Parameter Penilaian Kelayakan Kapal Dalam Pelayaran

  

SISTEM BANTU KELAYAKAN KAPAL PELAYARAN

PADA PT. ASDP KAB. KOLAKA

Qammaddin

  Secara topografi, wilayah Sulawesi Tenggara banyak menggunakan transportasi laut. Menurut Search

  Computer Based Decision Support System (DSS)

  Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau

  Untuk membantu mengatasi hal tersebut diatas maka diperlukan metode penyelesaian yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan manajemen kelayakan operasional kapal laut dalam melakukan pelayaran dan mengoptimalkan pengambilan keputusannya telah digunakan secara luas. Penelitian membuktikan dengan menggunakan aplikasi yang mendukung pengambilan keputusan yang dapat mengontrol mesin kapal laut dapat dijadikan pedoman bagi syahbandar untuk mengeluarkan clarience atau surat izin berlayar [1].

  Sebanyak 4.082 orang berhasil diselamatkan, 81 orang meninggal dunia dan 53 orang tidak ditemukan. Namun, dari berbagai lokasi kejadian, rute Kolaka-Bajoe dan Kolaka-Siwa yang terbanyak merenggut nyawa. Perairan Kolaka dan Teluk Bone dianggap paling ganas beberapa tahun terakhir. Sedikitnya ada tujuh musibah pelayaran terjadi di perairan tersebut. Kabupaten Kolaka pada tahun 2015 kasus KMP Marina Baru 2B yang menyebabkan 66 orang meninggal, 12 orang belum ditemukan dan 40 orang berhasil diselamatkan.

  (2012-2015), jumlah kecelakaan transportasi laut di perairan Sulwesi Tenggara mencapai 132 kasus.

  and Resque (SAR) Kendari, dalam empat tahun terakhir

  Dengan semakin tingginya pertumbuhan ekonomi sebuah kota dikarenakan arus transportasi laut antar daerah/kota tersebut telah terhubung dengan baik. Angkutan laut di Sulawesi Tenggara kiranya masih mempunyai peran yang penting dan dominan dalam menunjang kelancaran angkutan barang serta penumpang antara satu pulau dengan pulau lainnya di Sulawesi Tenggara atau dengan pulau-pulau lainnya di Sulawesi Tenggara, namun tingkat kecelakaan transportasi laut di Sulawesi Tenggara terbilang tinggi.

  

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Email

  Sarana transportasi laut yang memenuhi syarat pelayaran sangat diperlukan agar memudahkan angkutan barang ataupun orang bagi kawasan tersebut. Para stakeholders atau dalam hal ini pihak perusahaan yang menangani transportasi penyeberangan kapal ferry ini memiliki tanggung jawab penuh terhadap izin berlayar meliputi seluruh layanan yang dibutuhkan untuk menyambut kedatangan kapal ferry berikut muatannya, dan/atau mempersiapkan kapal-kapal ferry berikut muatannya untuk keberangkatan selanjutnya. Untuk itu dalam pengambilan keputusan kesiapan keberangkatan setiap kapal ferry yang ada harus benar- benar tepat demi keselamatan dalam pelayaran sesuai dengan jadwal kebarangkatan yang telah ditetapkan. Apabila hal ini tidak diputuskan dengan baik demi keselematan pengguna transportasi ini, maka mobilitas masyarakat juga mengalami gangguan.

   PENDAHULUAN

  Kata kunci: Pemodelan, Sistem Bantu, Kelayakan Pelayaran 1.

  

prototype dan sebuah sistem bantu uji kelayakan kapal dalam melakukan pelayaran yang dapat diimplementasikan untuk

mengatasi dan mengurangi angka kecelakaan laut dalam pelayaran.

