MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TENTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkanrahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ Perkembangan Moral pada Anak”.Dalam meyelesaikan
makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yangmaksimum, tetapi
dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dankemampuan yang
kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauhdari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dansempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 21 April 2012

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nilai dan moral memiliki esensi dan makna yang sama
dengan pendidikan budipekerti dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga

masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun criteria manusia yang baik,
warga masyarakat yang baik, dan warganegara yang baik bagi suatu
masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai social tertentu, yang
banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu,
hakikat dari Pendidikan Nilai dan Moral dalam kontek spendidikan di
Indonesia adalah budipekerti, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasimuda. Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan
intensitas dan kualitas pelaksanaan Pendidikan Nilai dan Moral pada lembaga
pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomenasosial yang
berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat,
seperti perkelahian masal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya.
Bahkan di kota-kota besar tertentu, seperti Jakarta, gejala tersebut telah
sampaipadataraf

yang

sangat

meresahkan.


Olehkarenaitu,

lembaga

pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda
diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian
siswa melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan budipekerti.
Berkaitan dengan pembahasan di atas, bahwa pendidikan nilai dan moral
adalah sebuah wadah pembinaan akhlak. Maka hal ini perlu adanya sebuah
pendekatan yang akan membawa siswa atau peserta didik untuk memaknai
dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Disampaikan itu
kepada calon pendidik, khususnya seorang guru yang kemudian dijadikan
sebagai pengetahuan untuk menerapkan nilai dan moral dalam pembelajaran
PKn di SekolahDasarmaupun di tingkatselanjutnya.

ii

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan moral?
2.

Apa

saja

kegiatan-kegiatan,

permainan

yang

dapat

mengasah

perkembangan moral?
3. Apa saja yang menjadi problema dalam perkembangan moral?
4. Bagaimana realisasi perkembangan moral?

C. Tujuan Penulusan
Dari rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan penulisan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan moral.
2. Untuk mengetahui apa saja kegiatan-kegiatan, permainan yang dapat
mengasah perkembangan moral.
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi problema dalam perkembangan
moral.
4. Untuk mengetahui realisasi perkembangan moral.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MORAL
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Kata
mos jika akan dijadikan kata keterangan atau kata sifat lalu mendapat
perubahan dan belakangannnya, sehingga membiasakan menjadi “morris”
kepada kebiasaan moral dan lain-lain, moral adalah kata nama sifat dari
kebiasaan itu, yang semula berbunyi moralis. Kata sifat tidak akan berdiri

sendiri dalam kehidupan sehari-hari selalu dihubungkan dengan barang lain.
Begitu pula kata moralis dalam dunia ilmu lalu dihubungkan dengan scientia
dan berbunyi scientis moralis, atau philosophia moralis. Karena biasanya
orang-orang telah mengetahui bahwa pemakaian selalu berhubungan deangan
kata-kata yang mempunyai arti ilmu. Maka untuk mudahnya disingkat jadi
moral.
Secara harfiah diartikan dengan ajaran kesusilaan, tabiat atau
kelakuan. Dengan demikian moral dapat diartikan ajaran kesusilaan.
Moralitas berarti hal mengenai kesusialaan.
Teori Piaget Dalam bukunya The moral judgement of the Child
(1923) Piaget menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami
perkembangan dari satu tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang melatar
belakangi pengamatan Piaget adalah bagaimana pikiran manusia menjadi
semakin hormat pada peraturan. Ia mendekati pertanyaan itu dari dua sudut.
Pertama kesadaran akan peraturan (sejauh mana peraturan dianggap sebagai
pembatasan) dan kedua, pelaksanaan dari peraturan itu. Piaget mengamati
anak-anak bermain kelereng, suatu permainan yang lazim dilakukan oleh
anak-anak diseluruh dunia dan permainan itu jarang diajarkan secara formal
oleh orang dewasa. Dengan demikian permainan itu mempunyai peraturan
yang jarang atau malah tidak sama sekali ada campur tangan orang dewasa.

