PROPOSAL BAB I III PSIKOLOGI EKOLOGI PEN

MAKALAH
PENDIDIKAN PERILAKU PELESTARIAN LINGKUNGAN SUNGAI
SEJAK DINI PADA SISWA SDN PEKAUMAN 1 MARTAPURA
Dosen Pengampu :
Neka Erlyani, M. Psi, Psikolog
Rika Vira Zwagerry, M.Psi, Psikolog

Oleh:
Kelompok 6
Ade Rahmawati

I1C115201

Alya Hanin Dhiya

I1C115027

Selvia Dwi Agustina I1C115240

Novrisia Trilestari


I1C115039

Febry Juliyanto

I1C115215

Ayunia Firdayati

I1C114204

Mauliza Mulianti

I1C115222

Nor Mai Leza

I1C115019

Dini Hardianti


I1C115007

Nispi Nurramadania I1C115018

Fitri Fauziah

I1C115030

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KALIMANTAN SELATAN
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Psikologi Ekologi.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun penyajian materi, mengingat akan kemampuan yang

kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan,
khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing kami,dalam menyelesaikan
tugas ini.

Banjarbaru,

Mei

2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi yang ada di pulau Kalimantan.
Ibu kota Kalimantan Selatan adalah Banjarmasin. Provinsi Kalimantan Selatan

memiliki luas 37.530,52 km2. Provinsi ini memiliki 2 kota yaitu kota Banjarmasin
dan kota Banjarbaru. Selain itu, provinsi Kalimantan Selatan memiliki 11 kabupaten.
Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten dengan wilayah terbesar di
Kalimantan Selatan. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia, luas Kabupaten Banjar adalah 4.668 km 2. Ibu kota
kabupaten Banjar adalah Martapura yang berjarak 40 km di sebelah timur kota
Banjarmasin dan memiliki beberapa kecamatan, salah satunya yaitu Kecamatan
Martapura Barat. Kecamatan Martapura Barat terdiri dari 14 desa yang terletak di
tepi sungai Martapura. Keberadaan sungai tersebut tentunya dapat dioptimalkan oleh
masyarakat sekitar untuk menunjang berbagai macam aktifitas. Oleh karena itu,
masyarakat sering tidak dapat dipisahkan dari kebergantungannya dengan sungai.
Hanya saja, keberadaan sungai tersebut juga merupakan salah satu faktor ancaman
yang dapat menghambat aktifitas dan produktifitas warga ketika musim penghujan
tiba. Ketika memasuki musim penghujan, curah hujan di Kalimantan selatan akan
semakin tinggi yang mana akan membuat air meluap dan terjadi banjir.
Banjir adalah isu lingkungan yang sampai sekarang masih sering terjadi dan
terulang. Banjir adalah meluapnya air ke permukiman tempat tinggal masyarakat,
baik itu sekolah, rumah, kantor, dan lain-lain. Definisi banjir sendiri yaitu kondisi
dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuangan atau terhambatnya aliran
air dalam saluran pembuang sehingga meluap dan menggenangi daerah sekitarnya

(dalam Suripin, 2004). Banjir sering terjadi di beberapa daerah baik itu daerah yang
besar seperti ibu kota maupun di daerah kecil seperti desa-desa. BPBD Kabupaten
Banjar menyebutkan bahwa Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten selain

Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Hulu Sungai Utara
yang menjadi kawasan yang rawan banjir. Di Kabupaten Banjar sendiri, daerah yang
rawan terjadi banjir adalah daerah Martapura dan Pengaron. Banjir terjadi diakibatkan
lalainya masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar terutama sungai. Sering kali
didapati bahwa masyarakat, terutama masyarakat pinggiran sungai, sering membuang
sampah sembarangan ke jalan, ke saluran di pinggir jalan, bahkan ke sungai. Sampah
menurut WHO adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan individu yang tidak disengaja
(dalam Chandra, 2006). Sampah ada yang dapat terurai dan menyerap ke dalam tanah
dan ada yang tidak dapat terurai dan ketika sudah lama dibuang, bentuknya tetap
sama. Limbah pada biasanya juga disebut sebagai sampah yang terdiri dari barangbarang yang digunakan setiap hari seperti sisa makanan, kertas, logam, plastik, dan
lain sebagainya (dalam Mensah, dkk, 2014).
Perilaku membuang sampah yang dilakukan individu, merupakan suatu
perilaku hasil pembiasaan yang dibentuk oleh lingkungan sekitar. Perilaku membuang
sampah yang tidak pada tempatnya pun, juga merupakan hasil dari pembiasaan
tersebut. Hal ini dikarenakan kemungkinan saat individu membuang sampah baik di

