GAMBARAN PERAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL BAIK DAN BURUK Gambaran Peran Orang Tua Yang Memiliki Anak Retardasi Mental Dengan Perkembangan Sosial Baik Dan Buruk Di SLB-BC Mitra Amanda Banyudono Boyolali.
GAMBARAN PERAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI
MENTAL DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL BAIK DAN BURUK
DI SLB-BC MITRA AMANDA BANYUDONO BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Meraih Derajat Sarjana Keperawatan
Di susun oleh :
Ririn Ayu Kusumaningrum
J210100013
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
3
terakhir ini mengalami pening-katan yang
LATAR BELAKANG
Retardasi Mental (RM) merupakan
cukup tinggi. Pada tahun 2010 RM
suatu gangguan dimana fungsi intelek-tual
mencapai 429 orang, sedang-kan pada
dibawah normal (IQ dibawah 70) dimana
tahun 2011 RM mencapai 750 orang dan
seseorang mengalami gang-guan perilaku
pada tahun 2012 mencapai 777 orang
adaptif sosial sehingga membuat penderita
(http://tkpkjateng.com).
memerlukan pengawasan, perawatan, dan
Sekolah Luar Biasa (SLB) Mitra
kontrol dari orang lain (Kartono, 2009).
Amanda Banyudono, Boyolali merupa-
Statistical
kan sekolah luar biasa dengan akreditasi
Manual (DSM IV-TR) Retardasi Mental
BC yang melayani anak-anak dengan
dikategorikan menjadi 4, yaitu: RM ringan
kebutuhan khusus (RM). Dari hasil survei
(IQ 50-70), RM sedang (IQ 50-55), RM
pendahuluan yang peneliti laku-kan pada
berat (IQ 20-40), dan RM sangat berat
tanggal 29 Oktober 2013 bahwa SLB ini
dengan (IQ dibawah 20-25).
melayani pendidikan mulai dari SD
Menurut
Diagnostic
and
Menurut Sondakh (dikutip Rahmanto
sampai jenjang SMA dengan jumlah siswa
A, 2010) bahwa didunia RM merupakan
50. Jumlah siswa SD terdiri dari 42 siswa,
masalah dengan implikasi yang besar
diantaranya 33 siswa dengan tunagrahita,
terutama
ber-kembang.
6 siswa dengan autis dan 3 siswa
Diperkirakan terdapat 3% dari total
tunadaksa. Pada jenjang SMP terdapat 8
populasi di dunia yang mengalami RM,
siswa
tetapi hanya 1-1,5% yang terdata.
jenjang SMA untuk tahun ini tidak ada
World Health Organization (WHO)
memperkirakan
jumlah anak RM di
Indonesia sekitar 7-10% dari total jumlah
anak. Pada tahun 2003 jumlah anak RM
679.048
atau
21,42%,
dengan
perbandingan laki-laki 60% dan perem-
siswanya.
di
negara
puan 40%. Dengan kategori RM sangat
berat (Ideot) 25%, kategori berat 2,8%,
RM cukup berat (Imbisil debil profound)
2,6%, dan RM ringan 3,5% (Kemenkes RI
, 2010).
Data dari Dinas Kesehatan dan Sosial
Kabupaten Boyolali angka RM 3 tahun
dengan tunagrahita dan pada
Hasil pengamatan peneliti di SLB-BC
Mitra Amanda Banyudono, Boyolali dari
50 siswa terlihat 8 anak yang terlihat
sering melamun/bengong, 6 anak yang
terlihat menyendiri di dalam kelas dan 7
anak yang tidak mampu untuk berkenalan
jika tanpa ada guru yang mendampinginya
dan juga tidak mau membeli makanan di
kantin sekolah tanpa didampingi orang
tuanya.
Kepala SLB-BC Mitra Amanda
mengatakan bahwa ada 7 siswa yang
4
sering tidak masuk sekolah, hal ini
ini diperoleh 30 responden dengan
dikarenakan orang tua tidak memiliki
menggunakan
waktu untuk mengantar anak dan juga ada
sampling.
purposive
teknik
orang tua yang enggan menyekolah-kan
anak
dikarenakan
anak
tidak
dapat
mengikuti pelajaran sekolah. Dari hasil
wawancara dengan 5 orang tua siswa, 3
HASIL PENELITIAN
1.
Peran Orang Tua yang Memiliki Anak
Retardasi Mental dengan Perkembang-
diantaranya mengatakan bahwa beberapa
an Sosial Baik
dari orang tua malu dengan keadaan
Berdasarkan
anaknya, sehingga orang tua enggan
data
hasil
observasi terhadap peran orang tua
mengantar anak ke sekolah dan 2 orang
tua mengatakan bahwa orang tua dari anak
yang memiliki anak retardasi mental
mereka merasa bahwa anak tidak mampu
dengan perkembangan sosial baik di
melakukan sesuatu sehingga percuma saja
SLB-BC Mitra Amanda Banyudono
jika anak disekolahkan..
Boyolali, maka berikut dapat disajikan
pada tabel 1. secara lebih terperinci dari
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran peran orang
tiap-tiap
tua yang memiliki anak retardasi mental
mayoritas orang tua dengan jawaban
dengan perkembangan sosial baik dan
selalu (SS) dan sering (SR) sebagai
buruk
berikut:
di
SLB-BC
Mitra
Amanda
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah deskriptif
rancangan
dengan
cross
menggunakan
sectional,
No
1.
dimana
variabel pada subyek penelitian diukur
2.
dalam waktu yang bersamaan.
3.
Populasi pada penelitian ini adalah
4.
siswa-siswi RM yang bersekolah di
5.
SLB-BC Mitra Amanda Banyudono
Boyolali dengan jumlah 50 siswa beserta
orang tuanya. Sampel dalam penelitian
pertanyaan
yang
Tabel 1 Hasil Peran Orang Tua yang
Memiliki Anak Retardasi
Mental dengan Perkembangan
Sosial Baik yang Mayoritas
Orang Tua dengan Jawaban
Selalu (SS) dan Sering (SR)
Banyudono, Boyolali.
kuantitatif
item
6.
Item pertanyaan
Memberian waktu yang
cukup untuk berkomunikasi
dengan anak
Memberikan perhatian yang
sama dengan anak
Mengajak anak
berkomunikasi
Mengajarkan anak cara
berkenalan
Tidak membeda-bedakan
saat mengajak anak
berkomunikasi
Mengajak anak bermain
keluar rumah
SS
SS
N
13
%
72,2
SS
12
66,6
SR
13
72,2
SR
9
50,0
SR
13
72,2
SR
10
55,5
5
Berdasarkan penilaian tentang
lebih terperinci dari tiap-tiap item
gambaran peran orang tua yang
pertanyaan yang mayoritas orang
memiliki
mental
tua dengan jawaban tidak pernah
dengan perkembangan sosial baik di
(TP) dan Kadang-kadang (KK)
SLB-BC
sebagai berikut:
anak retardasi
Mitra
Amanda
Banyudono, Boyolali secara dapat
diketahui tampak pada tabel 2.
berikut:
Tabel 2. Gambaran Peran Orang Tua
yang
Memiliki
Anak
Retardasi Mental dengan
Perkembangan Sosial Baik
Penilaian
N
%
Buruk
7
38,9
8
44,4
Cukup
3
16,7
Baik
Jumlah
18
100.0
Sumber: Data yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 2. di atas
diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai peran yang cukup
terhadap anaknya retardasi mental
dengan perkembangan sosial baik
yaitu 44,4%.