Dan melalui perkembangan umur maka orientasi perkembangan itupun

iv

berkembang dari sikap heteronom ( bahwasannya peraturan itu berasal dari
diri orang lain) menjadi otonom dari dalam diri sendiri. Pada tahap heteronom
anak-anak menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan dan berasal dari
bukan dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi, dihormati, diikuti dan
ditaati oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak beranggapan bahwa
perauran-peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama antara para pemain.
Anak-anak pada usia paling muda hingga umur 2 tahun melakukan aktivitas
bermain dengan apa adanya, tanpa aturan dan tanpa ada hal yang patut untuk
mereka patuhi. Mereka adalah motor activity tanpa dipimpin oleh pikiran.
Pada tahap ini merepa belum menyadari adanya peraturan yang koersif, atau
bersifat memaksa dan harus di taati. Dalam pelaksanaannya peraturan
kegiatan anak-anak pada umur itu merupakan motor activiy. Anak pada usia
7-10 tahun beralih dari kesenangan yang semata-mata psikomotor kepada
kesenangan yang didapatkan dari persaingan dengan kawan main dengan
mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dan disetujui bersama. Walaupun
sebenarnya tidak faham akan peraturan sampai hal yang paling kecil namun

keinginan untuk bekerja sama dengan kawan bermain amatlah besar. Anak
ingin memahami peraturan dan bermain dengan setiap mengikuti peraturan
itu. Pada tahap ini sifat heteronom berangsur menjadi otonom Pada usia 11
sampai 12 tahun kemampuan anak untuk berfikir abstrak mulai berkembang.
Pada umur umur itu, kodifikasi ( penentuan) peraturan sudah dianggap perlu.
Kadang-kadang mereka lebih asyik tertarik pada soal-soal peraturan daripada
menjalankan permainannya sendiri.
Teori Kohlberg Teori Piaget kemudian menjadi inspirasi bagi
Kohlberg. Hal yang menjadi kajian Kohlberg adalah tertumpu pada
argumentasi anak dan perkembangan argumentasi itu sendiri. Melalui
penelitian yang dilakukannya selama 14 tahun, Kohlberg kemudian mampu
mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang kemudian
dibagi dalam tiga taraf.

1

1. Taraf Pra-Konvensional.
Pada taraf ini anak telah memiliki sifat responsif terhadap peraturan dan
cap baik dan buruk, hanya cap tersebut ditafsirkan secara fisis dan
hedonistis (berdasarkan dengan enak dan tidak enak, suka dan tidak suka)

kalau jahat dihukum kalau baik diberi hadiah. Anak pada usia ini juga
menafsirkan baik buruk dari segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi,
orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada taraf ini terdiri dari dua
tahpan yaitu :
a. punishment and obedience orientation. Akibat-akibat fisik dari
tindakan

menentukan

baik

buruknya

tindakan

tersebut

menghindari hukuman dan taat secara buta pada yang berkuasa
diangga bernilai pada dirinya sendiri.
b. Instrument-relativist


orientation.

Akibat

dalam

tahap

ini

beranggapan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang
dapat menjadi alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan
kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar
manusia dianggap sebagai hubungan jual beli di pasar. Engkau
menjual saya membeli, saya menyenangkan kamu, maka kamu
mesti menyenangkan saya.
2. Conventional Level (taraf Konvensional)
Pada taraf ini mengusahakan terwujudnya harapan-harapan keluarga atau
bangsa bernilai pada dirinya sendiri. Anak tidak hanya mau berkompromi

tapi setia kepadanya, berusaha mewujudkan secara aktif, menunjukkan
ketertiban dan berusaha mewujudkan secara aktif, menunjang ketertiban
dan berusaha mengidentifikasi diri mereka yang mengusahakan ketertiban
social. Dua tahap dalam taraf ini adalah :
a. Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl”
orientation. Tingkah laku yang lebih baik adalah tingkah laku
yang membuat senang orang lain atau yang menolong orang lain
dan yang mendapat persetujuan mereka. Supaya diterima dan
disetujui orang lain seseorang harus berlaku “manis”. Orang

