ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SEKOLAH : Studi Kasus di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bandung.

ANAMSIS IKRIIADAP I AKTOR-I AKTOR YANG MLMPLNGARUHI
K INK R.I A SK KOLA 11

(Studi Kasus di Sekolah Mcnengah Imum Negeri 5 Bandung)

TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
Memperoleh gelar Magistcr Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

EMI YULIATY
989726

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2001


DISHTUJUl DAN DISAHKAN OLtfH PHMBIMBING
UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

PROF. DR. H. TB.

SUDDIN MAKMUN, MA

PEMBIMBrNG II

PROF. DR. H. ABDUL AZIS WAHAB, MA

DISETUJUIOLEH

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASl PENDIDIKAN
PROGRAM 1MSCASARJANA

UNIVERSITAS PENQIDIKAN INDONESIA (UPI)

PROF. DR. H. TB.


SUDDIN MAKMUN, MA

ABSTRAK

EMI YULIATY (2001)

Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sekolah (Studi
Kasus di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bandung).

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi ilmiah sebagai
masukan yang berguna bagi kinerja kepala sekolah dalam memenej sekolahnya,
khususnya bagi kualitas output siswa. penelitian ini terfokus pada kinerja manajemen
kepala sekolah dengan proses berbentuk siklus yang bermula dari gaya kepemimpinan
kepala sekolah; kinerja manajemen kepala sekolah yang terdiri dari sistem pelayanan
administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (proses pembelajaran),
pembinaan kemampuan profesional guru, pengelolaan sarana dan prasarana; hambatanhambatan yang ditemui dalam rangka operasionalisasi manajemen sekolah.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan di SMUN 5
Bandung dengan pertimbangan memenuhi tuntutan perwujudan setting yang alamiah,
pemenyatuan penelitian dengan masyarakat yang diteliti, disamping pertimbangan
waktu, tenaga dan dana. Pertimbangan yang sangat penting dan mendesak untuk dicari

penyelesaiannya adalah terjadinya penurunan kualifikasi lulusan setiap tahun ajaran,
apabila dibandingkan dengan kualifikasi ketika siswa baru masuk.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, interview, observasi dan
studi dokumentasi. Data dikumpulkan dengan cros cek, trianggulasi secara snow ball.
Proses penelitian dilakukan tiga tahap, yaitu persiapan sebelum ke lapangan, di lapangan
dan pasca lapangan untuk membuat simpulan dan analisis berdasarkan studi
kepustakaan. Tiga langkah ditempuh dalam proses pengumpulan data; reduksi data,
display / transpormasi dan penyimpulan.
Hasil yang ditemukan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang
dominan dari kinerja sekolah bahwa kepala sekolah belum secara kuat menunjukkan

operasionalisasi manajerial pada program sistem Quality Assurance di sekolah.
Kenyataan tersebut berkaitan erat dengan upaya pencepatan iklim kerja yang kondusif.
Sistem pelayanan administratif berpusat pada kepala sekolah sebagai otoritas tertinggi di
sekolah. Bentuk-bentuk administrasi ditentukan pada pelayanan terhadap guru tentang
jenjang karirnya dan pelayanan terhadap murid dalam hal pelaksanaan PBM di kelas.
SMUN 5 Bandung telah melaksanakan program pengembangan guru untuk
meningkatkan pembelajaran yang meaningful. Namun, berbagai program tersebut belum
terlihat efektif karena pelaksanaan yang belum dipandu oleh strategi yang mantap.
Strategi pengembangan guru yang ditetapkan tidak diawali dengan penilaian kinerja


guru dan perencanaan progran pengembangan tidak didasarkan pada hasil analisis
kebutuhan yang akurat. Program ketatalaksanaan belum terencana dengan baik, kegiatan
ketatalaksanaan belum terkoordininasi dengan baik dan kegiatan ketatalaksanaan belum
terdokumentasi dengan baik.
Hambatan-hambatan lain

yang ditemui dalam rangka operasionalisasi
manajemen sekolah dapat diatasi dengan meningkatkan kemampuan manajemen kepala
sekolah; menciptakan iklim dan budaya keterbukaan dalam manajemen sekolah,
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam kepemimpinan dan meneruskan
kebijakan tertentu yang dapat menguntungkan semua pihak.

ABSTRACT

Emi Yuliaty (2001)

Analysis of Factors that Influence the School Performance (Case Study in
SMUN 5 Bandung)


The main purpose of this research is to obtain scientific information that
can be used as useful input for the performance of the headmaster in managing
his/Tier school, especially for the quality of the student (output). This research is
focused on the headmaster's management performance with a cycle-shaped

process which starts from the headmaster's leadership style; the headmaster's
performance which consists of administrative system, organizing system of
education (learning process), supervising teacher professional ability,

infrastructure management, obstacles found in operating the school management.
This research used a qualitative approach at SMUN 5 Bandung with
consideration to fulfill the natural setting needed, the closeness with the

community to be observed, in addition to time, human, and fund availability. The
important "consideration and urgently needed to find the solution of the degradation
of qualification of the students graduating every school year as compared to the
qualification of new students.

Data collection techniques are interviewing, observation and
documentation of studies. Data has been collected with cross check, snow ball

triansulation. Research process was performed in three stages; preparation before

goini* to the field, in the field and post filed process to prepare interaction and

analysis based on literature study. Three steps have been done in data collection;
data reduction, transformation/' display and conclusion.

Results found from, the research can he concluded that the dominant factor

of school performance is the headmaster has not been strong enough to show

management operation of the program in quality assurance system at school. This

condition shows a strong relation with an acceleration effort to produce a
conducive working environment. Administrative system is concentrated on the
headmaster as the highest authority at school. Administration forms have been
determined on service for teacher's career and service on students in order to
organize PBM in the classroom.

SMUN 5 Bandung has performed teacher development programs to


increase a meaningful learning process. Nevertheless, those programs have not yet
been effective because they have not been guided by an appropriate strategy. The
established teacher's development strategy has not been initialized by teacher

performance evaluation and the development program planning was not based on

the accurate result ofdemand analysis. The operating procedure program has not

been well planned, the operating procedure activity has not been well coordinated
and operating procedure activity has not been well documented.
Other obstacles found during school management operation can be
overcome by increasing headmaster's management ability, creating an open
environment and an open culture in school management, implementing the

function of management in leadership and continuing to implement certain policies
that benefits all parties.