  menghindari terjadinya kecelakaan laut yang berakibat fatal karena tidak layaknya kapal dalam pelayaran dan menyelesaikannya dengan menggunakan pendekatan sistem bantu pengambilan keputusan. Sistem bantu ini berfungsi untuk merekam hasil uji layak laut kapal secara fisik dan administratif sebelum melakukan pelayaran. Sistem bantu dalam penelitian ini dibangun dalam kerangka optimisasi yang dirancang dapat menyelesaikan masalah kelayakan kapal dalam melakukan pelayaran. Uji kelayakan kapal dalam melakukan pelayaran yang baik dan optimal agar terhindar dari kecelakaan yang berakibat fatal tidak mungkin dilakukan tanpa menggunakan sistem pengelolaan data yang baik dan realtime. Dengan sistem bantu, pengolahan data dan parameter kelayakan menjadi lebih cepat dan menghasilkan keputusan yang tingkat keakuratannya tinggi. Melalui penelitian ini, kita mampu meningkatkan kualitas kelayakan kapal dalam pelayaran dengan baik dalam aspek strategis maupun operasional. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey, pengembangan model dan sistem bantu pengambilan keputusan. Hasil yang diharapkan adalah berupa

  

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor kelayakan kapal dalam melakukan pelayaran untuk

  merupakan salah satu bagian dari sistem informasi yang berguna untuk meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan. Oleh karena itu keputusan untuk menentukan kelayakan operasional kapal ferry perlu diperhitungkan dengan matang. Hal ini sering dilupakan, mereka hanya fokus pada beberapa hal teknis saja seperti kapasitas muatan dan bahan bakar, tidak mengkaji lebih dalam tentang dokumen fisik kapal dan sumber daya manusia. Qamaddin, Sistem Bantu Kelayakan Kapal Pelayaran Pada P.T. ASDP Kabupaten Kolaka

  Sistem program yang akan dibuat akan Dalam proses Profile Matching secara garis membantu mengatasi problem yang terjadi bagi besar merupakan proses membandingkan antara nilai syahbandar. Sistem yang akan dihasilkan akan lebih data aktual dari suatu profile yang akan dinilai dengan bersifat untuk membantu pengambil keputusan dan nilai profil yang diharapkan, sehingga dapat diketahui bukan menggantikannya. Diharapkan sistem ini juga perbedaan kompetensinya (disebut juga GAP), semakin dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari proses kecil GAP yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin pengambilan keputusan itu sendiri sehingga besar. mendapatkan hasil yang obyektif dari sejumlah kapal Adapun parameter-parameter yang dapat yang layak beroperasi atau berlayar. dijadikan sebagai aspek penilaian dalam menilai

  Kelayakan Kapal dalam Pelayaran [8] dapat dilhat pada 2. table 1.

   METODOLOGI

  2.1 Lokasi Tabel 1. Parameter Penilaian Kapal

  Penelitian ini dilaksanakan di PT ASDP

  Parameter Penilaian Kelayakan Kapal Target

  Pelabuhan Ferry Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi

  Dalam Pelayaran Nilai

  Tenggara yang berlangsung kurang lebih 2 (dua) bulan

  a. C1. Manifest Muatan

  4 Aspek yakni bulan Mei sampai April 2017. Admnistratif C2. Kewajiban Persetujuan

  5

  2.2 Metode

  C3. Sertifikat Kapal

  2 Teknik pengambilan data dilakukan, yaitu: data C4. Dokumen Pendukung

  3 primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang Port Clearance diperoleh melalui wawancara langsung dengan b. C1. Nautis, Teknis dan Radio

  5 Aspek peternak. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Pemeriksaan C2. Pemuatan dan Stabilitas

  4 kantor dan instansi terkait dengan penelitian. Studi Fisik Dalam C3. Pengawakan

  4 kepustakaan yaitu dengan melakukan penelusuran dari Rangka C4. Pemeriksaan Tambahan

  3 Penerbitan Kapal Roro Passanger sejumlah literatur seperti jurnal, paper dan buku yang Surat berkaitan dengan penelitian Persetujuan

  2.3 Teknik Analisa Data

  Berlayar (Port Analisis data bertujuan untuk dapat

  Clearance )

  menentukan parameter-parameter dalam masalah sebagai dasar kebutuhan sistem yang akan dibangun.

  Sedangkan bentuk penilaian berdasarkan skala Langkah-langkahnya meliputi : oridinal, yaitu: a.

  Pemodelan : Pemodelan dimulai dari 1.