vi

berusaha membuat dirinya wajar seperti pada umumnya orang lain
bertingkah laku. Intensi tingkah laku walaupun kadang-kadang
berbeda dari pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orangorang yang mencuri buat anaknya yang hampir mati dianggap
berintensi baik.
b. Tahap law and order, orientation. Otoritas peraturan-peraturan
yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban social
dijunjung tinggi dalam tahap ini. Tingkah laku disebut benar, bila
orang melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan

memelihara ketertiban social.
3. Postoonventional Level ( taraf sesudah konvensional)
Pada taraf ini seorang individu berusaha mendapatkan perumusan nilainilai moral dan berusaha merumuskan prinsip-prinsip yang sah (valid) dan
yang dapat diterapkan entah prinsip itu berasal dari otoritas orang atau
kelompok yang mana. Tahapannya adalah :
a. Social contract orientation, Dalam tahap ini orang mengartikan
benar-salahnya suatu tindakan atas hak-hak individu dsan normanorma yang sudah teruji di masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai
yang bersiat relative, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu
consensus bersama.
b. The universal ethical principle orientation. Benar salahnya
tindakan ditentukan oleh keputusan suara nurani hati. Sesuai
dengan prinsip-prinsip etis yang dianut oleh orang yang
bersangkutan, prinsip prinsip etis itu bersifat avstrak. Pada intinya
prinsip etis itu adalah prinsip keadilan, kesamaan hak, hak asasi,
hormat pada harkat( nilai) manusia sebagai pribadi.

1

Dalam proses perkembangan moral reasoning dengan enam tahapannya
seperti itu berlakulan dalil brikut :
a. Perkembangan moral terjadi secara berurutan dari satu tahap ke
tahap berikutnya.
b. Dalam perkembangan moral orang tidak memahami cara berfikir
dari tahap yang lebih dari dua tahap diatasnya.
c. Dalam perkembangan moral, seseorang secara kognitif tertari pada
cara berfikir dari satu tahap diatas tahapnya sendiri. Anak dari 2
tahap 2 merasa tertarik kepada tahap 3. berdasarkan inilah kohlber
percaya

bahwa

moral

reasoning

dapat

dan

mungkin

diperkembangkan.
d. Dalam perkembangan moral, perkembangan hanya akan terjadi
apabila diciptakan suatu diequilibrium kognitif pada diri si anak
didik. Sesorang yang sudah mapan dalam satu tahap tertentu harus
diusik secara kognitif sehinga ia terangsang untuk memikirkan
kembali prinsip yang sudah dipegangnya. Kalau ia tetap tentram
dan tetap dalam tahapannya sendiri, maka tidak mungkin ada
perkembangan.
Kegiatan yang dapat mengasah perkembangan moral anak menyangkut 3
hal strategi,yaitu strategi latihan dan pembiasaan, strategi aktivitas dan
bermain, strategi pembelajaran (wantah, 2005 :109).
1. Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk
nmembentuk perilaku tertentu pada anak termasuk perilaku moral.
Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat
relative menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati
anak yang lebih tua atau orang dewasa yang lainnya, mak anak
memiliki kebiasaan yanbg baik, yaitu selalu menghormati orangtuanya.

viii

2. Strategi aktivitas bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak
dapat digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral
kepada anak. Menurut hasil penelitian Piaget (Wantah, 2005:116)
menunjukkan bahwa perilaku moral anak usia dini terjadi melalui
kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan
menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan
namun dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya
namun belum mengikuti aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain
bersama temannya dengan aturan yang berlaku.
3. Strategi Pembelajaran
Usaha perkembangan moral anak dapat dilakukan dengan
strategi pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan
pembelajaran dan nilai-nilai dan penngembangan watak yang
diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang
seperti

