Pengembangan Karakter Jujur Melalui Pembiasaan

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Online: http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 3 Nomor 1, February 2015, Hlm 1-6 Volume 3 Nomor 1, February 2015, Hlm 1-6 Volume 3 Nomor 1, February 2015, Hlm 1-6

  ISSN Online:

  ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 02/02/2015 Direvisi 18/02/2015 Dipublikasikan 28/02/2015

  

Peng engembangan Karakter Jujur Melalui Pembiasaan

  Juliana Batubara

  IAIN Imam Bonjol, Padang

  Abstract

Honesty is a the important tant character in the student. The creation of this characte cter takes quite a

long time and cannot be e conducted in an instant. Honest character can be develo veloped using the

behavioristik theory by con conditioning with stimulus-response technique-reinforceme ment. The role of

teacher, counselors, other er school personnel, parents and the community are very im y important in the

development of the student’ nt’s characters through conditioning .

  Keyword: Honesty_character, con conditioning

  Copyright © 2015 IICE - Multika ltikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselo elor Indonesia - All Rights Reserved

  Indonesian Institute for Counselin ling and Education (IICE) Multikarya Kons PENDAHULUAN Pendidikan bagi kehidupan m n manusia merupakan kebutuhan primer yang harus dipe ipenuhi sepanjang hayat.

  Tanpa pendidikan sama sekali mu mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang ng dengan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia men enurut konsep pandangan hidupnya. Hal ini sejalan den engan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sebagaiman ana tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun un 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir tir 1, yang berbunyi

  Pendidikan merupaka akan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan sana belajar dan proses pembelajaran n agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi nsi dirinya untuk memiliki kekuatan sp spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecer cerdasan, akhlak mulia, serta keterampila pilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan neg egara. Dalam pengertian sederhana na makna pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk m k menumbuhkembangkan potensi-potensi pembawaan baik j ik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ad ada di dalam masyarakat dan agama. Adapun tujuan pendid didikan nasional yang tecantum dalam Undang-undang R RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasion ional adalah

  Berkembangnya poten tensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman n dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang g Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif atif, mandiri dan menjadi warga negara ra yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan yang sang ngat mulia itu belum sepenuhnya tercapai, walaupun tidak ak sepenuhnya dikatakan gagal. Berdasarkan realita ujian ak akhir nasional, salah satu agenda besar dalam pendidikan n di Indonesia yang akan menentukan “nasib” peserta didik idik apakah lulus atau tidak dari satu jenjang pendidikan an. Ujian nasional (UN) menjadi momok yang masih men enakutkan, karena hasil ini masih memiliki peran besar da dalam menentukan lulus tidaknya peserta didik. Salah satu satu kejadian yang sering terjadi dalam pelaksanaan UN N adalah ketidak jujuran peserta didik dalam mengerjakan. an. Mereka mengerjakan soal dengan menyontek dari teman an lain, atau dari catatan yang dibuat sebelumnya. Selain itu in itu di beberapa sekolah ada juga guru yang mendukung ng tindakan peserta didik tersebut untuk tidak jujur dalam U UN. Karena mereka tidak mau ambil resiko, yang mereka in a inginkan adalah peserta didik yang diajar bisa 100% lulus lus menempuh UN, sehingga citra sekolah di mata umum teta tetap baik.

  Inilah kondisi yang terjadi i setiap tahun dalam dunia pendidikan. Kondisi ini ber berbanding lurus dengan berbuat curang dan tidak jujur bah bahkan sampai kepemerintah yang selalu melakukan praktik ktik KKN dalam berbagai macam aspek.

  Fenomena ini terjadi karena ena pudarnya nilai-nilai karakter pada bangsa yang me menjadi cerminan dalam kehidupan. Karakter merupakan n n nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan T Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, sika ikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma ma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiad tiadat. Memudarnya nilai-nilai karakter bangsa tidak hanya p a pada pelajar, tapi juga di masyarakat dan di lingkungan ker kerja.