  Sangat kurang melakukan analisis dan evaluasi terhadap

  2. Kurang model realitas, yang kemudian diwujudkan

  3. Cukup dalam bentuk model MADM dengan metode

  4. Profile Matching . Model ini kemudian harus 5.

  Sangat Baik dapat merepresentasekan sistem atau masalah, Hasil penelusuran di berbagai lokasi penelitian, dan dalam klasifikasi apa model ini akan maka diperoleh 6 (enam) armada kapal yang bisa dibangun. dijadikan alternatif dalam penilaian berdasarkan b. Implementasi : Berdasarkan pemodelan yang parameter yang telah disiapkan (PT ASDP Kolaka). telah dibangun, maka implementasi ke dalam

  piranti lunak dapat dilakukan berdasarkan hasil Berikut ini adalah parameter penilaian yang analisis kebutuhan sistem yang telah dituangkan dalam sebuah model penilaian, yaitu: dimodelkan tersebut.

  3.1 Pemodelan

  a.

  Nilai Aspek Admnistratif c. Pengujian : Pengujian atau evaluasi sistem

  Aspek Pemeriksaan Admnistratif Dalam untuk mengetahui tingkat keberhasilan sistem Rangka Pemeriksaan Fisik Kapal sebelum dan sesudah yang dibangun dan untuk mengetahui apakah keberangkatan dapat dilihat pada tabel 2. fungsionalitas program telah tercapai. Pengujian dilakukan dengan kasus real (test

  Tabel 2. Nilai Aspek Administratif case ) mulai dari kebutuhan masukan, proses

  No. Nama Kapal C1 C2 C3 C4

  dan keluaran yang dibutuhkan sistem

  1 KMP. Raja Laut

  2

  3

  3

  4

  2

  2

  3

  4

  2 KMP. Kota Muna 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  3

  2

  2

  3

  3 KMP. Marina Baru

  Profile Matching adalah sebuah mekanisme

  4 KMP. Pelangi

  3

  4

  3

  2 pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa

  4

  3

  4

  2

  5 KMP. Darma Kartika terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus

  3

  4

  2

  3

  6 KMP. Kota Bumi dipenuhi oleh subyek yang diteliti, bukannya tingkat b.

  Nilai Aspek Fisik minimal yang harus dipenuhi atau [6].

  Konversi nilai hasil pemetaan GAP Kompetensi ke nilai bobot GAP. Nilai Bobot GAP Aspek Administratif dapat dilihat pada table 7 dan Bobot GAP Aspek Fisik table 8.

  2 KMP. Kota Muna

  4

  5

  5 Tabel 8. Bobot GAP Aspek Fisik

  No. Nama Kapal C1 C2 C3 C4

  1 KMP. Raja Laut

  3

  4

  4

  4.5

  3

  6 KMP. Kota Bumi

  3

  5

  4.5

  3 KMP. Marina Baru

  2

  3

  4

  5

  4 KMP. Pelangi

  3

  4

  Tabel 7. Bobot GAP Aspek Administratif No. Nama Kapal C1 C2 C3 C4

  3

  2

  3

  5

  5 KMP. Darma Kartika

  4

  4.5

  4

  4

  4 KMP. Pelangi

  5

  5

  4

  1 KMP. Raja Laut

  3 KMP. Marina Baru

  4.5

  4.5

  2

  3

  2 KMP. Kota Muna

  4.5

  4.5

  3

  3

  5

  4

  4

  2 KMP. Kota Muna

  3

  3

  2

  2

  3 KMP. Marina Baru

  4

  4

  2

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  1 KMP. Raja Laut

  Tabel 3. Nilai Aspek Fisik No. Nama Kapal C1 C2 C3 C4

  Aspek Pemeriksaan Fisik Dalam Rangka Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) dapat dilihat pada tabel 3.

  JUST TI, Volume 9 Nomor 2, Juli 2017: 70-74

  3

  5 e. Perhitungan Core dan Secondary Factor

  Setelah menentukan bobot nilai GAP untuk kedua aspek, yaitu: aspek administrative dan aspek fisik kemudian dengan cara yang sama, setiap aspek dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu:

  4 KMP. Pelangi

  4

  5 KMP. Darma Kartika

  GAP adalah perbedaan/selisih value masing- masing aspek/attribut dengan value target. Formula GAP adalah seperti berikut

  4

  4

  5

  4

  6 KMP. Kota Bumi

  3

  5

  Tabel 4. GAP Aspek Administratif No. Nama Kapal C1 C2 C3 C4

  Tabel perhitungan GAP aspek administratif dengan nilai target [4; 5; 2; 3] dapat dilihat pada table 4 dan tabel perhitungan GAP aspek fisik dengan nilai target [5; 4; 4; 3] pada table 5.