kejujuran,keberanian,persahabatan

dan

penghargaan

(Wantah,2005:123)
Secara umum ada berbagai teknik yang dapat diterapkan untuk
mengembangkan moral anak. Menurut Wantah (2005:129) teknikteknik yang dimaksud adalah: 1.membiarkan, 2. tidak menghiraukan, 3.
Memberi contoh (modelling), 4. mengalihkan arah (redirecting),
5.memuji, 6. mengajak, 7.menantang.
B. KEGIATAN YANG DAPAT MENGASAH
PERKEMBANGAN MORAL
Kegiatan

yang

dapat

mengasah

perkembangan

moral

anak

menyangkut 3 hal strategi,yaitu strategi latihan dan pembiasaan, strategi
aktivitas dan bermain, strategi pembelajaran (wantah, 2005 :109).
1

1. Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk
nmembentuk perilaku tertentu pada anak termasuk perilaku moral. Dengan
latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relative
menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak yang
lebih tua atau orang dewasa yang lainnya, mak anak memiliki kebiasaan
yanbg baik, yaitu selalu menghormati orangtuanya.
2. Strategi aktivitas bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat
digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral kepada anak.
Menurut hasil penelitian Piaget (Wantah, 2005:116) menunjukkan bahwa
perilaku moral anak usia dini terjadi melalui kegiatan bermain. Pada
mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan menggunakan mainan. Setelah
itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan sendiri. Kemudian
anak bermain bersama temannya namun belum mengikuti aturan yang
berlaku. Selanjutnya anak bermain bersama temannya dengan aturan yang
berlaku.
3. Strategi Pembelajaran
Usaha perkembangan moral anak dapat dilakukan dengan strategi
pembelajaran

moral.

Pendidikan

moral

dapat

disamakan

dengan

pembelajaran dan nilai-nilai dan penngembangan watak yang diharapkan
dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti
kejujuran,keberanian,persahabatan dan penghargaan (Wantah,2005:123).
Secara umum ada berbagai teknik yang dapat diterapkan untuk
mengembangkan moral anak. Menurut Wantah (2005:129) teknik-teknik
yang dimaksud adalah 1.membiarkan, 2.tidak menghiraukan, 3. Member
contoh(modelling),4.

mengalihkan

6.mengajak, 7. menantang

x

arah

(redirecting),

5.memuji,

C. MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN
MORAL
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian,perkembangan internalisasi
nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya
sebagai model. Bagi para ahli psikoanalisis, perkembangan moral dipandang
sebagai proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang
sebagai kematanagan dari sudut organik biologis. Menurut psikoanalisis,
moral dan nilai menyatu dalam konsep superego yang dibentuk melalui
jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari
luar (khususnya orang tua) sedemikian rupa, sehingga akhirnya terpencar
dari dalam diri sendiri. Teori-teori yang nonpsikoanalisi beranggapan bahwa
hubungan anak-orang tua bukan satu-satunya sarana pembentukan moral.
Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri mempunyai peran
penting dalam pembentukan moral. Dalam usaha membentuk tingkah laku
sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu, banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral peserta didik, diantaranya , yaitu:
1. Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2. Faktor seberapa banyak model(orang-orang dewasa yang simpatik,temanteman,orang-orang yang terkenal dan hal lain) yang diidentifikasi oleh
anak sebagai gambaran-gambaran ideal.
3. Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala-segala
unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat
penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung
dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai
tertentu.,
4. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi perkembnganm moral adalah
tingkat penalaran. Perkembngan moral yang sifatnya penalaran menurut
Kohelberg, dipengaruhi oleh perkembngan

nalar sebagai mana

dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang

1

menurut tahap-tahap perkembangan Piaget, makin tinggi pula tingkat
moral seseorang.
5. Faktor interaksi sosial dalam memberikan kesepakatan pada anak untuk
mempelajari dan menerapkan standar perilaku yang disetujui masyarakat,
keluarga,sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.

xii

KESIMPULAN
Perkembangan moral merupakan perkembangan yang berkaitan dengan aturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain, serta perubahan-perubahan perilaku yang terjadi
dalam kehidupan anak berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar
nilai yang berlaku dalam kelompok sosial.

1