  Berdasarkan fenomena di ata atas pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam m pengembangan potensi manusia, termasuk potensi m mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi tran ansformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter ter yang positif, serta mengubah watak dari yang tida tidak baik menjadi baik (Kemendiknas, 2010). Dalam berb erbagai aturan, panduan, pedoman resmi yang dikeluarkan an pemerintah ditegaskan bahwa pendidikan karakter bukan an merupakan mata pelajaran atau sebagai pokok bahasan an melainkan terintegrasi kedalam mata pelajaran, muatan tan lokal, pengembangan diri melalui proses pembelajaran ran dan budaya satuan pendidikan (Direktorat Ketenagaa gaan Ditjen Dikti Kemdiknas, 2010; Kementerian Pendid didikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan P Pusat Kurikulum, 2010a, 2010b; Kementerian Pendid didikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pu Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011a, 2011b). Untuk m mewujudkan pendidikan karakter ini dibutuhkan peran g guru, guru BK atau konselor, personil sekolah lainny nnya serta orangtua dan masyarakat.

KARAKTER JUJUR DAN STR STRATEGI PENGEMBANGANNYA

  Pendidikan karakter mempu punyai makna lebih tinggi daripada pendidikan moral, l, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar d r dan mana yang salah. Lebih dari itu pendidikan karak akter menanamkan habit tentang mana yang baik dan buru uruk, mampu merasakan nilai yang baik dan bisa melakuk ukannya. Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan hab habit yang terus menerus dilakukan.

  Pengertian Karakter Jujur

  Istilah karakter cenderung dih dihubungkan dengan istilah-istilah lain yang berkonotasi po i positif sebagaimana yang dijelaskan dalam Kerangka Acua uan Pendidikan Karakter Tahun 2010 oleh Direktorat Ke t Ketenagaan Ditjen Dikti Kemdiknas, 2010 (dalam Daharnis rnis, 2013:3) bahwa:

  Istilah karakter dihub ubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak lak, dan atau nilai yang berkaitan tan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif bukan ne netral. Dengan demikian karakter ad adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dala alam diri dan terejawantahkan dala alam perilaku. Karakter secara koheren memancar da dari hasil olah pikir, olah hati, olah r h rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok o k orang. Menurut Kamus Besar Bahas hasa Indonesia (1995:445), karakter memiliki arti sifat-sifat ifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan se seseorang dari yang lain. Menurut Prayitno (2011:15) karak rakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri indiv dividu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku d dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Adapun yang ng dimaksud dengan sifat pribadi yang relatif stabil adalah lah ciri yang ada di dalam pribadi seseorang yang terwujud d d dalam tingkah laku yang apabila telah terbentuk akan tid tidak mudah diubah. Hal ini dapat terbentuk karena adanya nya landasan yang kuat pengaruhnya berkaitan dengan aga gama, ilmu, hukum, adat dan kebiasaan yang tercermin dala alam kehidupan sehari-hari.

  Menurut Daniel Goleman (2 (2011:79), pendidikan karakter merupakan pendidikan n nilai, yang mencakup sembilan nilai dasar yang terkait, y it, yaitu “responsibility (tanggung jawab), respect (rasa horm ormat), fairnes (keadilan),

  

Courage (keberanian), honesty (k (kejujuran), citizenship (rasa kebangsaan), self-discipline line (disiplin diri), caring

(peduli), dan perseverance (keteku tekunan)”.

  Salah satu nilai karakter ya yang sangat penting dalam kehidupan adalah kejujuran. n. Kejujuran merupakan tingkah laku yang dimiliki oleh se seorang individu dalam mengakui, berkata atau memberika ikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebe ebenaran. Individu terkadang melupakan nilai dari kejujura ran itu sendiri. Kejujuran merupakan pangkal keimanan sese eseorang dalam menata hidupnya.

