KATA PENGANTAR - BAB 5 MMT ELABORASI TPM MP B

MANAJEMEN MUTU TERPADU

  

TUGAS MATA KULIAH:

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU

  Dosen Pengampu: Dr. H. M. Hosnan, M.Pd.

  

Di Susun Oleh :

KELAS TPM-MP B

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

2014

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

  Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

  Cilegon, April 2014 Tim Penulis

DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR

  I DAFTAR ISI

  II BAB I . PENDAHULUAN

  A. LATAR BELAKANG

  1 B. RUMUSAN MASALAH

  1 C. TUJUAN.

  2 BAB II. PEMBAHASAN

  3 A. H AKEKAT M ANAJEMEN M UTU T ERPADU

  3

  1. Konsep Mutu

  3

  2. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu

  3

  3. Prinsip Mutu Terpadu

  5

  4. Sejarah Manajemen Mutu Terpadu

  8

  5. Perbedaan Manajemen Terpadu Dengan Manajemen Lainnya

  13 B. K OMPONEN DALAM MMT

  14

  1. Fokus Pada Pelanggan

  14

  2. Obsesi terhadap Kualitas 14 3. Pendekatan Ilmiah.

  15

  4. Komitmen Jangka Panjang

  15

  5. Kerja Sama Tim (Team Work)

  15

  6. Perbaikan Sistem Secara Terus Men

  15

  7. Pendidikan dan Pelatihan

  16

  8. Kebabasan yang Terkendali

  16

  9. Kesatuan Tujuan

  16

  10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Guru dan Staf Tata Usaha

  16 C. DIMENSI-DIMENSI PRINSIP DASAR MMT

  17

  1. Kepuasan pelanggan

  17

  2. Respek terhadap setiap orang

  17

  3. Manajemen berdasarkan fakta

  18

  4. Perbaikan Kesinambungan

  18 D. INDIKATOR KEBERHASILAN MMT

  19 E. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENERAPKAN MMT

  19

  1. Persiapan

  19

  2. Perencanaan

  20

  3. Eksekusi

  20 F. IMPLEMENTASI MMT

  20

  1. Manajemen Kurikulum

  21

  2. Manajemen Ketenagaan

  23

  3. ManajemenKesiswaan

  23

  4. Manajemen Keuangan

  27

  5. Manajemen Sarana dan Prasarana

  27

  6. Manajemen Kelas

  28

  7. Manajemen Laboratorium

  29

  8. Manajemen Perpustakaan

  29

  9. Manajemen Bimingan dan Konseling

  31 BAB III PENUTUP.

  33. A. KESIMPULAN.

  33. DAFTAR PUSTAKA

  34 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah mengarah pada

  sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah) terhadap kegiatan sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah bertanggung jawab atas kualitas pendidikan. Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite sekolah, kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan harus benar – benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan TQM. Dalam ajaran TQM, lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak – pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan. Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dengan guru, antara siswa dengan kepala sekolah, antara guru dan kepala sekolah, singkatnya adalah kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Pentransferan ilmu tidak lagi bersifat one way communication, melainkan two way communication. Ini berkaitan dengan budaya akademis.

  Selain kebebasan berpendapat juga harus ada kebebasan informasi. Harus ada informasi yang jelas mengenai arah organisasi sekolah, baik secara internal organisasi maupun secara nasional. Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas- luasnya bagi warga sekolah. Termasuk

dalam hal arah organisasi adalah progran – program, serta kondisi fnansial.

Singkatnya, TQM adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi efsiensi. Sistem manajemen ini sangat meminimalkan proses birokrasi. Sistem sekolah yang birokratis akan menghambat potensi perkembangan sekolah itu sendiri.

  B. RUMUSAN MASALAH Permasalahan yang ingin penulis kupas dalam makalah ini adalah :

  1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) ?

  2. Apa yang menjadi kesulitan implementasi TQM di bidang Pendidikan ?

  3. Apa yang menjadi indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan ? C. TUJUAN.

  Dari permasalahan yang penulis pilih, penulis mempunyai tujuan : 1. Menjelaskan pengertian Manajemen Mutu Terpadu (TQM).