DAFTAR ISI


Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR 1S1
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB II


BAB III

,
,-jj
v
vi
vii

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Rumusan Masalah
Manfaat Penelitian
Asumsi Penelitian
Paradigma Penelitian
Sistematika Penulisan

]
jq
Ij
12

12
]3
14

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsepdan Proses Manajemen Pendidikan

19

B.
C.
D.
E.
F.
G.

36
60
65

75
95
102
102
106

Kepemimpinan Dalam Kegiatan Manajemen
Manajemen Kinerja Sekolah dan Kualitas Sekolah
Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pandangan-pandangan Tentang Sekolah Efektif
Manajemen Berbasis Sekolah
Studi Yang Relevan (Temuan Empirik)
1. Studi Terdahulu
2. Kesimpulan Studi Kepustakaan

PROSEDUR PENELITIAN

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Penetapan Lokasi Penelitian
Penentuan Objek Penelitian
Metode Penelitian
Data Yang Diperlukan
Instrumen Penelitian
Validitas Penelitian
Analisis Data dan Interpretasi

108
109
1j j
115
117
j18
119

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
B. Manajemen Kinerja Kepala Sekolah

122
125

C. Hambatan-hambatan Yang Ditemui Dalam Rangka
Operasionalisasi Manajemen Sekolah

147

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
B. Manajemen Kinerja Kepala Sekolah
C. Upaya Pemecahan Tentang Hambatan-hambatan
Dalam Rangka Operasionalisasi Manajemen Sekolah
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
C. Implikasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

151
165

180
183
190
192

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

1.1. NEM Input (NEM Masuk) SMU se Kota Bandung
Tahuan Pelajaran 1997-1998 s/d 1999-2000

8

1.2. NEM Out put (NEM Lulusan) SMU Negeri se Kota Bandung
TahunPelajaran 1997 - 1998 s/d 1999 - 2000

9

2.1. Sifat-sifat Keterampilan Pribadi

44

2.2. Kompoenen-komponen Manajemen Berbasis Sekolah

98

2.3. Tipe Model Sekolah

99

2.4. Strategi Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah

101

3.1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

117

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Halaman

1. Paradigma Penelitian

16

2. GarapanManajemen Pendidikan

25

3. Wilayah Kerja Manajemen Pendidikan

25

4. Proses Manajemen

28

5. Proses Perencanaan

30

6. Kecenderungan Konsiderasi dan StrukturInisiasi

46

7. Model Kepemimpinan Fiedler

49

8. Perilaku Kontinum Pemimpin

52

9. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan

54

10. Model Kepemimpinan Situasional

57

11. Model PenampilanOrganisasi

67

12. Penampilan (Kinerja) Pemimpin Kepala Sekolah

73

13. Lingkungan Eksternal

91

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah

201

2. Pedoman Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah

203

3. Pedoman Wawancara dengan Para Guru

205

4. PedomanObservasi denganPara Guru

208

5. Pedoman Wawancara dengan Siswa

209

6. Pedoman Wawancara dengan Orang Tua Siswa

211

7. Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan

212

8. Surat Izin dari Kepala Sekolah SMUN 5 Bandung
Mengadakan Penelitian

213

9. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMUN 5 Bandung

214

10. Daftar Riwayat Hidup

215

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai
komponen yang berkaitan satu sama lain. Apabila pendidikan ini dikelola secara

terencana dan teratur, maka berbagai elemen yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan perlu dikenali. Untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan

sebagai suatu sistem. Ryan (1968) dalam Nanang Fattah (2000: 6) menyatakan:
"any identifiable assemblage of element (object, persons, activities, information,
records, etc) which are interrelated by process or structure and which are

presumed to function as an organizational entity generating an observable (or
sometimes merely inferable) product".

Merujuk kepada pernyataan di atas, dapat diidentifikasi bahwa sistem

mengandung elemen yang saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan.

Kesatuan itu berfungsi mencapai tujuan, membuahkan hasil yang dapat diamati.
Situasi pendidikan adalah manakala semua elemen atau komponen pendidikannya

beroperasi, dan elemen pendidikan yang umumnya terdapat pada organisasi
adalah: (1) personal pendidikan yang terdiri atas peserta didik, tenaga inti dan

penunjang kependidikan, (2) sarana dan prasarana pendidikan yang meliputi

kurikulum, buku, media pendidikan, dan bangunan serta perlengkapannya (Yayat,
R. 1987: 189).

Melalui elemen-elemen dan komponen-komponen yang disebutkan di atas,

suatu organisasi pendidikan dituntut untuk dapat membentuk pribadi individu,

masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila hampir
setiap negara menaruh perhatian yang besar terhadap upaya pembangunan dan

pendidikan warganya, di samping itu adanya peningkatan kesadaran tentang
pentingnya pendidikan pada hampir semua orang, sehingga konsekuensinya
permintaan akan pendidikan pun meningkat. Pendidikan juga merupakan salah
satu sektor yang menjadi perhatian masyarakat yang berkeinginan memperbaiki

kualitas hidupnya. Pendidikan pun dipandang sangat esensial sebagai pelaku
perubahan dan perkembangan bagi manusia dan masyarakat, sehingga masyarakat
pun menuntut pada lembaga-lembaga pendidikan memberikan respons agar
menampilkan dirinya sesuai dengan harapan-harapan dan kebutuhan masyarakat.

Salah satu lembaga pendidikan yang menjadi tumpuan dan harapan
masyarakat, bangsa dan negara dalam membangun tunas-tunas bangsa adalah

pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan salah satu jenjang dari

jalur pendidikan menengah dengan mengembangkan misi atau tujuan khusus yang
berbeda dengan jenjang pendidikan di bawahnya. Pendidikan menengah lebih
mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan studi pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi dan harus dapat mengembangkan diri dan memproses serta

memanfaatkan semua potensinya agar mampu menjadi warga masyarakat yang
baik. Relevan dengan pernyataan di atas, di dalam Peraturan Pemerintah No. 29

tahun 1990 pasal 2 ayat 1dinyatakan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan mutu pengetahuan,
teknologi, dan kesenian

b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
alam sekitarnya.

Salah satu elemen atau komponen penting yang mendukung pencapaian

misi atau tujuan di atas adalah kepala sekolah. Roe dan Drake (1980: 11)
menyatakan bahwa "Kepala sekolah merupakan faktor kunci yang sangat
menentukan sukses atau gagalnya sekolah dalam mencapai tujuannya".
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa seluruh perilaku kepala sekolah

dalam konteks kepemimpinan, mesti diarahkan untuk membantu pencapaian
tujuan pendidikan khususnya sekolah menengah yang dipimpinya.