  Menurut Albert Hendra Wij ijaya (dalam Emosda, 2013) bahwa jujur jika diartika tikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberik rikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan keb kebenaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:440 40) kata jujur berarti: tidak bohong, lurus hati, dapat diperc ercaya kata-katanya, tidak khianat. Jika seseorang berkata tid tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak me mengakui suatu hal sesuai dengan apa adanya, maka orang g tersebut dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu ipu, mungkir, berbohong, munafik dan sebagainya.

  Hal ini sesuai dengan ayat Al t Al Qur’an dalam surat 5 ayat 8 berkaitan dengan pengertian tian jujur, yang artinya: Hai orang-orang yan ang beriman, jadilah kamu sebagai penegak keadilan k karena Allah (menjadi saksi dengan gan adil). Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap ap suatu kaum, mendorong kamu un untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu itu lebih dekat kepada taqwa, Dan be bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha me engetahui apa yang kamu kerjakan.( n.(QS:5:8)

  Berdasarkan definisi di atas tas dapat disimpukan bahwa kejujuran akan tercermin d dalam prilaku berbicara sesuai dengan kenyataan, berbuat at sesuai bukti dan kebenaran. Dengan demikian kejujuran ran merupakan salah satu unsur kekuatan spiritual, akhlak m mulia, serta kepribadian.

  Tingkatan Jujur

  Kejujuran sebagian dari karak rakter. Secara umum karakter dapat dipandang sebagai wa watak yang dimiliki oleh seorang individu yang bersifat kh t khas atau istimewa yang berupa tingkah laku atau sikap. B p. Banyak hal yang dapat mempengaruhi terbentuknya karak rakter baik yakni dari dalam diri individu maupun dari luar ar individu.

  Ciri-ciri orang yang memilik liki kejujuran yaitu tidak berbohong, tidak mengingkar jan janji, tidak menipu, serta mengakui kesalahan merupakan da dasar pegangan dalam berbuat jujur. Kejujuran dapat prakti aktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik lingkungan prib ribadi sendiri, lingkungan keluarga maupun lingkungan s n sosial. Interaksi sangat menentukkan timbulnya suatu keju ejujuran atau kebohongan dari seorang individu

  Menurut Sa’id Hawwa (2007:3 07:346) tingkatan jujur ada lima, yaitu:

  a. Jujur dalam perkata ataan. Kejujuran dalam perkataan dapat diketahui ketika a seseorang memberikan suatu berita.

  b. Jujur dalam niat. Ha Hal ini berkaitan dengan keikhlasan. Kejujuran dalam niat iat dapat diketahui ketika sesorang melakukan an sesuatu karena keikhlasan, tanpa meminta imbalan.

  c. Jujur dalam memenu nuhi keinginan. Bagi seseorang mudah mengungkapkan ke keinginannya, akan tetapi untuk merealisasikan ikannya cukup berat. Dalam hal ini diperlukan kejujuran p n pada diri idividu untuk merealisasikannya. .

  d. Jujur dalam perbuata atan. Hal ini menunjukkan kesungguh-sungguhan seseora rang dalam mengerjakan sesuatu sesuai denga gan apa yang ada di dalam hatinya.

  e. Jujur dalam beragam ama. Hal inilah yang merupakan kejujuran yang paling tingg nggi dan mulia. Uraian di atas senada dengan an pendapat Irwan Rinaldi (2014) yang mengatakan bahwa t a tingkat kejujuran terdiri dari lima yaitu: jujur dalam berbic rbicara, jujur dalam niat, jujur dalam merealisasikan, jujur jur dalam bertindak dan jujur dalam beragama. Sikap juju ujur harus dimiliki oleh seseorang sejak dini. Kejujuran d n dapat dibentuk melalui pendidikan. Jika kejujuran sudah d h diterapkan sejak dini, maka karakter yang baik dapat dibe ibentuk. Menurut Prayitno dan Afriva Khaidir (2011), dan Tim Tim Penyusun P3N-KC (2011) nilai karakter cerdas jujur a r adalah sebagai berikut.

