun. Jenis masalah dalam pembelajaran matematika ada 4 yaitu :

  2. Masalah Aplikasi adalah masalah yang menerapkan suatu konsep,rumus matematika dalam sebuah soal matematika.

  3. Masalah Proses/Pola adalah masalah yang memiliki pola,ketentuan dalam penyelesian. namun tetap mengacu pada konsep dalam matematika. Dengan demikian kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya dalam menemukan penyelesaian dari suatu masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.

  Guru sebagai salah satu orang yang menekuni suatu bidang ilmu mempunyai peran dalam meningkatkan hasil belajar siswa sehingga guru perlu waspada dalam menyampaiakn suatu materi pelajaran, guru harus terbeban dalam menciptakan atau mendesain suatu model pembelajaran yang dapat membantu guru mengembangkan topik pembelajaran sehingga meningkatkan pemahaman dan kreativitas matematis siswa (Doerr dan Thompson dalam Rajagukguk waminton, 2007). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Slameto (2007) yaitu, guru memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas siswa dalam belajar matematika dan guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencakan proses belajar mengajar yang menarik bagi siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga pengajaran tersebut menjadi efektif.

  Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan berbagai terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan agar siswa tertarik dan tertantang untuk belajar dalam menemukan konsep dasar suatu ilmu berdasarkan hipotesis sendiri. Proses belajar seperti ini akan lebih berkesan dan bermakna sehingga konsep dasar dari ilmu ini tidak akan cepat hilang. Agar suatu pembelajaran bermakna maka diperlukan sebuah pemahaman konsep agar bisa menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain (Dahar, 1989).

  Dengan demikian guru dapat menggunakan metode pembelajaran John Dewey. Dengan menggunakan metode John Dewey siswa akan berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan eksperimen-eksperimen yang Dengan diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan metode pengajaran John Dewey dalam kegiatan pembelajaran maka diharapkan kemampuan memecahkan masalah dalam matematika siswa akan lebih baik. menawarkan tentang pola pendidikan partisipatif. Yang bertujuan untuk lebih memberdayakan peserta didik dalam jalannya proses pendidikan. Pendidikan partisipatif akan membawa peserta didik untuk mampu berhadapan secara langsung dengan realitas yang ada di lingkungannya. Sehingga, peserta didik dapat mengintegrasikan antara materi yang ia pelajari di kelas dengan realitas yang ada.

  Metode pembelajaran John Dewey berpendapat bahwa belajar itu tergantung pada pengalaman dan minat siswa. Pengalaman dan pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses penginderaan yang selanjutnya akan masuk ke dalam memori serta tersusun dalam struktur kognitif. Pada tahap selanjutnya pengalaman dan pengetahuan yang telah tersusun secara kognitif tersebut akan bekerja secara psikomotorik untuk pemecahan masalah bagi siswa.

  Metode ini terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja.

  Adapun langkah-langkah metode pengajaran John Dewey yaitu : 1) Guru menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa siap belajar. 2) Guru membantu siswa membentuk kelompok agar siap belajar dan membelajarkan. 3) Siswa mendiskusikan permasalahan yang diberikan guru. 4) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan siswa yang lain menanggapi. 5) Melalui tanya jawab guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah dengan tepat. 6) Guru mengadakan evaluasi dan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang belum dimengerti kemudian membuat kesimpulan dan menilai hasil tugas kelompok siswa. Proses pembelajaran ini merupakan kegiatan siswa yang dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam tugas yang dilakukan kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam proses kegiatan pembelajaran. mencapai tujuan yang lebih besar. Dari langkah-langkah metode diatas maka metode ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ini adalah : kesempatan yang lebih luas untuk bekerjasama/ berpartisipasi dalam kelompok.

  2. Memiliki motivasi yang lebih kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

  3. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan menjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan diantara siswa.

  4. Dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karna sesuatu yang dialami dan disampaikan siswa mungkin belum diketahui sebelumnya oleh guru. Kelemahan dari metode ini adalah : 1. Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

  2. Pembelajaran cenderung akan didominasi oleh siswa yang bisa atau sering berbicara, sehingga siswa yang lainnya lebih banyak mengikuti jalan pikiran siswa yang senang berbicara.