  2. Menjelaskan kesulitan – kesulitan implementasi TQM di bidang pendidikan.

  3. Mengidentifkasi indikator – indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan.

  BAB II PEMBAHASAN A. H M M T AKEKAT ANAJEMEN UTU ERPADU

  1. Konsep Mutu Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di suatu sisi mutu data dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep yang bersifat relatif. Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk merumuskan standar maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk direalisasikan. Dalam pemahaman seperti ini, kepala sekolah akan berpikir bahwa sekolah yang dipimpin harus selalu menjadi sekolah unggulan baik bertaraf nasional maupun internasional.

  Mutu akan menjadi simbol status bagi pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, sehingga stakeholder/pemilik akan merasa bangga dan merasa puas, khususnya bagi orang tua peserta didik. Mutu sebagai konsep relatif, sangat mengikuti keinginan pelanggan. Mutu ditentukan oleh spesifikasi standart yang telah ditetapkan dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu dimasa datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa depan dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus merumuskan program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.

  2. Pengerti Manajemen Mutu Terpadu.

  Manajemen mutu yang populer disebut dengan Total Quality Management (TQM) adalah suatu cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus dalam setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia sementara Ross dalam William Mantja sebagaimana yang dikutib oleh Marno dan Triyo Supriyatno mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperolehdan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang berkesinambungan. Tujuannya

  

  adalah kepuasan konsumen atau pelangga Menurut Nasution (2001) yang membedakan Total Quality Management (TQM) dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen- komponennya. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama, yaitu : focus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim (teamwork), perbaikan system secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan adanya keterlibatan

  

  Manajemen mutu terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang/jasa memiliki spesifikasi mutu sebagaimana ditetapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Manajemen mutu dilakukan secara menyeluruh, yaitu mulai dari input, proses, output, dan outcome. Dilakukan secara berkelanjutan menunjukkan bahwa upaya mewujudkan mutu merupakan bagian kerja keseharian, bukan sesuatu yang bersifat temporal (sewaktu- waktu). Dalam konteks outcome (dampak) dikenal dengan istilah layanan purna jual.Dalam dunia pendidikan, layanan purna jual ini terkait dengan keterlibatan alumni dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah. Semua komponen sistem organisasi diposisikan sebagai bagian untuk menjamin mutu dan disinergikan melaluikepemimpinan mutu. Para ahli manajemen telah banyak mengemukakan pengertianTQM (Total Quality Management). Dikemukakan Edward Sallis bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethoraof new external pressures”.Pendapat diatas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu

  1 Marno dan Triyo Supriyatno,2008, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,Bandung, Refka 2 Aditama, hal 110.

jumát 28 Maret 2014, jam 22.15 WIB. berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun

  

  Pada dasarnya total quality management (manajemen mutu terpadu) merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisifasi karyawan. TQM merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisifasi dan kreatifias diantara karyawan. Setiap gugus bertindak sebagai mekanisme pemantau yang membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dalam mematau kesempatan. Bersifat proaktif, tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul dan tidak menghentikan kegiatanya kalau suatu persoalan telah ditemukan pemecahannya. Artinya TQM harus bekerja terus-menerus dan tidak

  

  3. Prinsip Manajemen Mutu Terpadu Menurut Dean sebagaimana dikutip oleh Ali Djamhuri (2001:8) prinsip umum Manajemen Mutu Terpadu meliputi: 1) Organisai yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan pelanggan (Customer Focus Organization).

  Organisasi dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan aktivitas terhadap tercapainya kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan pelanggan meliputi seluruh stakeholders, baik yang berada didalam organisasi maupun di luar organisasi. 2) Kepemimpinan (Leadership)

  Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk 3 mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi dan

  Syafarudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2002 hal 4 29.

  Vethzal Rivai, Prof,Dr, 2008, Education Management, analisis Teori dan Pratek, Jakarta, Rajawali Press, Hal.478. misi yang jelas, sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan diambil.