  1) Berkata apa adanya ya 2) Berbuat atas dasar k r kebenaran 3) Membela kebenaran ran 4) Bertanggung jawab ab 5) Memenuhi kewajiba iban dan menerima hak 6) Lapang dada 7) Memegang janji

  Untuk mencapai tingkat keju ejujuran itu, sekolah yang merupakan salah satu lingkunga gan pendidikan memiliki peran penting setelah keluarga. H . Hal ini dapat diwujudkan dengan teknik pembelajaran pe pembiasaan. Oleh karena itu prinsip yang harus dipegang da dalam pendidikan adalah kejujuran yang menjadi nilai ter terbaik dan harus dimiliki siapapun. Inilah ranah pendidikan an yang mestinya diterapkan. Pendidikan menjunjung tingg nggi nilai–nilai kejujuran. Pendidikan tidak berorientasi pad pada kondisi peserta didik yang harus lulus ujian, meski d i dengan cara–cara yang tidak benar. Pendidikan yang tid tidak memandang segalanya dari nilai rapor, hasil semes esteran belaka atau IPK, melaiankan pendidikan yang mam ampu untuk membentuk karakter pada diri peserta didik.

  Strategi Mengembangkan Karakte kter Jujur Peserta Didik

  Sistem pendidikan yang baik aik adalah sistem pendidikan yang mampu menghasilkan an manusia yang terdidik secara keilmuan, serta mengerti b ti baik dan buruk terhadap sesuatu hal. Sehingga ilmu yan ang diperoleh tidak akan disalahgunakan untuk berbuat ke kejahatan, karena sudah tertanam karakter yang baik da dalam jiwa setiap siswa. Untuk mewujudkan ini ada empa pat hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru, termasu asuk guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam me menanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak didik, yaitu: a) Isi materi yang diajarkan an kepada anak didik hendaknya dikaitkan dengan kenyataa taan dan praktek yang ada di lingkungan luar.

  b) Adanya kondisi lingkung ngan yang jujur, mulai dari keluarga, sekolah, teman seba ebaya. Kurikulum dan isi pengajaran secanggih apa apapun akan kurang berdaya guna apabila kondisi tersebut ut tidak biasa diciptakan.

  Sangat ironis bila pendidi idik memberikan teladan ketidakjujuran dalam pelaksanaan an tugasnya.

  c) Pengenalan diri, tugas, fu , fungsi dan peran serta kemampuan bertindak sesuai deng engan aturan sangat perlu dalam menumbuhkemban bangkan karakter jujur.

  d) Pentingnya pembentuka kan kemauan dan kehendak yang kuat dalam pros roses pendidikan untuk membiasakan peserta did idik dengan soft skill yang diperlukan dalam kehidupan. Menurut Alfauruzy (2012) 2) ada beberapa program pendidikan yang dapat mem embantu sekolah dalam mengembangkan kejujuran peserta erta didik, diantaranya: a) Kantin kejujuran. Progra gram ini akan melatih peserta didik ketika dia membe beli makanan tanpa ada penjaganya, apakah akan an tetap membayar dengan utuh, atau dikurangi, sehingga gga peserta didik terbiasa berbuat jujur.

  b) Setiap ujian dilakukan, so , soal yang diberikan oleh seorang guru lebih baik sedikit teta it tetapi setiap peserta didik berbeda. Hal ini akan men enghindari perbuatan curang yang sering terjadi.

  c) Menyeimbangkan aspek ek hukuman dan penghargaan. Menghargai seseorang kare arena karyanya dianggap bagus oleh orang lain m merupakan kebahagiaan yang sangat berharga. Apalagi i i ini terjadi pada peserta didik yang diberi penghar hargaan atau sekedar ucapan selamat oleh gurunya atas pres restasi yang diraihnya.

  d) Proses penilaian bukan ha hanya dari hasil ujian saja, tetapi juga bagaimana cara men endapatkan jawaban soal itu. Dengan memperhatik tikan proses belajar siswa, maka sebenarnya peserta didik te ik telah dididik bagaimana cara mengerjakan sesuatu atu dengan cara yang benar.