2.
Peran Orang Tua yang Memiliki
Anak Retardasi Mental dengan
Perkembangan Sosial Buruk
Tabel 3. Hasil Peran Orang Tua yang
Memiliki Anak Retardasi Mental
dengan Perkembangan Sosial
Baik yang Mayoritas Orang Tua
dengan Jawaban Tidak Pernah
(TP) & Kadang-kadang (KK)
No.
Item pertanyaan
TP N
%
1. Membuatkan
TP 8 66,7
jadwal untuk
kegiatan anak
setiap harinya
2. Ibu dalam
TP 8 66,7
membimbing anak
untuk mampu
berbelanja
diwarung sendiri
3. Ibu dalam
KK 7 58,3
menemani anak
saat belajar,
mengerjakan PR,
makan dll
4. Ibu menghampiri
KK 6 50,0
ketika melihat
anak menyendiri
dirumah
5. Ibu marah saat
KK 9 75,0
anak mengabaikan
jadwal yang telah
dibuat
6. Ibu mengajak
anak berbelanja
KK 6 50,0
keluar rumah
Sumber; Data yang diolah, 2014
Berdasarkan penilaian tentang
Berdasarkan
data
hasil
observasi terhadap peran orang tua
yang memiliki anak retardasi mental
dengan perkembangan sosial buruk
di
SLB-BC
Mitra
Amanda
Banyudono Boyolali, maka berikut
dapat disajikan pada tabel 3. secara
gambaran peran orang tua yang
memiliki
anak retardasi
mental
dengan perkembangan sosial buruk
di
SLB-BC
Mitra
Amanda
Banyudono, Boyolali secara dapat
diketahui tampak pada tabel 4.
berikut:
6
Tabel 4. Gambaran Peran Orang Tua
yang Memiliki Anak Retardasi
Mental dengan Perkembangan
Sosial Buruk
Penilaian
N
%
Buruk
8
66,7
Cukup
3
25,0
Baik
1
8,3
diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai peran yang buruk
terhadap anaknya retardasi mental
dengan perkembangan sosial buruk
yaitu 66,7%.
berkomunikasi sebanyak 72,2%.
Hasil
penelitian
ini
perkembangan
sosial
baik memiliki waktu yang lebih
untuk anak, dimana orang tua
sering
mengajak
anak
berkomunikasi dengan anak dan
juga
ibu
tidak
membeda-
bedakan saat mengajak anak
berkomunikasi. Hal itu ibu dapat
memancing anak untuk dapat
PEMBAHASAN
A. Peran orang tua yang memiliki
anak retardasi mental dengan
perkembangan sosial baik
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa mayoritas orang tua
(ibu)
mempunyai
cukup
terhadap
peranan
anak
sosial
baik
yang
dengan
yaitu
44,4%. Dikatakan cukup karena ibu
sepenuhnya
melakukan
perananya untuk membantu anak
dalam perkembangan sosial. Berikut
ini beberapa peran yang mayoritas
ibu sudah lakukan/terapkan terhadap
anak RM dengan perkembangan
sosial baik:
a. Ibu memiliki waktu yang cukup
untuk
memembeda-bedakan anak saat
dengan
Berdasarkan tabel 4. di atas
belum
berkomunikasi dan ibu tidak
bahwa mayoritas ibu dari anak
Jumlah
12
100.0
Sumber: Data yang diolah, 2014
perkembangan
anak, ibu sering mengajak anak
berkomunikasi
dengan
berkomunikasi dua arah yang
mana akan membiasakan anak
untuk
dapat
berkomunikasi
dengan sesama anggota keluarga
ataupun dengan orang lain.
Hal
penelitian
ini
dari
sesuai
dari
Ramadhan
(2010) mengatakan bahwa orang
tua
dalam
membantu
perkembangan sosial anak RM
sudah
mampu
menerapkan
berbagai fungsi seperti pengasuh
fungsi
sosialisasi,
edukasi,
protektif,
ekonomis
dan
religious. Peran orang tua dalam
menerapkan fungsi sosialisasi
pada anak yaitu mayoritas orang
tua telah menunjukkan sikap
7
dan
perilaku
seperti
sering
anak normal maupun anak yang
mengajak anak berkomunikasi
mengalami
keterbelakangan
dan mengajak anak berinteraksi
mental. Hal ini akan menum-
dengan orang lain
buhkan pada diri anak sebuah
memberikan
kenyamanan dalam hidupnya,
perhatian dan kasih sayang yang
dimana anak yang mengalami
sama
kekurangan ini akan merasa
b. Ibu
berusaha
dengan
anak-anaknya
dihargai dan merasa disayangi
sebanyak 66,6%.
Hasil
penelitian
ini
di lingkungan keluarga.
dimana peran orang tua (ibu)
c. Ibu sudah mengajarkan anak cara
yang mayoritas ibu dari anak
berkenalan dengan orang lain
dengan
sosial
sebanyak 50,0% dan 55,5% ibu
baik sudah mampu memberikan
mengajak anak keluar rumah
perhatian dan kasih sayang yang
untuk bermain dengan teman
sama terhadap anak, dari hal ini
ataupun tetangga.
perkembangan
Dari
orang tua dapat membuat anak
hasil
merasa nyaman saat dirumah,
mayoritas
merasa dihargai saat dirumah
yang perkembangan sosial baik,
yang
akan
dimana ibu sudah mengajarkan
membuat anak bebas dalam
fungsi edukasi dan sosialisasi.
melakukan
kegiatan
Untuk fungsi edukasi dimana
dirumah tanpa ada perasaan
orang tua telah mengajarkan
takut,
akan
kepada anak cara berkenalan
pada
nantinya
suatu
sehingga
anak
ibu
penelitian
dengan
anak
terbiasa
dengan
kegiatan-
dengan orang lain. Dalam fungsi
kegiatan
yang
mampu
sosialisasi disini terlihat dari
membantu anak dalam perkem-
peran ibu yang mayoritas sudah
bangan sosialnya (Hadis, 2006).
mengajak anak keluar rumah
Hal ini sesuai dengan
untuk bermain dengan teman
penelitian dari Hapsari (2008)
ataupun
mengatakan bahwa mayoritas
merupakan suatu peran yang
orang tua memberikan perhatian
baik yang dilakukan seorang ibu
dan kasih sayang yang sama
terhadap anak dengan keterbela-
terhadap anaknya baik yang
kangan
tetangga.