  3) Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization) Seluruh komponen di dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh sitivitas organisasi harus selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan bukan hanya dari pihak kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua sivitas sekolah harus memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain semua sivitas sekolah harus dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para pelanggan.

  4) Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach) Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi bahwa output akhir suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu proses yang panjang. Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan tersebut juga dilakukan saling terkait satu dengan lainnya sehingga menghasilkan outputorganisasi. Jelassnya tamatan atau lulusan bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan, kepala sekolah, murid, orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas, yang tentu saja proporsinya berbeda satu sama lainnya. 5) Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System

  Approach)

  Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan dengan proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut merupakan tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula melibatkan aspek ketatausahaan, kepemimpinan, fassilitas, dan penciptssn organisasi yang optimal atau mendukung.

  6) Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (Continual Improvement

  atau Kaizen)

  Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah adanya human resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun administratif. Realitas menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih mementingkan pengembangan fasilitas atau pegembangan fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya anggaran pendidikan dan pelatihan untuk kedua tenaga tersebut tidak setidak-tidaknya kurang berimbang dibandingkan dengan anggaran pembangunan fisik. 7) Penerapan pengembilan keputusan didasarkan fakta (Factual Apprecision

  Making)

  Manajemen Mutu Terpadu-MMT berdasarkan pada kepuasan pelanggan. Oleh karenanya maka orientasi MMT harus mendasarkan pada fakta yang diinginkan oleh pelanggan. Pada sisi lain kepuasan berkaitan dengan kualitas. Implikasinya kualitas kepuasan tersebut harus dapat diukur dan dapat dilakukan monitoring setiap saat. Dengan demikian, pemimpin organisasi harus dapat menciptakan dan mengembangkan alat ukur sebagai keberhasilan suatu lembaga

  8) Hubungan dengan supplier yang saling menguntungkan (Mutually Beneficial Relationship).

  Filosofi Manajemen Mutu Terpadu: Pertama: pemenuhan kebutuhan sebaik-baiknya atau kepuasan pelanggan.

  Kedua : menciptakan budaya kerja dan budaya akademik dalam diri karyawan maupun tenaga kependidikan dalam layanan pendidikan, misalnya motivasi, sikap, kemauan, dedikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Namun permassalahan yang ada adalah setiap pelanggan memiliki ukuran yang berbeda. Dengan kata lain tolok ukur untuk setiap pelanggan adalah berbeda, misalnya bagi seorang guru salah satu tugasnya adalah melayani siswa yang kurang pintar justru senang. Sementara siswa puas dengan penguasaan teori secara tuntas daripada masalah-masalah teknis, sedangkan siswa lainnya lebih senang dan puas dengan pemahaman yang sifatnya teknis.

  

  a. Deming W Edward Deming adalah seorang ahli statistik, profesor, pengarang, pensyarah dan perunding di Amerika. Beliau terkenal di bidang pengurusan kualiti adalah kerana kejayaannya di Jepun. Bermula dari tahun 1950, beliau telah membekalkan banyak pengetahuan kepada pengurusan atasan tentang cara untuk memperbaiki reka bentuk perkhidmatan, kualiti perkhidmatan , ujian dan jualan di pasaran dunia dengan melalui pelbagai kaedah termasuk penggunaan kaedah statistik.

  Deming telah membuat sumbangan penting ke atas pembinaan reputasi Jepun dalam bidang pembuatan produk yang inovatif dan berkualiti tinggi. Terdapat 3 asas dalam falsafah kualiti Deming iaitu ketekunan mencapai matlamat, pembaikan berterusan dan pengetahuan yang mendalam. Dengan ketiga-tiga asas ini, ia dapat membantu sesebuah organisasi meningkatkan tahap kualiti perkhidmatannya. Selain itu, Deming juga telah membahagikan asas pengetahuan yang mendalam kepada 4 komponen iaitu penghargaan kepada sesuatu sistem, teori variasi, teori ilmu dan psikologi. Kesemua teori ini dapat membantu pihak pengurusan organisasi dalam usaha membekalkan sama ada produk atau perkhidmatan yang berkualiti.