  e) Evaluasi hasil dari prose ses belajar. Hal ini menjadi wajib dalam pendidikan karak rakter. Evaluasi terhadap hasil dan proses belajar ar peserta didik harus dilakukan dengan intensif dan berka rkala. Peserta didik yang mendapatkan hasil kura rang memuaskan (tetapi hasil kerja keras sendiri) ketik etika ujian, harus dicari penyebabnya. Setelah dik diketahui penyebabnya guru mampu mengambil tindak akan sebagai solusi dari permasalahan peserta did idik tersebut. Senada dengan hal di atas Elfi lfindri, dkk (2011:67) menguraikan beberapa cara untuk m mengasah kejujuran pada peserta didik, diantaranya:

  Guru mesti selalu menepa epati janji setiap yang dijanjikan kepada anak didik. Dianta ntaranya kebiasaan untuk

  a) menetapkan masuk kelas, las, mengembalikan bahan atau tugas yang diperiksa oleh gu guru.

  Menjaga disiplin dalam m proses belajar mengajar serta proses ujian. Mereka yan yang mengikuti peraturan

  b)

  akan memperoleh rewa ward , sementara yang melanggar ketentuan dikenakan n sanksi sesuai dengan pelanggaran ketidakjujura uran yang dibuat. Tidak hanya itu saja, peran o orangtua dalam mengembangkan karakter jujur sangat pen penting. Menurut Irwandi

  Rinaldi (2014) ada tiga langkah y yang dapat dilakukan orangtua dalam mengembangkan ka karakter jujur pada anak, diantaranya: a) Memberi tahu anak. Hal al ini dapat dilakukan melalui cerita bersama anak, sehingg ngga anak memiliki basis informasi.

  b) Memberikan teladan/conto ontoh kepada anak dan memberikan tanggung jawab. Hal in l ini dapat dilakukan oleh orangtua bagaimana seo eorang anak mampu untuk mengelola uang jajan yang d g diberikan kepada anak dengan baik.

  c) Lakukan tindakan itu den engan berulang-ulang serta dokumentasikan. Jika ditinjau dari pelayanan k n konseling, pendidikan karakter itu dapat menjadi isi/mate ateri/topik bahasan dalam penyelenggaraan layanan atau ke kegiatan pendukung. Oleh karena itu guru bimbingan ko konseling atau konselor diharapkan mampu menjadi conto toh, teladan, mediator bagi peserta didik dalam mengemban bangkan karakter.

  Untuk mewujudkan hal ini d i dibutuhkan kerja sama antara orang tua, guru, guru BK K dan peran masyarakat dalam mengembnagkan karakter ju r jujur peserta didik.

  Strategi Pengembangan Karakter ter Jujur Melalui Pembiasaan (Conditioning)

  Pembiasaan merupakan sesua suatu yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. H i. Hal ini tercermin dalam tingkah laku seseorang untuk me melakukan sesuatu. Sehingga apa yang dilakukan seseor orang merupakan proses melakukan pembiasaan. Pembelaj lajaran merupakan rangkaian proses pendidikan. Pembelaja lajaran adalah suatu proses aktivitas membelajarkan dan belaj lajar, di dalamnya terdapat dua subjek yang saling terlibat, at, yaitu guru dan peserta didik.

  Para psikolog menyepakati b ti bahwa bentuk belajar yang paling sederhana adalah pem embiasaan (conditioning). Ini bukan berarti bahwa pembias iasaan adalah proses yang tidak komplit, melainkan pem embiasaan sebagai suatu bentuk belajar yang sudah diobse bservasi pada organisme yang lebih rendah dari manusia da dan ditemukan bahwa ini merupakan bentuk belajar yang ng lebih mendasar dibandingkan proses belajar seperti rti konsep, berfikir, dan pemecahan masalah.

  Dengan demikian dapat dip dipahami bahwa pembelajaran manusia yang lebih ko kompleks membutuhkan penggabungan dari prinsip-prins insip pada kajian tentang pembiasaan. Salah satunya a dengan menggunakan pendekatan tingkah laku atau be behavioral yang menekankan pada dimensi kognitif indiv individu dan menawarkan berbagai metode yang berorienta tasi pada tindakan (action-oriented) untuk membantu me mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah lak laku.