mental
Hal
yang
ini
mana
8
dengan peran tersebut dapat
bangan sosial. Berikut beberapa
membantu anak untuk terbiasa
peran yang mayoritas ibu belum
dalam bertemu dengan orang
melakukan/menerapkan
lain yang akan membuat anak
anak RM dengan perkembangan
tidak takut saat bertemu dengan
sosial buruk:
orang
a. Ibu tidak membuatkan jadwal
lain,
sehingga
perkembangan
mampu
anak
sosial
anak
berkembang
dengan
untuk
kegiatan
terhadap
anak
setiap
harinya sebanyak 75,0%
Hasil dari penelitian ini
baik (Efendi, 2008).
ini
bahwa mayoritas peran orang
sesuai dengan penelitian yang
tua (ibu) terhadap anak dengan
telah
perkembangan
Hasil
penelitian
dilakukan
Ramadhan
sosial
buruk
(2010) yang mengatakan bahwa
yaitu ibu tidak pernah membuat-
orang tua dalam membantu
kan jadwal untuk kegiatan anak
perkembangan sosial anak RM
setiap harinya, hal ini akan
sudah
berdampak negatif pada anak
mampu
menerapkan
berbagai fungsi seperti pengasuh
dimana
fungsi
protektif,
mengerti akan kegiatan-kegiatan
dan
selama dirumah dan anak tidak
edukasi,
sosialisasi,ekonomis
anak
tidak
mampu
memiliki rasa percaya diri yang
religious.
tinggi karena anak terbiasa tidak
B. Peran orang tua yang memiliki
melakukan
apapun,
bengong
anak retardasi mental dengan
ataupun melamun. Sehingga hal
perkembangan sosial buruk
itu tentu akan membuat anak
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 12 orang tua
yang memiliki anak retardasi mental
mengalami
hambatan
dalam
perkembangan sosialnya.
Hasil
penelitian
ini
dengan perkembangan sosial buruk
sesuai dari penelitian Ardyanto
terdapat 66,7% responden mem-
(2010) yang hasil penelitiannya
punyai
buruk.
mengatakan bahwa mayoritas
Dikatakan buruk karena ibu belum
responden dalam memberikan
banyak melakukan perananya untuk
dukungan kepada anak RM
membantu
kurang maksimal dan belum
peranan
anak
yang
dalam
perkem-
9
sesuai
dengan
dibutuhkan
oleh
Dikatakan
belum
apa
yang
dari 5 orang tua, 3 diantaranya
anak
RM.
mengatakan
maksimal
Ibu
tidak
mengantarkan
mau
sekolah
karena ada beberapa aspek yang
dikarenakan Ibu malu dengan
belum terpenuhi oleh orang tua,
keadaan anak. Hal ini tentu akan
aspek-aspek
membuat anak semakin merasa
tersebut
adalah
dukungan pada harga diri dan
rendah diri
dukungan dari kelompok sosial.
seperti selalu diliputi dengan
Dengan dukungan harga diri
rasa takut ketika berhadapan
yang diberikan responden maka
dengan
akan meningkatkan rasa percaya
melakukan sesuatu (Hastuti &
diri anak sehingga anak tidak
Zamralita, 2004).
merasa
rendah
diri
ketika
dari lingkungan
orang
Hasil
lain
penelitian
atau
ini
melakukan interaksi sosial saat
sesuai dengan penelitian dari
berada diluar rumah.
Ranundhata dalam Sari Ana et,
b. Ibu tidak pernah mengajarkan
al
(2011)
yang
hasil
anak untuk dapat berbelanja ke
penelitiannya
warung sebanyak 75,0% dan ibu
bahwa
terkadang
anak
antara harga diri tinggi dan
berbelanja ke warung sebanyak
harga diri rendah pada orang tua
50,0%.
yang memiliki anak penyandang
mengajak
Hasil
ada
berbedaan
ini
autisme, sebagian orang tua
bahwa mayoritas orang tua (ibu)
memiliki perasaan malu yang
tidak pernah mengajarkan anak
membuat
untuk berbelanja ke warung dan
memilih untuk bersembunyi dan
ibu hanya terkadang mengajak
menutup-nutupi keadaan buah
anak berbelanja ke warung. Dari
hatinya dari lingkungan sekitar
peran
walaupun anak mereka sudah
ibu
diketahui
penelitian
tidak
menyimpulkan
tersebut
bahwa
sepenuhnya
dapat
ibu
dapat
belum
menerima
anak dengan keadaan tersebut.
mereka
para
orang
sekolahkan
tua
ditempat
terapi khusus untuk penanganan
autisme.
studi
c. Ibu terkadang menemani anak
pendahuluan hasil wawancara
saat belajar, mengerjakan PR,
Hal
ini
terbukti
dari
10
makan sebanyak 58,3% dan
pekembangan sosialnya. Seperti
50,0%
terkadang
halnya dalam menemani anak
menghampiri anak ketika anak
belajar, mengerjakan PR hal-hal
menyendiri dirumah.
seperti
ibu
Pada indikator tentang
pendampingan
yang
intensif
itulah
kecil
namun
mampu membantu meningkatkan pemahaman anak.
didapatkan hasil bahwa 58,3%
d. Ibu tekadang marah ketika anak
orang tua (ibu) belum mengop-
mengabaikan jadwal yang telah
timalkan dalam menemani anak
dibuatkannya sebanyak 75,0%.
belajar,
mengerjakan
PR
Hasil
penelitian
ini
ataupun makan dan 50,0% orang
mengatakan bahwa peran orang
tua lebih sering membiarkan
tua yang mayoritas terkadang
ketika melihat anak menyendiri
memarahi anak jika mengabai-
dirumah. Hal ini tentu dapat
kan jadwal yang telah ibu buat
mempengaruhi
hal ini merupakan suatu sikap
pemahaman
pada diri anak, diantaranya pada
kompensasi
kemampuan
anak
dimana sikap ini yang sering
ataupun tingkat sosialisasi anak
diperlihatkan orang tua dalam
dengan
lingkungan
(Osman,
mendidik anak dengan gang-
2005).
Dengan
terbiasanya
guan intelektual, seperti halnya
orang tua tidak membimbing
orang tua sering memperlihat-
anak belajar maka disitulah anak
kan semangat yang berlebihan
akan mengalami keterlambatan
atau suatu tuntutan agar anak
terlebih untuk anak keterbela-
dapat mengejar keterlambatan-
kangan mental. Mohsin et, al
nya seperti anak normal lainnya.
(2010) yang mengatakan bahwa
Hal ini dilakukan orang tua
orang
karena orang tua malu dengan
tua
mentor
berfikir
kini
merupakan
terkemuka
yang
berlebihan
untuk
keadaan anak yang tidak mampu
kehidupan anak sekarang dan
seperti anak normal lainnya.
nanti.
tua
Namun hal ini justru akan
sangat
membuat anak merasa terbebani
Partisipasi
terhadap
anak
orang
kini
dibutuhkan untuk anak retardasi
karena
mental
orang tuanya tidak bisa ia
dalam
membantu
hal
yang diinginkan
11
lakukan karena keterbatasaanya
SIMPULAN
(Efendi, 2006).