  Pada permulaanya, Deming telah mendefinisikan bahawa kualiti adalah ditentukan oleh pelanggan. Kemudian, beliau telah meluaskan definisi kualitinya kepada "Kualiti bererti membuatkan setiap orang melaksanakan apa yang mereka telah persetujui dan mereka melaksanakannya dengan tepat pada kali pertama". Ini bermakna pihak pengusaha organisasi seharusnya memberikan perkhidmatan atau produk mengikut permintaan pelanggan tanpa sebarang kesilapan. Dengan itu, kepuasan pelanggan dapat dipenuhi dan seterusnya ia dapat membantu meningkatkan prestasi perniagaannya. Di samping itu, pengurusan atasan juga 5 dapat memperoleh banyak cara untuk mempertingkatkan kualiti perkhidmatan

  

Vethzal Rivai, Prof,Dr, 2008, Education Management, analisis Teori dan Pratek, Jakarta, Rajawali Press, Hal.492-494 melalui falsafah Demings 14 Points dan Deming's Seven Deadly Diseases yang dicipta oleh Deming.

  Adapun 14 poin Deming adalah sebagai berikut: 1) Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa, dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. Deming percaya bahwa terlalu banyak organisasi yang hanya memiliki tujuan jangka pendek dan tidak melihat apa yang akan terjadi pada 20 atau 30 tahun yang akan datang. Mereka harus memiliki rencana jangka panjang yang didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru. Mereka harus terus-menerus berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan mereka. 2) Adopsi falsafah baru. Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing jika mereka terus mempertahankan penundaan waktu, kesalahan, bahan-bahan cacat dan produk yang jelek. Mereka harus membuat perubahan dan mengadopsi metoda kerja yang baru.

  3) Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu. Inspeksi tidak akan meningkat atau menjamin mutu. Anda tidak dapat menginspeksi mutu ke dalam produk. Deming berpendapat bahwa manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan tentang alat-alat statistik dan teknik-teknik yang dibutuhkan mereka untuk mengawasi dan mengembangkan mutu mereka sendiri. 4) Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Menurut deming harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran mutu yang dijual. Praktek kontrak yang hanya cenderung pada harga yang murah dapat mengiring pada kesalahan yang mahal. Metode yang ditawarkan mutu terpadu adalah mengembangkan hubungan dekat dan berjangka panjang dengan pensuplai, dan sebaiknya pensuplai tunggal dan bekerja sama dengan mereka dalam mutu komponen. 5) Tingkatkan secara konstan system produksi dan jasa, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas dan selanjutnya turunkan biaya secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuk mengarahkan proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikkan yang berkelanjutan. 6) Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan terbesar dalam sebuah organisasi adalah kekeliriuan dalam menggunakan keahlian orang-orang secara tepat.

  Mempergunakan uang untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting namun yang lebih lagi adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu. 7) Lembaga kepemimpinan. Deming mengatakan bahwa kerja manajemen bukanalah mengawasi melainkan memimpin. Makna dari hal tersebut adalah berubah dari manajemen tradisional yang selalu memperhatikan hasil indicator-indikator prestasi, spefikasi dan penilaian-penilaian menuju peranan kepemimpinanan yang mendorong peningkatan proses produksi barang dan jasa yang lebih baik