  Teori belajar ini terfokus pad pada munculnya respons terhadap berbagai stimulus. Seseo seorang dikatakan belajar apabila mengalami perubahan ting tingkah laku kearah yang positif. Oleh karena itu pengukuran ran terhadap stimulus dan respons merupakan hal yang penti nting. Di samping itu juga ada faktor lain yang dianggap be berperan yaitu penguatan (Reinforcement), apabila penguata uatan ditambah (positive reinforcement) maka respon ak akan semakin kuat, dan sebaliknya. Hal ini merupakan sa salah satu teknik yang dapat dilakukan oleh seorang guru uru dalam pengembangan karakter jujur peserta didik.

  Dalam penyelenggaraan pem mbiasaan perlu memperhatikan beberapa prinsip. Menurut rut Henry C. Ellis (1978) prinsip pembiasaan adalah sebagai gai berikut:

  1. Acquisition (Perolehan) an). Respon yang memperoleh penguatan akan menguat s t secara berangsur-angsur dan sebaliknya.

  2. Extinction (Pemadaman an). Pemadaman merupakan penurunan intensitas kekuata atan respon yang semakin sering tidak terlihat sam ampai menghilang.

  3. Spontaneous Recovery ery (Pengembalian Spontan). Pengembalian spontan me menunjukkan munculnya kembali respon yang te telah mengalami pemadaman. Ini menunjukkan bahwa k a kecenderungan perilaku masih ada walaupun res respon telah dihilangkan sebelumnya.

  4. Generalization (Genera eralisasi). Belajar pada satu situasi atau konteks bisa a digeneralisasikan pada konteks atau situasi yan yang lain, namun yang situasinya mirip. Dengan demikian p n prinsip dasarnya adalah bahwa suatu respon yan yang dipelajari pada sutua stimulus dan ada stimulus lain in yang mirip dengan itu, maka akan menghasilka ilkan respon yang sama.

  5. Discrimination (Pembe bedaan). Proses pembelajaran untuk memberikan respon pon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang ng mirip dinamakan dengan pembedaan stimulus. Proses es ini merupakan bentuk dasar dari semua pemb mbelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembedaa aan stimulus antara lain, kemiripan, kekonsisten tenan dan dimensi kerelavansian. Semakin besar tingkat k t kemiripan semakin sulit orang membedakannya. ya.

  6. Differentiation (Perbed edaan). Perbedaan adalah proses yang mirip dikuatkan seca ecara berbeda. Dalam hal ini satu respon dikuatka tkan sementara respon yang lain dilemahkan. Berdasarkan uraian di atas p s prinsip pembiasaan sangat diperlukan dalam proses pe pembelajaran khususnya dalam pembentukan tingkah laku. ku. Indivdu akan tetap melakukan suatu kebaikan jika me endapatkan respon yang positf dari lingkungan (adanya stim stimulus-respons dan reinforcement), begitu sebaliknya.

  Prinsip yang mendasar ada dalah bahwa perilaku yang tidak sehat juga diperoleh leh melalui pembiasaan. Sebagaimana mengembangkan ka karakter jujur diperoleh melalui pembiasaan, maka berboh bohong/berdustapun yang merupakan perilaku menyimpang ng tentunya diperoleh dari pembiasaan, yakni dari belajar. .

  PENUTUP

  Salah satu tujuan utama a pendidikan adalah membentuk kejujuran, karena kejujur juran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama dan kun kunci menuju keberhasilan. Melalui kejujuran kita dapat me t mempelajari, memahami, dan mengerti tentang keseimbang ngan dan keharmonisan. Hal ini dapat terwujud dengan ad adanya kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat at melalui pembiasaan (stimulus-respons-reinforcement). .