1. Gambaran peran orang tua yang
Hasil
penelitian
ini
memiliki
anak
RM
dengan
sesuai dengan penelitian yang
perkembangan sosial baik dan buruk
dilakukan
dalam
mayoritas peran ibu adalah buruk
Sari Ana et, al (2011) yang hasil
sebanyak 16 orang, 10 orang dengan
penelitiannya
peran cukup dan 4 orang ibu dengan
Hendriyani
menyimpulkan
bahwa mayoritas keluarga menunjukkan sikap dan perilaku-
peran baik.
2. Gambaran peran orang tua (ibu) yang
nya tidak menerima kondisi
memiliki
individu
dengan perkembangan sosial baik
yang
keterbelakangan
mengalami
retardasi
mental
dan
mayoritas peran ibu adalah cukup
yang menunjukkan
sebanyak 44,4%. Hal ini dapat dilihat
sikap dan perilaku menerima
dari peran ibu yang mayoritas sudah
dengan kondisi anak. Mereka
memiliki waktu yang cukup untuk
belum siap menerima keadaan
berkomunikasi
anak mereka sehingga orang tua
sering mengajak anak berkomunikasi
berusaha untuk menyembuhkan
dan ibu tidak memembeda-bedakan
anaknya
disertai
anak saat berkomunikasi sebanyak
dengan rasa malu. Penolakan
72,2%, Ibu berusaha memberikan
tersebut
mempengaruhi
perhatian dan kasih sayang yang
cara orang tua dalam merawat
sama dengan anak-anaknya sebanyak
anak, mengahambat komunikasi
66,6%, Ibu sudah mengajarkan anak
anak diamana anak merasa takut
cara berkenalan dengan orang lain
dan
nyaman
sebanyak 50,0% dan 55,5% ibu
dirumah, sehingga hal itu juga
mengajak anak keluar rumah untuk
dapat membuat anak merasa
bermain
terasingkan dan takut untuk
tetangga.
minoritas
walaupun
akan
merasa
berkomunikasi
lain.
mental
anan
tidak
dengan
orang
dengan
dengan
anak, ibu
teman
ataupun
3. Gambaran peran orang tua (ibu) yang
memiliki
anak
retardasi
mental
dengan perkembangan sosial buruk
mayoritas peran ibu adalah buruk
sebanyak 66,7%. Hal ini dapat dilihat
12
dari peran ibu seperti berikut: tidak
menstimulasi perkembangan sosial
membuatkan jadwal untuk kegiatan
anak
anak setiap harinya sebanyak 75,0%,
maupun halus. Selain itu juga harus
Ibu tidak pernah mengajarkan anak
memberikan
untuk dapat berbelanja ke warung
kesehatan ibu dan anak khususnya
sebanyak
75,0%,
ibu
terkadang
mengajak anak berbelanja ke warung
sebanyak
50,0%,
menemani
Ibu
anak
terkadang
saat
belajar,
mengerjakan PR, makan sebanyak
RM
baik
stimulasi
konseling
perkembangan sosial anak agar ibu
paham tentang fungsi dan manfaatnya, serta pihak sekolah agar dapat
peralatan
anak ketika anak menyendiri dirumah
media
dapat
sebanyak 50,0% dan ibu tekadang
pertumbuhan
marah
ketika
anak
mengabaikan
sosial anak.
jadwal
yang
telah
dibuatkannya
sebanyak 75,0%.
tentang
tentang pengetahuan menstimulasi
menyediakan
58,3%, ibu terkadang menghampiri
kasar
yang
dan
maupun
merangsang
perkembangan
3. Bagi orang tua. Diharapkan dapat
menjalankan tugas untuk membimbing, mendampingi dan menstimu-
SARAN
lasi terhadap perkembangan sosial
1. Bagi
Ibu/Orang
Tua.
Peneliti
anaknya agar tidak tertinggal dengan
menyarankan bagi ibu atau orang tua
cara
agar
menstimulasi
waktu yang lebih, mendampingi
perkembangan sosial anak dengan
secara intensif serta menetapkan
cara yang telah diajarkan petugas
rutinitas,
kesehatan atau informasi dari buku
memberikan kesempatan anak untuk
panduan menstimulasi perkembang-
bersosialisasi.
lebih
sering
an anak, khususnya anak yang
mengalami retardasi mental (RM).
2. Institusi
Pendidikan
atau
Bagi
memberikan
perhatian
bersikap
adil
dan
dan
4. Bagi Peneliti Berikutnya. Diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat
mengadakan
observasi
langsung
Pendidik. Diharapkan agar memberi
kepada
pengetahuan
penelitain serta dapat memberikan
terhadap
sosial
yang
stimulasi
anak
dan
lebih
lanjut
perkembangn
praktek
cara
responden
pendidikan
dan
kesehatan
subjek
tentang
peningkatan pengetahuan dan sikap
13
terhadap peran orang tua dalam
perkembangan sosial anak yang
mengalami retardasi mental.
Daftar pustaka
Barati, H., Tajrishi, M, P., & Sajedi, F.
(2012). The Effect of Social Skills
Training on Socialization Skills
in
Children
with
Down
Syndrome. Irinian Rehabilitation
Journal, Vol. 10, No. 15.
iri.uswr.ac.ir/…/hbarati-A-10216-1-fbd1118.pdf
Eggen, P., & Don Kauchak. (2007).
Educational Psichology windows
on
classrooms.
Edisi
7.
American: Pearson Pretice Hall
Ellis, J. Ormrod. (2009). Psikologi
Pendidikan membantu siswa
tumbuh dan berkembang edisi
keenam. Jakarta: Erlangga
Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi
Perkemangan Anak, Remaja dan
Keluarga.
Jakarta:
Gunung
mulia.
Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus Autistik.
Bandung: Alfabeta.
Hapsari, R. S. (2008). Penerimaan Ibu
terhadap Anak yang Mengalami
Down
Sindrom.
Skripsi.
Semarang. Universitas Katolik
Hastuti, R., & Zamralita. (2004)
Penyesuaian Diri Orang Tua
yang Memiliki Anak Retardasi
Mental Ringan. Jurnal Psikologi.
Jakarta : Arkhe.
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus,
Beverly
Greene.
(2005).
Psikologi Abnormal Edisi 5 jilid
2. Jakarta: Erlangga
Nelson, R. W & Israel, C. Allen. (2009).
Abnormal Child and Adolescent
Psychology. Amerika: Pearson
Education.
Notoadmodjo, S. (2007). Promosi
Kesehatan Teori dan Ilmu
Perilaku
Manusia.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Ramadhan, N. H. (2010). Peran Orang
Tua
dalam
Membantu
Perkembangan Sosial Anak
Retardasi Mental di SDLB
Negeri Cendono Kecamatan
Dawe
Kabupaten
Kudus”.
Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro
Ranudhanta, M. (2011). Gambaran
harga diri orang tua yang
memiliki
anak
penyandang
autisme. Skripsi. Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas
Riau. Tidak dipublikasikan
Sari, A. P., Jumaini., Hasanah, O. (2010)
Hubungan Konsep Diri Orang
Tua dengan Motivasi dalam
Merawat Anak Retardasi Mental.
Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau
Wong L. Donna,
Winkeistein.,
Schwartz., P.
keperawatan
EGC
Yusuf,
Hockenberry., M,
M, Wilson., D &
(2008). Buku Ajar
Pediatric. Jakarta:
Syamsu. (2008). Psikologi
Perkembangan
Anak
dan
Remaja. Bandung: Rosdakarya
MENTAL DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL BAIK DAN BURUK
DI SLB-BC MITRA AMANDA BANYUDONO BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Meraih Derajat Sarjana Keperawatan
Di susun oleh :
Ririn Ayu Kusumaningrum
J210100013
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
3
terakhir ini mengalami pening-katan yang
LATAR BELAKANG
Retardasi Mental (RM) merupakan
cukup tinggi. Pada tahun 2010 RM
suatu gangguan dimana fungsi intelek-tual
mencapai 429 orang, sedang-kan pada
dibawah normal (IQ dibawah 70) dimana
tahun 2011 RM mencapai 750 orang dan
seseorang mengalami gang-guan perilaku
pada tahun 2012 mencapai 777 orang
adaptif sosial sehingga membuat penderita
(http://tkpkjateng.com).
memerlukan pengawasan, perawatan, dan
Sekolah Luar Biasa (SLB) Mitra
kontrol dari orang lain (Kartono, 2009).
Amanda Banyudono, Boyolali merupa-
Statistical
kan sekolah luar biasa dengan akreditasi
Manual (DSM IV-TR) Retardasi Mental
BC yang melayani anak-anak dengan
dikategorikan menjadi 4, yaitu: RM ringan
kebutuhan khusus (RM). Dari hasil survei
(IQ 50-70), RM sedang (IQ 50-55), RM
pendahuluan yang peneliti laku-kan pada
berat (IQ 20-40), dan RM sangat berat
tanggal 29 Oktober 2013 bahwa SLB ini
dengan (IQ dibawah 20-25).
melayani pendidikan mulai dari SD
Menurut
Diagnostic
and
Menurut Sondakh (dikutip Rahmanto
sampai jenjang SMA dengan jumlah siswa
A, 2010) bahwa didunia RM merupakan
50. Jumlah siswa SD terdiri dari 42 siswa,
masalah dengan implikasi yang besar
diantaranya 33 siswa dengan tunagrahita,
terutama
ber-kembang.
6 siswa dengan autis dan 3 siswa
Diperkirakan terdapat 3% dari total
tunadaksa. Pada jenjang SMP terdapat 8
populasi di dunia yang mengalami RM,
siswa
tetapi hanya 1-1,5% yang terdata.
jenjang SMA untuk tahun ini tidak ada
World Health Organization (WHO)
memperkirakan
jumlah anak RM di
Indonesia sekitar 7-10% dari total jumlah
anak. Pada tahun 2003 jumlah anak RM
679.048
atau
21,42%,
dengan
perbandingan laki-laki 60% dan perem-
siswanya.
di
negara
puan 40%. Dengan kategori RM sangat
berat (Ideot) 25%, kategori berat 2,8%,
RM cukup berat (Imbisil debil profound)
2,6%, dan RM ringan 3,5% (Kemenkes RI
, 2010).
Data dari Dinas Kesehatan dan Sosial
Kabupaten Boyolali angka RM 3 tahun
dengan tunagrahita dan pada
Hasil pengamatan peneliti di SLB-BC
Mitra Amanda Banyudono, Boyolali dari
50 siswa terlihat 8 anak yang terlihat
sering melamun/bengong, 6 anak yang
terlihat menyendiri di dalam kelas dan 7
anak yang tidak mampu untuk berkenalan
jika tanpa ada guru yang mendampinginya
dan juga tidak mau membeli makanan di
kantin sekolah tanpa didampingi orang
tuanya.
Kepala SLB-BC Mitra Amanda
mengatakan bahwa ada 7 siswa yang
4
sering tidak masuk sekolah, hal ini
ini diperoleh 30 responden dengan
dikarenakan orang tua tidak memiliki
menggunakan
waktu untuk mengantar anak dan juga ada
sampling.
purposive
teknik
orang tua yang enggan menyekolah-kan
anak
dikarenakan
anak
tidak
dapat
mengikuti pelajaran sekolah. Dari hasil
wawancara dengan 5 orang tua siswa, 3
HASIL PENELITIAN
1.
Peran Orang Tua yang Memiliki Anak
Retardasi Mental dengan Perkembang-
diantaranya mengatakan bahwa beberapa
an Sosial Baik
dari orang tua malu dengan keadaan
Berdasarkan
anaknya, sehingga orang tua enggan
data
hasil
observasi terhadap peran orang tua
mengantar anak ke sekolah dan 2 orang
tua mengatakan bahwa orang tua dari anak
yang memiliki anak retardasi mental
mereka merasa bahwa anak tidak mampu
dengan perkembangan sosial baik di
melakukan sesuatu sehingga percuma saja
SLB-BC Mitra Amanda Banyudono
jika anak disekolahkan..
Boyolali, maka berikut dapat disajikan
pada tabel 1. secara lebih terperinci dari
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran peran orang
tiap-tiap
tua yang memiliki anak retardasi mental
mayoritas orang tua dengan jawaban
dengan perkembangan sosial baik dan
selalu (SS) dan sering (SR) sebagai
buruk
berikut:
di
SLB-BC
Mitra
Amanda
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah deskriptif
rancangan
dengan
cross
menggunakan
sectional,
No
1.
dimana
variabel pada subyek penelitian diukur
2.
dalam waktu yang bersamaan.
3.
Populasi pada penelitian ini adalah
4.
siswa-siswi RM yang bersekolah di
5.
SLB-BC Mitra Amanda Banyudono
Boyolali dengan jumlah 50 siswa beserta
orang tuanya. Sampel dalam penelitian
pertanyaan
yang
Tabel 1 Hasil Peran Orang Tua yang
Memiliki Anak Retardasi
Mental dengan Perkembangan
Sosial Baik yang Mayoritas
Orang Tua dengan Jawaban
Selalu (SS) dan Sering (SR)
Banyudono, Boyolali.
kuantitatif
item
6.
Item pertanyaan
Memberian waktu yang
cukup untuk berkomunikasi
dengan anak
Memberikan perhatian yang
sama dengan anak
Mengajak anak
berkomunikasi
Mengajarkan anak cara
berkenalan
Tidak membeda-bedakan
saat mengajak anak
berkomunikasi
Mengajak anak bermain
keluar rumah
SS
SS
N
13
%
72,2
SS
12
66,6
SR
13
72,2
SR
9
50,0
SR
13
72,2
SR
10
55,5
5
Berdasarkan penilaian tentang
lebih terperinci dari tiap-tiap item
gambaran peran orang tua yang
pertanyaan yang mayoritas orang
memiliki
mental
tua dengan jawaban tidak pernah
dengan perkembangan sosial baik di
(TP) dan Kadang-kadang (KK)
SLB-BC
sebagai berikut:
anak retardasi
Mitra
Amanda
Banyudono, Boyolali secara dapat
diketahui tampak pada tabel 2.
berikut:
Tabel 2. Gambaran Peran Orang Tua
yang
Memiliki
Anak
Retardasi Mental dengan
Perkembangan Sosial Baik
Penilaian
N
%
Buruk
7
38,9
8
44,4
Cukup
3
16,7
Baik
Jumlah
18
100.0
Sumber: Data yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 2. di atas
diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai peran yang cukup
terhadap anaknya retardasi mental
dengan perkembangan sosial baik
yaitu 44,4%.