  3. Pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah One-Group-Pretest-Postest. Populasi dari penelitian ini adalah 3 kelas yaitu 135 Mahasiswa Prodi Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan. Subjek dalam penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa yang diperoleh dengan teknik Cluster Random

  

Sampling pada grup B. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah efektifitas metode

  pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa berdasarkan ketuntasan belajar,aktifitas proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan belajar mahasiswa. Desain penelitian ini secara visual dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Tabel Rancangan Penelitian

  Kelompok Pre-Test Treatment Post-Test Eksperimen O

  2

1 X O

  O 2 = Post-test

  Pengolahan data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis antara lain uji normalitas dan homogenitas, selanjutnya dilakukan uji- t, dengan rumus: t =

  b

  rumus diatas digunakan untuk menguji hipotesis yang disesuaikan dengan permasalahannya, dimana yang menjadi hipotesis adalah sebagai berikut. Ho : Tidak ada peningkatan kemampuan belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran John Dewey . Ha : Ada peningkatan kemampuan belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran John Dewey. Dengan Kriteria Pengujian: Terima Ho, jika t Hitung < t Tabel Terima Ha, jika t Hitung > t Tabel

HASIL PENELITIAN

  Nilai pretest keseluruhan dari 30 jumlah sampel adalah 1840,7 sedangkan nilai perorangan terendah 46,6 dan tertinggi 80 nilai dan rata-rata 61,36 dengan standart deviasi 10,84. Melalui uji normalitas pretest diperoleh nilai L < L yaitu 0,138 < 0,161 dengan a = 5 % , n = 30.

  hitung tabel

  Jadi,data pretest berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran John Dewey. Nilai keseluruhan observasi pada metode ini adalah 1945 dengan nilai terendah 30,tertinggi 95 dan rata-rata 64,83. Melalui uji normalitas diperoleh L = 0,091 dengan n = 30

  hitung

  dan taraf nyata a = 5% di dapat L =0,161 karena L < L maka disimpulkan bahwa kelas

  tabel hitung tabel

  yang menggunakan metode pembelajaran John Dewey berdistribusi normal. Dari proses pembelajaran ini terdapat 13 siswa keaktifannya sangat tinggi,10 siswa keaktifannya tinggi dan 7 siswa keaktifannya sedang.

  Melalui uji normalitas posttest diperoleh L = 0,112 dengan n = 30 dan taraf nyata a = 5%

  

hitung

  di dapat L tabel =0,161 karena L hitung < L tabel maka data posttest berdistribusi normal. Dari uji normalitas pretest dan posttest yang berdistribusi normal sehingga analisis dapat dilanjutkan

  • – 1 ) = 29 maka t tabel = 2,045 karena t hitung > t tabel sehingga ada peningkatan kemampuan belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran John Dewey.Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan

  Dari nilai posttest keseluruhan sampel, ditemukan sebuah temuan bahwa total nilaipostest adalah 2329,6 sedangkan nilai perorangan terendah 55,5 dan tertinggi 97,7 rata-rata 77,65 dengan standart deviasi 13,28. Kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) siswa adalah 65. Bila kita lihat hasil nilai KKM maka hasil posttest ini jauh lebih baik dari pada hasil dari pretest. Apabila berbicara mengenai persentase ketuntasan dengan melihat KKM maka hanya 16 % saja tidak memenuhi KKM dan 83 % sisanya memenuhi. Hal ini menunjukkan terjadi adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa.

  KESIMPULAN

  Yang menjadi kesimpulan pada penelitian ini yaitu metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa, karena :

  1. Metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan peningkatan kemampuan belajar siswa.

  2. Metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan aktifitas proses pembelajaran.

  3. Metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan ketuntasan belajar.

  DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman.2009.Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar.Jakarta:Rineka Cipta.

  Departemen Pendidikan Nasional,Pusat Bahasa.2008.Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta. Depdiknas.2006.permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standart Isi.Jakarta:Depdiknas . Hadis dan Nurhayati.2010.Manegemen Mutu Pendidikan.Bandung:Alfabeta. Istarani,2011.58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan :Media Persada. Mahuda.2012.Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dengan pendekatan Open Ended

  Untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sisa SMA.Skripsi.UPI Bandung:Tidak Diterbitkan. Puskur.2002.Kurikulum Dan Hasil Belajar:Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta:Balitbang Widyantini. Trianto,M.Pd.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta:Prenada Siregar,Dra.Evelin,M.Pd,dkk.2010.Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

  Situmorang A.S., 2014. Desain Model Pembelajaran Based Learning dalam Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Semester-3 FKIP-UHN Medan, Jurnal Suluh Pendidikan UHN: 1(1): 1-9.

  Slameto.2010.Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta. Soekidjo.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: PT Rineka Cipta.

  Syariful Bahri Djamarah.2000.Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. Sudjana.2005.Metode Statistik.Trasito.Bandung Suryadi,D.(2010).Bab4PemecahanMasalahMatematika.hhtp://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/

  JUR.PEND.MATEMATIKA/195802111984031-DIDI SURYADI/DIDI-15.pdf,(Diakses tanggal 23 januari 2014 ). Usman,Prof.DrHusaini,M.Pd.,MT dan Akbar,R.Purnomo Setiady,S.Pd.,M.Pd. 2006 .Pengantar Statistik.Jakarta : PT. Bumi Aksara