  8) Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai. Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin melakukan kerja dengan baik asalkan bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong semangat mereka. 9) Uraikan kendala-kendala antar departemen. Orang dalam departemen yang berbeda harus dapat bekerja bersama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak diperkenakan untuk memiliki unit atau departemen yang mendorong pada arah yang berbeda. 10) Hapuskan slogan, desakan, dan target serta tingkatkan produktivitas tanpa menambah beban kerja. Tekanan untuk bekerja giat merepresentasikan sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer. Slogan dan target memiliki sedikit dampak praktis terhadap pekerja. Kebanyakan persoalan system dan ini merupakan tanggungjawab manajemen untuk mengatasinya. 11) Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numeric. Mutu tidak dapat diukur dengan hanya mengkonsentrasikan pada hasil proses. Bekerja untuk mengejar quota numerik sering menyebabkan terjadinya pemotongan dan penyusutan mutu. 12) Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya. Hal ini perlu dilakukan denga menghilangkan system penilaian dan penghitungan jasa. Deming telah berupaya keras menentang system penilaian yang mana diyakini menempatkan kerja dalam kompetensi antara satu dengan yang lain dan merusak kerja tim. 13) Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kualitas kerja. Staf yang berpendidikan baik ada1ah mereka yang memiliki semangat untuk menigkatkan mutu.

  14) Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi.

  Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah tugas setiap orang. Ia juga merupakan tugas terpenting dari manajemen.

  Seven Deadly Diseases Deming (tujuh penyakit mematikan) tersebut adalah: 1) Kurangnya Kehadiran tujuan 2) Penekanan pada keuntungan jangka pendek 3) Evaluasi oleh kinerja, merit rating, atau tinjauan tahunan kinerja 4) Mobilitas manajemen 5) Menjalankan sebuah perusahaan pada angka terlihat sendirian 6) Biaya medis yang berlebihan 7) Biaya yang berlebihan garansi, didorong oleh pengacara yang bekerja untuk biaya kontingensi b. Juran

  Joseph Juran merupakan tokoh yang ketiga dalam falsafah bidang kualiti dan beliau menjadi terkenal dengan Pareto Chart dan Pareto Principles yang dicipta olehnya. Seperti kedua-dua tokoh sebelum ini, beliau telah memberikan banyak usahanya dalam bidang pengurusan kualiti sejak tahun 1926 dan beliau bersara pada tahun 1998. Joseph merupakan tokoh yang pertama yang menggunakan cara pengekosan dalam mengira kos bagi kualiti. Beliau menekankan bahwa peningkatan keuntungan akan dicapai sekiranya kos kepada kualiti dapat diturunkan.

  Mengikuti falsafah Juran, beliau menekankan bahawa perancangan kewangan menjadi perancangan kualiti; pengawalan kewangan menjadi kawalan kualiti; dan pembaikan kewangan menjadi pembaikan kualiti. Ketiga-tiga aspek ini perlu dilaksanakan dalam sesebuah organisasi supaya pencapaian kualiti dapat dicapai oleh organisasi tersebut. Beliau adalah tokoh pertama yang cuba untuk mengira kos kualiti. Ini bermakna, sekiranya kualiti pengeluaran yang rendah dikurangkan di mana ini akan mengurangkan kos untuk menguruskan kesan daripada pengeluaran yang berkualiti rendah, maka keuntungan sesebuah organisasi itu dapat ditingkatkan.

  Selain itu, Juran juga tidak terlalu menekankan penggunaan kaedah statistik seperti mana yang ditekankan oleh Deming. Beliau percaya bahawa kualiti bermula dengan mengenalpasti siapa pelanggannya dan keperluan serta kehendak mereka. Teras kepada kualiti adalah komitmen pihak pengurusan terhadap pelanggan, pembekal dan kakitangan dalam sesebuah organisasi itu. Dengan itu, pihak pengurusan dapat memahami keperluan dan idea-idea mereka dan kemudiannya mengeluarkan produk atau perkhidmatan yang berkualiti.

  c. Feigenbaum Tokoh yang keempat dalam mengeluarkan falsafah pengurusan kualiti ialah Armand Feigenbaum. Feigenbaum ialah seorang pakar kawalan kualiti dan peniaga berbangsa Amerika. Beliau telah menulis beberapa buku dan juga pernah menyandang jawatan sebagai Presiden untuk American Society For Quality (1961-1963).