2.
Peran Orang Tua yang Memiliki
Anak Retardasi Mental dengan
Perkembangan Sosial Buruk
Tabel 3. Hasil Peran Orang Tua yang
Memiliki Anak Retardasi Mental
dengan Perkembangan Sosial
Baik yang Mayoritas Orang Tua
dengan Jawaban Tidak Pernah
(TP) & Kadang-kadang (KK)
No.
Item pertanyaan
TP N
%
1. Membuatkan
TP 8 66,7
jadwal untuk
kegiatan anak
setiap harinya
2. Ibu dalam
TP 8 66,7
membimbing anak
untuk mampu
berbelanja
diwarung sendiri
3. Ibu dalam
KK 7 58,3
menemani anak
saat belajar,
mengerjakan PR,
makan dll
4. Ibu menghampiri
KK 6 50,0
ketika melihat
anak menyendiri
dirumah
5. Ibu marah saat
KK 9 75,0
anak mengabaikan
jadwal yang telah
dibuat
6. Ibu mengajak
anak berbelanja
KK 6 50,0
keluar rumah
Sumber; Data yang diolah, 2014
Berdasarkan penilaian tentang
Berdasarkan
data
hasil
observasi terhadap peran orang tua
yang memiliki anak retardasi mental
dengan perkembangan sosial buruk
di
SLB-BC
Mitra
Amanda
Banyudono Boyolali, maka berikut
dapat disajikan pada tabel 3. secara
gambaran peran orang tua yang
memiliki
anak retardasi
mental
dengan perkembangan sosial buruk
di
SLB-BC
Mitra
Amanda
Banyudono, Boyolali secara dapat
diketahui tampak pada tabel 4.
berikut:
6
Tabel 4. Gambaran Peran Orang Tua
yang Memiliki Anak Retardasi
Mental dengan Perkembangan
Sosial Buruk
Penilaian
N
%
Buruk
8
66,7
Cukup
3
25,0
Baik
1
8,3
diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai peran yang buruk
terhadap anaknya retardasi mental
dengan perkembangan sosial buruk
yaitu 66,7%.
berkomunikasi sebanyak 72,2%.
Hasil
penelitian
ini
perkembangan
sosial
baik memiliki waktu yang lebih
untuk anak, dimana orang tua
sering
mengajak
anak
berkomunikasi dengan anak dan
juga
ibu
tidak
membeda-
bedakan saat mengajak anak
berkomunikasi. Hal itu ibu dapat
memancing anak untuk dapat
PEMBAHASAN
A. Peran orang tua yang memiliki
anak retardasi mental dengan
perkembangan sosial baik
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa mayoritas orang tua
(ibu)
mempunyai
cukup
terhadap
peranan
anak
sosial
baik
yang
dengan
yaitu
44,4%. Dikatakan cukup karena ibu
sepenuhnya
melakukan
perananya untuk membantu anak
dalam perkembangan sosial. Berikut
ini beberapa peran yang mayoritas
ibu sudah lakukan/terapkan terhadap
anak RM dengan perkembangan
sosial baik:
a. Ibu memiliki waktu yang cukup
untuk
memembeda-bedakan anak saat
dengan
Berdasarkan tabel 4. di atas
belum
berkomunikasi dan ibu tidak
bahwa mayoritas ibu dari anak
Jumlah
12
100.0
Sumber: Data yang diolah, 2014
perkembangan
anak, ibu sering mengajak anak
berkomunikasi
dengan
berkomunikasi dua arah yang
mana akan membiasakan anak
untuk
dapat
berkomunikasi
dengan sesama anggota keluarga
ataupun dengan orang lain.
Hal
penelitian
ini
dari
sesuai
dari
Ramadhan
(2010) mengatakan bahwa orang
tua
dalam
membantu
perkembangan sosial anak RM
sudah
mampu
menerapkan
berbagai fungsi seperti pengasuh
fungsi
sosialisasi,
edukasi,
protektif,
ekonomis
dan
religious. Peran orang tua dalam
menerapkan fungsi sosialisasi
pada anak yaitu mayoritas orang
tua telah menunjukkan sikap
7
dan
perilaku
seperti
sering
anak normal maupun anak yang
mengajak anak berkomunikasi
mengalami
keterbelakangan
dan mengajak anak berinteraksi
mental. Hal ini akan menum-
dengan orang lain
buhkan pada diri anak sebuah
memberikan
kenyamanan dalam hidupnya,
perhatian dan kasih sayang yang
dimana anak yang mengalami
sama
kekurangan ini akan merasa
b. Ibu
berusaha
dengan
anak-anaknya
dihargai dan merasa disayangi
sebanyak 66,6%.
Hasil
penelitian
ini
di lingkungan keluarga.
dimana peran orang tua (ibu)
c. Ibu sudah mengajarkan anak cara
yang mayoritas ibu dari anak
berkenalan dengan orang lain
dengan
sosial
sebanyak 50,0% dan 55,5% ibu
baik sudah mampu memberikan
mengajak anak keluar rumah
perhatian dan kasih sayang yang
untuk bermain dengan teman
sama terhadap anak, dari hal ini
ataupun tetangga.
perkembangan
Dari
orang tua dapat membuat anak
hasil
merasa nyaman saat dirumah,
mayoritas
merasa dihargai saat dirumah
yang perkembangan sosial baik,
yang
akan
dimana ibu sudah mengajarkan
membuat anak bebas dalam
fungsi edukasi dan sosialisasi.
melakukan
kegiatan
Untuk fungsi edukasi dimana
dirumah tanpa ada perasaan
orang tua telah mengajarkan
takut,
akan
kepada anak cara berkenalan
pada
nantinya
suatu
sehingga
anak
ibu
penelitian
dengan
anak
terbiasa
dengan
kegiatan-
dengan orang lain. Dalam fungsi
kegiatan
yang
mampu
sosialisasi disini terlihat dari
membantu anak dalam perkem-
peran ibu yang mayoritas sudah
bangan sosialnya (Hadis, 2006).
mengajak anak keluar rumah
Hal ini sesuai dengan
untuk bermain dengan teman
penelitian dari Hapsari (2008)
ataupun
mengatakan bahwa mayoritas
merupakan suatu peran yang
orang tua memberikan perhatian
baik yang dilakukan seorang ibu
dan kasih sayang yang sama
terhadap anak dengan keterbela-
terhadap anaknya baik yang
kangan
tetangga.
mental
Hal
yang
ini
mana
8
dengan peran tersebut dapat
bangan sosial. Berikut beberapa
membantu anak untuk terbiasa
peran yang mayoritas ibu belum
dalam bertemu dengan orang
melakukan/menerapkan
lain yang akan membuat anak
anak RM dengan perkembangan
tidak takut saat bertemu dengan
sosial buruk:
orang
a. Ibu tidak membuatkan jadwal
lain,
sehingga
perkembangan
mampu
anak
sosial
anak
berkembang
dengan
untuk
kegiatan
terhadap
anak
setiap
harinya sebanyak 75,0%
Hasil dari penelitian ini
baik (Efendi, 2008).