Sekolah yang efektif dipengaruhi oleh kepemimpinan administrasi yang

kuat, harapan yang tinggi tetapi realistik dari setiap individu, atmosfir kerja yang
kondusif, pengawasan yang berkala terhadap kemajuan yang diperoleh
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dari sekolah-sekolah

efektif memiliki visi yang jelas tentang masa depan sekolahnya, ini diterjemahkan
menjadi tujuan pendidikan yang diaktualisasikan dengan baik, menyediakan
bantuan saat diperlukan, menemukan cara untuk berkerjasama dengan semua staf
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Hatton dan Smith

(1992: 9) dalam bukunya "The School Manager" menyatakan bahwa ciri-ciri
sekolah yang efektif adalah:

-

memiliki tujuan yang jelas,
melaksanakan kurikulum yang ketat,

-

memberikan perhatian yang besar untuk melaksanakan kesempatan
belajar tanpa memperhatikan latar belakang sosial ekonomi dari para
siswa,

-

kepemimpinan instruksional disadari oleh kepala sekolah melalui

orientasi menuju pencapaian hasil, pengawasan terhadap kemajuan
secara sistematis, pandangannya yang jauh ke depan dan strategi
pengawasan informal,

-

harapan yang tinggi dibangun dan disosialisasikan kepada para siswa.

Selanjutnya Hatton dan Smith (1992) menyatakan bahwa kepala sekolah
merupakan pemain kunci dalam menyediakan struktur dalam organisasi yang akan
memanifestasikan perubahan dan peningkatan yang memudahkan para guru untuk

bekerja sama dengan baik, mengatur waktu dan sumber daya, mengembangkan
rasa

direksi dan otonomi, dan membina hubungan di antara para anggota

keleompok. Keberlangsungan pengembangan staf juga merupakan ciri utama
sekolah efektif.

Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas sekolah yang dilakukan

oleh beberapa ahli manajemen seperti (Purkey and Smith (1983), Cohn (1982),
Mac Kenzie (1983), Madaus et.al (1981), dan Cohn and Rossmiller (1987)),
menunjukkan bahwa struktur organisasi kepemimpinan dan budaya organisasi
sangat penting sekali bahkan sebanyak satu pertiga (32 %) dari pemerolehan siswa
dalam "tes pemerolehan" {achievement test) dapat dihitung berdasarkan kualitas

manajemen sekolah. Hasil penelitian itu lebih jelas tergambar dalam pernyataan
berikut: "the school effectiveness research indicates that organizational
characteristics of schools account for 32 percent of between school variance in

student achievement (Rosenholtz, 1985). This means that as much as one third of

the student gain or loss on achievement test can be accountedfor by the quality of
school management".

Pernyataan-pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa peran kepala sekolah

sebagai pengelola pendidikan di sekolah termasuk Sekolah Menengah Atas yang
sekarang menjadi

(SMU), adalah sangat besar. la harus mampu mengelola

sekolah yang dipimpinnya karena mempunyai pengaruh terhadap seluruh

komponen yang ada, baik guru, siswa, hubungan dengan orang tua siswa atau

personil lainnya, bahkan terhadap program pengajaran, rencana pelajaran dan
seluruh tahap operasional dari program sekolahnya.

Apabila kita amati situasi dan perkembangan teknologi kependidikan

sekarang ini, menunjukkan ada beberapa kecenderungan yang perlu mendapat
perhatian dari administrator sekolah, sehingga menuntut adanya ancangan baru

dalam mengelola sekolah. Kecenderungan-kecenderungan itu menurut penulis
antara lain adalah:

- berkembangnya teknologi, menuntut perkembangan kurikulum yang
dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan produk
teknologi di bidang pendidikan,

-

sumber daya manusia dalam pendidikan di sekolah masih perlu
pengembangan profesionalitasnya, disiplin dan motivasi kerja serta
sistem imbalan, dan

-

perlunya pengembangan kemandirian sekolah

Persoalannya adalah dalam upaya pengembangan pendidikan di sekolah,
perlu ditumbuhkan dan dikembangkan sikap kreativitas dan inovatif terutama dari

kepala sekolah selaku manajer, sehingga sekolah dapat mengakaomodasi harapan,
tuntutan dan aspirasi masyarakat sebagai stake holder pendidikan.

Hasil pengkajian kualitas pndidikan khususnya pendidikan menengah

(SMU) secara makro menunjukkan masih terdapatnya kesenjangan sebagaimana
disinyalir dalam media massa bahwa proses pendidikan tengah mengalami

kemandegan tidak hanya dalam sistem pengajaran, tetapi juga mencakup kualitas
pendidikannya (Pikiran Rakyat: 11 Nopember 2000, halaman 18).

Untuk menjawab tantangan di atas, sekolah menengah umum sebagai

sistem terbuka dituntut untuk mengetahui secara jelas fenomena yang terjadi di
sekitarnya, baik pada lingkungan internal maupun eksternal yang menyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan menengah dan belum berdayanya manajemen
pendidikan menengah secara optimal.

Kecenderungan di masa datang, yang sudah mulai terlihat dengan

tumbuhnya tuntutan masyarakat terhadap pendidikan (sekolah-sekolah) yang
semakin bermutu. Dewasa ini orang tua telah membuat pilihan-pilihan bagi
pendidikan anaknya berdasarkan pertimbangan mutu. Oleh karena itu, sekolah

semakin ditantang untuk lebih meningkatkan kinerja manajemennya. Dengan
perkataan lain, sekolah semakin ditantang untuk menghadapi tuntutan dan

perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Penataan kinerja manajemen
sekolah dan pendayagunaan sumber-sumber daya pendidikan merupakan upaya
manajemen yang tidak dapat dikesampingkan oleh pihak sekolah; terutama
apabila sekolah menginginkan meningkatkan kualitas kinerjanya. Konsekuensi
logisnya dari pernyataan di atas adalah kepala sekolah haru berbenah diri dalam

menjadikan organisasinya menjadi organasi nirlaba yang maju dan berkembang

untuk mempevbaM performance sekolah menjadi sekolah yang tanggap terhadap
kemajuan dan responsif pada tuntutan kualitas.

Peningkatan pendidikan harus terjadi pada tingkatan manajemen

persekolahan agar dapat mendayagunakan potensi-potensi lembaga pendidikan

secara optimal. Relevan dengan pernyataan di atas, Muhammad Fakhri Gaffar

(1988) menyatakan bahwa keseluruhan kegiatan manajemen sekolah harus

digiring untuk menciptakan suatu situasi di mana anak dapat belajar dengan baik,
sehingga mutu pendidikan meningkat.

Kompleksitas

manajemen

sekolah

dan pentingnya

keberhasilan

pelaksanaan manajemen sekolah, menuntut semua yang terkait baik customer,
consumer, dan stake holder pendidikan untuk bersama-sama membangun
manajemen pendidikan yang bermutu (Aan Komariah, 1999: 7). Kepala sekolah

merupakan kunci penggerak manajemen sekolah yang berkualitas, sehingga dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya perlu didukung oleh beberapa kualifikasi
antara lain profesionalisasi pekerjaan administrasi sekolah yang memadai sesuai
dengan tuntutan profesionalisasi pekerjaan. Relevan dengan pernyataan di atas,

Ahmad Sanusi (1991: 117-118) menyatakan bahwa usaha peningkatan

kemampuan manajerial sekolah, harus didukung oleh profesionalisasi pekerjaan
administrasi sekolah yang membuat para pejabatnya benar-benar menjadi
"administrator karir".

Rendahnya kualitas manajerial sekolah banyak disebabkan oleh kurangnya
keahlian manajemen kepala sekolah, baik dari tingkat konsep maupun praktis.
Realitas menunjukkan bahwa sekolah masih menjalankan manajemen secara

konvensional sedangkan kehidupan di luar persekolahan menuntut sikap
responsif, akomodatif, dan aspiratif untuk menjawab semua tantangan jaman.

Sikap seperti itu bisa diwujudkan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang
serta menganalisis kelemahan dan ancaman sehingga menjadi kekuatan bagi

perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah. Realitas di atas juga bisa dilihat di
Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bandung.

Kinerja menejerial seperti di atas, berdampak pada penurunan hasil NEM

keluar siswa (out put) sekolah itu, apalagi apabila dibandingkan dengan
kualifikasi ketika siswa baru masuk khususnya pada dua bidang studi yaitu Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk lebih jelas
gejala di atas, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1

NEM Input (NEM masuk) SMU se Kota Bandung
Tahun Pelajaran 1997-1998 s/d 1999-2000
No

Nama Sekolah

97/98

98/99

99/00

1

SMU 01

41,85
42,38

37,94
39,29
42,82
37,33
40,34
36,29
35,59
40,04
35,67
35,80
36,00
35,95
34,20
35,83

41,49
43,38
46,82
42,11
44,58
40,21

2

SMU 02

3

SMU 03

4

SMU 04

5

SMU 05

6

SMU 06

7

SMU 07

8

SMU 08

9

SMU 09

47,06
42,74
44,36
39,52
39,00

19

SMU 19

20

SMU 20

44,29
31,31
40,59
39,57
39,38
37,02
39,37
37,40
37,47
37,34
37,38
38,02
42,04

21

SMU 21

Rayonisasi

22

SMU 22

40,75

23

SMU 23

24

SMU 24

25

SMU 25

37,68
37,73
37,52

10

SMU 10

11

SMU 11

12

SMU 12

13

SMU 13

14

SMU 14

15

SMU 15

16

SMU 16

17

SMU 17

18

SMU 18

34,20
33,21

33,78
33,30
34,38
38,04
33,28
36,66
34,73
34,98
33,12

39,17
43,48
39,60
40,04
39,95
39,61
38,08
39,52

Keterangan
Jl. Juanda

Jl. Cihampelas
Jl. Belitung
Jl. Gardujati
Jl. Belitung
Jl. Pasir Kaliki

Lengkong Kecii
Jl. Solontongan
Jl. Suparmin
Jl. Cikutra
Jl. H. Aksan

Jl. Sekejati
Jl. Cimindi
Jl. Pramuka

38,00

Jl. Sarijadi

36,55
37,18
37,36
38,15
42,35
35,63
40,77

Jl. Kebaktian

38,32
38,27
36,33

Jl. Caringin
Jl. Situ Gunting
Dago Pojok
Jl. Citarum
Jl. Ciwastra

Jl. Rajamantri
Jl. Antapani
Jl. Uber
Jl. Buah Batu

Sumber : Data Passing Grade SMU Negeri di Lingkungan Kandepdiknas Kota
Bandung

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa NEM input (NEM masuk) SMU

Negeri se Kota Bandung termasuk SMU Negeri 5 yang menjadi lokasi penelitian

ini mengalami fluktuatif. Selanjutnya untuk memperoleh gambaran lebih jelas
tentang NEM out put, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2

NEM Out put (NEM Lulusan) SMU Negeri se Kota Bandung
Tahun Pelajaran 1997-1998 s/d 1999-2000
No

Nama Sekolah

Jurusan IPS
98/99

99/00

97/98

98/99

99/00

5,29
5,95
5,44
6,08

6,01
6,25
7,02
6,59
6,73
5,44
5,64
6,79
5,97
6,11
5,96
5,79
5,29
6,37
5,50
5,32
5,56
5,47
5,54
6,00
5,16
5,95
5,42
5,35
4,87

5,55
6,08
6,49
6,29
5,95
5,04
5,03
5,89
5,23
5,49
5,41
5,12
4,72
5,28
4,96
4,73
4,51
4,96
4,45
5,28
4,43
5,27
4,57
4,93
4,60

5,24
5,96
5,81

5,89
6,21

17

SMU 17

18

SMU 18

5,55
6,24
6,27
6,54
6,34
5,68
5,55
6,16
5,72
6,09
5,77
5,73
5,28
5,63
5,57
5,24
5,11
5,26

1

SMU 01

2

SMU 02

3

SMU 03

4

SMU 04

5

SMU 05

6

SMU 06

7

SMU 07

8

SMU 08

9

SMU 09

10

SMU 10

11

SMU 11

12

SMU 12

13

SMU 13

14

SMU 14

15

SMU 15

16

SMU 16

19

SMU 19

5 P

20

SMU 20

21

SMU 21

22

SMU 22

23

SMU 23

5,72
4,97
6,03
5,37
5,58
5,04

24

SMU 24

25

SMU 25

Jurusan IPA

97/98

5,11
5,28
5,25
6,03
5,52
5,42
5,29
5,51
5,12
5,06
5,18
4,84
4,76
4,82
4,79
5,29
4,42
5,84
4,98
5,36
4,57

6,11
5,43
5,14
4,91
6,04
5,45
5,48
5,16
5,21
4,64
4,89
5,16
4,35
4,39
4,54
4,41
5,14
4,41
5,65
4,87
5,10
4,56

7,11
6,38
6,72
5,40
5,25
6,22
5,56
5,59
5,89
5,10
4,87
6,12
4,92
4,71
4,91
5,21
5,13
5,81
4,31
5,53
4,69
5,10
4,33

Sumber : Data NEM Lulusan SMU di Lingkungan Depdiknas se Kota Bandung

Seperti halnya NEM input, NEM out put SMUN se Kota Bandung,

termasuk SMU Negeri 5 yang menjadi lokasi penelitian ini, juga mengalami
fluktuatif. Fluktuatif NEM out put dialami oleh jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dan Ilmu PengetahuanAlam (IPA).

Penelitian terhadap manajemen sekolah, khususnya berkenaan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen sekolah, di SMU Negeri 5
Bandung semakin penting artinya karena akan dapat mengungkap bagaimana
sesungguhnya kinerja manajemen sekolah. Dengan perkataan lain, gambaran

obyektif manajemen sekolah akan diungkap melalui studi ini, selanjutnya
memberikan alternatif solusi atas persoalan yang muncul.

Merujuk kepada paparan di atas dan gejala persoalan sekitar kinerja
manajemen sekolah di SMU Negeri 5 Bandung, penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul: ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KINERJA SEKOLAH (Studi Kasus di Sekolah
Menengah Umum Negeri 5 Bandung).

B.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menyusun
strategi manajemen kerja sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di

SMU Negeri 5 Bandung. Sedangkan secara khusus, sesuai pertanyaan penelitian

di atas, tujuan penelitian ini adalah mengungkap secara empirik hal-hal yang
terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen kepala
sekolah seperti:

1. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang mencakup visi, misi, strategi dan
program-program yang dikembangkan dalam memberdayakan potensi-potensi
sekolah.

2. Manajemen kinerja kepala sekolah dalam mengembangkan kualitas sekolah.

3. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam rangka operasionalisasi manajemen
sekolah dan alternatif solusinya.

C. Rumusan Masalah

Seperti telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, bahwa

kepala sekolah SMU Negeri 5 Bandung cenderung menerapkan manajemen
konvensional dan kaku, sehingga kurang aspiratif dan akomodatif terhadap
tuntutan dann perkembangan jaman. Dampak dari manajemen yang konvensional

dan kaku, ada indikasi bahwa kualifikasi atau mutu lulusan cenderung menurun
apalagi apabila dibandingkan ketika siswa baru masuk.

Secara sistemik, persoalan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor baik

bersifat internal maupun eksternal seperti manajemen akademik, personalia,
keuangan, dan sarana maupun hubungan masyarakat termasuk orang tua dan stake
holders lainnya.

Merujuk kepada fokus penelitian di atas, hal-hal yang akan diungkap
melalui penelitian ini dapat formulasikan dalam pertanyaan penelitian sebagai
berikut:

1. Bagaimanakah gaya kepemimpinan yang ditampilkan oleh kepala sekolah
SMUN 5 Bandung?

11

2. Bagaimanakah manajemen kinerja kepala sekolah dalam mengembangkan

kualitas sekolah di SMUN 5 Bandung?
3. Apa hambatan-hambatan yang ditemui dalam

rangka operasionalisasi

manajemen sekolah dan alternatif solusi terhadap hambatan-hambatan yang
ditemui?
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini memberi sumbangan bagi kepala sekolah berupa pengungkapan
secara empirik faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen sekolah
Menengah Umum (SMU) Negeri 5 Bandung. Dengan demikian, hasil-hasil
penelitian ini bida dijadikan rambu-rambu bagi kegiatan manajerial oleh
kepala sekolah di sekolah yang bersangkutan.

2. Lebih lanjut hasil penelitian ini juga bisa dijadikan rambu-rambu bagi
pengembangan
meningkatkan

program
kualitas

kinerja
proses

manajemen
pembelajaran

sekolah
dan

dalam

rangka

pengajaran

(proses

pendidikan secara umum) di SMU Negeri 5 Bandung.
3. Bagi penulis pribadi, hasil penelitian ini dapat mengembangkan wawasan

keilmuan jurusan Administrasi pendidikan.

E. Asumsi Penelitian

Adapun asumsi-asumsi yang mendasai penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Keberhasilan dan kegagalan sekolah dalam menampilkan kinerjanya secara
memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
12

Kinerja sekolah ditunjukkan oleh iklim kehidupan sekolah, etos kerja,
semangat kerja guru, prestasi belajar siswa, dan disiplin sekolah secara
keseluruhan (Dedi Supriadi, 1998: 346).
2. Komponen yang menentukan pengembangan, perubahan, dan keberhasilan

kegiatan yaitu adanya suatu visi yang jelas, misi rancangan kerja, sumber
daya, keterampilan profesional, motivasi dan insentif(Tilaar, 1993: 13).

3. Peranan kepala sekolah sebagai principal, administrator, dan leader menjadi
sangat penting dalam proses pemberdayaan sekolah. Kepala sekolah perlu

memiliki visi yang jelas mengenai pembinaan mutu kehidupan sekolah yang
didifusikan kepada semua warga sekolah (guru dan siswa) serta masyarakat
(orang tua) Dedi Supriadi, 1988: 348-349).

4. Dalam melaksanakan manajemen sekolah, dilaksanakan suatu proses kegiatan
yang sistematis yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
pengkoordinasian, pengendalian, dan penilaian terhadap pekerjaan-pekerjaan

induk dan sumber-sumber kegiatan lainnya, dalam usaha bersama segenap
personil sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan (Udi
Turmudi, 1991: 1).

F. Paradigma Penelitian

Sekolah sebagai suatu sistem yang kompleks, tidak terlepas dari faktor-

faktor yang mempengaruhinya baik input, proses, maupun output yang
diharapkan. Input (masukan) sekolah dipengaruhi oleh raw input instrumental

input, dan enviromental input. Ketiga faktor tersebut mempunyai peran penting

dalam proses pengelolaan sekolah, khususnya terhadap kepemimpinan kepala
13

sekolah. Melalui kemampuan profesionalnya, kepala sekolah harus memiliki visi,
misi, motivasi, dan strategi dalam pengelolaan sekolahnya, sehingga terwujud dan
tercapai manajemen yang berkualitas. Kegiatan manajemen sekolah terkait dengan
komponen manajemen itu sendiri seperti tujuan, perencanaan, pengelolaan, sarana

prasarana dan Iain-lain. Pengelolaan sekolah yang sistematis, akan berdampak
pada pengembangan kinerja sekolah, sehingga pada gilirannya bisa berdampak
pada prestasi sekolah secara khusus dan kualitas pendidikan secara umum. Lebih
jelas lagi dapat dilihat pada bagan halaman (16).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penyajian tesis ini akan diorganisasikan ke dalam lima bab dan
pada tiap-tiap bab terdiri atas sub pokok bahasan. Bab pertama diberi judul

pendahuluan berisi enam sub pokok bahasan yaitu: latar belakang, tujuan
penelitian, masalah dan pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi
penelitian, dan alur pikir penelitian. Berikutnya pada bab kedua yang merupakan

tinjauan pustaka, disajikan konsep manajemen pendidikan, kepemimpinan dalam
kegiatan manajemen, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, pandangan tentang

sekolah efektif, dan kesimpulan studi kepustakaan.

Bab ketiga membicarakan prosedur penelitian yang mencakup: penetapan
lokasi penelitian, penentuan objek penelitian, metode penelitian, data yang

diperlukan, instrumen penelitian, validitas penelitian, analisis dan interpretasi.
Selanjutnya pada bab keempat disajikan temuan penelitian dan pembahasan yang
berkenaan dengan kepemimpinan dalam kegiatan manajemen, kinerja manajemen
sekolah, sekolah efektif.
14

Bab kelima merupakan bab terakhir yang terdiri darai, pertama,
merupakan kesimpulan yang bertalian dengan pembahasan. Kedua, merupkan

bagian tentang rekomendasi penelitian. Di samping itu, dilengkapai dengan daftar
pustaka, tabel, gambar, dan lampiran-lapiran untuk memperjelas bagi orang-orang
yang memperdalam kajian ini.

15

16

Input

Raw Input

Instrumental Input

Environmental Input

I
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Visi dan misi

Strategi

motivasi

T

FAKTOR-FAKTOR YANG
FAKTOR

BERHUBUNGAN DENGAN
EFEKTMTAS SEKOLAH

EKSTERNAL

FAKTOR

INTERNAL

(INTERNAL)

1. Dukungan orang
tua dan dukungan
masyarakat.

2. Dukungan yang
efektif dari sistem

pendidikan.

3. Mated yang

1. Iklim sekolah:

Outcome dari

a. Harapan yang tinggi dari sisws
b. Tata tertib dan disiplin
c. Kurikulum yang terorganisir
d. Penghargaan dan insentif
2. Kondisi yang memungkinkan:
a. Kepemimpinan yang berdaya

siswa

memadai dan

a.

Aktivitas

M

perkembangan

*rV

yang tepat.
yang memadai da

c. Fasilitas yang
memadai.

sosial
d.

b. Kemampuan guru mengajar
c.

Keberhasilan
ekonomi

M

Fleksibilitas dan otonomi

d. Penggunaan waktu yang

mf

efektif di sekolah

b. Bukupegangan
materi lain.

akademik

c. Kemampuan

guna

pendukungnya:
Proses

a. Partistpasi
b. Pencapaian

FAKTOR

KONSTEKTUAL
Ekonomi

3. Proses belajar mengajar:
a. Waktu belajar yang efektif
b. Variasi dalam strategi

a.

budaya
b.

mengajar

Ekonomi

politik

c. Pekerjaan rumah yangsering
d. Frekuensi penilaian pada muri<
dan umpan baliknya.

FOKUS PENELITIAN

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KINERJA SEKOLAH
i

I
KINERJA SEKOLAH

+
h,

PRESTASI SEKOLAH
Gambar : 1

PARADIGMA PENELITIAN

w

MUTU/QUALITAS
SEKOLAH

Bogdan dan Biklen (1982 : 30) menyebutkan bahwa "A paradigm is a

loose collection of logically held

togheter assumtions, conseption, or

proposition that orient thinking of research ". Berangkat dari rumusan tersebut,

maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik dengan alur
berfikir berikut:

1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaannya
memiliki visi dan misi, motivasi serta strategi. Dengan visi, misi yang mantap
dan motivasi yang kuat untuk menjadikan sekolah yang ia pimpin serta
strategi yang tersusun secara matang akan menghasilkan sekolah yang
berkualitas. Dalam Executive Report diketengahkan bahwa kualitas atau mutu

sekolah menunjukkepada keadaan atau sifat dari semua jasa atau layanan
pendidikan yang diberikan oleh sekolah yang sesuai atau melebihi kebutuhan

dan harapan para pelanggannya (Kerjasama PPDPN dengan LPUPI, 2001 : 4).

Jenis-jenis layanan berdasarkan pelanggannya dapat diidentifikasi menjadi

kelompok layanan manajemen; layanan pembelajaran dan pengembangan
pribadi. Melalui proses kepemimpinan kepala sekolah ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor determinan. Ada faktor eksternal yaitu dukungan orang tua
dan masyarakat, dukungan yang efektif dari sistem pendidikan dan materi
yang memadai dengan indikator aktivitas perkembangan yang tepat, buku
pegangan yang memadai dan fasilitas yang memadai pula. Di samping itu ada

pula faktor internal yaitu iklim sekolah : dengan indikator; harapan yang tinggi
dari siswa, tata tertib dan disiplin, kurikulum yang terorganisir dan
penghargaan dan intensif; kondisi yang memungkinkan dengan indikator,

kepemimpinan yang berdayaguna, kemampuan guru dalam mengajar,

17

fleksibilitas dan otonomi dan penggunaan waktu yang efektif di sekolah;
proses belajar mengajar dengan indikator, waktu belajar yang efektif, variasi

dalam strategi mengajar, pekerjaan rumah yang sering dan frekuensi penilaian
pada murid dan umpan baliknya.

2. Faktor yang berhubungan dengan efektivitas sekolah (internal) ini
menghasilkan dua faktor determinan lagi yaitu faktor internal dan faktor
kontekstual. Faktor internal yang dimaksud adalah out come dari siswa itu

sendiri seperti partisipasi, pencapaian akademik, kemampuan sosial dan

keberhasilan ekonomi. Sedangkan faktor kontekstual adalah ekonomi budaya
dan ekonomi politik. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa partisipasi siswa,
pencapaian akademik, kemampuan sosial dan keberhasilan akademik dapat
ditentukan oleh efektif atau tidaknya suatu sekolah.

3. Fokus perhatian pada setiap tahap (pengaruh kinerja sekolah) senantiasa
mengacu kepada tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pada masing-masing

bidang tugas pokok tersebut. Hasil penilaian kinerja sekolah memperlihatkan

jarak antara expected performance dengan present performance sehingga
ditemukan tingkat kebutuhan pengembangan / peningkatan.
Telaahan kinerja sekolah tidak dapat dipisahkan dengan kepemimpinan

kepala sekolah, yang bermula dari gaya kepemimpinan kepala sekolah;
manajemen kinerja sekolah itu sendiri dan hambatan-hambatan yang ditemui
dalam rangka operasionalisasi manajemen sekolah. Dalam konteks tersebut,

masalah pokok penelitian dirumuskan "Analsis terhadap faktor-faktor apa sajakah
yang mempengaruhi kinerja sekolah di SMUN 5 Bandung".

^D/O/-

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Penetapan Lokasi Penelitian

Pemilihan SMUN 5 Bandung untuk pelaksanaan studi kasus tunggal ini
didasarkan atas beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan pertama adalah

unsur keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik dilihat dari segi tenaga,
dana maupun dari segi efisiensi waktu. Pelaksanaan studi di lokasi yang dipilih
tidak menimbulkan masalah dalam kaitannya dengan kemampuan tenaga peneliti.
Satu hal yang sangat membantu dalam melakukan penelitian di lokasi pilihan ini
adalah masalah dana. Peneliti tidak dituntut biaya studi lapangan yang lebih besar
bila dibandingkan dengan penelitian di tempat lain. Selain itu, pemilihan lokasi
penelitian ini dapat memberikan efisiensi waktu dan masih dapat melaksanakan
tugas pokok peneliti sebagai guru di lembaga tersebut.

Ada alasan lainyang tidak kalah pentingnya dan pertimbangan yang lebih
mendasar dalam pemilihan lokasi penelitian ini. pertimbangan tersebut ialah
adanya karakteristik khusus yang melekat pada setting yang dipilih. Pengamatan
sementara menunjukkan bahwa di SMUN 5 Bandung terlihat ada kecenderungan

pada penurunan jumlah siswa yang masuk (input) dan di sisi lain NEM input

(NEM yang diperoleh siswa ketika masuk SMU) jugaberbeda. Dampak lanjutnya
adalah penurunan kualifikasi lulusan (NEM out put) setiap tahun pelajaran. Bahan

pertimbangan lainnya adalah kelangkaan studi yang berkaitan dengan kinerja

manajemen kepala sekolah. Sampai saat ini belum pernah dilakukan studi yang

108

dimaksudkan untuk menganalisis atau mengevaluasi unjuk kerja manajemen
kepala sekolah SMUN 5 Bandung. Belum pernah dilakukan studi yang
dimaksudkan untuk mengkaji ulang kinerja manajemen sekolah yang dilakukan.
Studi kualitatif dengan pendekatan naturalistik menuntut pengumpulan
data pada setting yang alamiah. Konsep kerja ini menghendaki bahwa kehadiran

peneliti di setting penelitian tidak akan merubah situasi atau prilaku orang yang
diteliti sangat menguntungkan bagi tercapainya kondisi yang alamiah tersebut.

Dengan demikian berbagai penomena yang beriangsung dan berbagai peristiwa
yang menjadi objek pengamatan terjadi secara alamiah. Tuntutan studi alamiah

tersebut merupakan suatu pertimbangan yang tidak bisa dikesampingkan dan turut
menyertai alasan pemilihan lokasi penelitian ini.

Suatu alasan yang cukup mendasar adalah perlunya kemenyatuan peneliti

dengan masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama. Pemahaman yang
komprehensif tentang objek penelitian hanya mungkin didapatkan dalam waktu
yang cukup lama. Keberhasilan peneliti dengan masyarakat yang diteliti dalam

waktu yang relatif singkat tidak dapat membuahkan hasil yang maksimal. Oleh
karena itu, pemilihan lokasi penelitian di lembaga sendiri dimungkinkan dan
memenuhi tuntutan pengalaman hidup yang cukup panjang untuk meraih
pemahaman yang lebih komprehensiftentang objek kajian.
B. Penentuan Objek Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan meliputi persepsi pengalaman, keyakinan
serta ilustrasi yang bertalian dengan fokus penelitian. Sementara itu, data

sekunder mencakup data tentang jumlah pemimpin beserta staf sekolah, jumlah
109

siswa, kuantitas yang menyertai pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai
pemimpin sekolah. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan tersebut, maka

sumber data mencakup orang, benda, dan peristiwa. Orang sebagai sumber data,
berstatus sebagai responden dan informan. Benda sebagai sumber data berbentuk
dokumen yang dapat memberikan informasi tentang seluk beluk permasalahan
yang menjadi fokus penelitian. Peristiwa sebagai sumber informasi tidak lain dari

pada keadaan atau kondisi yang sedang beriangsung dan dapat dibaca untuk
memahami berbagai aspek dan liku-liku pelaksanaan tugas pokok kepala sekolah
dalam menajemen sekolah.

Penetapan subjek dilakukan dengan teknik "Purposive ". Teknik tersebut

digunakan untuk menentukan subjek dari kalangan tenaga pengajar, siswa dan
orang tua siswa. Teknik purposive sampling ini menurut Patton, 1980 yang
dikutip oleh Natsir Luth (1998: 82) yaitu penetapan subjek penelitian yang
didasarkan kepada pertimbangan tertentu. Penggunaan teknik penetapan subjek ini
memberi peluang untuk tidak melakukan pematokan jumlah partisipan (sample
size) secara ketat pada tahap perencanaan penelitian. Penetapan subjek penelitian
dilakukan secara bertahap atau berproses (Moleong, 1990). Cara penentuan subjek
penelitian dengan cara demikian disebut juga snowball sampling, dengan resiko
terjadinya jumlah subjek penelitian yang makin lama makin banyak. Akhirnya

jumlah subjek penelitian dihentikan pada saat telah tercapai kejenuhan data (Ary,
Lucy, dan Jakob, 1982).

:10

C. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian langkah pertama adalah perlu
mempertajam konsep dan menuangkan konsep itu dalam suatu kerangka berupa

premis, dan premis yang telah dibentuk itu kemudian dikaji dan diuji dengan data
empirik di lapangan.

Untuk memperoleh data empirik yang sesuai dengan ruang lingkup
masalah dan tujuan yang telah dirumuskan. Penelitian ini menggunakan "metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif naturalistik. Alasan yang mendorongnya
adalah bahwa penelitian ini memenuhi ciri umum metode penelitian deskriptif
yang dinyatakan oleh Winarno Surachmad (1989 : 140), yaitu memusatkan diri

pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, dan pada
masalah aktual; data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dam
kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering disebut metode analitik).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlatar belakang alamiah

sebagai kebutuhan dengan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian.
Nasution (1992 : 59 - 60) menyebutkan bahwa karakteristik penelitian kualitatif
antara lain : pengambilan data yang dilakukan dalam suasana yang sewajarnya
tanpa memanipulasi situasi yang ada dengan peneliti sebagai instrumen data;

sampel bersifat purposive yakni diambil sesuai dengan fokus kajian, orang dapat

memberikan informasi setulus mungkin; hasil penelitian berupa deskripsi, lebih
mengutamakan proses dari produk; analisa data dilakukan secara terus menerus

untuk mencari makna yang bersifat kontektul atau sesuai dengan persepsi subjek
yang diteliti; kesimpulan diraih melalui proses verifikasi.

ill

Dari pendapat tersebut bahwa sasaran yang dicapai dalam penelitian

kualitatif diarahkan pada upaya menemukan teori-teori yang bersifat deskriptif.
Prosesnya lebih diutamakan daripada hasil membatasi studinya dengan penentuan
fokus dan menggunakan kriteria yang dipakai untuk kepentingan keabsahan data
serta disepakati hasil penelitian oleh subjek penelitian dan peneliti. (Lexy J.
Moleong, 1994 : 4-8).

Penelitian kualitatif ini tidak berangkat dari hipotesis dan teori untuk diuji,

tetapi langsung peneliti turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang
relevan. Kemudian teori tersebut diberi makna. Penelitian ini mencoba

mendeskripsikan dan menganalisa strategi pengembangan dosen yunior termasuk
di dalamnya visi, misi, tujuan, faktor pendukung, keadaan dan usaha
mengatasinya.

Penelitian ini mengacu pula pada karakteristik utama penelitian kualitatif

seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biglen (1992 : 27 - 29) sebagai
berikut:

-

Qualitative researches has the natural setting as the direct source of
data and the researchess is the instrument

Qualitative researches the descriptive

Qualitative researches are concerned with process rather than simply
with outcomes orproducts

-

Qualitative researches tend to analyze their data inductively

-

Meaning is essential concern to the qualitative approach.

112

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dipahami bahwa penelitian ini
ditandai oleh keadaan peneliti yang berperan sebagai instrumen dalam keadaan
(setting yang wajar). Keberadaan peneliti sebagai isntrumen didasari oleh alasan

sebagaimana dijelaskan oleh S. Nasution (1988 : 54) sebagai berikut : "peneliti
mempunyai adaptabilitas yang tinggi, jadi senantiasa dapat menyesuaikan dengan
situasi berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian". Dalam penelitian kualitatif

data yang dikumpulkan cenderung bersifat naratif dari pada angka-angka
(meskipun demikian penelitian kualitatif tidak menolak data kuantitatif) dan hasil

analisisnya berupa uraian-uraian yang sangat deskriptif dan berdasarkan pada
analsis data secara induktif.

Kegiatan penelitian tahap kedua terfokus pada studi lapangan. Aktivitas

pertama di lapangan adalah menghubungi gate keeper untuk mendapatkan izin
masuk setting guna mengumpulkan data. Rencana kegiatan pengumpulan data ini

disambut baik oleh kepala sekolah selaku gate keeper dan stafsebagai pempinan
sekolah. Kegiatan pengumpulan data di lapangan ini beriangsung selama kurang
lebih empat bulan. Kegiatan pengumpulan data dimulai Mei 2001 dapat
diselesaikan bulan Agustus 2001.

Penelitian ini menggunakan metode wawancara yang didukung oleh

metode lain yaitu observasi, dan dokumentasi. Penggunaan teknik pengumpulan

data tersebut merupakan kebutuhan yang didasarkan pada jenis data yang
dikumpulkan yaitu data lisan, dokumen yang informasi yang bersumber dari

peristiwa atau proses. Selain itu, penggunaan beragam teknik pengumpulan data
tersebut dimaksudkan pula untuk mendapatkan kontribusi dari metode

113

trianggulasi. Wawancara dilakukan tatkala mengumpulkan data yang berbentuk

informasi verbal dari berbagai sumber di lingkungan sekolah terutama subjek
yang mempunyai kewenangan untuk memberikan informasi. Dalam hal ini,

wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru,
siswa dan orang tua siswa.

Data non verbal juga tidak kalah pentingnya. Ucapan seseorang sering
disertai oleh gerak-gerik badan, tangan atau perubahan wajah. Nasution (1996 :
71) mengemukakan bahwa dalam penelitian naturalistik kualitatif berusaha

mengetahui bagaimana responden memandang dunis dari segi perspektifnya,
menurut pikiran dan perasaannya. Informasi demikian disebut informasi "emic".

Selain keterangan emic peneliti juga ingin mengetahui hal tertentu yang dirasanya
penting menurut kepentingannya sendiri. Untuk memperoleh data ini peneliti
mengajukan pertanyaan. Data yang diperoleh akan bersifat "etic", yakni ditinjau

dari pandangan peneliti. Dengan beriangsungnya penelitian, data yang digunakan
akan beralih dari tak berstruktur menjadi lebih berstruktur.

Informasi emic (pandangan responden) tidak dapat dipisahkan dari
informasi etic (pandangan peneliti). Informasi emic yang disampaikan oleh
responden diterima oleh peneliti. Dan kemudian diolah, ditafsirkan dan dianalisis

menurut metode, teori, teknik dan pandangan sendiri. Laporan tesis ini adalah

hasil pemikiran sendiri, jadi bersifat etic. Bahkan emic adalah bahan mentah yang
harus diolah yang digunakan sebagai ilustrasi dalam tesis dan selanjutnya sebagai
bahan lampiran.

114

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur,
dalam arti peneliti tidak terikat kepada pedoman wawancara secara ketat.

Wawancara dilakukan di mana saja, kapan saja, serta dengan siapa saja yang
menjadi subjek penelitian. Patton (1980) menyebutkan indept-interview karena

dilakukan dalam hubungan penuh keakraban antara peneliti dan partisipan.
Penekanan materi wawancara lebih berstandar kepada issu penelitian yang
berkaitan dengan posisi dan peran subjek yang diwawancarai. Data yang direkrut
dengan metode wawancara, dicatat dalam catatan lapangan. Pencatatan data

tersebut terkadang dilakukan pada waktu wawancara beriangsung, tetapi seringkali pula pembuatan catatan hasil wawancara dilakukan segera setelah selesai
wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk kepentingan penyelamatan data dari
kealfaan.

Akan tetapi kemudian, setelah peneliti memperoleh sebuah keterangan,
wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah

disampaikan oleh responden. Informasi emic yang diterima dijadikan bahan untuk
merumuskan sejumlah pertanyaan yang lebih berstruktur, walaupun informasi

diharapkan tetap bersifat emic. Namun keterangan yang bersifat etic pun tidak
dapat dielakkan, yakni diatur oleh peneliti. Jadi perumusan data emic dan etic
tidak dapat dipertahankan dengan ketat oleh sebab kedua macam informasi itu
diperlukan.

Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan berbagai dokumen
seperti dokumen kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan

manajemen sekolah dibawah kepemimpinannya. Dokumen lainnya adalah

115

mengenai keadaan siswa, aktivitas pembelajaran. Kegiatan observasi lebih
terfokus pada proses pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah. Ada dua model
observasi yang digunakan yaitu observasi berperan serta dan observasi tidak

berperan serta. Pengamatan berperan serta terutama dilakukan dalam proses
manajerial kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan sekolah.

Salah satu metode pengumpulan data yang cukup penting adalah
observasi. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan
tak terlibat dan pengamatan terlibat. Pengamatan tak terlibat digunakan untuk
mengamati berbagai peristiwa yang terus bergulir di sepanjang proses pelaksanaan

kepemimpinan kepala sekolah pada setting penelitian. Kemudian pengamatan
terlibat digunakan untuk memahami proses pelaksanaan belajar mengajar di kelas.
D. Data Yang Diperlukan

Penelitian ini memerlukan sejumlah data yang dikumpulkan berdasarkan
permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya dijabarkan dalam

bentuk beberapa pertany