  Sumbangan beliau dalam gerakan kualiti adalah beliau mengalihkan perhatian ahli korporat untuk menggunakan pendekatan "cost of conformance" dalam melaksanakan program kualiti. Beliau juga membangunkan konsep Kawalan Kualiti Menyeluruh (Total Quality Control), yang kemudiannya dikenali sebagai Pengurusan Kualiti Menyeluruh (TQM).

  d. Crosby Tokoh yang kelima ialah Philip Crosby, di mana beliau merupakan tokoh yang membawa konsep kualiti menyeluruh ke peringkat yang lebih difahami. Dalam buku yang ditulis olehnya, iaitu "Quaity is Free", beliau menyatakan bahawa kualiti bukan saja betul, malah ia juga percuma. Ia turut merupakan produk paling menguntungkan yang sesebuah organisasi itu miliki. Beliau telah membentuk gerakan kesilapan sifar di Martin Marietta pada tahun 1960-an. Dia berpendapat bahawa kesilapan sifar pada awal proses boleh dicapai dan ini telah bercanggahan dengan toeri-teori statistikal Deming yang mengatakan bahawa kesilapan sentiasa berlaku. Dengan kata lain, standard untuk mengukur prestasi adalah tiada kesilapan sepanjang sesuatu proses itu yang dijalankan.

  Dengan ini, ia bermakna usaha-usaha percegahan adalah lebih penting berbanding dengan proses penambahbaikan dan juga dapat menjimatkan kos dengan melakukan sesuatu itu dengan betul pada awal proses.

  5. Perbedaan Manajemen Terpadu Dengan Manajemen Lainnya.

  

  Pertama, asal intelektualnya. Sebagian besar teori dan teknik manajemen berasal

  dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi mikro merupakan dasar dari sebagian besar teknik-teknik manajemen keuangan, ilmu psikologi mendasari teknik pemasaran dan decision support system, dan sosiologi memberikan dasar konseptual bagi desain organisasi. Sementara itu dasar teoritis dari TQM adalah statistika. Inti dari TQM adalah Pengendalian Proses Statistikal (SPC/Statistical Process Control) yang didasarkan pada sampling dan analisis varians.

  Kedua, yakni sumber inovasinya. Bila sebagian besar ide dan teknik manajemen

  bersumber dari sekolah bisnis dan perusahaan konsultan manajemen terkemuka, maka inovasi manajemen sebagian besar dihasilkan oleh para pionir yang pada umumnya adalah insinyur industri dan ahli fisika yang bekerja di sektor industri dan pemerintah.

  Ketiga, yakni asal negara kelahirannya. Kebanyakan konsep dan teknik dalam

  manajemen keuangan, pemasaran, manajemen strategik, dan desain organisasi berasal dari Amerika Serikat dan kemudian tersebar ke seluruh dunia. Sebaliknya TQM semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih banyak dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan analisis dari Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, serta tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia.

  Keempat, yakni proses diseminasi atau penyebaran. Penyebaran sebagian besar

  manajemen modern bersifat hirarkis dan top-down. Yang mempeloporinya biasanya adalah perusahaan-perusahaan raksasa seperti General Electric, IBM, dan General Motors. Sedangkan gerakan perbaikan kualitas merupakan proses bottom up, yang 6 dipelopori perusahaan-perusahaan kecil. Dalam implementasi TQM, penggerak

  

Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Hal 605. utamanya tidaklah selalu CEO, tetapi seringkali malah manajer departemen atau manajer divisi.

  No. Asal/Sumber MMT Manajemen Lainnya

  B. K OMPONEN D ALAM M MT Komponen-komponen manajemen mutu terpadu pendidikan (MMTP) mempunyai 10 unsur utama (Goetsch & Davis, 1994) sebagai berikut

  2. Obsesi terhadap Kualitas. 7 Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

  kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

  driver. pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan

  Dalam MMTP, baik pelanggan Internal maupun pelanggan eksternal merupakan

   1. Fokus Pada Pelanggan.

  

  Hierarkis: dari perusahaan-perusahaan industry terkemuka ke perusahaan-perusahaan yang lebih ecil dan kurang menonjol dan dalam perusahaan dari manajemen ke bawahnya.

