Analisis UU No. 22 Tahun 2009 tentang La (1)
Analisis UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan terhadap Asas Pembentukan dan Materi
Muatan Perundang-undangan
Oleh :
Rezky Rusmita R
10400114349
JURUSAN ILMU HUKUM G
FAKULTAS SYARIAH & HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Analisis UU No.
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Terhadap Asas
pembentukan dan Asas Materi muatan perundang-undangan” untuk pemenuhan
tugas mata kuliah Tekhnik Perundang-undangan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan.
Semoga makalah tentang analisis mengenai undang-undang Lalu lintas
dan Angkutan Jalan ini memberikan manfaat bagi pembacanya.
Samata, Gowa, 10 November 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembentukan Undang-undang suatu Negara bergantung pada cita
Negara dan teori bernegara yang dianutnya, pada kedaulatan dan
pembagian kekuasaan dalam negaranya pada sistem pemerintahan Negara
yang diselenggarakannya. Jika dilihat dari hierarki dari peraturan
perundang-undangan di Indonesia, maka hal tersebut bukan ditetapkan
semata-mata, akan tetapi lebih dikarenakan peraturan perundang-undangan
di Indonesia selain dibentuk oleh lembaga yang berbeda juga masingmasing mempunyai fungsi dan sekaligus materi muatan yang berbeda
sesuai dengan jenjangnya, sehingga tata susunan, fungsi dan materi
muatan perundang-undangan itu selalu membentuk hubungan hubungan
fungsional antara peraturan yang satu dengan peraturan yang lainnya.
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan adalah
suatu pedoman atau susunan rambu-rambu dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik. Sesuai dengan pasal 5 Undang-undang
No.12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan,
suatu undang-undang harus memenuhi beberapa hal yaitu asas kejelasan
tujuan, asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, asas
kesesuaian antara jenis dan materi muatan, asas dapat dilaksanakan, asas
kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas
Materi muatan perundang-undangan adalah Dalam pasal 6
Undang-undang No. 12 tahun 2011 juga menentukan adanya asas-asas
yang harus terkandung dalam materi muatan setiap peraturan perundangundangan seperti asas pengayoman, asas kemanusiaan, asas kekeluargaan,
asas kenusantaraan, asas bhineka tunggal ika, asas keadilan, asas
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, asas ketertiban dan
kepastian hukum, asas keseimbangan keserasian dan keselarasan.
Aturan tentang lalu lintas sudah berganti tepat tanggal 22 juni
2009, SBY telah mengesahkan aturan terbaru yaitu UU No. 22 tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan ini perlu diketahui apakah telah memenuhi asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan dalam pembentukannya berlandaskan Asas pembentukan
Undang-undang?
2. Bagaimana penerapan asas materi muatan undang-undang dalam UU
No. 22 Tahun 2009?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apakah dalam UU No. 22 tahun 2009 sudah memenuhi
asas pembentukan perundang-undangan dalam pembuatannya
2. Mengetahui apakah dalam UU No. 22 tahun 2009 dalam hal asas
materi muatannya telah dipenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisis UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 22 Tahun 2009 sesuai
dengan asas pembentukan perundang-undangan
a. Asas Kejelasan Rumusan
Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan
tekhnis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, dan
pilihan kata atau terminology, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah
dimengerti, sehingga tidak menimbulkan multitafsir.
Di dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan jalan pada pasal 273 yang memuat ketentuan pidana ini
menyebutkan bahwa:
“Setiap penyelenggara jalan yang tidak dengan segera dan patut
memperbaiki jalan yang rusak yang mengakibatkan kecelakaan
lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1)
sehingga menimbulakan korban luka ringan dan/atau kerusakan
kendaraan dan/atau barang dipidana dengan pencara paling
lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”.
Adapun dalam pasal 24 (1) yang dimaksud yaitu :
“Penyelenggara jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki
jalan yang rusak yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.”
Dalam pasal dari undang-undang tersebut hanya disebutkan
penyelenggara jalan, tetapi tidak secara langsung disebutkan
lembaganya. Jadi dalam hal ini masih belum jelas mengenai siapa yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan jalan itu. Ketidakpastiaan
ini dapat berdampak pada penerapan pasal 273 tersebut oleh penegak
hukum, sehingga pasal ini tidak dapat dilaksanakan di lapangan pada
prakteknya, atau bahkan penegak hukum harus menunggu Peraturan
Pemerintah yang mengatur secara lebih rinci tentang masalah
penyelenggara jalan tersebut. Bila kita analisis pasal tersebut
menggunakan asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang baik dalam Pasal 5 Undang-undang No. 12 Tahun 2011 maka isi
pasal tersebut tidak sesuai dengan asas kejelasan rumusan.
b. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa
setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga
atau
pejabat
pembentuk
peraturan
perundang-undangan
yang
berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan
atau batal demi hukum, bila dibuat oleh lembaga atau pejabat yang
tidak berwenang.
Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 22
tahun 2009 ini telah memenuhi asas kelembagaan atau organ
pembentuk karena telah dibentuk oleh lembaga-lembaga yang sah
secara konstitusional yaitu oleh DPR bersama dengan Presiden.
c. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan ini berarti dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyususnan
dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian,
seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk
seluas-luasnya memberikan masukan dalam proses pembuatan
peraturan perundang-undangan.
Pada pembuatan undang-undang ini tidak memenuhi asas
keterbukaan karena pada saat proses pembuatan UU No. 22 tahun
2009 ini hadir secara tiba-tiba. Masyarakat yang seharusnya dilibatkan
dalam proses pembuatannya ini tidak sama sekali dilibatkan.
2. Analisis UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
sesuai dengan asas materi muatan perundang-undangan
a. Asas Pengayoman
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman masyarakat.
Materi muatan dalam undang-undang tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan mengatur tentang pelaksanaan uji kelayakan fungsi
jalan serta peningkatan kapasitas jalan untuk menjaga keamanan,
keselematan, ketertiban dan kelancaran dalam berlalu lintas untuk
masyarakat. Hal itu tertera dalam pasal 22 dan 23 dalam UU No. 22
Tahun 2009 sebagai berikut :
-Pasal 22
1) Jalan yang dioperasikan harus memenuhi persyaratan laik fungsi
Jalan secara teknis dan administratif.
2) Penyelenggara Jalan wajib melaksanakan uji kelaikan fungsi
Jalan sebelum pengoperasian Jalan.
3) Penyelenggara Jalan wajib melakukan uji kelaikan fungsi Jalan
pada Jalan yang sudah beroperasi secara berkala dalam jangka
waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau sesuai dengan
kebutuhan.
-Pasal 23
1) Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan preservasi Jalan
dan/atau peningkatan kapasitas Jalan wajib menjaga Keamanan,
Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
2) Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan instansi yang
bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum
Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undang harus
dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
adanya kepastian hukum.
Dalam mewujudkan ketertiban dalam masyarakat dibentuklah
undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengatur
ketertiban berkendara sebagaimana dalam pasal 106 ayat 4 sebagai
berikut:
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan
wajib mematuhi ketentuan:
a) rambu perintah atau rambu larangan;
b) Marka Jalan;
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
gerakan Lalu Lintas;
berhenti dan Parkir;
peringatan dengan bunyi dan sinar;
kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan
lain.
Bagi setiap orang yang melanggar ketentuan tersebut dapat dikenakan
sanksi pidana yang tertera pada pasal 287 pada UU No. 22 tahun 2009.
c. Asas Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Bahwa setiap materi muatan perundang-undangan tidak boleh
berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial
Contohnya pada Pasal 281 UU No. 22 Tahun 2009 yaitu :
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan
yang tidak memiliki
Surat Izin Mengemudi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)”.
Penggunaan kata “setiap orang” disini jelas untuk tidak membedabedakan, bahwa semua orang itu sama dimata hukum tanpa terkecuali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang tertera dalam Bab 2 mengenai Analisis UU
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berdasarkan Asas Pembentukan
perundang-undangan ini dapat diambil kesimpulan bahwa UU No. 22
tahun 2009 telah memenuhi Asas kelembagaan atau organ pembentuk
yang tepat karena dibentuk oleh lembaga-lembaga yang sah secara
konstitusional. Sedangkan pada asas keterbukaan UU No. 22 Tahun 2009
ini telah menyalahi ketentuan karena dalam pembuatannya tidak serta
merta melibatkan masyarakat. Dalam undang-undang No. 22 tahun 2009
juga terdapat kata yang menimbulkan multitafsir, maka dari itu tidak
memenuhi Asas kejelasan rumusan.
UU tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan ini pun telah memenuhi
Asas muatan materi yang telah diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 yaitu
Asas pengayoman, Asas ketertiban dan kepastian hukum serta Asas
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
B. Saran
Berdasarkan Analisis mengenai undang-undang tentang lalu lintas dan
angkutan jalan yang telah disimpulkan, saran yang dapat penulis ajukan
sebagai berikut :
1. Perlu kiranya
dalam
pembuatan
Undang-undang
itu
lebih
memperhatikan lagi asas-asas pembentukan perundang-undangan yang
baik.
2. Dalam pembuatan perundang-undang juga perlu partisipasi dari
masyarakat agar tidak terjadi penolakan peraturan yang telah ada
nantinya. Yang paling penting adalah menyamakan visi dan misi
terkait dalam pembentukannya, bahwa aturan itu dibuat untuk
kepentingan bersama bukan kepentingan satu pihak.