  GAP=ValueAttribut –ValueTarget ……….(1)

  3 c. Pemetaan GAP Kompetensi

  2

  2

  4

  3

  6 KMP. Kota Bumi

  2

  4

  3

  4

  5 KMP. Darma Kartika

  2

  3.5

  • 2 -2
  • 2 -3
  • 1 -3

  ”Core Factor ” dan ”Secondary Factor”.

  • 1 -1 1 -1

  4 KMP. Pelangi

  3 KMP. Marina Baru

  1

  1

  2 KMP. Kota Muna

  1

  1

  1 KMP. Raja Laut

  Core factor merupakan aspek (kompetensi)

  • 1 -1
  • 3 -2 -1
  • 2 -2 -1
  • 2 -2 d.

  Kompetensi kapal kelebihan 1 tingkat Kompetensi kapal kekurangan 1 tingkat Kompetensi kapal kelebihan 2 tingkat Kompetensi kapal kekurangan 2 tingkat Kompetensi kapal kelebihan 3 tingkat Kompetensi kapal kekurangan 3 tingkat Kompetensi kapal kelebihan 4 tingkat Kompetensi kapal kekurangan 4 tingkat

  yang paling menonjol/paling layak beroperasi yang diperkirakan dapat menghasilkan operasional optimal. Formula yang digunakan untuk mencari nilai Core Factor adalah NS ....

  …………………………….(2) Keterangan :

  NCF = Nilai rata-rata core factor NC = Jumlah total nilai core factor

  IC = Jumlah item core factor

  Secondary factor adalah item-item selain

  aspek yang ada pada core factor, maka untuk menghitung secondary factor digunakan rumus : NSF

  ………………………………….(3) Keterangan :

  NSF = Nilai rata-rata secondary factor NS = Jumlah total nilai secondary factor

  IS = Jumlah item secondary factor Aspek Administratif perhitungan core factor (C1 dan C2) dan secondary factor (C3 dam C4) dapat dilihat pada tabel 9.

  5 KMP. Darma Kartika 1 -2 2 -1

  6 KMP. Kota Bumi

  Tabel 5. GAP Aspek Fisik No. Nama Kapal C1 C2 C3 C4

  2

  1.5

  2.0

  2.5

  3.0

  3.5

  4.0

  4.5

  5.0

  4

  3

  1

  1 KMP. Raja Laut

  Tabel 6. Bobot Nilai GAP Selisih Bobot Nilai Keterangan

  Pembobotan Setelah diperoleh GAP pada masing-masing kapal, setiap profil kapal diberi bobot nilai sesuai ketentuan pada Tabel Bobot Nilai GAP. Tabel Bobot Nilai GAP dapat dilihat pada table 6.

  6 KMP. Kota Bumi

  5 KMP. Darma Kartika 1 -1 -1 -1

  4 KMP. Pelangi

  3 KMP. Marina Baru

  1

  2 KMP. Kota Muna -2 -2

  • 1
  • 2
  • 3

  • 4

1.0 Tidak ada selisih

  Qamaddin, Sistem Bantu Kelayakan Kapal Pelayaran Pada P.T. ASDP Kabupaten Kolaka Tabel 9. Core dan Secondary Factor Aspek Administrtif Tabel 12. Nilai Total Aspek Administratif

  

No. Nama C1 C2 C3 C4 NCF NSF No. Nama Kapal NCF NSF N2

Kapal

  2.1

  1.7

  3.8

  1 KMP. Raja Laut

  1 KMP. Raja

  1.8

  1.9

  3.7

  2 KMP. Kota Muna

  3

  3

  4.5

  4.5

  3

  4.5 Laut

  3 KMP. Marina Baru

  1.5

  1.8

  3.3

  2 KMP. Kota

  2.4

  1.4

  3.8

  4 KMP. Pelangi

  3

  2

  4.5

  4.5

  2.5

  4.5 Muna

  2.4

  1.8

  4.2

  5 KMP. Darma Kartika 1 3 KMP.

  6 KMP. Kota Bumi

  2.4

  1.6

  4

  4

  2

  5

  5

  3

  5 Marina Baru g.

  Penentuan Perankingan 4 KMP.