  1. Asal intelektualnya Teori statistic: analisis sampling dan varians.

  Populasi:perusahaan- perusahaan kecil dan manajer madya memainkan peranan yang mennjol.

  4. Proses penyebaran (dissemination).

  Amerika Serikat kemudian ditransfer secara internasional.

  3. Asal Negara kelahiranya Internasional:dikembangkan di USA, kemudian ditransfer ke Jepang setelah itu tersebar ke Amerika Utara dan Eropa.

  Sekolah bisnis terkemuka dan perusahaan konsultan manajemen.

  2. Sumber inovasi Insinyur industry dan fisikawan yang bekerja disektor industry dan lembaga pemerintah.

  Ilmu social:ekonomi makro, psikologi, dan sosiologi.

  Aksara, Hal.609-611

  Dalam organisasi yang menerapkan MMTP, pelanggan eksternal dan internal yang menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi dengan mutu maka berlaku prinsip good enough is never good enough.

  3. Pendekatan Ilmiah.

  Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

  4. Komitmen Jangka Panjang MMTP merupakan paradigma baru, maka dari itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Dan untuk membentuk budaya sekolah yang baru itu diperlukan adanya komitmen jangka panjang agar penerapan MMTP dapat berjalan dengan baik.

  5. Kerja Sama Tim (Team Work) Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik anatr karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

  6. Perbaikan Sistem Secara Terus Menerus Setiap produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem, sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar mutu dapat meningkat.

  Manajemen mutu terpadu adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya. Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. MMT bukan merupakan kumpulan slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untuk mencapai tingkatan kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. MMT dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi Sebagai sebuah pendekatan, MMT mencari sebuah perubahan permanen dalam sebuah tujuan organisasi, dari tujuan “kelayakan” jangka pendek menuju tujuan “perbaikan mutu” jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktekan MMT, akan mengalami siklus perbaikan secara terus menerus. Semangat tersebut akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya..

  7. Pendidikan dan Pelatihan Sekolah yang menerapkan MMTP, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar, karena dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan meningkatkan keterampilan teknisnya.

  8. Kebabasan yang Terkendali Kebabasan yang timbul karena keterlibatan pemberdayaan guru dan staf merupakan hasil pengendalian yang terencana, misalnya keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan tersebut akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan.

  9. Kesatuan Tujuan Agar MMTP dapat diterapkan dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan yang jelas. Dengan demikian semua usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.

  Meski begitu, dalm kesatuan tujuan tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara pihak kepala sekolah dengan guru dan staf tata usaha mengenai upah dan kondisi kerja.

  10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Guru dan Staf Tata Usaha

  Keterlibatan guru dan staf tata usaha merupakan hal penting dalam memerpkan MMT. Manfaat dari keterlibatan guru dan staf, adalah :

  a. Dapat menghasilkan keputusan yang baik dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja.

  b. Meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang yang harus melaksanakan.

  Dan untuk menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seorang manejer harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staff sebuah tanggungjawab untuk menyampaikan mutu dalam lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam keranagka kerja yang sudah jelas dan tujuan organisasi sudah diketahui.

  C. D

IMENSI -D

  IMENSI P RINSIP D ASAR M MT

  Untuk menjalankan mutu terpadu diperlukan suatu perubahan baik perubahan dalam budaya dan sistem nilai dari suatu organisasi yang harus mengacu pada prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu. Menurut Hensle dan Brune

  

  ada empat prinsip utama manajemen mutu terpadu yang merupakan sasaran dalam pengelolaan pendidikan

  1. Kepuasan pelanggan Dalam manajemen mutu terpadu konsep dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak lagi bermuara pada kesesuaian dengan spesialisasi-spesialisasi tertentu tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal . kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek termasuk di dalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktfitas organisasi harus dikoordinasikan untuk memuaskan pelanggan.

  2. Respek terhadap setiap orang 8 Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

  Aksara, Hal.607-609

  Dalam organisasi yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memilki talenta dan kreatifitas khas. Ini berarti bahwa karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling berharga. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi harus diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan, karyawan akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil keputusan yang merupakan keputusan bersama, sehingga akan menjadi keputusan bulat yang didukung semua lapisan.