ini
bahwa mayoritas peran orang
sesuai dengan penelitian yang
tua (ibu) terhadap anak dengan
telah
perkembangan
Hasil
penelitian
dilakukan
Ramadhan
sosial
buruk
(2010) yang mengatakan bahwa
yaitu ibu tidak pernah membuat-
orang tua dalam membantu
kan jadwal untuk kegiatan anak
perkembangan sosial anak RM
setiap harinya, hal ini akan
sudah
berdampak negatif pada anak
mampu
menerapkan
berbagai fungsi seperti pengasuh
dimana
fungsi
protektif,
mengerti akan kegiatan-kegiatan
dan
selama dirumah dan anak tidak
edukasi,
sosialisasi,ekonomis
anak
tidak
mampu
memiliki rasa percaya diri yang
religious.
tinggi karena anak terbiasa tidak
B. Peran orang tua yang memiliki
melakukan
apapun,
bengong
anak retardasi mental dengan
ataupun melamun. Sehingga hal
perkembangan sosial buruk
itu tentu akan membuat anak
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 12 orang tua
yang memiliki anak retardasi mental
mengalami
hambatan
dalam
perkembangan sosialnya.
Hasil
penelitian
ini
dengan perkembangan sosial buruk
sesuai dari penelitian Ardyanto
terdapat 66,7% responden mem-
(2010) yang hasil penelitiannya
punyai
buruk.
mengatakan bahwa mayoritas
Dikatakan buruk karena ibu belum
responden dalam memberikan
banyak melakukan perananya untuk
dukungan kepada anak RM
membantu
kurang maksimal dan belum
peranan
anak
yang
dalam
perkem-
9
sesuai
dengan
dibutuhkan
oleh
Dikatakan
belum
apa
yang
dari 5 orang tua, 3 diantaranya
anak
RM.
mengatakan
maksimal
Ibu
tidak
mengantarkan
mau
sekolah
karena ada beberapa aspek yang
dikarenakan Ibu malu dengan
belum terpenuhi oleh orang tua,
keadaan anak. Hal ini tentu akan
aspek-aspek
membuat anak semakin merasa
tersebut
adalah
dukungan pada harga diri dan
rendah diri
dukungan dari kelompok sosial.
seperti selalu diliputi dengan
Dengan dukungan harga diri
rasa takut ketika berhadapan
yang diberikan responden maka
dengan
akan meningkatkan rasa percaya
melakukan sesuatu (Hastuti &
diri anak sehingga anak tidak
Zamralita, 2004).
merasa
rendah
diri
ketika
dari lingkungan
orang
Hasil
lain
penelitian
atau
ini
melakukan interaksi sosial saat
sesuai dengan penelitian dari
berada diluar rumah.
Ranundhata dalam Sari Ana et,
b. Ibu tidak pernah mengajarkan
al
(2011)
yang
hasil
anak untuk dapat berbelanja ke
penelitiannya
warung sebanyak 75,0% dan ibu
bahwa
terkadang
anak
antara harga diri tinggi dan
berbelanja ke warung sebanyak
harga diri rendah pada orang tua
50,0%.
yang memiliki anak penyandang
mengajak
Hasil
ada
berbedaan
ini
autisme, sebagian orang tua
bahwa mayoritas orang tua (ibu)
memiliki perasaan malu yang
tidak pernah mengajarkan anak
membuat
untuk berbelanja ke warung dan
memilih untuk bersembunyi dan
ibu hanya terkadang mengajak
menutup-nutupi keadaan buah
anak berbelanja ke warung. Dari
hatinya dari lingkungan sekitar
peran
walaupun anak mereka sudah
ibu
diketahui
penelitian
tidak
menyimpulkan
tersebut
bahwa
sepenuhnya
dapat
ibu
dapat
belum
menerima
anak dengan keadaan tersebut.
mereka
para
orang
sekolahkan
tua
ditempat
terapi khusus untuk penanganan
autisme.
studi
c. Ibu terkadang menemani anak
pendahuluan hasil wawancara
saat belajar, mengerjakan PR,
Hal
ini
terbukti
dari
10
makan sebanyak 58,3% dan
pekembangan sosialnya. Seperti
50,0%
terkadang
halnya dalam menemani anak
menghampiri anak ketika anak
belajar, mengerjakan PR hal-hal
menyendiri dirumah.
seperti
ibu
Pada indikator tentang
pendampingan
yang
intensif
itulah
kecil
namun
mampu membantu meningkatkan pemahaman anak.
didapatkan hasil bahwa 58,3%
d. Ibu tekadang marah ketika anak
orang tua (ibu) belum mengop-
mengabaikan jadwal yang telah
timalkan dalam menemani anak
dibuatkannya sebanyak 75,0%.
belajar,
mengerjakan
PR
Hasil
penelitian
ini
ataupun makan dan 50,0% orang
mengatakan bahwa peran orang
tua lebih sering membiarkan
tua yang mayoritas terkadang
ketika melihat anak menyendiri
memarahi anak jika mengabai-
dirumah. Hal ini tentu dapat
kan jadwal yang telah ibu buat
mempengaruhi
hal ini merupakan suatu sikap
pemahaman
pada diri anak, diantaranya pada
kompensasi
kemampuan
anak
dimana sikap ini yang sering
ataupun tingkat sosialisasi anak
diperlihatkan orang tua dalam
dengan
lingkungan
(Osman,
mendidik anak dengan gang-
2005).
Dengan
terbiasanya
guan intelektual, seperti halnya
orang tua tidak membimbing
orang tua sering memperlihat-
anak belajar maka disitulah anak
kan semangat yang berlebihan
akan mengalami keterlambatan
atau suatu tuntutan agar anak
terlebih untuk anak keterbela-
dapat mengejar keterlambatan-
kangan mental. Mohsin et, al
nya seperti anak normal lainnya.
(2010) yang mengatakan bahwa
Hal ini dilakukan orang tua
orang
karena orang tua malu dengan
tua
mentor
berfikir
kini
merupakan
terkemuka
yang
berlebihan
untuk
keadaan anak yang tidak mampu
kehidupan anak sekarang dan
seperti anak normal lainnya.
nanti.
tua
Namun hal ini justru akan
sangat
membuat anak merasa terbebani
Partisipasi
terhadap
anak
orang
kini
dibutuhkan untuk anak retardasi
karena
mental
orang tuanya tidak bisa ia
dalam
membantu
hal
yang diinginkan
11
lakukan karena keterbatasaanya
SIMPULAN
(Efendi, 2006).
1. Gambaran peran orang tua yang
Hasil
penelitian
ini
memiliki
anak
RM
dengan
sesuai dengan penelitian yang
perkembangan sosial baik dan buruk
dilakukan
dalam
mayoritas peran ibu adalah buruk
Sari Ana et, al (2011) yang hasil
sebanyak 16 orang, 10 orang dengan
penelitiannya
peran cukup dan 4 orang ibu dengan
Hendriyani
menyimpulkan
bahwa mayoritas keluarga menunjukkan sikap dan perilaku-
peran baik.
