Percepatan Penggemukan Ternak Sapi Melalui Suplementasi Sumber Protein dengan Metode Slow Released-Ammonia.
Percepatan Penggemukan Ternak Sapi Melalui Suplementasi Sumber Protein dengan Metode
Slow Released-Ammonia
Susi Dwi Widyawati, Wara Pratitis S.S., Ristiannto Utomo, Subur Priyono Sasmita Budhi
Penelitian yang bertujuan untuk mengkaji sinkronisasi penyediaan sumber N asal urea dan
sumber C dari karbohidrat dengan teknik urea lepas lambat (slow release ammonia) melalui
penggunaan urea-minyak dalam ransum ternak sapi, telah dilakukan di Kandang Sapi Potong,
Fakultas Peternakan UGM selama 3 (tiga) bulan. Sapi berfistula rumen sebanyak 3 ekor
digunakan sebagai materi penelitian dengan pengaturan perlakuan mengikuti rancangan Latin
Square 6x3 (uncomplete). Ransum percobaan terdiri atas jerami padi fermentasi dan konsentrat
dengan rasio 50% : 50% (dasar BK). Enam ransum percobaan dibedakan dari penggunaan urea
dan minyak. R0: urea 1% - 0% minyak sawit, R1: urea 1% - 0% minyak sawit+bungkil sawit 5%,
R2: urea 1% - 3% minyak sawit, R3: urea 1% - 3% minyak sawit+bungkil sawit 5%, R4: urea 2% 6% minyak sawit dan R5: urea 2% - 6% minyak sawit+bungkil sawit 5%. Kinetika pH caiaran
rumen selama kurun waktu 24 jam dapat dijelaskan bahwa penurunan pH terjadi pada 12 jam
setelah pemberian ransum. Keenam ransum percobaan mempunyai karakter pH yang hampir
sama. Ransum percobaan yang diberikan memberikan optimalisasi pH untuk pencernaan serat
pada 8 – 12 jam setelah pemberian ransum. Konsentrasi amonia R4 lebih stabil dibandingkan
ransum perlakuan yang lainnya, R0 dan R2. Secara kuantitas keenam ransum perlakuan
mempunyai konsentrasi ammonia yang cukup baik untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan mikrobia rumen. Namun kondisi yang stabil pada R3 menunjukkan bahwa
selama 24 jam ransum ini mampu menyediakan N untuk mikrobia. Keenem ransum percobaan
mempunyai potensi menyediakan rantai C untuk sintesis mikrobia rumen. Potensi ini
dimungkinkan karena komposisi pakan dalam ransum percobaan terdiri atas 3 macam bahan
makanan yang mengandung karbohidrat dengan karakter yang berbeda yaitu dedak padi,
onggok dan molasses. Jika kinetika produksi VFA pada R4 lebih stabil dari ransum lainnya
dengan konsentrasi ammonia yang juga cukup stabil maka protein mikrobia yang mencerminkan
sintesis mikrobia terjadi lebih optimal. Secara kuantitas protein mikrobia yang cukup tinggi akan
hasilkan oleh R5, namun protein mikrobia yang relative stabil pada R4. Dilihat dari azas manfaat
dan peranan mikrobia rumen, maka protein mikrobia yang dihasilkan oleh ransum R4 dapat
diharapkan bahwa pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas mikrobia lebih
baik.
Ransum yang mengandung urea 1- 2% dengan penggunaan minyak sawit 3 – 6% dari ransum
memberikan efek yang cukup baik terhadap pertumbuhan mikrobia rumen. Ransum R0, R2 dan
R4 menunjukkan potensi yang mampu menyediakan sumber C dan N yang stabil dalam waktu
24 jam.
Slow Released-Ammonia
Susi Dwi Widyawati, Wara Pratitis S.S., Ristiannto Utomo, Subur Priyono Sasmita Budhi
Penelitian yang bertujuan untuk mengkaji sinkronisasi penyediaan sumber N asal urea dan
sumber C dari karbohidrat dengan teknik urea lepas lambat (slow release ammonia) melalui
penggunaan urea-minyak dalam ransum ternak sapi, telah dilakukan di Kandang Sapi Potong,
Fakultas Peternakan UGM selama 3 (tiga) bulan. Sapi berfistula rumen sebanyak 3 ekor
digunakan sebagai materi penelitian dengan pengaturan perlakuan mengikuti rancangan Latin
Square 6x3 (uncomplete). Ransum percobaan terdiri atas jerami padi fermentasi dan konsentrat
dengan rasio 50% : 50% (dasar BK). Enam ransum percobaan dibedakan dari penggunaan urea
dan minyak. R0: urea 1% - 0% minyak sawit, R1: urea 1% - 0% minyak sawit+bungkil sawit 5%,
R2: urea 1% - 3% minyak sawit, R3: urea 1% - 3% minyak sawit+bungkil sawit 5%, R4: urea 2% 6% minyak sawit dan R5: urea 2% - 6% minyak sawit+bungkil sawit 5%. Kinetika pH caiaran
rumen selama kurun waktu 24 jam dapat dijelaskan bahwa penurunan pH terjadi pada 12 jam
setelah pemberian ransum. Keenam ransum percobaan mempunyai karakter pH yang hampir
sama. Ransum percobaan yang diberikan memberikan optimalisasi pH untuk pencernaan serat
pada 8 – 12 jam setelah pemberian ransum. Konsentrasi amonia R4 lebih stabil dibandingkan
ransum perlakuan yang lainnya, R0 dan R2. Secara kuantitas keenam ransum perlakuan
mempunyai konsentrasi ammonia yang cukup baik untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan mikrobia rumen. Namun kondisi yang stabil pada R3 menunjukkan bahwa
selama 24 jam ransum ini mampu menyediakan N untuk mikrobia. Keenem ransum percobaan
mempunyai potensi menyediakan rantai C untuk sintesis mikrobia rumen. Potensi ini
dimungkinkan karena komposisi pakan dalam ransum percobaan terdiri atas 3 macam bahan
makanan yang mengandung karbohidrat dengan karakter yang berbeda yaitu dedak padi,
onggok dan molasses. Jika kinetika produksi VFA pada R4 lebih stabil dari ransum lainnya
dengan konsentrasi ammonia yang juga cukup stabil maka protein mikrobia yang mencerminkan
sintesis mikrobia terjadi lebih optimal. Secara kuantitas protein mikrobia yang cukup tinggi akan
hasilkan oleh R5, namun protein mikrobia yang relative stabil pada R4. Dilihat dari azas manfaat
dan peranan mikrobia rumen, maka protein mikrobia yang dihasilkan oleh ransum R4 dapat
diharapkan bahwa pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas mikrobia lebih
baik.
Ransum yang mengandung urea 1- 2% dengan penggunaan minyak sawit 3 – 6% dari ransum
memberikan efek yang cukup baik terhadap pertumbuhan mikrobia rumen. Ransum R0, R2 dan
R4 menunjukkan potensi yang mampu menyediakan sumber C dan N yang stabil dalam waktu
24 jam.