jalan, di sungai, maupun di tempat-tempat umum lainnya, individu tersebut tidak
mendapatkan hukuman. Akibat tidak adanya konsekuensi yang tegas dari lingkungan
sekitar akan perilaku tersebut, membuat individu akhirnya berperilaku menyampah
(dalam Tondok, 2008). Perilaku membuang sampah pada tempat yang seharusnya,
dapat dilatih sejak dini. Hal tersebut dilakukan agar individu terbiasa untuk tidak
membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan menjadi bersih apalagi jika
individu tersebut tinggal di pinggiran sungai sehingga dapat meminimalisir atau
menghindarkan lingkungan tersebut dari banjir. Untuk itu, maka diperlukan adanya
perhatian dan pemahaman yang berkelanjutan tentang kebersihan dan kesehatan
lingkungan khususnya lingkungan sungai dan sekitarnya melalui kegiatan pendidikan
perilaku dan etika berbudaya berbasis lingkungan sejak dini khususnya anak sekolah
dasar di SDN Pekauman 1 yang terletak di pinggir sungai sebagai upaya menggugah

kepedulian dalam penanganan permasalahan lingkungan sungai sekitar Desa
Pekauman sebagai tempat tinggal mereka.
1.2 Permasalahan dan Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah anak sekolah dasar kelas 5 di SDN
Pekauman 1 yang terletak di Jl. Martapura Lama, desa Pekauman, Kecamatan
Martapura Timur. Sekolah dasar ini terletak di pinggir sungai. Adapun permasalahan
yang dihadapi oleh SDN Pekauman 1 antara lain:

1. Saat musim penghujan, SDN Pekauman 1 sering terendam banjir diakibatkan
meluapnya air sungai yang berada di sekitar sekolah tersebut. Banjir yang
merendam sekolah tersebut, membuat aktifitas belajar mengajar di SDN
Pekauman 1 menjadi terhambat dan tidak dapat dilaksanakan secara optimal.
2. Penyebab meluapnya air sungai tersebut diakibatkan aliran sungai terhambat.
Saluran air pun tersumbat dikarenakan banyaknya sampah yang menjadi
penghalang aliran air dan membuat air tergenang dan ketika hujan akan
meluap.
3. Masyarakat masih banyak yang kurang peduli atau bahkan tidak peduli sama
sekali dengan keadaan lingkungan sekitar. Masih banyak masyarakat yang
sering membuang sampah sembarangan baik itu ke sungai maupun ke saluran
di pinggir jalan yang menyebabkan saluran air menjadi tersumbat.
4. Anak-anak sangat mudah dalam meniru perilaku orang dewasa. Akibat
banyaknya oknum-oknum masyarakat yang sering membuang sampah
sembarangan,

membuat

anak-anak


meniru

perilaku

tersebut

dan

mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
5. Sering kali, perilaku tersebut juga ditunjukkan di dalam lingkungan sekolah.
Ketika murid-murid berperilaku membuang sampah sembarangan, para guru
terkadang hanya membiarkan, menghukum, atau sebatas menegur saja.

1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kgiatan yang kami lakukan adalah :
1. Untuk memberikan pengetahuan pada siswa SDN pekauman 1 tentang
kelestarian lingkungan sungai
2. Untuk memberikan pengetahuan cara mengurangi produksi sampah
dengan daur ulang
1.4 Manfaat Kegiatan

Diharapkan dengan kegiatan ini siswa SDN pekauman 1 dapat :
1.