  4

  4

  4.5

  4

  4

  4.25 Hasil akhir dari proses ini adalah rangking dari Pelangi alternative (kapal) yang diuji kelayakan operasional 5 KMP.

  5

  3

  3.5

  4

  4

  3.75 Darma dalam pelayaran, maka dapat dilihat kapal yang

  Kartika 1 memiliki performansi terbaik dengan nilai tertinggi dari

  6 KMP. Kota hasil perhitungan yang ditujukan pada rumus dibawah

  4

  4

  5

  5

  4

  5 Bumi ini : ...

  …………………….…….(5) = ∑ %

  = 1

  Aspek Fisik perhitungan core factor (C1 dan C2) dan Keterangan :

  secondary factor (C3 dam C4) dapat dilihat pada tabel

  D = Nilai Ranking 10. i = 1,2, .....,n x% = nilai persen yang diinputkan

  Tabel 10. Core dan Secondary Factor Aspek Fisik No. Nama C1 C2 C3 C4 NCF NSF

  Tabel 13. Hasil Perankingan Kapal

  No. Nama Kapal N1 N2 N

  1 KMP. Raja

  3.9

  4.2

  42.0

  1 KMP. Darma Kartika

  3

  4

  4

  4.5

  3.5

  4.25 Laut

  4.4

  4

  41.6

  2 KMP. Kota Bumi

  2 KMP. Kota

  4.1

  3.8

  39.2

  3

  3

  5

  4.5

  3

  4.75

  3 KMP. Pelangi Muna

  3.6

  3.8

  37.2

  4 KMP. Raja Laut 3 KMP.

  2

  3

  4

  5

  2.5

  4.5

  3.3

  3.7

  36.0

  5 KMP. Kota Muna Marina Baru

  3.8

  3.3

  35.0

  6 KMP. Marina Baru 4 KMP.

  3

  5

  3

  4

  4

  3.5 Nilai Tertinggi

  42.0 Pelangi 5 KMP.

  Setelah setiap kapal mendapatkan hasil akhir Darma seperti pada tabel 13 diatas, maka bisa ditentukan

  Kartika 1 peringkat atau ranking dari kandidat berdasarkan pada

  6 KMP. Kota semakin besarnya nilai hasil akhir, maka kapal tersebut

  3

  5

  3

  5

  4

  4 Bumi memiliki performansi terbaik dalam melakukan pelayaran baik secara administratif maupun secara fisik f.

  Perhitungan Nilai Total sedagkan nilai rendah dapat dipertimbangkan dalam Dari perhitungan setiap aspek yang diatas, pelayaran dengan beberapa opsi lain, diantaranya berikutnya dihitung nilai total berdasarkan persentase

  Perawatan ditempat atau Doking. Pada hasil penilaian dari core factor dan secondary factor yang diperkirakan dari kasus di atas yang memiliki nilai terbesar adalah berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap kapal dengan

  KMP. Darma Kartika 1 dengan nilai 42.0.

  rumus: N = (NCFk%) + (NSFk%) …...……………….…….(4)

  3.2 Implementasi dimana k = nilai persen yang diinputkan.

  Berikut ini adalah parameter penilaian yang Perhitungan aspek administratif 60% dan dan diimplementasikan dalam sebuah piranti lunak, yaitu: aspek fisik 40% seperti pada table 11dan 12.

  a.

  Form Menu Utama

  Tabel 11. Nilai Total Aspek Administratif

  No. Nama Kapal NCF NSF N1

  1 KMP. Raja Laut

  1.8

  1.8

  3.6

  1.5

  1.8

  3.3

  2 KMP. Kota Muna

  1.8

  2

  3.8

  3 KMP. Marina Baru

  4 KMP. Pelangi

  2.4

  1.7

  4.1

  2.4

  1.5

  3.9

  5 KMP. Darma Kartika 1

  2.4

  2

  4.4

  6 KMP. Kota Bumi

  Gambar 1. Menu Utama JUST TI, Volume 9 Nomor 2, Juli 2017: 70-74

  b.