DAFTAR PUSTAKA

  Alfairuuzy.( 2013). Penanaman n Nilai-Nilai Kejujuran Dalam Pendidikan Menjadi Sol Solusi Atas Krisis Moral

  Dalam Sistem Pemerin rintahan Masa Depan. (Online), (http://alfairuzy.blogsp gspot.com). Diakses 22

  November 2012) Daharnis. (2013). Pendidikan Kar arakter dalam Pelayanan Konseling . Padang: Sukabina Pre ress. Departemen Agama RI. (2005). Mu . Mushaf Al Qur’an Terjemah. Jakarta: Al-Huda Depdikbud. (1997). Kamus Besar ar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka Elfindri, dkk. (2011). Soft skills un untuk pendidik . Batam: Baduose Media Emosda. (2013). Penanaman n Nilai-Nilai Kejujuran Dalam Menyiapkan Karakte kter Bangsa. (Online),

  (http://www.unja.ac.id/fk /fkip. diakses 22 November 2013) Henry C. Ellis. (1978). Fundamen entals of Human Learning, Memory and Cognition. Irwandi Rinaldi. (2014). Kiat Men enanamkan Karakter Pada Anak. Makalah disampaikan pa pada Seminar Parenting.

  LPMP Sumbar, 22 Febru ruari 2014 Kementerian Pendidikan Nasio sional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat at Kurikulum (2010a).

Pengembangan Pendidika dikan Budaya dan Karakter Bangsa : Pedoman Sekolah . Jak akarta: Depdiknas

  Kementerian Pendidikan Nasion ional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurik rikulum. 2010b. Bahan

  Pelatihan Penguatan Me Metode Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya u untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter bang ngsa. Jakarta: Depdiknas

  Kementerian Pendidikan Nasiona ional, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurik rikulum dan Perbukuan.

  (2011a). Panduan Pelaks aksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Depdiknas. Masnur Muslich. (2011). Pendidik idikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

  Muhibbin Syah. (2009). Psikologi logi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Parayitno dan Afriva Khaidir. (201 2011). Model Pendidikan Karakter Cerdas. Padang: UNP P Press

  Sa’id Hawwa. (2007). Kajian Leng Lengkap Penyucian Jiwa . Jakarta: Darussalam Undang-undang Republik Indones nesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasio asional. Zainal Aqib. (2012). Pendidikan an Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan Keprib ribadian Anak . Bandung:

  Yrama Widya

Dokumen yang terkait

Usaha Meningkatkan Konsep Diri yang Positif Siswa Kelas XII TKJ 2 SMKN 2 Pinrang Melalui Konseling Peer Group

0 1 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan teknologi sistem pertanian

1 1 6

A. Perlunya Pengembangan Sistem Akuntansi - KONSEP DASAR PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI Pertemuan 1

0 0 20

Analisis Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat TB-Paru dengan Kesembuhan Melalui Studi Epidemiologi Bersifat Analitik

0 0 8

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara ISSN: xxxx-xxxx (print), Online ISSN: xxxx-xxxx (online) Pengembangan Desain Didaktis Pada Pembelajaran Geometri Hidayat

0 0 5

Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis dan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

0 1 14

Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Melalui Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) Berbantuan Wingeom

0 0 9

THE IGNORANCE OF INDIGENEOUS PROPERTY RIGHTS THROUGH THE RESETTLEMENT PROGRAM IN INDONESIA Pengabaian Hak-Hak Penduduk Lokal Melalui Program Transmigrasi di Indonesia

0 0 7

IMPLIKASI STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA APARATUR PEMERINTAH DAERAH BULUKUMBA DALAM KAITANNYA DENGAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK Oleh: Hj. Ruliaty (Dosen DPK Kopertis Wil. IXUniversitas Muhammadiyah Makassar) ABSTRAK - Implikasi Strategi Pengembangan Sumb

0 0 64

KEMAMPUAN MENGEVALUASI MELALUI TES DAN PENUGASAN DI S U S U N OLEH N I L A W A T I NIM : 1211070041 STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH 2014 KATA PENGANTAR - Makalah Kemampuan Mengevaluasi Melalui Tes dan Penugasan

1 3 21