Memahami tentang kelestarian lingkungan sungai

2.

Mengetahui cara mengurangi produksi sampah dengan daur ulang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai
Sungai adalah tepat – tempat dan wadah – wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991).
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
yang dimaksud wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya
air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang
luasnya kurang dari atau sama dengan 2000 km2.
Sungai merupakan tempat berkumpulnya air di lingkungan sekitarnya yang

mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang mensuplai
air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah penyangga. Kondisi
suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktifitas dan perilaku penghuninya
(Wiwoho, 2005). Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya
alam yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan penghidupan
manusia.
Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi
yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. Menurut UU No.
35 1991 tentang sungai, menyebutkan pengertian Bantaran sungai adalah lahan
pada kedua sisi sepanjang palung sungai di hitung dari tepi sampai dengan kaki
tanggul sebelah dalam. Sehubungan dengan itu maka pada bantaran sungai di larang
membuang sampah dan mendirikan bangunan untuk hunian.
Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan
peradaban manusia, ketersediaan air dan kesuburan tanah disekitarnya, sungai
telah memberikan sumber kehidupan bagi manusia. Sungai juga dapat dijadikan
sebagai sarana transportasi guna meningkatkan mobilitas serta komunikasi
antarmanusia (Tominaga,1985:6). Pada perkembangannya, sungai juga dapat
dikelola sebagai tempat pariwisata, pengembangan budidaya perikanan, sarana
lalu lintas sungai dan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup lainnya, seperti


mandi, cuci, kakus, dan air minum. Dalam banyak hal sungai dapat dikelola dan
dimanfaatkan bagi kehidupan manusia. Ketersediaan air yang terdapat di sungai
maupun kesuburan tanah disekitarnya, memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan kehidupan manusia.
Mempunyai fungsi ekonomi, sebagai konsumsi dan kebutuhan berbagai
aktivitas seperti industri, perdagangan dan jasa, pertanian dan wisata yang dapat
menghasilkan nilai ekonomi. Mempunyai fungsi ekonomi, karena dapat
menghasilkan nilai ekonomi seperti ruang produksi, wisata dan raw material
(Robert Kodoatie, 2002). Menurut HR Mulyanto (2006) salah satu fungsi dari
sungai adalah alur sungai yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi.
Ciri-ciri sungai bersih menurut Anandriyo (2013) adalah: (1) Air bersih dan
jernis. (2) air tidak berbau. (3) tidak terdapat banyak sampah. (4) tidak tercemar
limbah. (5) aliran airnya deras. (6) banyak terdapat hewan air. (7) banyak tanaman
air. (8) tidak terdapat bangunan liar. (9) ada penghijauan disekitar sungai. (10) dapat
dijadikan sarana transportasi. Air sungai yang bersih dan bebas polusi, bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air jutaan manusia. Sayangnya
perkembangan zaman membuat sungai beralih fungsi menjadi tempat sampah.
Tidak hanya sampah rumah tangga, kalangan industri juga membuang limbah
mereka sehingga membuat sumber air ini menjadi kotor dan tercemar.
2.2.1 Pencemaran Sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah
industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang
terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia.
Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif,
dan asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir
100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia
tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs
(polychlorinated phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di
pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di

alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP
dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas
sebagai zat pembersih di rumah tangga.
2.2.2

.Penyebab dan dampak pencemaran sungai



Penyebab pencemaran sungai
1. Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah
tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu :
bahan-bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak
membutuhkan oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan kimia organic
dari industri atau limbah pupuk pertanian, bahan-bahan yang tidak
sedimen (endapan), dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan
panas.
2. Penggunaan insektisida seperti DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan)
oleh para petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga
penyebar penyakit lain secara berlabihan dapat mengakibatkan
pencemaran air. Terjadinya pembusukan yang berlebihan diperairan dapat
pula

menyebabkan

pencemeran.