Daftar Pustaka
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan
Angkutan Jalan terhadap Asas Pembentukan dan Materi
Muatan Perundang-undangan
Oleh :
Rezky Rusmita R
10400114349
JURUSAN ILMU HUKUM G
FAKULTAS SYARIAH & HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Analisis UU No.
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Terhadap Asas
pembentukan dan Asas Materi muatan perundang-undangan” untuk pemenuhan
tugas mata kuliah Tekhnik Perundang-undangan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan.
Semoga makalah tentang analisis mengenai undang-undang Lalu lintas
dan Angkutan Jalan ini memberikan manfaat bagi pembacanya.
Samata, Gowa, 10 November 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembentukan Undang-undang suatu Negara bergantung pada cita
Negara dan teori bernegara yang dianutnya, pada kedaulatan dan
pembagian kekuasaan dalam negaranya pada sistem pemerintahan Negara
yang diselenggarakannya. Jika dilihat dari hierarki dari peraturan
perundang-undangan di Indonesia, maka hal tersebut bukan ditetapkan
semata-mata, akan tetapi lebih dikarenakan peraturan perundang-undangan
di Indonesia selain dibentuk oleh lembaga yang berbeda juga masingmasing mempunyai fungsi dan sekaligus materi muatan yang berbeda
sesuai dengan jenjangnya, sehingga tata susunan, fungsi dan materi
muatan perundang-undangan itu selalu membentuk hubungan hubungan
fungsional antara peraturan yang satu dengan peraturan yang lainnya.
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan adalah
suatu pedoman atau susunan rambu-rambu dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik. Sesuai dengan pasal 5 Undang-undang
No.12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan,
suatu undang-undang harus memenuhi beberapa hal yaitu asas kejelasan
tujuan, asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, asas
kesesuaian antara jenis dan materi muatan, asas dapat dilaksanakan, asas
kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas
Materi muatan perundang-undangan adalah Dalam pasal 6
Undang-undang No. 12 tahun 2011 juga menentukan adanya asas-asas
yang harus terkandung dalam materi muatan setiap peraturan perundangundangan seperti asas pengayoman, asas kemanusiaan, asas kekeluargaan,
asas kenusantaraan, asas bhineka tunggal ika, asas keadilan, asas
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, asas ketertiban dan
kepastian hukum, asas keseimbangan keserasian dan keselarasan.
Aturan tentang lalu lintas sudah berganti tepat tanggal 22 juni
2009, SBY telah mengesahkan aturan terbaru yaitu UU No. 22 tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan ini perlu diketahui apakah telah memenuhi asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan dalam pembentukannya berlandaskan Asas pembentukan
Undang-undang?
2. Bagaimana penerapan asas materi muatan undang-undang dalam UU
No. 22 Tahun 2009?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apakah dalam UU No. 22 tahun 2009 sudah memenuhi
asas pembentukan perundang-undangan dalam pembuatannya
2. Mengetahui apakah dalam UU No. 22 tahun 2009 dalam hal asas
materi muatannya telah dipenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisis UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 22 Tahun 2009 sesuai
dengan asas pembentukan perundang-undangan
a. Asas Kejelasan Rumusan
Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan
tekhnis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, dan
pilihan kata atau terminology, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah
dimengerti, sehingga tidak menimbulkan multitafsir.
Di dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan jalan pada pasal 273 yang memuat ketentuan pidana ini
menyebutkan bahwa:
“Setiap penyelenggara jalan yang tidak dengan segera dan patut
memperbaiki jalan yang rusak yang mengakibatkan kecelakaan
lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1)
sehingga menimbulakan korban luka ringan dan/atau kerusakan
kendaraan dan/atau barang dipidana dengan pencara paling
lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”.
Adapun dalam pasal 24 (1) yang dimaksud yaitu :
“Penyelenggara jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki
jalan yang rusak yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.”
Dalam pasal dari undang-undang tersebut hanya disebutkan
penyelenggara jalan, tetapi tidak secara langsung disebutkan
lembaganya. Jadi dalam hal ini masih belum jelas mengenai siapa yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan jalan itu. Ketidakpastiaan
ini dapat berdampak pada penerapan pasal 273 tersebut oleh penegak
hukum, sehingga pasal ini tidak dapat dilaksanakan di lapangan pada
prakteknya, atau bahkan penegak hukum harus menunggu Peraturan
Pemerintah yang mengatur secara lebih rinci tentang masalah
penyelenggara jalan tersebut. Bila kita analisis pasal tersebut
menggunakan asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang baik dalam Pasal 5 Undang-undang No. 12 Tahun 2011 maka isi
pasal tersebut tidak sesuai dengan asas kejelasan rumusan.
b. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa
setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga
atau
pejabat
pembentuk
peraturan
perundang-undangan
yang
berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan
atau batal demi hukum, bila dibuat oleh lembaga atau pejabat yang
tidak berwenang.
Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 22
tahun 2009 ini telah memenuhi asas kelembagaan atau organ
pembentuk karena telah dibentuk oleh lembaga-lembaga yang sah
secara konstitusional yaitu oleh DPR bersama dengan Presiden.
c. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan ini berarti dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyususnan
dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian,
seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk
seluas-luasnya memberikan masukan dalam proses pembuatan
peraturan perundang-undangan.
Pada pembuatan undang-undang ini tidak memenuhi asas
keterbukaan karena pada saat proses pembuatan UU No. 22 tahun
2009 ini hadir secara tiba-tiba. Masyarakat yang seharusnya dilibatkan
dalam proses pembuatannya ini tidak sama sekali dilibatkan.
2. Analisis UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
sesuai dengan asas materi muatan perundang-undangan
a. Asas Pengayoman
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman masyarakat.
Materi muatan dalam undang-undang tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan mengatur tentang pelaksanaan uji kelayakan fungsi
jalan serta peningkatan kapasitas jalan untuk menjaga keamanan,
keselematan, ketertiban dan kelancaran dalam berlalu lintas untuk
masyarakat. Hal itu tertera dalam pasal 22 dan 23 dalam UU No. 22
Tahun 2009 sebagai berikut :
-Pasal 22
1) Jalan yang dioperasikan harus memenuhi persyaratan laik fungsi
Jalan secara teknis dan administratif.
2) Penyelenggara Jalan wajib melaksanakan uji kelaikan fungsi
Jalan sebelum pengoperasian Jalan.
3) Penyelenggara Jalan wajib melakukan uji kelaikan fungsi Jalan
pada Jalan yang sudah beroperasi secara berkala dalam jangka
waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau sesuai dengan
kebutuhan.
-Pasal 23
1) Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan preservasi Jalan
dan/atau peningkatan kapasitas Jalan wajib menjaga Keamanan,
Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
2) Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan instansi yang
bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum
Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undang harus
dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
adanya kepastian hukum.
Dalam mewujudkan ketertiban dalam masyarakat dibentuklah
undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengatur
ketertiban berkendara sebagaimana dalam pasal 106 ayat 4 sebagai
berikut:
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan
wajib mematuhi ketentuan:
a) rambu perintah atau rambu larangan;
b) Marka Jalan;
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
gerakan Lalu Lintas;
berhenti dan Parkir;
peringatan dengan bunyi dan sinar;
kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan
lain.
Bagi setiap orang yang melanggar ketentuan tersebut dapat dikenakan
sanksi pidana yang tertera pada pasal 287 pada UU No. 22 tahun 2009.
c. Asas Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Bahwa setiap materi muatan perundang-undangan tidak boleh
berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial
Contohnya pada Pasal 281 UU No. 22 Tahun 2009 yaitu :
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan
yang tidak memiliki
Surat Izin Mengemudi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)”.
Penggunaan kata “setiap orang” disini jelas untuk tidak membedabedakan, bahwa semua orang itu sama dimata hukum tanpa terkecuali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang tertera dalam Bab 2 mengenai Analisis UU
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berdasarkan Asas Pembentukan
perundang-undangan ini dapat diambil kesimpulan bahwa UU No. 22
tahun 2009 telah memenuhi Asas kelembagaan atau organ pembentuk
yang tepat karena dibentuk oleh lembaga-lembaga yang sah secara
konstitusional. Sedangkan pada asas keterbukaan UU No. 22 Tahun 2009
ini telah menyalahi ketentuan karena dalam pembuatannya tidak serta
merta melibatkan masyarakat. Dalam undang-undang No. 22 tahun 2009
juga terdapat kata yang menimbulkan multitafsir, maka dari itu tidak
memenuhi Asas kejelasan rumusan.
UU tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan ini pun telah memenuhi
Asas muatan materi yang telah diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 yaitu
Asas pengayoman, Asas ketertiban dan kepastian hukum serta Asas
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
B. Saran
Berdasarkan Analisis mengenai undang-undang tentang lalu lintas dan
angkutan jalan yang telah disimpulkan, saran yang dapat penulis ajukan
sebagai berikut :
1. Perlu kiranya
dalam
pembuatan
Undang-undang
itu
lebih
memperhatikan lagi asas-asas pembentukan perundang-undangan yang
baik.
2. Dalam pembuatan perundang-undang juga perlu partisipasi dari
masyarakat agar tidak terjadi penolakan peraturan yang telah ada
nantinya. Yang paling penting adalah menyamakan visi dan misi
terkait dalam pembentukannya, bahwa aturan itu dibuat untuk
kepentingan bersama bukan kepentingan satu pihak.
Daftar Pustaka
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan