Persepsi Orang Tua Tentang Modeling Permainan Anak di TK Ma’arif Sentul Istiada

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
1

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG MODELING
PERMAINAN ANAK DI TK MUSLIMAT
SENTUL

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:
ISTIADAH FATMAWATI
(S541202073)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis
ini yang berjudul “Persepsi Pengetahuan Orang Tua Tentang Permainan Anak
Dengan Perkembangan Anak di TK Muslimat Sentul Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo.”
Penulis menyadari tersusunnya Tesis ini karena adanya bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1.


Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti Program Magister Kesehatan di Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

2.

Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir., M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian ini.

3.

Dr. Hari Wujoso, dr., SpF, MM, selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

4.


Dr. Nunuk Suryani, M. Pd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana

commit to user
i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah bersedia memberikan
sumbang saran demi terselesaikannya penyusunan tesis ini.
5.

Prof. Dr. Dr. A. A. Subiyanto, dr.Ms selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah banyak memberikan perhatian, semangat, bimbingan, arahan dan nasihat
kepada penulis.

6.


Prof. Dr. Hermanu J, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
telah memberikan perhatian, masukan, saran dan dukungannya kepada
penulis.

7.

Titik Utami, Spd selaku pemilik Klinik Fisioterapi yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8.

Seluruh Dosen Pengajar Program Studi Pascasarjana yang senantiasa
membimbing, mengarahkan, dan memberikan dorongan.
Penulis menyadari terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada

sehingga dalam penyusunan Tesis ini jauh dari sempurna untuk itu penulis
mengharapkan tanggapan yang positif guna perbaikan yang lebih baik.
Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Sidoarjo,


Penulis

commit to user
ii

2014

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
Istiadah Fatmawati, S541202073. 2014. Persepsi Orang Tua Tentang Modeling
Permainan Anak di TK Ma’arif Sentul. Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. A. A.
Subiyanto, dr. Ms. Pembimbing II: Prof. Dr. Hermanu J, M. Pd. Tesis: Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar Belakang: . Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi
anak, dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan anak dalam dimensi : motorik kognitif, kreativitas, bahasa emosi

sosial nilai dan sikap hidup. Melalui bermain akan belajar mengendalikan diri
sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan
cermin perkembangan anak. Stimulasi adalah suatu kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak yang dilakukan oleh lingkungan (ibu, bapak, pengasuh
anak & anggota keluarga lain) untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
Metode Penelitian: yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Strategi yang digunakan adalah studi kasus terpancang tunggal. Study kasus
tunggal artinya penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran yaitu lokasi TK
Ma’arif Sentul Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo dengan satu
karakteristik yaitu tentang modeling permainan anak.
Hasil Penelitian: menunjukkan bahwa tujuan bermain anak usia
prasekolah antara lain : Mendorong imajinasi/ kreativitas anak, Mengoptimalkan
pertumbuhan seluruh organ tubuh, Untuk bersosialisasi dengan orang lain,
Mengembangkan kemampuan intelektual. Persiapan yang dilakukan guru sangat
menunjang penting dalam pelakanaan tes perkembangan anak. Persiapan peralatan
dan tempat yang akan digunakan dalam tes perkembangan harus disesuaikan
dengan keadaan anak. Sehingga seorang guru harus mempunyai perencanaan yang
matang dan jelas. Pelaksanaan tes perkembangan dilakukan sesuai patokan dalam
proses pembelajaran pada anak usia dini. Dampak positif yang ditemui adalah
anak bisa bermain sekaligus belajar dan mengasah otak karena pemilihan

permainan yang benar dapat memberikan tantangan pada anak untuk
memainkannya secara maksimal dengan mengasah otak mereka.
Kesimpulan: Pelaksanaan pelaksanaan tes perkembangan pada anak di
TK Ma’arif Sentul Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo berlangsung
dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Kata Kunci: persepsi, orang tua, modeling permainan

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT
Istiadah Fatmawati, S541202073. , 2014. Perceptions of Parents About Child
Modeling Games in kindergarten Maarif Sentul. Commission Supervisor I: Prof.
Dr. A. A. Subiyanto, dr. Ms. Supervisor II: Prof. Dr. Hermanu J, M. Pd. Thesis:
University Graduate Program March Surakarta.
Background:. Play is also the demands and needs of the child, the child's

play to satisfy the demands and needs of the dimensions of child development:
cognitive motor skills, creativity, language, social emotional values and attitudes.
Through play will learn to control yourself, to understand life, understand his
world. So the play is a child's development mirrors. Stimulation is a basic ability
to stimulate activity of children by the environment (mother, father, child
caregivers and other family members) to optimize growth.
Methods: used is descriptive qualitative research. The strategy used is a
case study of single stuck. Means a single case study research conducted on only
one target is the location of the TK Ma'Arif Tanggulangin Sentul District of
Sidoarjo regency with the characteristics of the child that is about the modeling
game.
Results: showed that preschoolers play goals include: Encouraging
imagination / creativity of children, Optimizing the growth of all body organs, to
socialize with others, develop intellectual abilities. Preparation of the teachers is
very important to support the development of children pelakanaan test.
Preparation of equipment and place to be used in the test development must be
adapted to the situation of children. So that a teacher should have careful planning
and clear. Implementation of appropriate benchmark tests conducted in the
development of learning in early childhood. The positive impact is encountered
children can play while learning and honing the brain due to the selection of the

correct game can provide a challenge for children to play to its full potential by
honing their brains.
Conclusion: The implementation of the test execution progress in children
in kindergarten Ma'Arif Tanggulangin Sentul District of Sidoarjo regency is going
well and smoothly according to the plan set.
Keywords: perception, the elderly, the modeling game

commit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori ............................................................................... 6
1. Persepsi ................................................................................ 6
1. Pengertian Persepsi .......................................................... 6
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ...................... 9
3. Persepsi Memberikan Pengaruh ke Perilaku ................... 10
2. Konsep Orang Tua ............................................................. 12
1. Pengertian Orang Tua .................................................... 12
2. Peranan Orang Tua ......................................................... 13
3. Fungsi Pokok Orang Tua ............................................... 13

4. Kewajiban Orang Tua Terhadap anak ........................... 14
3. Konsep Modeling Permainan Anak .................................... 15
1. Pengertian Bermain ....................................................... 15
2. Tujuan Bermain ............................................................. 16
3. Fungsi Bermain ............................................................. 16
4. Ciri-Ciri Bermain ........................................................... 17
5. Bentuk-Bentuk Bernain ................................................. 18
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bermain Anak ........ 19
7. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Aktivitas Bermain
....................................................................................... 21

commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

8. Permainan dan Alat permainan sesuai perkembangan
anak menurut Depkes RI tahun 2006 .............................. 22
4. Konsep Perkembangan anak ............................................... 25
1. Pengertian Perkembangan .............................................. 25
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan .......... 26
3. Tahapan perkembangan Anak ........................................ 27
4. Penilaian Perkembangan Anak dengan Formulir KPSP
(Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan) ....................... 32
B. Penelitian Relevan ................................................................... 35
C. Kerangka Berfikir .................................................................... 38
BAB III

METODE PENELITIAN ............................................................... 38
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 38
C. Sumber Data ............................................................................ 39
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40
E. Validitas Data .......................................................................... 40
F. Tenik Sampling ........................................................................ 43
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 43
H. Prosedur Kegiatan .................................................................... 45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 47
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 47
B. Sajian Data .............................................................................. 49
C. Temuan Penelitian ................................................................... 60
1. Persepsi orang tua terhadap modeling permainan anak .......... 60
2. Modeling permainan anak ..................................................... 61
3. Perkembangan anak di TK Muslimat Sentul ......................... 62
D. Pembahasan ............................................................................. 62
1. Tujuan bermain pada anak .................................................... 62
2. Perencanaan dan Pengorganisasian ....................................... 63
3. Pelaksanaan dan Evaluasi ..................................................... 67
4. Dampak dari modeling permainan anak ................................ 70

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

5. Kendala – Kendala ............................................................... 74
BAB V

PENUTUP ..................................................................................... 77
A. Kesimpulan .............................................................................. 77
B. Implikasi .................................................................................. 78
C. Saran ........................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80
LAMPIRAN

commit to user
vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2

Pernyataan Keaslian Tulisan

Lampiran 3

Panduan Wawancara Mendalam Pada Penelitian Persepsi Orang
Tua Tentang Modeling Permainan Anak Di TK Muslimat Sentul
Tahun 2014

Lampiran 4

Panduan Wawancara Mendalam Dengan Ibu Nur Jannah, S. Pd

Lampiran 5

Panduan Wawancara Mendalam Dengan Ibu Maslakha, S. Pdi

Lampiran 6

Panduan Wawancara Mendalam Dengan Ibu Hj. Elis Faridah, S. Pd

Lampiran 7

Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak Moch.
Reza Valen Di TK Muslimat Sentul

Lampiran 8

Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak Achmad
Zacky Safa Di TK Muslimat Sentul

Lampiran 9

Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak M.
Azriel Afriyanto Di TK Muslimat Sentul

Lampiran 10 Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak
Maulidin Assani Subkhi Di TK Muslimat Sentul
Lampiran 11 Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak Iffan
Hermansyah Di TK Muslimat Sentul

commit to user
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Lampiran 12 Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak Affandi
Di TK Muslimat Sentul
Lampiran 13 Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak Fina
Dwi Firanti Di TK Muslimat Sentul
Lampiran 14 Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak
Muhammad Arinil Haqi Di TK Muslimat Sentul
Lampiran 15 Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak Trisna
Wati Di TK Muslimat Sentul
Lampiran 16 Panduan Wawancara Mendalam Dengan Orang Tua Anak M.
Riyad Fadli Di TK Muslimat Sentul

commit to user
ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Persepsi pengetahuan orang tua tentang
permainan anak dengan perkembangan anak.
Gambar 3.1 Komponen-komponen analisis data dengan model interaktif
Gambar 4.1 Gedung tempat proses belajar mengajar berlangsung di TK Muslimat
Sentul Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo
Gambar 4.2 Masyarakat / orang tua ikut berperan serta dalam kegiatan
pembelajaran
Gambar 4.3 Bermain peran
Gambar 4.4 Bermain balok
Gambar 4.5 Anak lebih banyak bermain daripada belajar
Gambar 4.6 Pembelajaran dilakukan dengan bermain
Gambar 4.7 Tes Perkembangan

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia anak adalah bermain, karena bermain merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan
bagi anak, dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan anak dalam dimensi : motorik kognitif, kreativitas, bahasa
emosi sosial nilai dan sikap hidup. Melalui bermain akan belajar
mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi
bermain merupakan cermin perkembangan anak. Stimulasi adalah suatu
kegiatan merangsang kemampuan dasar anak yang dilakukan oleh lingkungan
(ibu, bapak, pengasuh anak & anggota keluarga lain) untuk mengoptimalkan
tumbuh kembangnya (Mulyani et al, 1999). Orang tua memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anaknya untuk mencapai
perkembangan pada tahap tertentu. Perkembangan merupakan hasil proses
kematangan atau kedewasaan (Hurlock, 2009).
Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada usia
anak, yaitu pada masa Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun), Early childhood
(usia 3-6 tahun), dan Middle childhood (usia 6-11 tahun). Perubahan yang
terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek fisik (motorik),
emosi, kognitif, dan psikososial (Depkes, 2006). Permainan optimal adalah
yang mampu merangsang dan mengembangkan berbagai jenis kemampuan
anak dan tidak membatasi hanya pada satu aktivitas (Suratno, 2005).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

Masalah penyimpangan tumbuh kembang anak yang terjadi di
masyarakat memang sangat bervariasi, lima kasus terbanyak ditemukan pada
rawat jalan klinik tumbuh kembang RS Dr. Soetomo 2005 adalah
defelopmental delay 205 anak, speech delay 190 anak, motoric delay 133
anak, down syndrome 45 anak, dan cerebral palsy 33 anak. Sensus tahun
2000, jumlah anak usia dini (0-6 tahun) sebanyak 26,09 juta. Dari jumlah
tersebut, diperkirakan 13,5 juta berusia antara 0-3 tahun dan anak usia 4-6
tahun mencapai 12,6 juta anak. Dari jumlah anak usia 0-3 tahun itu, yang
sudah memperoleh

layanan pendidikan

prasekolah melalui program

pembinaan keluarga yang mempunyai anak Balita dan sejenisnya baru sekitar
18,74% atau 2,5 juta anak. Sementara dari jumlah 12,6 juta anak usia 4-6
tahun yang sudah memperoleh layanan pendidikan baru mencapai 4,6 juta
anak atau sekitar 36,54%, dengan rincian; terlayani SD 2,6 juta anak, TK 1,6
juta, kelompok bermain 4.800 anak, dan penitipan anak 9.200 anak (Depkes
RI, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan pada 10 ibu dengan wawancara di
TK Muslimat Sentul Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, terdapat 7
ibu yang tidak mengetahui tentang permainan anak yang menunjang
perkembangan anak sesuai dengan usianya, mereka membelikan alat
permainan sesuai apa yang diinginkan anaknya.
Ibu merupakan pendamping untuk masa perkembangan anak.
Komunikasi efektif akan meningkatkan kemampuan emosi sosial anak.
Kinerja otak yang optimal akan menghasilkan perkembangan anak yang
maksimal. Akan tetapi hal tersebut tidak akan berlangsung jika tidak ada

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
3

kesadaran ibu untuk melakukan evaluasi. Pengetahuan ibu tentang
perkembangan anak sangat diperlukan dalam rangka mendukung kelancaran
perkembangan anak sesuai dengan usianya. Pengetahuan ini mendorong ibu
melakukan stimulasi dini dengan menggunakan sarana permainan yang ada.
Perkembangan Teknologi sebagai bagian dari perkembangan peradaban
manusia tercermin dalam berbagai kegiatan manusia termasuk kegiatan
bermain dan alat permainannya. Dampak permainan seperti nintendo,
playstation, gameboy dan lain-lain. anak menjadi amat tertarik pada
permainan tersebut dan cenderung mengabaikan kegiatan lainnya (Shinto,
2009).
Agar anak dapat memilih kegiatan bermain yang sehat, ibu sejak dini
selalu mengikutsertakan anak untuk memilih dan mengambil keputusan
mengenai apa yang boleh dan tidak boleh, mana yang baik dan kurang baik,
mana yang bermanfaat dan yang tidak, mengajari anak menentukan prioritas
kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan membicarakan hal
tersebut dengan anak, sehingga lama kelamaan anak tahu cara menentukan
pilihan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk memilih kegiatan atau alat
permainan antara lain adalah harganya, lama bermainan, keselamatan, nilai
baik-buruk dan lain-lain (Shinto, 2009). Berdasarkan fenomena di atas
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut Persepsi orang tua terhadap
modeling permainan anak di TK Muslimat Sentul Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
4

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka fokus penelitian masalah
dalam penelitian ini adalah ingin mengungkap atau mendiskripsikan Persepsi
Orang Tua Tentang Modeling Permainan Anak di TK Muslimat Sentul.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana Persepsi orang tua terhadap modeling permainan anak di TK
Muslimat Sentul Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana modeling permainan anak di TK Muslimat Sentul Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo?
3. Bagaimana perkembangan anak di TK Muslimat Sentul Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana Persepsi pengetahuan orang tua tentang
permainan anak dengan perkembangan anak.
2. Tujuan Khusus
a.

Mengetahui persepsi orang tua tentang modeling permainan anak.

b.

Mengetahui modeling permainan anak.

c.

Menganalisis bagaimana persepsi Persepsi orang tua tentang modeling
permainan anak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

E.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang
berminat dan tertarik dengan penelitian serupa. Serta dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan bagi yang
membutuhkan referensi dalam bidang pengetahuan ibu tentang
permainan anak dengan perkembangan anak usia 1 – 3 tahun.
b) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para orang tua dan
pengasuh untuk memberikan atau memilih permainan sesuai dengan
manfaat permainan dalam rangka menstimulasi perkembangan anak.
c) Bagi Peneliti
Sebagai acuan dan tuntunan untuk melakukan penelitian berikutnya
dengan penelitian yang sejenis.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
6

BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Teori
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
ditempuh individu-individu untuk mengorganisasi dan menafsirkan
kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka
(Robbins, 2003).
Riswandi (2009) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
definisi tentang persepsi dari beberapa ahli, yaitu: cara organisme
memberi makna, proses penafsiran informasi indrawi, interpretasi
bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal dan
pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun
proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut
diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena
itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan
proses penginderaan yang mana merupakan proses pendahulu dari
proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat,
pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera. Dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

demikian, dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan
pengorganisasian,

penginterpretasian

terhadap

stimulus

yang

diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan
respon yang integrated dalam diri individu (Walgito, 2002).
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri
orang yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan
yang digunakan orang untuk memaknai objek persepsi. Dengan kata
lain, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Persepsi pada dasarnya
lebih mewakili keadaan fisik dan psikologis individu daripada merujuk
pada karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi
(Riswandi, 2009).
Syarat untuk mengadakan persepsi antara lain adanya objek
yang dipersepsi, alat indera atau reseptor, perhatian
Untuk dapat memahami persepsi secara lebih jelas, perlu kita
ketahui bagaiamana proses persepsi itu berlangsung dalam diri
manusia, seperti diutarakan oleh Gibson (1993). Proses persepsi
meliputi 3 tahapan, yaitu:
1) Kenyataan dalam kehidupan individu (sebagai stimulus)
Misalnya informasi yang diterima baik dari sekolah
maupun dari luar sekolah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

2) Pengolahan persepsi
Stimulus tersebut diolah, diorganisasi dan ditafsirkan dengan
perangkat-perangkat yang ada. Terdapat juga tiga bagian dalam
pengelolaan ini, yaitu:
a) Pengamatan stimulus
Tahap ini disebut juga sensasi, yang melibatkan panca
indera sebagai pintu-pintu masuk stimulus ke dalam psikis
manusia. Jadi sensasi merupakan bagian dari persepsi.
Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap
stimuli yang diterimanya.
b) Evaluasi dan penafsiran kenyataan
Dalam hal ini kenyataan-kenyataan (sebagai stimuli) tadi
sudah diolah dalam suatu mekanisme psikis yang rumit dan
tidak selalu bisa dijelaskan.
3) Hasil proses persepsi
Hasil proses persepsi adalah perilaku tanggapan dan
sikap yang terbentuk. Dua bentuk hasil tersebut bisa bersifat
positif dan negatif. Selanjutnya dua bentuk hasil persepsi tadi
akan memberikan umpan balik terhadap stimuli dan faktorfaktor berpengaruh.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi
baik dari faktor internal maupun eksternal. Menurut Rachmat (2005),
adalah sebagai berikut:
1) Faktor Internal
a) Alat indera
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
b) Perhatian
Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
c) Pengalaman
Pengalaman

mempengaruhi

kecermatan

persepsi.

Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman
bisa bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

2) Faktor Eksternal
a) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi dapat juga datang dari individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang
bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus dating
dari luar individu.
b) Informasi
Era teknologi jaman sekarang ini lebih dari kata maju,
banyak sekali cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
dari berbagai sumber yang terpercaya. Baik dari media cetak
seperti koran, majalah, tabloid, dan lain - lain. Serta dari media
elektronik seperti TV, internet dengan acara yang kita bisa
langsung ikut dalam interaktif didalamnya.
c) Budaya/ lingkungan
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan
dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
c. Persepsi Memberikan Pengaruh ke Perilaku
Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan
atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terusmenerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,
perasa, dan pencium (Slameto, 2003).
Unsur yang datang dari dirinya sendiri, berupa persepsi
(perception), keahlian dan kemampuan (skill and abilities), kepribadian
(personality), pengatributan diri (attribution), sikap (attitude), nilai
(value), dan etika (ethics).
Pola perilaku manusia didasarkan pada persepsi mereka
mengenai realitas sosial yang telah dipelajari. Persepsi manusia
terhadap seseorang, objek, atau kejadian, atau reaksi mereka terhadap
hal-hal tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu mereka
berkaitan dengan orang, objek, atau kejadian serupa.
Oleh karena itu kita terbiasa merespon suatu objek dengan cara
tertentu, kita sering gagal mempersepsi perbedaan yang samar dalam
suatu objek lain yang mirip. Kita memperlakukan objek itu seperti
sebelumnya, padahal terdapat perbedaan dengan objek sebelumnya,
misalnya dimensi, nuansa, atau kualitasnya yang berbeda. Bila
berdasarkan pengalaman kita sering melihat bahwa suatu objek
diperlakukan dengan cara tertentu sebagaimana lazimnya, kita
mungkin akan bereaksi lain terhadap cara baru memperlakukan objek
tersebut, berdasarkan persepsi yang lama.
Menurut Riswandi (2009) kita tidak bereaksi terhadap realitas
mutlak, melainkan terhadap persepsi kita mengenai realitas tersebut.
Kita hidup dengan peta perseptual yang tidak pernah merupakan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

realitas itu sendiri. Mahmud (1990) memberikan pernyataan yang
senada dengan Riswandi tersebut. Cara mempersepsi situasi sekarang
tidak bias terlepas dari adanya pengalaman sensoris terdahulu. Kalau
pengalaman terdahulu sering muncul, maka reaksinya menjadi salah
satu kebiasaan.

2. Konsep Orang Tua
a. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan
ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang
dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya
untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap
dalam kehidupan bermasyarakat (Utsaimin, 2009).
Pendapat yang dikemukakan oleh Thamrin Nasution, Orang tua
adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau
tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai
bapak dan ibu (Nasution:1986). Seorang bapak atau ayah dan ibu dari
anak-anak mereka tentunya memiliki kewajiban yang penuh terhadap
keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya, karena anak memiliki hak
untuk diurus danan dibina oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa.
Berdasarkan Pendapat-pendapat para ahli di atas dapat
diperoleh pengertian bahwa orang tua orang tua memiliki tanggung

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

jawab dalam membentuk serta membina ank-anaknya baik dari segi
psikologis maupun pisiologis. Kedua orang tua dituntut untuk dapat
mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasigenerasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia.
b. Peranan Orang Tua
a) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Ayah juga berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga.
b) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya (Effendy, 2004).
c. Fungsi Pokok Orang Tua
Menurut Effendy (2004), fungsi pokok orang tua dibagi
menjadi tiga bagian yaitu,
1) Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa
aman, kehangatan kepada anggota keluarga.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

2) Asuh,

adalah

menuju

kebutuhan

pemeliharaan

dan

perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara.
3) Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak,
sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam
mempersiapkan masa depannya.
Beberapa hal yang perlu di berikan oleh orang tua terhadap
anaknya :
1) Respek dan kebebasan pribadi.
2) Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik.
3) Hargai kemandiriannya.
4) Diskusikan tentang berbagai masalah.
5) Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian.
6) Anak-anak lain perlu di mengerti.
7) Beri contoh perkawinan yang bahagia. (Ahmadi Abu, 1991)
d. Kewajiban Orang Tua Terhadap anak
Orang tua harus dapat meningkatkan kualitas anak dengan
menanamkan nilai-nilai yang baik dan ahlak yang mulia disertai
dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh manusia yang
mengetahui kewajiban dan hak-haknya.
Nasikh Ulwan dalam bukunya ”Tarbiyah Al-Aulad Fi-Al
Islam,” sebagaimana dikutif oleh Heri Noer Aly, merincikan bidangbidang pendidikan anak sebagai berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

1) Pendidikan Keimanan, antara lain dapat dilakukan dengan
menanamkan tauhid kepada Allah dan kecintaannya kepada
Rasul-Nya.
2) Pendidikan Akhlak, antara lain dapat dilakukan dengan
menanamkan dan membiasakan kepada anak-anak sifat
terpuji serta menghindarkannya dari sifat-sifat tercela.
3) Pendidikan Jasmaniah, dilakukan dengan memperhatikan
gizi anak dan mengajarkanya cara-cara hidup sehat.
4) Pendidikan

Intelektual,

dengan

mengajarkan

ilmu

pengetahuan kepada anak dan memberi kesempatan untuk
menuntut mencapai tujuan pendidikan anak. (Aly, 1999).

3. Konsep Modeling Permainan Anak
a. Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu aktifitas untuk menimbulkan perasaan
senang dan gembira, bukan untuk sesuatu prestasi. Bermain dilakukan
secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban (Hurlock, 1999).
Anak bermain demi permainan itu sendiri. Bermain berbeda
dengan bekerja, sebab bekerja bertujuan memperoleh sesuatu hasil
(Mahmud. 1990).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

b. Tujuan Bermain
Tujuan bermain anak usia prasekolah antara lain (Soetjiningsih
2007): Mendorong imajinasi/ kreativitas anak, Mengoptimalkan
pertumbuhan seluruh organ tubuh, Untuk bersosialisasi dengan orang
lain, Mengembangkan kemampuan intelektual.
c. Fungsi Bermain
Menurut fungsi bermain bagi anak terdiri dari :
a) Perkembangan sensori motorik
Aktivitas sensori motorik merupakan komponen utama bermain
pada semua tingkat usia anak. (Wong 2003)
b) Perkembangan kognitif/ intelektual
Anak dapat berpikir positif dalam keadaan kritis, pengetahuan
lingkungan dan kebiasaan suatu tempat

menjadi hal menarik

bagi anak di samping merangsang keaktifan dan kreativitas
siswa. Claparade (dalam Satya, 2006)
c) Perkembangan moral dan sosial
Dalam bermain anak belajar memberi dan menerima, belajar halhal benar dari kesalahan yang dilakukan, standar sosial dan
tanggung jawab terhadap tindakan mereka. Perkembangan tingkah
laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang
berlaku di dalam masyarakat anak berada. (Kartono, 1995)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

d) Perkembangan kreativitas
Bermain merupakan pemicu kreativitas. Anak yang banyak
bermain akan meningkat kreativitasnya, kesimpulannya bermain
merupakan sarana untuk mengubah potensi-potensi yang ada
pada diri anak. Charlote Buhler (dalam Sugianto, 1995)
e) Perkembangan kesadaran diri
Dalam bermain anak mengekpresikan emosi. Dengan bermain anak
dapat menemukan kekuatan serta kelemahan, minat dan cara
menyelesaikan tugas dalam bermain (Soetjiningsih, 2007).
f) Perkembangan komunikasi
Bermain memfasilitasi komunikasi nonverbal akan kebutuhan, rasa
takut, dan keinginan secara langsung. Bermain mendorong anak
untuk berkomunikasi dengan teman temannya. Oleh karena anak
dapt mengerti apa yang di komunikasikan oleh temannya.
(Elzabeth 1997)
d. Ciri-ciri Bermain
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al.;
Garvey;

Rubin,

Fein

dan

Vandenberg

(Tedjasaputra:

2007)

diungkapkan adanya beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu : Dilakukan
berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul atas keinginan
pribadi serta untuk kepentingan sendiri. Perasaan dari anak yang
terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai emosi-emosi yang positif.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

Fleksibilitas yang ditandai dengan mudahnya kegiatan beralih
dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Lebih menekankan pada proses
yang berlangsung dibandingkan hasil akhir. Bebas memilih, dan ciri ini
merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada
anak-anak kecil. Mempunyai kualitas pura-pura. Ciri ini menjadi
indikasi paling kuat bahwa seorang anak usia prasekolah sedang
melakukan kegiatan bermain.
e. Bentuk-bentuk Bermain
a) Bermain aktif
Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa
yang dilakukannya, misalnya :
1) Bermain mengamati/ menyelidiki (exploratory play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa
alat permainan tersebut.
2) Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan
tingkah laku sosialnya.
3) Bermain drama (dramatic play)
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan,
menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang
nyata.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

4) Mengumpulkan/ mengoleksi sesuatu
Mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian
pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur,
bekerja sama dan bersaing.
5) Permainan olah raga
Dalam permianan olah raga, anak banyak menggunakan energy
fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya.
(Wong, 2004).
b) Bermain pasif
Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris.
Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan
perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi dan
menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu
giliran dan terkadang bisa kecewa karena in pasif berasal dari
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya menikmati
temannya

bermain,

membutuhkan

sedikit

melihat
energi

hewan.

Bermain

dibandingkan

jenis

bermain

ini
aktif

(Hurlock,1999)
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bermain Anak
a) Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energy untuk
bermain dibandingkan dengan anak yang kurang sehat, sehingga

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
20

anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan
membutuhkan banyak energi.
b) Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi
motorik. Apa saja yang dilakukan dan waktu bermainnya
bergantung pada perkembangan motorik anak.
c) Intelegensi
Pada setiap anak, anak yang cerdas lebih aktif dari pada
anak yang kurang cerdas. Anak yang pandai menunjukan
keseimbangan perhatian bermain yang besar, termasuk upaya
menyeimbangkan

faktor fisik

dan

intelektual

yang nyata

(Hurlock,1999).
d) Jenis kelamin
Pada awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan
perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak
ketimbang

perempuan. Perbedaan

perempuan

kurang sehat

di

ini

bukan berarti anak

banding laki-laki,

melainkan

pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi
anak lembut dan bertingkah laku yang halus.
e) Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi
banyak tersedia alat-alat bermain yang lengkap dibandingkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

dengan anak yang dibesarkan dikeluarga yang status ekonominya
rendah.
f) Lingkungan
Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain
ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini
karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan
waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan
lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak.
Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain (Suherman, 2000).
g) Peralatan bermain.
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi
permainannnya. Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan
yang mendukung permainan pura-pura.
h) Alat Permainan
Alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan
oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki
berbagai macam sifat, seperti mengelompokkan, meragakan,
membentuk, menyempurnakan suatu desain atau menyusun sesuai
bentuk utuhnya (Soetjiningsih, 2007).
g. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Aktivitas Bermain
a) Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Anak yang sehat
memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenih.
(Nursalam, dkk, 2005).
b) Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain
sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal..
c) Alat permainan
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan
tersebut harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak.
(Nursalam, dkk, 2005).
d) Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan
khusus untuk bermain.
e) Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri,
meniru teman-temannya atau diberitahu caranya oleh orang tuanya.
f) teman bermain
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman
bermain kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang
tuannya atau temannya. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama
orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi
akrab, dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang
terjadi pada anak mereka secara dini. (Soetjiningsih, 2007).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

h. Permainan dan Alat Permainan Sesuai Perkembangan Anak
Menurut Depkes RI tahun 2006.
a. Perkembangan gerak kasar
1) Bola tenis : latih anak untuk menangkap bola dan sarankan
untuk melemparkan kearah yang berlawanan, menendang bola
2) Melompat : Tunjukkan pada anak cara melompat dengan dua
kaki. Bila diperlukan bantulah anak untuk melompat pertama
kalinya.
3) Mainan : berikan mainan yang dapat ditarik ketika anak
berjalan, berikan mainan yang berbunyi, karena lebih menarik.
Ajari anak berjalan mundur. Ajak anak mendorong mainan
dengan kakinya.
4) Ajak anak bermain diluar rumah, misalnya memanjat tangga,
main ayunan, berlari dengan teman-temannya
5) Bermain air : berikan cangkir dan ajak anak menuangkan air
pada sebuah cangkir kecil, dan ember untuk menampung air.
6) Ajak anak berdiri dengan satu kaki secara bergantian untuk
melatih

keseimbangan

tubuh,

awalnya

biarkan

anak

menggunakan pegangan, bila sudah terbiasa ia akan dapat
berdiri dengan satu kaki tanpa bantuan.
b. Perkembangan gerak halus
1) Bermain dengan balok – balok, menyusun balok/kubus tanpa
jatuh, bermain dengan mainan yang mengapung di air

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

2) Memasukkan benda satu kedalam benda yang lainnya
3) Menggambar dengan krayon, pensil atau dengan jarinya.
Menggambar bentuk seperti garis, bola dll, mencocokkan
gambar yang sama bentuknya. Membuat gambar tempel
4) Ajari anak meniup busa sabun dengan alat, ajari anak tentang
bentuk dan rasa meraba busa.
5) Memilih dan mengelompokkan benda sesuai jenisnya.
6) Konsep jumlah : ajak anak menghitung jumlah mainan atau
benda disekitasnya.
7) Bermain puzzle.
c. Kemampuan Berbicara dan bahasa
1) Melihat televisi
2) Mengerjakan perintah sederhana.
3) Bercerita tentang apa yang dilihatnya.
4) Menyebut nama lengkap anak.
5) Bercerita tentang dirinya
6) Menyebut nama dan keadaan suatu benda
d. Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian
1) Memeluk dan mencium
2) Membereskan mainan atau membantu kegiatan rumah
3) Bermain dengan teman sebaya
4) Melepaskan pakaiannya sendiri, berpakaian dan berdandan.
5) Merawat boneka

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

4. Konsep Perkembangan anak
1) Pengertian Pekembangan
Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai
hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak,
ditunjang faktor lingkungan dan proses belajar dalam pada waktu
tertentu (Soetjiningsih, 2002).
Menurut Kartini Kartono (2007) perkembangan merupakan
proses transmisi dari kontribusi psiko-fisik yang herediter, dirangsang
oleh

faktor-faktor

lingkungan

yang

menguntungkan,

dalam

perwujudan proses aktif menjadi secara kontinu.
Definisi

lain

menyebutkan

perkembangan

(development)

berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill)
fungsi organ atau individu.
Perkembangan digunakan untuk menunjukkan bertambahnya
keterampilan dan fungsi kompleks. Seseorang berkembang dalam
pengaturan neuromoskuler, berkembang dalam mempergunakan
tangan kanannya dan terbentuk pula kepribadiannya (Suryadi, 2007).
Perkembangan aktif terletak di dalam diri anak sendiri,
perkembangan bukan suatu proses yang selalu digerakkan oleh faktor
luar akan tetapi gejala perkembangan dikendalikan dan diberi corak
tertentu oleh pembawaan, bakat, dan kemauan anak. Jiwa anak yang
dinamis memberikan kekuatan/daya dan corak tertentu pada segala

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

tingkah lakunya, mendorong fase-fase perkembangan secara berturutturut (Kartini Kartono, 2007).
2) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis otomatis,
sebab perkembangan tersebut bergantung pada beberapa faktor secara
simultan, yakni (Kartini Kartono, 2007).
a. Faktor herediter (warisan sejak lahir, bawaan).
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang
(Soetjiningsih, 2003). Kualitas-kualitas bawaan akan tampak pada
penampakan

ciri-ciri

fisik

yang

karakteristik.

Misalnya

penampakan tubuh, warna kulit, bentuk mata, hidung, bibir dan
lain-lain.
b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan
Lingkungan

adalah

faktor

yang

sangat

menentukan

tercapainya atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup
baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
yang kurang baik akan menghambatnya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

c. Faktor kematangan fungsi organ dan fungsi psikis.
Dalam perkembangan anak terdapat impuls-impuls bawaan
yang mendorong segenap mekanisme dari potensiallitasnya untuk
berfungsi aktif, berkembang, dan terus maju. Mesin perkembangan
pada pribadi anak berjalan secara alami sudah dilengkapi dengan
sel starter. Jika fungsi-fungsi psiko-fisik mengalami proses
pematangan maka terjadi proses pemekaran dan pembukaan dari
lipatan pada setiap organisme. Proses pematangan ini tidak hanya
mendorong perubahan pada setiap bentuk organisme dan potensi
psikisnya saja, tetapi juga mengakibatkan perubahan dalam fungsi
dan kapasitasnya.
d. Aktivitas Anak
Anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan
seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha
membangun diri sendiri
3) Tahapan Perkembangan Anak
a. Perkembangan Motorik
Pada tahun pertama seringkali orang tua lebih memfokuskan
pada perkembangan motorik kasar saja, sehingga sering terkecoh
pada perkembangan motorik yang dianggap normal tersebut
dengan harapan yang semu terhadap kemampuan intelektual anak
(Yusuf, 2002).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

b. Perkembangan Bahasa
Pada tahun pertama anak baru lahir tertutup sama sekali
dengan dunia luar dan pada tahun akhir pertama sudah ada usaha
mencari perangsang dari luar. Perkembangan bahasa pada anak
usia 4-6 tahun sudah dapat menggunakan bahasa mencapai taraf
yang sempurna dan dapat berkomunikasi dengan orang dewasa
(Heru Purwanto, 2002).
Karakteristik kemampuan bahasa anak bisa dikelompokkan
menjadi dua bagian (Suryadi, 2007), yakni;
1) Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 3 tahun
a) Terjadinya perkembangan yang cepat dalam bahasa. Anak
telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar
b) Anak telah menguasai 90% dari fonem dan sintak bahasa
yang digunakan.
c) Anak dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan.
d) Anak

sudah

dapat

mendengarkan

orang

lain

dan

menanggapi pembicaraan tersebut.
2) Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 3 tahun
a) Anak sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata.
b) Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut
warna, ukuran, bentuk dan warna, rasa, bau, kecantikan,
kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan,
jarak permukaan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

c) Anak usia 3 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai
pendengar yang baik.
d) Anak dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak
sudah dapat mendengarkan orang lain dan menanggapi
pembicaraan tersebut.
e) Percakapan yang dilakukan anak usia 3 tahun menyangkut
berbagai komentar yang dilakukan oleh dirinya sendiri
maupun orang lain serta apa yang dilihatnya.
f) Anak usia 3 tahun dapat mengekspresikan diri, menulis,
membaca dan bahkan berpuisi.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan anak usia 1 - 3 tahun tampak pada
terbentuknya perkembangan sosial yang merupakan perkembangan
dari anak yang menghubungkan anak dengan dunia luar.
Permainan anak usia 1-3 tahun dapat dibagi menjadi beberapa
bentuk golongan yaitu permainan fungsi, membentuk, peranan dan
menerima. Permainan ini akan menyiapkan anak untuk hidup
kemudian hari dan membina kesehatan mental anak (Heru
Purwanto, 2002).
Perkembangan individualitas anak juga memperhatikan
masyarakat anak tempat ia di asuh dan didewasakan. Lingkungan
sosial akan memberi fasilitas dan arena bermain pada anak untuk
melaksanakan realisasi diri. Seorang anak yang berdiri sendiri, dan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
30

terpisah secara total dari masyarakat serta pengaruh kultural orang
dewasa, tidak mungkin dia menjadi anak normal. Tanpa bantuan
orang dewasa anak akan mati, tanpa bantuan manusia lain dan
lingkungan sosialnya anak tidak dapat mencapai taraf kemanusiaan
normal (Kartini Kartono, 2007).
Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia pra
sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya
lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga, ia
makin mendekatkan diri pada orang lain disamping anggota
keluarga. meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan
anak menjumpai pengaruh dari luar pengawasa