Pembuangan

sampah

dapat

mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin berkurang karena
sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk.
3. Pembuangan sampah organic maupun yang anorganic yang dibuang
kesungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan
ini akan menimbulkan banjir. Belakangan ini musibah karena polusi air
datang seakan tidak terbendung lagi disetip musim hujan. Sebenarnya air
hujan adalah rahmat. Akan tetapi rahmat dapat menjadi ujian apabila kita


tidak mengelolanyadengan benar.
Dampak Pencemaran Sungai
Ø

Dampak terhadap kesehatan. Peran air sebagai pembawa penyakit
menular bermacam-macam antara lain :
a) air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen.
b) air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.

c) jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia

Ø

bersangkutan tak dapat membersihkan diri.
d) air sebagai media untuk hidup vector penyakit
Dampak terhadap estetika lingkungan. Dengan semakin banyaknya
zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan
tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau
yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi
estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat
mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan
tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau
sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak.
Inipun dapat mengurangi estetika.

2.2.2

Cara Mengatasi atau Upaya Pelestarian Daerah Aliran Sungai
1. Melestarikan hutan di hulu sungai. Agar tidak menimbulkan erosi
tanah disekitar hulu sungai sebaiknya pepohonan tidak digunduli atau
ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan
adanya erosi otomatis akan membawa tanah, pasir, dan sebagainya ke
aliran sungai dari hulu ke hilir sehingga menyebabkan pendangkalan
sungai.
2. Tidak buang air di sungai. Buang air kecil dan air besar sembarangan
adalahperbuatan yang salah. Kesan pertama dari tinja atau urin yang
dibuan sembarangan adalah bau dan menjijikan. Tinja juga merupakan
medium yang paliang baik untuk perekembangan bibit penyakit dari
yang ringan sampai yang berat, oleh karena itu janganlah buang air besar
sembarangan khususnya di sungai.
3. Tidak membuang sampah di sungai. Sampah yabng dibuang
sembarangan di sungaiakan menyababkan aliran air di sungai terhambat.
Selain itu juga sampah akan menyebabkan sungai cepaa dangkal dan
akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan sampah juga
membuat sungai tampak kotor menjijnikan dan terkontaminasi.

4.

Tidak

membuang

limbah

rumah

tangga

dan

industri

Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri atau
limbah rumah tangga berupa cairan adalah dengan mambuangnya
kesungai namun apakah limbah itu aman? Limbah yang dibuang secara
asal-asalan tentu saja dapat menimbulkan pencemaran mulai dari bau
yang tidak sedap, oencemaran air gangguan penyakit kulit serta masih
banyak lagi.
Maka oleh karena itu dalam keseharian kita, kita dapat
mengurangi pencemaran air, dengan cara mengurangi jumlah sampah
yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang (recycle),
mendaur pakai (reuse). Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang
kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi
“masyarakat kimia”, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam
keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah,
memupuk tanaman, dan sebagainya (Apriadji dan Wied Harry, 1994).
2.3 Bencana dan Penanggulangannya
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
mendefinisikan bencana yaitu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Macam bencana ada dua, yaitu bencana yang disebabkan karena fenomena
alam dan bencana yang disebabkan ulah manusia.
1. Bencana yang disebabkan karena fenomena alam, antara lain : tsunami,
letusan gunung berapi, gempa bumi, angina topan, dan lain-lain.

2. Bencana yang disebabkan ulah manusia, antara lain : terjadinya
pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak
adanya kawasan industry, terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya
drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah
aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan, terjadinya tanah longsor,
sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung
membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup atau bencana antara lain :
o Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
o Perburuan liar.
o Merusak hutan bakau.
o Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
o Pembuangan sampah di sembarang tempat.
o Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas
Bencana yang sering terjadi di Desa Pekauman Martapura itu sendiri adalah
bencana banjir karena keberadaan desa tersebut yang terletak di tepi sungai. BPBD
Kabupaten Banjar menyebutkan bahwa Kabupaten Banjar merupakan salah satu
kabupaten selain Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten
Hulu Sungai Utara yang menjadi kawasan yang rawan banjir. Dan di Kabupaten
Banjar sendiri, daerah yang rawan terjadi banjir adalah daerah Martapura dan
Pengaron.
Banjir adalah meluapnya air ke permukiman tempat tinggal masyarakat, baik itu
sekolah, rumah, kantor, dan lain-lain. Definisi banjir sendiri yaitu kondisi dimana

tidak tertampungnya air dalam saluran pembuangan atau terhambatnya aliran air
dalam saluran pembuang sehingga meluap dan menggenangi daerah sekitarnya
(dalam Suripin, 2004). Banjir terjadi diakibatkan lalainya masyarakat dalam menjaga
lingkungan sekitar terutama sungai. Sering kali didapati bahwa masyarakat, terutama
masyarakat pinggiran sungai, sering membuang sampah sembarangan ke jalan, ke
saluran di pinggir jalan, bahkan ke sungai. Sampah menurut WHO adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan individu yang tidak disengaja.
Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri.
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi
produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula
mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Sampah dapat
bernilai jual dan menguntungkan dengan cara daur ulang. Menurut Apriadji dan Wied
Harry (1994) Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang
terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan
pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen
sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce,
dan Recycle). Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik,
kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik.
Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang :
1. Mencari barang-barang yang telah di buang seperti kertas, botol air mineral, dus
susu, kaleng dan lain-lainya..
2. Memilah; yakni mengelompokkan sampah yang telah dikumpulkan berdasarkan
jenisnya, seperti kaca, kertas, dan plastik.
3. Menggunakan Kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisadigunakan
kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelumdigunakan.

4. Mengirim; Kirim sampah yang telah dipilah ke tempat daur ulang sampah,atau
menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan dengan senanghati
membeli barang tersebut.
5. Lakukan Daur Ulang Sendiri; Dengan kreatifitas berbagai sampah yang telah
terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi barang-barang baru yang
bermanfaat.

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Langkah Intervensi
Adapun langkah intervensi yang kami tawarkan adalah social education berupa
perilaku dan etika berbudaya berbasis lingkungan sejak dini dengan menggunakan
mind mapping dan lokakarya pengelolaan barang-barang yang tidak terpakai menjadi
barang berguna untuk dapat menumbuhkan perilaku pro-lingkungan. Berikut rencana
yang kami susun untuk melakukan intervensi terkait :
1. Pemahaman akan masalah yang terjadi (assessment)
2. Pemahaman terhadapat kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh
individu atau kelompok terhadap masalah yang terjadi
3. Menentukan intervensi yang tepat
3.2 Rencana dan Kegiatan
Acara yang kami usulkan yaitu berupa social education dan lokakarya
keterampilan pengolahan sampah menjadi barang berguna. Kegiatan tersebut
diadakan di SDN Pekauman 1 dengan sasaran utama anak-anak yang duduk di kelas
V. Berikut deskripsi dari masing-masing kegiatan :
1. Social Education
Social education berupa pendidikan perilaku pelestarian lingkungan
sungai sejak dini dengan menggunakan mind mapping yaitu metode
pembelajaran berupa peta pikiran berisi tulisan, symbol dan gambar yang
berwarna-warni dan menggunakan example non example yaitu metode
pembelajaran dengan media gambar untuk dianalisis permasalahanpermasalahan yang terkandung.
Waktu

: Sabtu, 22 April 2017

Tempat
: SDN Pekauman 1
2. Lokakarya
Lokakarya yang diadakan berupa keterampilan pengolahan sampah
menjadi barang berguna. Dimana satu atau dua orang mempraktikkan
mengolah sampah yang bisa di daur ulang menjadi barang berguna misalnya

tempat sampah atau tabungan dan siswa secara berkelompok mengikuti
langsung setiap langkah dengan didampingi beberapa instruktur pada
masing-masing kelompok.
Waktu