  Form Data Identitas Kapal 4.

   KESIMPULAN

  Dengan menerapkan sistem bantu kelayakan pelayaran dengan metode Profile Matching menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.

  Metode yang digunakan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu dapat membantu pihak Syahbandar dan PT ASDP Kab. Kolaka dalam menilai kapal yang benar-benar layak melakukan

  Gambar 2. Identitas Kapal pelayaran dari beberapa alternatif Kapal yang ada.

  2. Data parameter penilaian, dan data alternatif c.

  Form Penilaian Kapal (Kapal), dan penilaian pada sistem bantu ini bersifat dinamis yang dapat disesuakan sesuai dengan kebutuhan pengguna sistem atau instansi terkait.

  5. REFERENSI [1] Hananto, Ario, 2015. Aplikasi Sistem Informasi dan Sistem Pendukung Keputusan Kamar Mesin Kapal

  Penumpang, Jurnal Ilmiah Universitas Surabaya, Vol. 4, No. 1. Hal. 1-9 [2] Benny, 2010. Safety Equipment Terhadap Keselamatan Gambar 2. Penilaian Kapal

  Berlayar, Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Vol. 1, No. 1, September 2010, Hal. 69-78

  d.

  Form Proses Pehitungan

  [3] BPS Prop. Sultra, 2014. Statistik Transportasi Provinsi Sulawesi Tenggara. [4] Denny Faturachman, 2015. Analisis Keselamatan Transportasi Penyeberangan Laut Dan Antisipasi

  Terhadap Kecelakaan Kapal, Jurnal Teknik Mesin Untirta, Vol. I, No. 1, April 2015, Hal. 14-21 [5] Herawati. Analisis Kelayakan Kebutuhan Pelabuhan Dan Keselamatan Pelayaran. Publishing Konstruksi. Gambar 3. Proses Hitung [6] Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung

  Keputusan. Andi. Yogyakarta.

  e.

  Form Cetak Data

  [7] Muh. Arif & Febry Y., 2015. Implementasi Kebijakan Keselamatan Pelayaran, Jurnal Administrasi Pembangunan, Vol. II, No. 3, Juli 2014, Hal. 259-264 [8] Permenhub No KM 01, 2010. Tentang Tata cara PenerbitanSurat Izin Berlayar (Port Clearance). [9] Permenhub No KM 21, 2007. Tentang Sistem Dan Prosedur Pelayanan Kapal, Barang Dan Penumpang Pada

  Pelabuhan Laut Yang Diselenggarakan Oleh Unit Gambar 4. Cetak Data Pelaksanan Teknis (UPT) Kantor Pelabuhan.

  f.

  Output Sistem

  [10] Qammaddin, 2012. Model Sistem Pengambilan Keputusan Ground Handling. Trussmedia Yogyakarta. [11] Tenda BB, 2015. Tinjauan Yuridis Mengenai Peran Syahbandar Dalam Kegiatan Pelayaran Angkutan Laut Di

  Indonesia, Jurnal Lex et Societatis, Vol. III, No. 3, April 2015, Hal. 25-36 [12] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17. 2008.

  Tentang Pelayaran. [13] Simartama, Janner. 2007. Perancangan Basis Data.

  Andi Yogyakarta. Gambar 5. Laporan Penilaian Kelayakan Kapal [14] Syaukani. M. 2006.

  “Menguasai Microsoft FoxPro 9. PT.

  Elex Media Komputindo. Jakarta.

3.3 Pengujian Sistem

  Pengujian sistem dilakukan dengan menelusuri aturan pemodelan metode Profile Matching dan mengevaluasi hasil yang diberikan sistem sesuai dengan harapan. Jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan parameter penilaian yang ada, maka perlu dilakukan perbaikan. Hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan perhitungan yang diberikan oleh Aplikasi yang telah dirancang menghasilkan nilai yang serupa dengan perhitungan secara manual.