  3. Manajemen berdasarkan fakta Organisasi kelas dunia biasanya berorientasi pada fakta. Ini menunjukkan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan pada fakta bukan pada perasaan. Ada dua konsep yang berkaitan dengan ini . Pertama adanya prioritas dan kedua adanya variasi. Prioritas merupakan konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang sangat vital. Sedangkan variasi yang dimaksudkan adalah varibilitas kinerja manusia yang memberikan gambaran pada sistem organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

  4. Perbaikan Kesinambungan Untuk dapat sukses setiap organisasi perlu melakukan proses yang sistematis dalam melaksanakan perbaikan yang berkesinambungan . Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA (Paln-Do-Check-act). Siklus ini terdiri dari langkah-langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

  PDCA pertama kali ditemukan oleh Walter Shewhard seorang ahli fisika Amerika yang bekerja pada Telephone Laboratories. Kemudian Deming mempopulerkan PDCA Cycle sebagai penerapan metode ilmiah untuk proses perencanaan dan pengambilan keputusan. D. I NDIKATOR K EBERHASILAN M MT Menurut Hadari Nawawi, bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu

  

  dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut

  1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.

  2. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.

  3. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat

  4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.

  5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

  6. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.

  7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.

  E. L ANGKAH D A LA M M ENERPAKAN M MT

   9 1. Persiapan.

  Hadari Nawawi (2005); Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : 10 Yogyakarta halaman 47.

  

Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara, Hal.624-625.

  1) Bentuk komisi pengarah mutu total 2) Pembentukan tim 3) Pelatihan 4) Prinsip petunjuk penciptaan visi 5) Mengatur tujuan umum 6) Mengkomunikasikan dan mempublikasikanya 7) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan 8) Sukap dasar pekerja 9) Memenuhi kepuasan pelanggan 2. Perencanaan.

  1) Merencanakan pendekatan pelaksanaan 2) Mengidentifikasi tim 3) Komposisi proyek 4) Pelatihan tim 5) Kegiatan tim dan pengarahan 3. Eksekusi.

  1. Umpan balik untuk komisi pengarah

  2. Umpan balik pelanggan

  3. Umpan balik pekerja, F. I MPLEMENTASI D ALAM M MT .

  Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa. Yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka. Manajemen Mutu Terpadu di sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) dalah: 1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/ penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).

  Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah 1) siswa : kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) guru : kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerja-samanya (kemampuan sosial). 3) kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajaran-nya, 4) dan, sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) : partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan seko-lah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi focus perhatian kepala sekolah.

  1. Manajemen Kurikulum Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas

  

  Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup

  

  manajemen kurikulum adalah sebagai beri

  b. Planning Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut: 1) Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.

  2) Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang- 11 bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.

  Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta, 12 PT.Gramedia Pustaka, Hal,162.

  Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka, Hal,163

  3) Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar. 4) Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus

  c. Organizing Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu secara structural dan secara akademik. Secara structural, organisasi sangat diperlukan

  

  dalam melaksanaka 1) Organisasi perencanaan kurikulum 2) Organisasi pelaksanaan kurikulum 3) Organisasi pengevaluasi kurikulum.

  Secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi 1) Kurikulum mata ajaran 2) Kurikulum bidang studi 3) Kurikulum integrasi 4) Core curriculum

  d. Staffing Staffing adalah fungsi penyusunan/penyediaan orang-orang untuk melaksanakan system yang diorganisasikan. Staffing meliputi rekrutment, seleksi, hiring,

  

  penempatan, penilaian, pelatihan dan kompensas

  e. Contolling

  13 Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta, 14 PT.Gramedia Pustaka, Hal,164.

  Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka, Hal,164.

  Control kurikulum dapat dilihat sebagai proses pembuatan keputusan-keputusan tentang kurikulum disebuah sekolah atau proses pengajaran yang dibatasi minat-