: Sabtu, 22 April 2017

Tempat

: SDN Pekauman 1

Seperti yang telah dibahas di bagian langkah intervensi, kegiatankegiatan tersebut bertujuan untuk memahami perilaku dan etika berbudaya
berbasis

lingkungan dan menggugah kepedulian dalam penanganan

permasalahan lingkungan sejak dini. Jika dikaitkan dengan langkah-langkah
intervensi, yaitu sebagai berikut :
Kegiatan social education berupa pendidikan perilaku pelestarian
lingkungan sungai sejak dini tujuannya tidak lain adalah agar anak-anak
memiliki pemahaman yang berkelanjutan tentang kebersihan dan kesehatan
lingkungan. Adapun kegiatan lokakarya berupa keterampilan pengolahan
sampah menjadi barang berguna tujuannya adalah untuk mengolah sampah
menjadi barang yang memiliki nilai guna yang tinggi, mengolah sampah agar
menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan atau berbagai
macam penyakit yang berasal dari sampah serta mengurangi timbunan
sampah.

3.3 Jadwal Kegiatan
Waktu

Agenda

Keterangan

08.30-08.45 WITA

Pembukaan dan Perkenalan

Panitia

08.45-09.15 WITA

Social Education

Panitia

09.15-09.45 WITA

Post-test

Panitia

09.45-10.00 WITA

Istirahat

Panitia

10.00-10.45 WITA

Lokakarya

Panitia dan Peserta

10.45-11.00 WITA Pemberian bingkisan dan kenang-kenangan

Panitia

11.00-11.10 WITA

Panitia

Penutup

3.4 Anggaran Dana
NO

Nama Barang

Banyak

1

Kertas Karton Besar

2

Harga
Satuan

Total

2

Rp.8.000.00

Rp.16.000.00

Kertas Karton Sedang

3

RP.3.000.00

RP.9.000.00

3

Double Tip

1

RP.6.500.00

RP.6.500.00

4

Pulpen Karakter Pack

2

RP.24.000.00

RP.48.000.00

5

Snack untuk siswa

20

RP.5.000.00

RP.100.000.00

6

Snack untuk Guru

1

Rp.50.000.00

RP.50.000.00

TOTAL

3.5 Susunan Kepanitiaan

RP.229.500.00

Penanggung Jawab
Neka Erlyani, M. Psi,
Psikolog
(Ketua Prodi Psikologi)

Pengawas dan Penasehat
Rika Vira Zwagery, M. Psi,
Psikolog
(Dosen Pengampu Psikologi
Ekologi)

Ketua Pelaksana
Nor Mai Leza

Instruktur
1. Ayunia Firdayati
2. Dhini Hardianti
3. Fitri Fauziah

Humas dan Dokumentasi
1. Ade Rahmawati
2. Alya Hanin Dhiya
Mufwin
3. Selvia Dwi Agustina

Perlengkapan
1. Febry Julianto
2. Mauliza Mulianti
3. Nispi Nurramadani
4. Novrisia Trilestari

3.6 Metode Evaluasi
Metode evaluasi yang kami gunakan berupa post-test tentang materi
social education yang diberikan. Adapun aspek yang diukur yaitu
pemahaman siswa tentang:
1. Macam bencana
2. Penyebab pencemaran air (sungai)
3. Dampak pencemaran air (sungai)
4. Ciri-ciri air bersih
5. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko kekurangan air bersih

DAFTAR PUSTAKA

Apriadji, Wied Harry.1994. Memproses Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Peraturan
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
EGC
Kodoatie J Robert, 2002, Banjir. Pustaka pelajar Yogyakarta
Mensah, P. O,. dkk. 2014. Characteristization of Solid Waste in the Atwimanbiagya
District of the Ashanti Region. Kumashi Ghana. International Journal of Waste
Management and Technology, 2 (1): 1-14.
Mulyanto, H.R., 2006, “Sungai, Fungsi dan Sifat-sifatnya”, Graha Ilmu, Semarang.
Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang sungai
Sosrodarsono, S. dan Tominaga, M. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai.
Terjemahan Oleh Gayo, M. Y. Jakarta: Pradnya Paramita
Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.
Tondok, M. S. 2008. “Menyampah” dari Perspektif Psikologi (2). Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Wiwoho. 2005. Model Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Sungai dengan
Qual Studi Kasus Sungai Babon. Universitas Diponegoro. Semarang.