2. Gambaran peran orang tua (ibu) yang
nya tidak menerima kondisi
memiliki
individu
dengan perkembangan sosial baik
yang
keterbelakangan
mengalami
retardasi
mental
dan
mayoritas peran ibu adalah cukup
yang menunjukkan
sebanyak 44,4%. Hal ini dapat dilihat
sikap dan perilaku menerima
dari peran ibu yang mayoritas sudah
dengan kondisi anak. Mereka
memiliki waktu yang cukup untuk
belum siap menerima keadaan
berkomunikasi
anak mereka sehingga orang tua
sering mengajak anak berkomunikasi
berusaha untuk menyembuhkan
dan ibu tidak memembeda-bedakan
anaknya
disertai
anak saat berkomunikasi sebanyak
dengan rasa malu. Penolakan
72,2%, Ibu berusaha memberikan
tersebut
mempengaruhi
perhatian dan kasih sayang yang
cara orang tua dalam merawat
sama dengan anak-anaknya sebanyak
anak, mengahambat komunikasi
66,6%, Ibu sudah mengajarkan anak
anak diamana anak merasa takut
cara berkenalan dengan orang lain
dan
nyaman
sebanyak 50,0% dan 55,5% ibu
dirumah, sehingga hal itu juga
mengajak anak keluar rumah untuk
dapat membuat anak merasa
bermain
terasingkan dan takut untuk
tetangga.
minoritas
walaupun
akan
merasa
berkomunikasi
lain.
mental
anan
tidak
dengan
orang
dengan
dengan
anak, ibu
teman
ataupun
3. Gambaran peran orang tua (ibu) yang
memiliki
anak
retardasi
mental
dengan perkembangan sosial buruk
mayoritas peran ibu adalah buruk
sebanyak 66,7%. Hal ini dapat dilihat
12
dari peran ibu seperti berikut: tidak
menstimulasi perkembangan sosial
membuatkan jadwal untuk kegiatan
anak
anak setiap harinya sebanyak 75,0%,
maupun halus. Selain itu juga harus
Ibu tidak pernah mengajarkan anak
memberikan
untuk dapat berbelanja ke warung
kesehatan ibu dan anak khususnya
sebanyak
75,0%,
ibu
terkadang
mengajak anak berbelanja ke warung
sebanyak
50,0%,
menemani
Ibu
anak
terkadang
saat
belajar,
mengerjakan PR, makan sebanyak
RM
baik
stimulasi
konseling
perkembangan sosial anak agar ibu
paham tentang fungsi dan manfaatnya, serta pihak sekolah agar dapat
peralatan
anak ketika anak menyendiri dirumah
media
dapat
sebanyak 50,0% dan ibu tekadang
pertumbuhan
marah
ketika
anak
mengabaikan
sosial anak.
jadwal
yang
telah
dibuatkannya
sebanyak 75,0%.
tentang
tentang pengetahuan menstimulasi
menyediakan
58,3%, ibu terkadang menghampiri
kasar
yang
dan
maupun
merangsang
perkembangan
3. Bagi orang tua. Diharapkan dapat
menjalankan tugas untuk membimbing, mendampingi dan menstimu-
SARAN
lasi terhadap perkembangan sosial
1. Bagi
Ibu/Orang
Tua.
Peneliti
anaknya agar tidak tertinggal dengan
menyarankan bagi ibu atau orang tua
cara
agar
menstimulasi
waktu yang lebih, mendampingi
perkembangan sosial anak dengan
secara intensif serta menetapkan
cara yang telah diajarkan petugas
rutinitas,
kesehatan atau informasi dari buku
memberikan kesempatan anak untuk
panduan menstimulasi perkembang-
bersosialisasi.
lebih
sering
an anak, khususnya anak yang
mengalami retardasi mental (RM).
2. Institusi
Pendidikan
atau
Bagi
memberikan
perhatian
bersikap
adil
dan
dan
4. Bagi Peneliti Berikutnya. Diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat
mengadakan
observasi
langsung
Pendidik. Diharapkan agar memberi
kepada
pengetahuan
penelitain serta dapat memberikan
terhadap
sosial
yang
stimulasi
anak
dan
lebih
lanjut
perkembangn
praktek
cara
responden
pendidikan
dan
kesehatan
subjek
tentang
peningkatan pengetahuan dan sikap
13
terhadap peran orang tua dalam
perkembangan sosial anak yang
mengalami retardasi mental.
Daftar pustaka
Barati, H., Tajrishi, M, P., & Sajedi, F.
(2012). The Effect of Social Skills
Training on Socialization Skills
in
Children
with
Down
Syndrome. Irinian Rehabilitation
Journal, Vol. 10, No. 15.
iri.uswr.ac.ir/…/hbarati-A-10216-1-fbd1118.pdf
Eggen, P., & Don Kauchak. (2007).
Educational Psichology windows
on
classrooms.
Edisi
7.
American: Pearson Pretice Hall
Ellis, J. Ormrod. (2009). Psikologi
Pendidikan membantu siswa
tumbuh dan berkembang edisi
keenam. Jakarta: Erlangga
Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi
Perkemangan Anak, Remaja dan
Keluarga.
Jakarta:
Gunung
mulia.
Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus Autistik.
Bandung: Alfabeta.
Hapsari, R. S. (2008). Penerimaan Ibu
terhadap Anak yang Mengalami
Down
Sindrom.
Skripsi.
Semarang. Universitas Katolik
Hastuti, R., & Zamralita. (2004)
Penyesuaian Diri Orang Tua
yang Memiliki Anak Retardasi
Mental Ringan. Jurnal Psikologi.
Jakarta : Arkhe.
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus,
Beverly
Greene.
(2005).
Psikologi Abnormal Edisi 5 jilid
2. Jakarta: Erlangga
Nelson, R. W & Israel, C. Allen. (2009).
Abnormal Child and Adolescent
Psychology. Amerika: Pearson
Education.
Notoadmodjo, S. (2007). Promosi
Kesehatan Teori dan Ilmu
Perilaku
Manusia.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Ramadhan, N. H. (2010). Peran Orang
Tua
dalam
Membantu
Perkembangan Sosial Anak
Retardasi Mental di SDLB
Negeri Cendono Kecamatan
Dawe
Kabupaten
Kudus”.
Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro
Ranudhanta, M. (2011). Gambaran
harga diri orang tua yang
memiliki
anak
penyandang
autisme. Skripsi. Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas
Riau. Tidak dipublikasikan
Sari, A. P., Jumaini., Hasanah, O. (2010)
Hubungan Konsep Diri Orang
Tua dengan Motivasi dalam
Merawat Anak Retardasi Mental.
Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau
Wong L. Donna,
Winkeistein.,
Schwartz., P.
keperawatan
EGC
Yusuf,
Hockenberry., M,
M, Wilson., D &
(2008). Buku Ajar
Pediatric. Jakarta:
Syamsu. (2008). Psikologi
Perkembangan
Anak
dan
Remaja. Bandung: Rosdakarya